ABSTRAK: Tujuan
dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana peran dan cara
menerapkan model pembelajaran two stay
two stray untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika.
Model pembelajaran two stay two stray
dilakukan secara berkelompok dengan memberikan kesempatan kepada kelompok
membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Langkah-langkah model
pembelajaran two stay two stray
yaitu (1) siswa bekerja dalam kelompok
seperti biasa (2) setelah selesai dua orang dari masing-masing kelompok akan
meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok lain (3) dua
orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi
kepada tamu mereka (4) tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan
melaporkan temuan mereka dari kelompok lain (5) kelompok mencocokkan dan
membahas hasil kerja mereka. Model pembelajaran two stay two stray tepat digunakan dalam pembelajaran karena
keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan
agar belajar menjadi efektif dan mencapai hasil yang diinginkan.
KATA
KUNCI:
Two Stay Two Stray, Meningkatkan Aktivitas
Belajar
Pendahuluan
Matematika adalah ilmu yang
mempelajari tentang besaran, struktur, bangun ruang, dan perubahan-perubahan
pada suatu bilangan. Matematika berasal
dari bahasa Yunani Mathematikos yang
artinya ilmu pasti. Dalam bahasa Belanda matematika disebut sebagai Wiskunde yang artinya ilmu tentang
belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi matematika adalah ilmu
tentang bilangan dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya yang mencakup
segala bentuk prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah
mengenai bilangan.
Pentingnya belajar matematika
tidak terlepas dari perannya dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu, dengan
mempelajari matematika seseorang terbiasa berpikir secara sistematis, ilmiah,
menggunakan logika, kritis, serta dapat meningkatkan daya kreatifitasnya.
Fathani (2009:24) memandang matematika sebagai
ilmu pengetahuan yang merupakan bagian dari hidup manusia, sebagaimana
dikemukakannya bahwa:
Matematika
adalah angka-angka dan perhitungan yang merupakan bagian dari hidup manusia.
Matematika menolong manusia menafsirkan secara eksak berbagai ide dan
kesimpulan. Matematika adalah pengetahuan atau ilmu dan mengenai logika dan
problem-problem numerik. Matematika membahas fakta-fakta dan hubungannya, serta
membahas problem ruang dan waktu.
Mengingat pentingnya matematika
dalam kehidupan sehari-hari, maka matematika perlu dipahami dan dikuasai oleh
semua lapisan masyarakat tak terkecuali siswa sekolah sebagai generasi penerus.
Menyadari pentingnya matematika, maka belajar matematika seharusnya menjadi
kebutuhan dan kegiatan yang menyenangkan. Namun pada kenyataannya belajar
matematika sering dianggap sesuatu yang menakutkan dan membosankan, hal ini
terjadi karena selama ini belajar matematika hanya cenderung berupa menghitung
angka yang seolah-olah tidak ada makna dan kaitannya dengan peningkatan
kemampuan berfikir untuk memecahkan berbagai persoalan. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya keaktifan siswa di dalam proses belajar mengajar dan kurangnya
keterampilan guru dalam memberikan materi pembelajaran. Padahal dengan belajar
matematika, kita dilatih untuk senantiasa berfikir logis dan kritis dalam
memecahkan permasalahan, serta dapat melatih kejujuran, ketekunan, dan
keuletan.
Rendahnya keaktifan belajar pada
siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yakni : faktor dari strategi, dari
siswa, dan dari lingkungan. Faktor penyebab dari strategi diantaranya kurang
tepatnya strategi pembelajaran yang digunakan dalam mengajar. Faktor dari siswa
diantaranya siswa menjadi bosan dan siswa juga cenderung malu atau kurang
percaya diri dalam mengeluarkan ide dan gagasannya. Faktor lingkungan belajar
siswa yang kurang mendukung juga dapat mempengaruhi keaktifan belajar siswa.
Dalam hal ini, guru perlu
menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana siswa dapat aktif
membangun pengetahuannya sendiri. Keberhasilan dalam proses pembelajaran
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yaitu faktor yang berkaitan dengan diri siswa, diantaranya adalah kemampuan,
minat, motivasi, keaktifan belajar dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor dari luar diri siswa, diantaranya adalah model pembelajaran.
Model pembelajaran memiliki andil yang cukup
besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa
dapat dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan
pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai macam model
pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk menjadikan
kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung efektif dan optimal. Salah satu
model pembelajaran yang dapat melibatkan atau mengaktifkan siswa dalam belajar
adalah model pembelajaran kooperatif tipe
two stay two stray (dua tinggal dua tamu).
Dalam model pembelajaran
kooperatif teknik Two Stay Two Stray
ini, siswa di ajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif TSTS akan mengarahkan siswa untuk
aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan
juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Lie (2007: 61) bahwa Two Stay
Two Stray merupakan pembelajaran yang mendorong siswa supaya aktif dan
saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Dari uraian tersebut penulis
menduga model pembelajaran kooperatif tipe Two
Stay Two Stray dapat membantu siswa untuk lebih meningkatkan keaktifan
dalam pembelajaran matematika.
Model
Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray
Sebelum masuk ke
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two
Stay Two Stray (TSTS) akan dijelaskan lebih dahulu sedikit mengenai model
pembelajaran kooperatif. Model kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar
kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya
dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pembelajaran kooperatif
pertama kali muncul di awal abad Masehi yang mengemukakan bahwa dalam belajar
seseorang harus memiliki pasangan atau teman sehingga teman tersebut dapat
diajak untuk memecahkan masalah. Menurut Anita Lie (2007:12), model
pembelajaran kooperatif atau disebut juga dengan pembelajaran gotong royong
merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja
sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas terstruktur.
Pembelajaran
kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Di
dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok
kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri
dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen
adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Hal ini
bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan
teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan
keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya,
seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman
sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan
atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas
anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan. Roger dan David Johnson dalam buku
(Lie, 2007 : 31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk mencapai
hasil yang maksimal, lima unsur model
pembelajaran gotong ro-yong harus diterapkan. Yang pertama, saling
ketergantungan positif. Dalam berkelompok, setiap orangnya pasti saling ketergantungan
karena menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas
sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya
sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Yang kedua, tanggung jawab perseorangan. Unsur ini
merupakan akibat unsur langsung dari yang pertama, jika tugas dan pola
penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa
akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Yang ketiga tatap
muka, setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan kepada pembelajar untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Yang keempat komunikasi
antar anggota. Unsur ini juga agar para pembelajar dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan untuk berkelompok, pengajar
perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Yang terakhir yaitu evaluasi proses
kelompok.
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan metode pem-belajaran yang
didasarkan atas kerjasama kelompok yang dilakukan untuk mencapai tujuan khusus.
Pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif siswa tidak cukup hanya mempelajari
materi saja, tetapi harus mempelajari keterampilan kooperatif.
Pengertian Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
Salah
satu model pembelajaran kooperatif adalah model two stay two stray yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992.
Struktur two stay two stray yaitu
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada
kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan
karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan
individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa
yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja
manusia saling bergantung satu sama lainnya.
Menurut
Suyatno, model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah dengan cara siswa
berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja
kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap
dikelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok,
kembali ke kelompok asal, keja kelompok,dan laporan kelompok (Fathurrohman,
2015:90).
Menurut
Suprijono (dalam Fathurrohman, 2015:90), model pembelajaran kooperatif tipe
TSTS atau dua tinggal dua tamu diawali dengan pembagian kelompok. Setelah
kelompok terbentuk, guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang
harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi intrakelompok selesai, dua
orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke
kelompok lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu)
mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah
menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang yang
bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka
telah selesai melaksanakan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing.
Setelah kembali ke kelompok asal, baik siswa yang bertugas bertamu maupun
mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka
yang telah mereka tunaikan.
Dalam
model pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang
diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung
siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang
menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak
materi pada siswa. Penggunaan model pembelajaran kooperatif two stay two stray akan mengarahkan
siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban,
menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu,
alasan menggunakan model pembelajaran two
stay two stray ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap
anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi
kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
Model ini dapat digunakan pada semua materi pelajaran dan
tingkatan usia siswa. Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada
kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Hal ini
dilakukan dengan cara saling mengunjungi atau bertamu antar kelompok untuk
berbagi informasi. Menurut Fathurrohman (2015 : 91), langkah-langkah model
pembelajaran yang dilakukan dengan model two
stay two stray yaitu:
1.
Guru menyampaikan materi pelajaran atau permasalahan kepada
siswa sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
2.
Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari 4-5 orang siswa secara heterogen dengan kemampuan berbeda-beda baik
tingkat kemampuan (tinggi, sedang, dan rendah) maupun jenis kelamin.
3.
Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau tugas untuk
dibahas dalam kelompok.
4.
Siswa 2-3 orang dari tiap kelompok berkunjung ke kelompok
lain untuk mencatat hasil pembahasan LKS atau tugas dari kelompok lain, dan
sisa kelompok tetap di kelompoknya untuk menerima siswa yang bertamu ke
kelompok lain.
5.
Siswa yang bertamu kembali ke kelompoknya masing-masing dan
menyampaikan hasil kunjungannya kepada teman yang tetap berada dalam kelompok.
Hasil kunjungan dibahas bersama dan dicatat.
6.
Hasil diskusi kelompok dikumpulkan dan salah satu kelompok
mempresentasikan jawaban mereka, kelompok lain memberikan tanggapan.
7.
Guru memberikan klarifikasi terhadap jawaban yang benar.
8.
Guru membimbing siswa merangkum pelajaran.
9.
Guru memberikan penghargaan secara kelompok.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
Kelebihan
model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah dapat digunakan dalam semua mata
pelajaran dan semua tingkat usia. Model ini tidak hanya bekerja sama dengan
anggota kelompok, tetapi bisa juga bekerja sama dengan kelompok lain yang
memungkinkan terciptanya keakraban sesama teman dalam suatu kelas dan lebih
berorientasi pada keaktifan siswa. Sementara itu, kekurangan dari model
pembelajaran koopertif tipe TSTS ini adalah jumlah siswa dalam suatu kelas
tidak boleh ganjil harus berkelipatan empat, peralihan dari seluruh kelas ke
kelompok kecil, dan kunjungan dari 2 orang anggota kelompok yang satu ke
kelompok lain membutuhkan perhatian khusus dalam pengelolaan kelas serta dapat
menyita waktu pengajaran yang cukup berharga. Selain itu, guru juga harus
membutuhkan banyak persiapan (Fathurrohman
,2015 : 91).
Penerapan
Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
pada Materi Bangun Datar
Tahap Pendahuluan
Guru
menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti pelajaran. Salah satu siswa
membimbing untuk berdoa, guru dan siswa
berdoa sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Guru mengabsensi siswa, siswa
yang namanya dipanggil mengangkat tangan. Siswa diberi motivasi sukses, “Bila
gagal.... Ya, COBA LAGI! Sampe kapan? SAMPAI SUKSES!”. Guru menyampaikan
cakupan materi dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa yaitu mengenai
bangun datar.
Tahap Inti
Tahap
pertama, guru meminta siswa mengamati media peragaan yang diberikan berkaitan
dengan materi bangun datar yang diberikan, siswa mengamati. Guru memberikan
gambaran tentang pentingnya memahami bangun datar serta memberikan gambaran
tentang aplikasi bangun datar dalam kehidupan sehari-hari, siswa menyimak.
Tahap
kedua, guru membentuk beberapa kelompok secara heterogen yang terdiri dari
4-5 orang siswa.
Siswa duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
Tahap
ketiga, guru memberi tugas untuk dibahas dalam kelompok. Siswa mendiskusikan
tugas yang diberikan guru bersama kelompoknya.
Tahap
keempat, guru memberi arahan agar 2-3 orang siswa dari tiap kelompok berkunjung
ke kelompok lain untuk mencatat hasil pembahasan dari kelompok lain, dan sisa
kelompok tetap di kelompoknya untuk menerima siswa yang bertamu. Siswa melakukan
kunjungan ke kelompok untuk mencatat hasil pembahasan kelompok lain, siswa yang
lain menerima kunjungan dari kelompok lain.
Tahap
kelima, siswa yang bertamu kembali ke kelompoknya masing-masing dan
menyampaikan hasil kunjungannya kepada teman yang tetap berada dalam kelompok.
Hasil kunjungan dibahas bersama dan dicatat. Guru melakukan pengamatan sikap
terhadap siswa.
Tahap keenam, siswa mengumpulkan hasil diskusi
kelompok dan salah satu kelompok mempresentasikan di depan kelas. Guru memberi
motivasi kepada siswa untuk terus aktif bertanya dan menanggapi pemaparan
kelompok lain.
Tahap
ketujuh, guru memberi klarifikasi terhadap jawaban siswa dalam diskusi. Siswa
menyimak hal-hal yang disampaikan guru.
Tahap
kedelapan, guru membimbing siswa merangkum pelajaran. Siswa mencatat poin-poin
penting dari pembelajaran.
Tahap
kesembilan, guru memberikan penghargaan kelompok dengan cara bertepuk tangan. Siswa
bertepuk tangan.
Tahap Penutup
Guru
memberi pertanyaan kepada siswa untuk menyimpulkan secara singkat tentang
materi bangun datar. Guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan. Siswa
yang ditunjuk menyimpulkan secara singkat materi pembelajaran. Guru membantu
menyimpulkan secara singkat materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
PENUTUP
Simpulan
Penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika. Kelebihan model pembelajaran Two Stay Two Stray adalah menjadikan
pembelajaran matematika lebih bermakna, meningkatkan keaktifan siswa dan
membangkitkan rasa percaya diri. Sementara kendala dari model pembelajaran Two Stay Two Stray adalah membutuhkan
waktu dan persiapan yang lama.
Saran
Dengan adanya model pembelajaran Two Stay Two Stray diharapkan mampu
untuk lebih meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Model pembelajaran
Two Stay Two Stray cocok digunakan
untuk semua tingkatan kelas.
DAFTAR
PUSTAKA
Fathani, Abdul Halim. 2009. Matematika: Hakikat dan Logika. Jogjakarta : ArRuzz Media.
Fathurrohman,
Muhammad. 2015. Model-Model Pembalajaran
Inovatif Alternatif Pembelajaran yang Menyenangkan. Jakarta: ArRuzz Media.
Lie,
Anita. 2007. Cooperative Learning.
Jakarta: Grasindo.
Sadirman,
2000. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. http://nursalam-uin.blogspot.co.id/2008/07/meningkatkan-aktivitas-belajar.html?m=1
Sudjana,
Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Uzer, 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung:
Remaja Rosdakarya. http://nursalam-uin.blogspot.co.id/2008/07/meningkatkan-aktivitas-belajar.html?m=1
No comments:
Post a Comment
you say