IBX5A82D9E049639

Saturday, 18 March 2017

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY

ABSTRAK: Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana peran dan cara menerapkan model pembelajaran two stay two stray untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika. Model pembelajaran two stay two stray dilakukan secara berkelompok dengan memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Langkah-langkah model pembelajaran two stay two stray yaitu  (1) siswa bekerja dalam kelompok seperti biasa (2) setelah selesai dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok lain (3) dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi kepada tamu mereka (4) tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain (5) kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka. Model pembelajaran two stay two stray tepat digunakan dalam pembelajaran karena keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan agar belajar menjadi efektif dan mencapai hasil yang diinginkan.

KATA KUNCI: Two Stay Two Stray, Meningkatkan Aktivitas Belajar

Pendahuluan
Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang besaran, struktur, bangun ruang, dan perubahan-perubahan pada suatu bilangan. Matematika  berasal dari bahasa Yunani Mathematikos yang artinya ilmu pasti. Dalam bahasa Belanda matematika disebut sebagai Wiskunde yang artinya ilmu tentang belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi matematika adalah ilmu tentang bilangan dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya yang mencakup segala bentuk prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan.
Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari perannya dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu, dengan mempelajari matematika seseorang terbiasa berpikir secara sistematis, ilmiah, menggunakan logika, kritis, serta dapat meningkatkan daya kreatifitasnya.
 Fathani (2009:24) memandang matematika sebagai ilmu pengetahuan yang merupakan bagian dari hidup manusia, sebagaimana dikemukakannya bahwa:
Matematika adalah angka-angka dan perhitungan yang merupakan bagian dari hidup manusia. Matematika menolong manusia menafsirkan secara eksak berbagai ide dan kesimpulan. Matematika adalah pengetahuan atau ilmu dan mengenai logika dan problem-problem numerik. Matematika membahas fakta-fakta dan hubungannya, serta membahas problem ruang dan waktu.
Mengingat pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari, maka matematika perlu dipahami dan dikuasai oleh semua lapisan masyarakat tak terkecuali siswa sekolah sebagai generasi penerus. Menyadari pentingnya matematika, maka belajar matematika seharusnya menjadi kebutuhan dan kegiatan yang menyenangkan. Namun pada kenyataannya belajar matematika sering dianggap sesuatu yang menakutkan dan membosankan, hal ini terjadi karena selama ini belajar matematika hanya cenderung berupa menghitung angka yang seolah-olah tidak ada makna dan kaitannya dengan peningkatan kemampuan berfikir untuk memecahkan berbagai persoalan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya keaktifan siswa di dalam proses belajar mengajar dan kurangnya keterampilan guru dalam memberikan materi pembelajaran. Padahal dengan belajar matematika, kita dilatih untuk senantiasa berfikir logis dan kritis dalam memecahkan permasalahan, serta dapat melatih kejujuran, ketekunan, dan keuletan.
Rendahnya keaktifan belajar pada siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yakni : faktor dari strategi, dari siswa, dan dari lingkungan. Faktor penyebab dari strategi diantaranya kurang tepatnya strategi pembelajaran yang digunakan dalam mengajar. Faktor dari siswa diantaranya siswa menjadi bosan dan siswa juga cenderung malu atau kurang percaya diri dalam mengeluarkan ide dan gagasannya. Faktor lingkungan belajar siswa yang kurang mendukung juga dapat mempengaruhi keaktifan belajar siswa.
Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana siswa dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Keberhasilan dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan diri siswa, diantaranya adalah kemampuan, minat, motivasi, keaktifan belajar dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa, diantaranya adalah model pembelajaran.
 Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung efektif dan optimal. Salah satu model pembelajaran yang dapat melibatkan atau mengaktifkan siswa dalam belajar adalah model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (dua tinggal dua tamu).
Dalam model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray ini, siswa di ajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model pembelajaran kooperatif TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Lie (2007: 61) bahwa Two Stay Two Stray merupakan pembelajaran yang mendorong siswa supaya aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dari uraian tersebut penulis menduga model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat membantu siswa untuk lebih meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran matematika.

Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray
Sebelum masuk ke Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) akan dijelaskan lebih dahulu sedikit mengenai model pembelajaran kooperatif. Model kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pembelajaran kooperatif pertama kali muncul di awal abad Masehi yang mengemukakan bahwa dalam belajar seseorang harus memiliki pasangan atau teman sehingga teman tersebut dapat diajak untuk memecahkan masalah. Menurut Anita Lie (2007:12), model pembelajaran kooperatif atau disebut juga dengan pembelajaran gotong royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas terstruktur.
Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan. Roger dan David Johnson dalam buku (Lie, 2007 : 31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk mencapai hasil  yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong ro-yong harus diterapkan. Yang pertama, saling ketergantungan positif. Dalam berkelompok, setiap orangnya pasti saling ketergantungan karena menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Yang kedua,  tanggung jawab perseorangan. Unsur ini merupakan akibat unsur langsung dari yang pertama, jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Yang ketiga tatap muka, setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan kepada pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Yang keempat komunikasi antar anggota. Unsur ini juga agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan untuk berkelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Yang terakhir yaitu evaluasi proses kelompok.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan metode pem-belajaran yang didasarkan atas kerjasama kelompok yang dilakukan untuk mencapai tujuan khusus. Pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif siswa tidak cukup hanya mempelajari materi saja, tetapi harus mempelajari keterampilan kooperatif.
Pengertian Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model two stay two stray yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992. Struktur two stay two stray yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya. 
Menurut Suyatno, model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap dikelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, keja kelompok,dan laporan kelompok (Fathurrohman, 2015:90).
Menurut Suprijono (dalam Fathurrohman, 2015:90), model pembelajaran kooperatif tipe TSTS atau dua tinggal dua tamu diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk, guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi intrakelompok selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka telah selesai melaksanakan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah kembali ke kelompok asal, baik siswa yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka yang telah mereka tunaikan.
Dalam model pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa. Penggunaan model pembelajaran kooperatif two stay two stray akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran two stay two stray ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
Model ini dapat digunakan pada semua materi pelajaran dan tingkatan usia siswa. Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi atau bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi. Menurut Fathurrohman (2015 : 91), langkah-langkah model pembelajaran yang dilakukan dengan model two stay two stray yaitu:
1.   Guru menyampaikan materi pelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
2.   Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa secara heterogen dengan kemampuan berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang, dan rendah) maupun jenis kelamin.
3.   Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau tugas untuk dibahas dalam kelompok.
4.   Siswa 2-3 orang dari tiap kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk mencatat hasil pembahasan LKS atau tugas dari kelompok lain, dan sisa kelompok tetap di kelompoknya untuk menerima siswa yang bertamu ke kelompok lain.
5.   Siswa yang bertamu kembali ke kelompoknya masing-masing dan menyampaikan hasil kunjungannya kepada teman yang tetap berada dalam kelompok. Hasil kunjungan dibahas bersama dan dicatat.
6.   Hasil diskusi kelompok dikumpulkan dan salah satu kelompok mempresentasikan jawaban mereka, kelompok lain memberikan tanggapan.
7.   Guru memberikan klarifikasi terhadap jawaban yang benar.
8.   Guru membimbing siswa merangkum pelajaran.
9.   Guru memberikan penghargaan secara kelompok.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkat usia. Model ini tidak hanya bekerja sama dengan anggota kelompok, tetapi bisa juga bekerja sama dengan kelompok lain yang memungkinkan terciptanya keakraban sesama teman dalam suatu kelas dan lebih berorientasi pada keaktifan siswa. Sementara itu, kekurangan dari model pembelajaran koopertif tipe TSTS ini adalah jumlah siswa dalam suatu kelas tidak boleh ganjil harus berkelipatan empat, peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil, dan kunjungan dari 2 orang anggota kelompok yang satu ke kelompok lain membutuhkan perhatian khusus dalam pengelolaan kelas serta dapat menyita waktu pengajaran yang cukup berharga. Selain itu, guru juga harus membutuhkan banyak persiapan (Fathurrohman ,2015 : 91).



Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray pada Materi Bangun Datar
Tahap Pendahuluan
Guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti pelajaran. Salah satu siswa  membimbing untuk berdoa, guru dan siswa berdoa sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Guru mengabsensi siswa, siswa yang namanya dipanggil mengangkat tangan. Siswa diberi motivasi sukses, “Bila gagal.... Ya, COBA LAGI! Sampe kapan? SAMPAI SUKSES!”. Guru menyampaikan cakupan materi dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa yaitu mengenai bangun datar.

Tahap Inti
Tahap pertama, guru meminta siswa mengamati media peragaan yang diberikan berkaitan dengan materi bangun datar yang diberikan, siswa mengamati. Guru memberikan gambaran tentang pentingnya memahami bangun datar serta memberikan gambaran tentang aplikasi bangun datar dalam kehidupan sehari-hari, siswa menyimak.
Tahap kedua, guru membentuk beberapa kelompok secara heterogen yang terdiri dari
4-5 orang siswa. Siswa duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
Tahap ketiga, guru memberi tugas untuk dibahas dalam kelompok. Siswa mendiskusikan tugas yang diberikan guru bersama kelompoknya.
Tahap keempat, guru memberi arahan agar 2-3 orang siswa dari tiap kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk mencatat hasil pembahasan dari kelompok lain, dan sisa kelompok tetap di kelompoknya untuk menerima siswa yang bertamu. Siswa melakukan kunjungan ke kelompok untuk mencatat hasil pembahasan kelompok lain, siswa yang lain menerima kunjungan dari kelompok lain.
Tahap kelima, siswa yang bertamu kembali ke kelompoknya masing-masing dan menyampaikan hasil kunjungannya kepada teman yang tetap berada dalam kelompok. Hasil kunjungan dibahas bersama dan dicatat. Guru melakukan pengamatan sikap terhadap siswa.
 Tahap keenam, siswa mengumpulkan hasil diskusi kelompok dan salah satu kelompok mempresentasikan di depan kelas. Guru memberi motivasi kepada siswa untuk terus aktif bertanya dan menanggapi pemaparan kelompok lain.
Tahap ketujuh, guru memberi klarifikasi terhadap jawaban siswa dalam diskusi. Siswa menyimak hal-hal yang disampaikan guru.
Tahap kedelapan, guru membimbing siswa merangkum pelajaran. Siswa mencatat poin-poin penting dari pembelajaran.
Tahap kesembilan, guru memberikan penghargaan kelompok dengan cara bertepuk tangan. Siswa bertepuk tangan.
                                    
Tahap Penutup
Guru memberi pertanyaan kepada siswa untuk menyimpulkan secara singkat tentang materi bangun datar. Guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan. Siswa yang ditunjuk menyimpulkan secara singkat materi pembelajaran. Guru membantu menyimpulkan secara singkat materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

PENUTUP
Simpulan
Penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika. Kelebihan model pembelajaran Two Stay Two Stray adalah menjadikan pembelajaran matematika lebih bermakna, meningkatkan keaktifan siswa dan membangkitkan rasa percaya diri. Sementara kendala dari model pembelajaran Two Stay Two Stray adalah membutuhkan waktu dan persiapan yang lama.



Saran
Dengan adanya model pembelajaran Two Stay Two Stray diharapkan mampu untuk lebih meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Model pembelajaran Two Stay Two Stray cocok digunakan untuk semua tingkatan kelas.

DAFTAR PUSTAKA
Fathani, Abdul Halim. 2009. Matematika: Hakikat dan Logika. Jogjakarta : ArRuzz Media.
Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model-Model Pembalajaran Inovatif Alternatif Pembelajaran yang Menyenangkan. Jakarta: ArRuzz Media.
Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
Sadirman, 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. http://nursalam-uin.blogspot.co.id/2008/07/meningkatkan-aktivitas-belajar.html?m=1
Sudjana, Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Uzer, 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. http://nursalam-uin.blogspot.co.id/2008/07/meningkatkan-aktivitas-belajar.html?m=1

No comments:

Post a Comment

you say