Abstract
This
research was made to find the following research problem
1. How behavioral therapy applied to avoid a teenager
in the village ketintang often watch tv?
2. How the result of the application of behavioral
therapy to avoid a teenager in the village ketintang often watch tv?
The researcher used qualitative method. This research
is explained using comparative describtive which is compared between the data
and the existing data.
The researcher used behavioral therapy which is
applied to a teenager in the village ketintang. The therapy have changed
her/his behavior from melatif become adaptive. The researcher give a present
and model technique in the behavior process therapy. Through this way, he/she
is aware that what she/he did was disadvantage. Then. Their hearth and mind
made her/his not to often watch tv and carry out his/her responsibilities with
spirit. They are also aware that the responsibility is the main thing that can
not be ignored. This is also supported by his/her statement and action. She/he
said that a task on time is better. Besides, she/he also rarely watch TV and
prioritize her/his reponsibility
Keywords: Teen,
Addictive, BehaviIor
Pendahuluan
Media televisi merupakan salah satu media komunikasi
massa. Semua media pada umumnya merupakan sebuah media komunikasi massa dengan
menyebarkan informasi kepada khalayak. Seseorang mendapatkan segala macam
informasi bahkan mendapat pengalaman baru dari media massa. Peranan televisi sebagai
pemersatu bangsa sangat besar pengaruhnya[1].
Perkembangan media elektronik atau teknologi
komunikasi yang mendukung penyebaran pesan dengan cepat melalui televisi,
radio, surat kabar, telepon seluler (smartphone),
internet dan perangkat elektronik lainnya, semakin memudahkan komunikasi
manusia[2].
Karena itu pembahasan terhadap teknologi komunikasi seringkali dihubungkan
dengan adopsi terhadap penggunaan teknologi baru yang dipakai dalam komunikasi,
dan dampak sosial, yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi komunikasi.
Teknologi komunikasi cenderung memungkinkan terjadinya transformasi berskala
luas dalam kehidupan manusia[3].
Media dan teknologi adalah sebuah alat (sarana) yang
sering digunakan oleh semua manusia dan menjadikan manusia itu sendiri merasa
nyaman. Sebuah teknologi pada hakikatnya diciptakan untuk membuat hidup manusia
menjadi semakin mudah dan nyaman. Kemajuan teknologi yang semakin pesat saat
ini membuat hampir tidak ada bidang kehidupan manusia yang bebas dari
penggunaannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Seiring arus
globalisasi dengan tuntutan kebutuhan pertukaran informasi yang cepat, peranan
teknologi komunikasi menjadi sangat penting salah satunya adalah televisi.
Media televisi saat ini bukan hanya sebagai wadah untuk
menyebarkan informasi, tetapi juga sebagai pusat pembelajaran dan hiburan bagi
pendengar, pembaca sekalipun penontonya. Media televisi dalam berbagai macam
wujud digemari oleh semua kalangan dan menjadi hal yang paling diminati dalam
kehidupan. Televisi merupakan media yang paling kompleks karena menjadi alat
yang interaktif dibandingkan media media yang lain. Tayangan-tayangan yang
ditampilkan juga bermacam – macam, mulai dari tayangan anak-anak, berita,
iklan, hiburan dan acara pendidikan ada tiap harinya. Antusiasme yang ada juga
tidak berkurang seiring dengan berjalannya waktu.
Secara sadar atau tidak, manusia selalu berlangganan
acara TV secara berkala. Berbagai macam informasi dan peristiwa terkini,
hal-hal baru yang bisa dikatakan sebagai trend masa kini juga dapat dirasakan
dengan melihat acara-acara televisi. Sebagai media yang sering digunakan dalam
perkembangan, sudah menjadi media yang aktual di Indonesia selama lebih dari
lima tahun terakhir. Kehebatan televisi kini telah mampu menyamai kegiatan
rutin manusia layaknya sikat gigi dan mandi, menonton televisi telah menjadi
ritual harian oleh kebanyakan dari kita diterima sebagai nasib teknologi.[4]
Televisi sebagai acuan publik adalah bukan sepenggal kata yang aman melainkan
sangat berbahaya. Secara tidak langsung televisi dapat membentuk moral perilaku
seseorang yang melihatnya, karena manusia bersifat meniru maka segala macam
bentuk yang ditayangkan dalam televisi menjadi bahan tiruan untuk masyarakat.
Seperti yang terjadi sekarang ini banyak tayangan-tayangan
yang tidak bersifat mendidik dan bercerita tentang kehidupan-kehidupan yang
tidak manusiawi serta realistis. Tayangan yang ada sekarang ini juga tidak
bersifat rasional serta banyak dari iklan-iklan yang ada memiliki sifat dan
kecenderungan yang mendekati logika pembohong.[5]
Tayangan-tayangan yang tidak bersifat mendidik
berlanjut hingga sekarang, tayangan yang ada berdampak pada banyaknya seseorang
menonton televisi hingga tidak kenal waktu, sehingga menjadi malas melakukan
aktivitas dan lalai terhadap tanggungjawabnya. Hal ini disebabkan program
siaran yang disajikan makin lama makin menarik dan dibiayai dengan dana yang
cukup tinggi, sehingga tidak mengherankan dapat memaksa khalayak penontonnya
betah berjam-jam didepan televisi.[6]
Media televisi sendiri menayangkan tayangan yang mencakup berbagai umur, baik
tayangan mulai dari anak dibawah umur hingga tayangan untuk orang dewasa.
Sehingga secara tidak langsung tayangan-tayangan tersebut dinikmati dari
kalangan pelajar mulai dari TK yang mayoritas masih anak dibawah umur, pelajar
SMP dan SMA yang termasuk dalam kategori remaja.
Dikalangan pelajar media massa seperti televisi tidaklah asing bagi mereka, karena di
kalangan siswa saat ini kehidupannya tidak lepas dari media-media yang ada seperti
televisi. Seiring dengan perkembangan zaman media massa atau televisi tidak
hanya digunakan sebagai sarana penghibur bagi pelajar namun juga tempat
memperoleh informasi dan berita-berita yang dapat digunakan sebagai rujukan
tambahan pengetahuan. Jika dilihat dari fase pertumbuhannya, pelajar merupakan
masa dimana proses pertumbuhan dari fase anak-anak menuju fase remaja. Kalangan
pelajar didominasi oleh para remaja, sedangkan remaja merupakan salah satu fase
dimana seorang anak yang masuk atau berproses menuju pada perkembangan fase
dewasa.
Jika dikelompokkan dalam psikologi perkembangan dapat
dikategorikan dalam tahap masa remaja yang dapat diartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan
biologis, kognitif dan sosial-emosional. Masa remaja disini dimulai dari usia
10 – 13 tahun dan berakhir pada usia 18 dan 22 tahun.[7]
Dalam masa anak anak umur 6 – 12 tahun merupakan tahap terpenting dalam
kehidupannya karena mengembangkan aspek afektif, kognitif dan psikomotorik. [8]Dalam
usia remaja merupakan fase dimana masih mencari jati diri dan menemukan apa
yang ada dalam dirinya. Pencarian jati diri remaja merupakan akibat dari
peralihan antara masa kehidupan anak – anak dan masa ehidupan orang dewasa.[9]
Karena masih dalam proses pencarian jati diri dan dapat dikatakan Dalam kaum
remaja masih sering labil terhadap dunia luar serta yang ada didalamnya seperti
sebuah media.
Media merupakan sebuah alat yang muncul karena
perkembangan zaman dan merupakan sebuah teknologi yang paling canggih. Dengan
semakin berkembangnya zaman yang ada teknologi juga mengalami perkembangan,
begitu pula media yang juga semakin berkembang mengikuti perkembangan zaman.
Dari perkembangan - perkembangan media, banyak memberikan dampak - dampak yang
positif dan juga tidak pula dampak yang negatif.
Dampak positif adanya media adalah pelajar terbantu
dengan adanya media – media yang ada saat ini. Dan dampak negatif dari adanya
media pelajar adalah sering menggunakan media dan tidak menghiraukan yang lain.
Pengaruh positif dalam media televisi juga memberi dorongan bagi upaya
modernisasi di negara berkembang seperti Indonesia. Sedangkan perilaku
negatifnya dapat menimbulkan wabah terhadap sesuatu secara berulang – ulang
kali ditayangkan secara rutin dengan unsur kesengajaan maupun ketidaksengajaan.[10]
Dampak yang muncul juga membuat menjadi menirukan apa yang ada dalam televisi.[11]
Seperti yang terjadi dikalangan remaja, mereka yang
sudah dari awal selalu menggunakan media termasuk media televisi pada akhirnya
akan terus bergantung kepada media tersebut dalam setiap hal yang dilakukannya.
Contoh, di saat mereka sedang asyik melihat tayangan televisi mereka tidak
melakukan aktivitas yang diperintahkan oleh orang tua.
Banyak dari pelajar saat berada dirumah yang
menghabiskan waktunya ber jam – jam hanya untuk melihat media massa atau
televisi hingga mereka kecanduan akan televisi, akibatnya banyak waktu yang
terbuang seperti waktu makan, waktu isitirahat dan lain lain. Kecanduan media
ini sendiri dapat menimbulkan perubahan tingkah laku anak yang disebabkan
terlalu sering melihat media massa atau televisi. Kecanduan timbul karena
adanya kemauan dari anak untuk melakukan sesuatu. Anak secara sadar menciptakan
sesuatu yang berdasarkan perasaan dan fikiran dalam dirinya.[12]
Saat anak diingatkan untuk melakukan
aktivitas-aktivitas yang ada, anak akan marah karena diganggu aktivitas yang
dia senangi. Aktivitas tersebut seakan menjadi hobby tersendiri bagi anak. Anak
sanggup berjam - jam, bahkan berhari – hari.[13]
Tidak dapat dipungkiri media massa atau televisi ini sangat berpengaruh bagi
anak termasuk pola pikir anak yang terlalu sering melihat media massa atau
televisi dapat berubah. Mereka jadi sering berkhayal dan terbawa suasana dari
cerita yang ada dalam televisi. Akibatnya, mereka lalu mengkhayal, mencari
kepuasan, bahkan menyalurkan khayalannya dalam dunia fantasi.[14]
Kegiatan yang mereka lakukan terjadi karena adanya
kesalahan pola asuh keluarga. Pola asuh yang salah memberikan dampak terhadap
anak. Kesalahan pola asuh anak dalam keluarga juga dapat mempengaruhi dari
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh anak. Orang tua yang sibuk dengan
pekerjaannya dan tidak menghiraukan anaknya menjadikan seorang anak kurang
perhatian dan kasih sayang orang tua. Orang tua dapat mempengaruhi pemikiran
moral anak dan remaja yang tengah dalam fase perkembangan. Oleh sebab itu pola
asuh orang tua sangat mempengaruhi anak dan setiap anak mendapatka pola asuh
yang berbeda.
Perbedaan pola asuh yang diterima oleh remaja atau
anak tentu akan terdapat pula perbedaan proses pembentukannya.[15]
Seorang anak dan remaja yang membutuhkan bimbingan dalam proses perkembangannya
akhirnya melakuakn semua kegiatan secara mandiri dan mulai mencari kesibukan
yang membuat dirinya merasa nyaman. Sebagai kesimpulannya, proses yang terjadi
dalam keluarga memainkan pernaan yang lebih penting dalam perkembangannya.[16]
Dari hasil penelitian sementara, peneliti menemukan
fenomena yang bukan lagi rahasia umum yakni tentang pemanfaatan media massa
atau televisi yang sering digunakan untuk melihat film dan menonton sinetron
yang ada serta menirukan apa yang ada didalamnya pada Seorang Remaja di
kelurahan ketintang Surabaya. Seperti yang dialami oleh Mawar (nama samaran),
kehidupan dita setelah pulang dari sekolah langsung melihat televisi. Mawar
terkadang tidak langsung mengganti bajunya hingga malam dan suka tidak
melakukan apa yang diperintahkan oleh ibunya jika sedang melihat televisi.
Mawar seolah asyik dengan dunianya sendiri tanpa
menghiraukan apa yang ada disekitarnya termasuk tanggung jawabnya sebagai anak
dalam rumah dan kewajibannya dalam hal belajar. Sering kali Mawar melupakan
belajarnya hingga pada akhirnya tugas-tugas yang dia kerjakan selalu
menggunakan sistem kebut semalam. Dengan kebiasaan itu pada akhirnya banyak
tugas Mawar menjadi salah dan tidak terkontrol. Kesibukan Mawar saat melihat
televisi memang tidak dapat diatasi dengan baik oleh orang tuanya. Orang tuanya
sering kali mengingatkan Mawar namun tidak dihiraukan oleh dirinya.
Mawar juga selalu berdiam diri dan berbaring dikamar
jika sedang tidak melihat televisi. Televisi membuat Mawar menjadi berpikir
dengan pola yang salah dan menganggap kehidupan di televisi menjadi bagian dari
kehidupannya.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dalam
penggunaan media massa atau televisi pada usia remaja paling sering digunakan
untuk mencari informasi, melihat sinetron dan film serta meniru apa yang ada
dalam media tersebut. Kehidupan remaja hanya sering melihat televisi tanpa
menghiraukan apa yang ada di sekitarnya.
Metode Penelitian
Judul penelitian yang membahas masalah pribadi, dan
penelitian ini akan mengkaji dan mendeskripsikan tentang terapi behavioral untuk menangani kecanduan
media televisi seorang anak remaja di kelurahan ketintang surabaya. Adapun
fokus penelitian ini adalah bagaimana proses penerapan terapi Behavior untuk
menangani perilaku kecanduan media televisi, maka dalam pelaksanaannya
penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus sehingga bisa mengetahui
lebih mendalam dan terperinci tentang suatu permasalahan atau fenomena yang
hendak di teliti[17],
dan menggunakan jenis penelitian kualitatif, sehingga dalam laporan hasil
penelitian diungkapkan secara apa adanya dalam bentuk uraian naratif.
Teknik pengumpulan data
Mendapatkan
data dari sumber penelitian maka ada beberapa teknik pengumpulan data yang
sesuai yaitu:
a.
Interview (wawancara)
Wawancara
ini dilakukan pada subjek. Menggunakan wawancara terstruktur yaitu digunakan
sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.
b.
Observasi (pengamatan)
Teknik observasi ini
dklarifikasikan menurut tiga cara. Pertama, pengamat bertindak sebagai
partisipan atau observasi partisipatif yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber
penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang
dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya, dengan observasi
partisipan ini maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Kedua,
observasi dapat dilakukan secara terus terang yaitu peneliti dalam melakukan
pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang
melakukan penelitian. Jadi meraka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai
akhirtentang aktivitas peneliti. Ketiga, observasi yang menyangkut latar
penelitian dan dalam penelitian ini digunakan teknik observasi yang mana
pengamat bertindak sebagai partisipan.
Teknik Analisis Data
Analisis
data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukannya pola, dan menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain.[18]
Definisi
analisis data, banyak dikemukakan oleh para ahli metodologi penelitian. Menurut
Lexy J. Moleong analisis data adalah proses mengorganisasikan dari mengurutkan
data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa analisis data adalah
rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran, dan
verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai social, akademik dan
ilmiah.
Dalam
proses analisis data peneliti melakukan klasifikasi data dengan cara
memilah-milah data sesuai dengan kategori yang disepakati. Teknis analisis data
ini dilakukan setelah proses pengumpulan data diperoleh. Penelitian ini
bersifat studi kasus, untuk itu analisis data yang digunakan adalah teknik
analisis deskriptif komparatif yaitu setelah data terkumpul dan diolah maka
langkah selanjutnya adalah menganalisa data tersebut.
Dalam
penelitian ini teknik analisis data yang dipakai adalah Deskriptif Komparatif
atau biasa disebut Metode Perbandingan Tetap. Teknik ini secara tetap
membandingkan kategori satu dengan kategori yang lain.[19]
Analisa
yang dilakukan untuk mengetahui faktor- faktor yang menyebabkan seorang
mahasiswa mengalami kecanduan media massa atau televisi dan dampak yang dialami
seorang mahasiswa tersebut, dengan menggunakan analisis deskriptif.
Deskriptif Komparatif digunakan untuk menganalisa
proses konseling antara teori dan kenyataan dengan cara membandingkan teori
yang ada dengan pelaksanaan Terapi Behavior yang dilakukan oleh konselor di
lapangan , serta apakah terdapat perbedaan pada konseli antara sebelum dan
sesudah mendapatkan Terapi Behavior.
Terapi Behavior
Behaviorisme merupakan aliran dalam psikologi yang timbul sebagai
perkembangan dari psikologi pada umumnya.[20] Behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan
semua adalah sama.[21]
Pendekatan, teknik, dan prosedur yang dilakukan berakar pada teori belajar.
Dalam menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar
yang bersumber dari aliran-aliran psikologi. Salah satunya adalah teori belajar
behavioristik, teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah
perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Dalam
pandangan behavior kepribadian manusia itu pada hakikatnya adalah perilaku, perilaku tersebut dibentuk berdasarkan
pengalamannya berupa interaksi individu dengan lingkungannya.[22]
Jadi dapat disimpulkan, terapi behavioral adalah sebuah terapai
yang berpusat pada perubahan pola perilaku manusia dengan cara belajar.
Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan
perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak
lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang
menjadi penyebab belajar.
Perhatian utama konselor dalam terapi behavioral adalah perilaku
yang tampak. Sikap konselor behavior adalah lebih menerima dan mencoba memahami
apa yang dikemukakan konseli. Dengan menggunakan teknik :
a. Penguatan
(reinforcement)
Penguatan positif adalah teknik pemberian stimulus yang dilakukan
saat berada dalam suatu situasi, meningkatkan kemungkinan bahwa suatu perilaku
akan terjadi.[23] Penguatan
positif adalah teknik yang digunakan
melalui pemberian ganjaran segera tingkah laku yang diharapkan muncul. Salah
satu contoh penguatan positif adalah dengan melakuak senyuman, pujian, bintang
emas, medali, dan uang.[24]
Penguatan positif dapat menjadikan individu melakukan suatu aktivitas secara
berulang. Penguat positif adalah suatu peristiwa yang membuat tingkah laku yang
dikehendaki berpeluang untuk diulangi lagi.[25]
Penguatan positif lebih efektif dalam mengendalikan tingkah laku karena
hasil-hasilnya lebih bisa diramalkan serta kemungkinan timbulnya tingkah laku
yang tidak diinginkan akan lebih kecil.[26]
Dalam
terapi penguatan positif terdapat dua model penerapan yang dilakukan, antara
lain:
a)
Verbal
Pemberian
penguatan yang dilakukan dengan berupa kata-kata seperti pujian, saya suka
hasil kerja anda, dan tingkatkan terus kemampuanmu dalam bekerja.
b)
Non-verbal
Pemberian penguatan yang
dilakukan dengan memberikan gerakan seperti acungan jempol, memberikan
senyuman, berupa tanda penghargaan dan hadiah-hadiah dengan mengkombinasikannya
sehingga sikap yang diinginkan akan dibentuk dan sikap yang tidak baik akan
sedikit demi sedikit dihilangkan.[27]
Terapi
penguatan positif juga memiliki beberapa model yaitu :
a)
Sekunder
Memuaskan
kebutuhan psikologi dan sosial, dan memiliki niai yang berkerja sama dengan
penguatan primer. Contoh dalam penguatan ini adalah dengan senyuman,
persetujuan, uang, pujian da hadiah.
b)
Primer
Memberikan
penguatan dengan berhubungan kebutuhan biologis yang mendasar.[28] Contoh makanan atau tidur yang diberikan dalam terapi ini.[29]
Terdapat
tiga jenis penguatan yang dapat digunakan untuk modifikasi tingkah laku, yaitu
:
a)
Primary
reinfocer yaitu penguatan yang dapat langsung dinikmati seperti makanan dan
minuman.[30] Dalam penguatan ini semua benda nyata yang dapat disentuh.[31]
b)
Secondary
reinfocer yaitu penguatan yang berupa tingkah laku manusia pada umumnya
sepert senyuman, pujian
c)
Contingency
reinforcement yaitu tingkah laku tidak menyenangkan dipakai sebagai syarat agar
anak melakukan tingkah laku yang menyenangkan. Misalnya kerjakan dulu PR baru
nonton TV.[32]
b.
Percontohan (modelling)
Dalam
teknik ini dapat mengamati seseorang yang dijadikan modelnya dalam berperilaku
kemudian diperkuat dengan mencontoh tingkah laku sang model. Dalam hal ini
setiap penggunaannya konselor sering kali digunakan sebagai model.[34] Modelling merupakan belajar melalui observasi dengan menambhakan atau
menguragi tingkah laku yang teramati.[35]
Dalam
terapi percontohan(modelling)
terdapat Macam macam modelling,
antara lain:
a)
Live
Model seperti terapis, guru, anggota keluarga
b)
Symbolic
Model seperti tokoh dalam film
c)
Multiple
model seperti dalam kelompok, seseorang merubah sikapnya saat melihat
anggota lain dalam kelompok.[36]
Maka, dari penelitian ini terapi yang akan digunakan adalah Terap
Behavior. Terapi Behavior adalah pendekatan pendekatan dalam konseling dan psikoterapi
yang berkaitan dengan perilaku manusia dan merubahnya denagn cara belajar.
Terapi behavior adalah salah satu teknik yang digunakan dalam menyelesaikan
tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan dalam proses belajar agar bisa
menghasilkan perilaku yang lebih efektif dan mampu menanggapi sesuatu dengan
lebih efisien lagi. [37]
Kecanduan Media Televisi
Kecanduan didefinisikan suatu aktivitas yang dilakukan berulang
ulang dan dapat menimbulkan dampak negatif .[38]kecanduan adalah suatu sifat yang berada dalam pikiran
manusia yang dengan parahnya menginginkan atau memerlukan sesuatu agar bekerja
dengan baik. Secanduan sendiri juga bisa dipandang sebagai keterlibatan terus
menerus dengan sebuah aktivitas meskipun hal hal tersebut berakibat negatif.
Saat sedang mengalami kecanduan sesuatu yang pernah dilakukannya
akan mengalami sakit jika tidak dapat terpenuhi segala keinginannya. Kecandan
adalah sebuah ketergantungan psikologis yang abnormal atau bersifat negatif.
Media televisi merupakan salah satu media komunikasi massa. Semua
media pada umumnya merupakan sebuah media komunikasi massa dengan menyebarkan
informasi kepada khalayak. Seseorang mendapatkan segala macam informasi bahkan mendapat
pengalaman baru dari media massa. Peranan televisi sebagai pemersatu bangsa
sangat besar pengaruhnya[39].
Media Televisi merupakan media yang efektif untuk menyampaikan
berbagai informasi, karena melalui televisi pesan – pesan atau informasi dapat
tersampaikan kepada audiensi dengan jangkauan yang sangat luas.[40]
Kecanduan merupakan kondisi
terikat pada kebiasaan yang sangat kuat dan tidak mampu lepas dari keadaan itu,
individu kurang mampu mengontrol dirinya sendiri untuk melakukan kegiatan
tertentu yang disenangi. Seseorang yang kecanduan merasa terhukum apabila tak
memenuhi hasrat kebiasaannya.
Berdasarkan uraian di atas
maka kecanduan dapat di artikan sebagai suatu kondisi dimana individu merasakan
ketergantungan terhadap suatu hal yang disenangi pada berbagai kesempatan yang
ada akibat kurangnya kontrol terhadap perilaku sehingga merasa terhukum apabila
tidak memenuhi hasrat dan kebiasaannya.[41]
Identifikasi Masalah
Dalam identifikasi masalah disini
konselor mengulas permasalahan yang dihadapi oleh konseli secara detail dan
mendalam. Hal yang paling utama yaitu mendiskusikan dengan seorang konseli
tentang apa yang diinginkan atau didapatkan dari proses konseling. Adaya
diskusi ini untuk menghindari kemungkinan adanya harpan dan sasaran yang tidak
realistis. Dengan demikian, yaitu mendiagnosis apa permasalahanya, hasil, dan
tujuan apa yang ingin dicapai.
Identifikasi dalam hal
ini yaitu berkaitan dengan gejala-gejala apa sajakah yang sering muncul pada
diri konseli. Sehingga konselor menggali lebih dalam informasi tentang konseli.
Informasi tersebut di dapat dari hasil wawancara dengan keluarga konseli,
sahabat konseli, dan tetangga konseli. Adapun data-data yang diperoleh dari
sumber-sumber tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:
1)
Data yang bersumber dari
konseli
Konselor mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan hasil
observasi yang telah dilakukan bahwasannya konseli apakah benar-benar kecanduan
melihat televisi.
Berdasarkan penuturan konseli Di
dalam wawancara tersebut klien menuturkan bahwa dirinya mulai melihat televisi
saat kelas 3 SD namun dia mulai merasakan keinginan untuk melihat televisi
secara terus menerus saat kelas 5 SD. Klien mengatakan bahwa saat melihat
televisi dirinya menemukan sesuatu yang menyenangkan yang membuat dirinya merasa
nyaman dan dirinya menjadi mengetahui apa saja yang akan ditayangkan dalam
televisi.
Klien
pun berkata bahwa dirinya menyukai
beberapa serial dalam televisi yang tidak dia lupakan dan tidak ingin
ketinggalan melihat tayangan tersebut. Tayangan yang dia sukai saat pagi adalah
tayangan kartun yang terdapat pada saluran RCTI dan MNC. Dalam saluran RCTI
Konseli menyukai serial kartun Doraemon sedangkan di saluran MNC Konseli
menyukai serial kartun Upin dan Ipin serta pada zaman dahulu. Konseli juga
berkata bahwa dirinya menyukai tayangan yang menurut dia menghibur, seperti
tayangan kartun, komedi dan sinetron. Menjelang siang Konseli mulai mengganti
dengan tayangan lain yang bersifat sinetron di SCTV.
Perubahan
tayangan tersebut dikarenakan tayangan
kartun yang sudah habis, namun jika terdapat tayangan kartun Konseli mengganti
ke tayangan kartun. Saat memasuki waktu malam Konseli masih berada didepan
televisi dan mulai menunggu untuk melihat serial sinetron kesukaannya.
Dengan
hanya melihat televisi dalam sehari penuh, aktivitas lain seolah menjadi
aktivitas tambahan bagi konseli. Aktivitas konseli dalam melihat televisi
seakan menjadi yang paling utama dalam kesehariannya. Saat sedang asyik melihat
televisi konseli tidak ingin diganggu oleh siapapun, Jika ada seseorang yang
mengganti saluran televisi yang dia lihat maka dengan cepat konseli mengganti
kembali ke saluran yang disukai. Saat konseli mendapati keluarga atau
saudaranya mengganti tayangan yang ditonton, konseli mulai marah dan tidak
ingin diganti karena menganggap televisi itu berada dikamarnya jadi yang boleh
melihat televisi selain dirinya adalah orang tuanya.
Semua
yang ada didalam kamar menurut konseli menjadi miliknya. Kesukaan konseli dalam
melihat televisi membuat dirinya menjadi hafal dalam setiap tayangan yang ada,
mulai dari jadwal tayangan di televisi hingga isi dari iklan yang ada. konseli
mengatakan bahwa dirinya dapat menghafal lirik dan mengetahui iklan apa tanpa
melihat iklan yang ditayangkan.
Semua
itu disebakan karena konseli senang dan nyaman jika melihat televisi.
Kesenangan yang konseli rasakan dengan melihat televisi terkadang membuat
dirinya lupa akan kebersihan diri dan melakukan aktivitas yang lain sampai
larut malam. konseli mengakui semakin hari dirinya ingin terus melihat
televisi. Keinginan konseli tersebut didasarkan pada rasa malas yang dia
miliki.
2)
Data yang bersumber
dari teman rumah konseli
Konseli sering bercanda dan
bermain dengan dirinya dulu, saat dirumah klien pun mereka terkadang menonton
televisi bersama. Kosneli pun juga sangat memahami apa yang ada di televisi
saat bersama Sari. Konseli menurut Sari sering mengatakan tentang serial
televisi yang terkadang Sari sendiri tidak mengetahuinya. Sari mengatakan bahwa
klien ini anak yang baik. Konselisudah dianggap sebagai saudara oleh Sari.
3)
Data yang bersumber
dari teman sekolah konseli
Konseli termasuk seseorang yang baik dan aktif dalam kegiata
disekolah dengan keaktifan itu konseli ikut pramuka dan juga disekolah menjadi
seorang koordinator kebersihan lingkungan. Konseli juga merupakan teman yang
asyik saat diajak ngobrol. Jadi, dia ini anak yang suka bercanda, baik dan
aktif.
Diagnosis
Setelah
identifikasi masalah klien, langkah selanjutnya yaitu langkah untuk menetapkan
masalah yang dihadapi beserta factor-faktornya. Dalam hal ini konselor
menetapkan masalah klien setelah mencari data-data dari sumber yang dipercaya.
Dan dari hasil identifikasi maslah klien, masalah yang sedang dialami klien
yaitu perilaku kecanduan televisi dan lupa terhadap tanggung jawabnya yaitu :
tanggung jawab anak kepada orang tua, tanggung jawab pelajar, tanggung jawab
religius.
Prognosis
Berdasarkan data-data dan
kesimpulan dari diagnosis tersebut, maka konselor menetapkan jenis penelitian
(terapi) yang akan diberikan konselor kepada konseli. Dalam hal ini konselor
akan memberikan bimbingan dan konseling Islam dengan merujuk pada fungsi
perbaikan yaitu memecahkan persoalan yang dihadapi, fungsi pengembangan yaitu
sesuai dengan nilai-nilai islam bahwa seseorang haruslah mengembangkan potensi
yang dia miliki serta fungsi pencegahan yaitu konselor mengupayakan agar
konseli tidak terlalu kembali mengikuti hawa nafsunya dalam hal melihat
televisi. Konselor menggunakan terapi behavior
dengan teknik penguatan positif dan digabung dengan teknik modelling dalam
menangani kecanduan konseli dalam melihat televisi. Adapun tehnik penguatan yag
dipakai adalah intermitted reinforcement dan
teknik modelling yang di pakai yaitu live model atau model nyata secara
langsung dimana model tersebut adalah teman konseli.
Konselor menangani
kecanduan media televisi dikarenakan konseli yang juga membutuhkan motivasi
untuk berubah, konseli ingin untuk meruah dirinya agar semua yang dia lakukan
tidak terasa sia sia dan mendapatkan amarah dari orang tuanya. Konseli diajak
untuk meninggalkan televisi dengan diberikanannya reward dan punishmnet agar
konseli dapat berubah menajdi remaja pada umumnya dan Konseli diajak meniru,
mengamati, merasakan figur model dan mengentaskan kecanduannya melalui model.
Alasan utama konselor memilih teknik penguatan dan model karena dalam teknik
tersebut konseli dapat merubah dirinya dengan membentuk erilaku yang baru
dibantu oleh model yan berasal dari kakaknya. Selain itu pula untuk
penguatannya konselor menggunakan symbolic model yaitu berdasarkan dari figur
tokoh yang terkenal, biografi, ataupun video. konselor menayangkan video atau
film yang sesuai dengan kondisi permasalahan konseli. Film yang ditayangkan
yaitu film motivasi mengenai perjuangan seseorang yang dahulunya bukan orang
yang pandai namun dengan giat dan melaksanaan tanggung jawab dengan baik
akhirnya bisa menjadi sukses.
Treatment
Setelah menentukan tehnik
yang digunakan, konselor menerapkan langkah-langkah dalam tehnik penguatan dan
modelling untuk diaplikasikan kepada konseli. Disini awalnya konselor memilih
model yang cocok untuk diadaptasi perilakunya oleh konseli yaitu kakaknya
sendiri yang pernah mengalami kecanduan. Lalu. Masalah konseli yang selalu melihat televisi konselor memberikan
sebah reward kepada konseli jika dapat
beruah akan mendapatkan reward dari
keluaganya namun jika tidak dapat mennggalkan televisi akan mendapatkan hukuman
serta memberikan terapi shalat agar dirinya tersadar akan dampak yang
dilakukannya. Untuk menangani masalah tanggung jawab konselor mengajak konseli
untuk membaca alquran dan meresapi apa yang ada didalamnya agar konseli
mengetahui dapak dari dirinya meninggalkan tanggung jawab sebagai manusia dan
konseli diberikan model yang telah dipilih untk mengamati perilaku dari model
tersebut dan dapat menirunya untuk kepribadian konseli.
Hasil Penelitian
Setelah melakukan proses konseling dengan menggunakan
Terapi Behavior untuk menangani Kecanduan Media Televisi, maka peneliti
mengetahui hasil dari proses pelaksanaan terapi behavior yang dilakukan oleh
konselor cukup memberikan perubahan pada diri konseli.
Untuk
mengetahui perkembangan dari klien, konselor melakukan observasi dan wawancara
orang terdekat dari klien. Adapun perubahan klien setelah proses pelaksanaan
terapi behavior, setelah mendapatkan pengarahan dari konselor klien mengalami
perubahan dalam dirinya yaitu: setelah memahami dan mendapatkan arahan konseli
mengalami perubahan dalam diri yakni konseli mulai bersemangat untuk sholat,
mulai membantu kegiatan keluarga, mulai menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.
Konseli
dalam hal ini mulai bisa meninggalkan televisi dan melakukan tanggung jawab
dengan baik meskipun masih terdapat rasa malas pada drinya. Konseli juga mulai
bergaul dengan masayrakat sekitar dan temannya kembali dengan tidak selalu
melihat televisi jika dirinya sedang berada dirumah ataupun sendirian. Dalam
masalah keluarga konsel mulai aktif membantu orang tuanya menyelesaikan
pekerjaan rumah tanpa melihat televisi terlebih dahulu dan memiliki rasa
kepekaan yang tinggi jika mengetahui ada hal yang kurang baik. Dalam hal shalat
konseli mulai melakukan dengan tepat waktu dan selalu melaksanakan di masjid
bersama denga teman temannta tanpa melakukan aktivitas yang lai terlebih
dahulu.
Kesimpulan
1. Proses
konseling yang dilakukan kepada seorang mahasiswa yang bernama Mawar (samar)
menggunakan Terapi Behavior, yang mengacu pada perubahan perilaku dari yang
maladaptif menjadi adaptif, maka konselor dalam memberikan bimbingannya selalu
berusaha menyadarkan serta menggerakkan hati dan fikirannya untuk selalu
meninggalkan melihat televisi dan melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik
dan benar.
2. Setelah
dilakukan proses terapi behavioral, dengan cara menyadarkan serta menggerakkan
hati melalui pengutan yang diberikan dan teknik model . Dan ternyata melalui
teknik ini klien dapat sadar akan apa yang telah dilakukannya itu tindakan yang
merugikan diri sendiri. Tergerak hatinya untuk melakukan tanggung jawab dengan
benar dan menurut klien jika dirinya melaksanak tanggung jawab dengan baik akan
meringankan beban yang ada
Daftar Pustaka
Agustina, Prasiska: 249 – 262. Dampak tayangan drama
Korea di televisi dalam perubahan sikap dan perilaku remaja , e-journal Ilmu
Komunikasi, Volume 1, Nomor 3. 2013
Ahmadi, Abu.Psikologi Umum. Surabaya : PT. Bina Imu.
1982
Ali, Mohammad. Psikologi Remaja (perkembangan peserta
didik). Jakarta : PT. Bumi Aksara. 2006
Atabik, Ahmad. “prospek dakwah melalui mdia televisi”
, jurnal komunikasi penyiaran islam vol. 1 no. 2 . Juli – Desember 2013
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Dan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. 2006
Bungin, Burhan. “konstruksi sosial media massa
:kekuatan pengaruh media massa, iklan televisi dan keputusan konsumen serta
kritik terhadap peter L berger”. Jakarta : kencana . 2008
Bungin, Burhan. Metode
Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif Dan Kualitatif. Surabaya:
Universitas Airlangga. 2001
Corey gerald.teori dan praktek
konseling da psikoterapi. Bandung : refika aditama. 2009
Darwanto sastro subroto. Televisi sebagai media pendidikan (cetak ketiga),Yogyakarta : Duta
wacana University Press. 1995.
Departemen Agama RI. Al-Quran Dan Terjemahannya, Surabaya : Suta Ilmu Surabaya, 2002
Gantina komalasari, Teori dan teknik konseling, Jakarta : PT. Indeks 2011
Graeme Burton. Membincangkan
Televisi (sebuah pengantar kajian televisi ). Yogyakarta : Jalasutra . 2011
Google Maps, tanggal 1 Desember 2016, Pukul 23.00
Hastuti. Psikologi
Perkembangan Anak. Jakarta : Tugu Publisher. 2012
Hassan,
Fuad. Teknologi Dan Dampak Kebudayaannya:
Tantangan Dalam Laju Teknologi. Orasi Ilmiah Dies Natalis Institut
Teknologi Sepuluh November ke-39. Surabaya, . 11 November 1999
Hutagalung, Inge. “penggunaan media tv di indonesia” .
jurnal komunikologi vol. 1 no 1. maret 2004
Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, terjemahan oleh Wahyu Indianti Jakarta :
Penerbit Erlangga, 2008
John W. Santrock. Adolescence
perkembangan remaja. Jakarta : erlangga. 2003.
Laili, Fitri Ma'rifatul. “penerapan konseling keluarga
untuk mengurangi kecanduan game Online pada siswa kelas VIII SMP Nnegeri 21
Surabaya”, Jurnal BK, Volume 05 Nomor 01”. 2015.
Latipun. psikologi konseling. Malang: umm pres. 2006
Mohammad Ali,Psikologi
Remaja,Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006,
Moleong, Lexy J. Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009
Ninik Murtiyani.
Hubungan pola asuh orang tua
dengan kenakalan remaja di RW kelurahan Sidokare kecamatan Sidoarjo, Jurnal
Keperawatan Vol. 1 No. 1. Januari 2011-Desember 2011.
Namora lumongga Lubis, memahami dasar-dasar konseling dalam teori dan praktik, (Jakarta:
Kencana prenada media group) ,2011
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1988
Nirmana “Peran Televisi dalam Masyarakat citraaa
Dewasa ini sejarah, Perkembangan dan Pengaruhnya” , jurnal desain komunikasi
visual vol. 1 no. 2,. , juli 1999:95-
108.
Rizqi Amalia, efek tayangan on the spot terhadap pesan
media massa bagi mahasiswa ilmu komunikasi universitas mulawarman, e-Journal MahasiswaIlmu Komunikasi,
Volume 3, Nomor 2, 2015: 30-42,hal.33.
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja,Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003
Subagyo, Joko. Metode
Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2004
Sugiyono. Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung, Alfabeta. 2012
Sujanto, Agus. Psikologi Umum. Jakarta : PT. Bumi
Aksara. 2006
Sujanto, Agus. Psikologi Perkembangan, Jakarta : PT.
Rineka Cipta. 1996
Suparmoko, M. Metode
Penelitian Praktis. Yogyakarta: BPFE. 1995
Susanto, Eko Harry. Komunikasi Manusia (Esensi Dan Aplikasi Dalam Dinamika Sosial Ekonomi
Politik). Jakarta : Mitra Wacana Media. 2010
Suryo, M dan Djumhur. Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah. Bandung: CV. Ilmu. 1975
Walgito, Bimo.pengantar psikologi umum. Yogyakarta :
Andi Offset. 2002
William L. “media massa & masyarakat modern”.
Jakarta : kencana . 2008
Wawan Kuswandi. Komunikasi
massa (sebuah analisis isi media televisi). Jakarta : PT. Rineka Cipta.
1996.
Yuly Rahmawati “Bimbingan
Dan Konseling Islam Dengan Teknik Modelling Untuk Mengatasi Online Shop Addict:
Studi Kasus Seorang Warga Di Kelurahan Magersari Di Sidoarjo” (Skripsi, FDK
Uneversitas Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016),
[1] Inge hutagalung, “penggunaan
media tv di indonesia” , jurnal komunikologi vol. 1 no 1, maret 2004. Hal 6
[2] Dr. Eko Harry Susanto, Komunikasi Manusia(Esensi Dan Aplikasi Dalam Dinamika Sosial Ekonomi
Politik), (Jakarta : 2010, Mitra Wacana Media), hlm. 12
[3] Fuad
Hassan. Teknologi Dan Dampak
Kebudayaannya: Tantangan Dalam Laju Teknologi. Orasi Ilmiah Dies Natalis
Institut Teknologi Sepuluh November ke-39. Surabaya, 11 November 1999.
[4] Nirmana,
“Peran Televisi dalam Masyarakat
citraaa Dewasa ini sejarah, Perkembangan dan Pengaruhnya” , jurnal desain
komunikasi visual vol. 1 no. 2, juli 1999:95- 108. Hal 97
[5] Burhan bungin, “Konstruksi Sosial Media Massa :Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan
Televisi Dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L Berger”,
Jakarta : kencana. 2008. Hal 115.
[6] Darwanto sastro subroto,televisi sebagai media pendidikan (cetak ketiga),(Yogyakarta : Duta
wacana University Press. 1995). Hal. 20.
[9] Mohammad Ali, Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik), (Jakarta : PT. Bumi
Aksara. 2006). Hal 16.
[10] Inge hutagalung, “Penggunaan
Media Tv Di Indonesia” , jurnal komunikologi vol. 1 no 1, maret 2004. Hal.
8.
[11] Prasiska Agustina, Dampak Tayangan Drama Korea Di Televisi Dalam Perubahan Sikap Dan
Perilaku Remaja , e-journal Ilmu Komunikasi, Volume 1, Nomor 3, 2013 : 249 –
262. Hal 260.
[14] Mohammad Ali, Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik), (Jakarta : PT. Bumi
Aksara. 2006). Hal 17
[15] Ninik Murtiyani, Hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja di RW kelurahan
Sidokare kecamatan Sidoarjo, Jurnal Keperawatan Vol. 1 No. 1, Januari
2011-Desember 2011. Hal 6
[17] Tohirin, Metode
Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan Dan Bimbingan Konseling (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2012) hal. 20
[19] Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 288.
[23] Friedman Howard S , Kepribadian (teori klasik dan riset modern), (Jakarta: penerbit
erlangga, 2008) hal 171a
[24] Namora lumongga Lubis, memahami dasar-dasar konseling dalam teori dan praktik, (Jakarta:
Kencana prenada media group,2011),hal.175.
[27] Anggi indayani,” pneerapan konseling behavioral dengan teknik penguatan positif sebagai
upaya untuk meminimalisis perilaku membolos pada siswa kelas X SMA negeri 1
sawan”,e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling Vol. 2No. 1,tahun
2014,hal.4.
[28] Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, terjemahan oleh Wahyu Indianti (Jakarta :
Penerbit Erlangga, 2008),hal.434.
[29] Ni nyoman oktavia ayu, “efektivitas konseling behavioral teknik penguatan positif dan teknik
percontohan untuk meningkatkan ketrampilan komunikasi antar pribadi siswa kelas
VII SMPLaboratorium Undiksa”, e-journal
Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling Vol. 2No. 1,tahun 2014,hal.5.
[31] Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, terjemahan oleh Wahyu Indianti (Jakarta :
Penerbit Erlangga, 2008),hal.435.
[33] Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, terjemahan oleh Wahyu Indianti (Jakarta :
Penerbit Erlangga, 2008),hal.435
[34] Namora lumongga Lubis, memahami dasar-dasar konseling dalam teori dan praktik, (Jakarta:
Kencana prenada media group,2011),hal.175.
[37] % Corey gerald, Teori
Dan Praktek Konseling Da Psikoterapi. (Bandung : refika aditama, 2009),
hal. 239.
[38] Fitri Ma'rifatul laili, “Penerapan Konseling Keluarga Untuk Mengurangi Kecanduan Game Online
Pada Siswa Kelas VIII SMP Nnegeri 21 Surabaya”, Jurnal BK, Volume 05 Nomor
01 2015”, (ejournal.unesa.ac.id diakses 25 maret 2015).
[39] Inge hutagalung, “Penggunaan Media Tv Di Indonesia” , jurnal komunikologi vol. 1 no
1, maret 2004, Hal. 6.
[40] Ahmad Atabik,
“Prospek Dakwah Melalui Mdia
Televisi” , jurnal komunikasi penyiaran islam vol. 1 no. 2, Juli – Desember
2013. Hal 195
[41] Yuly Rahmawati “Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan Teknik Modelling Untuk Mengatasi
Online Shop Addict: Studi Kasus Seorang Warga Di Kelurahan Magersari Di
Sidoarjo” (Skripsi, FDK Uneversitas Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016),
hal. 44
No comments:
Post a Comment
you say