IBX5A82D9E049639

Saturday, 25 February 2017

Hakikat Teori Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ilmu pendidikan diibaratkan dengan mata uang karenamempunyai dua sisi yang berbeda satu sama lain. Keduanya hanya dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Bila seorang pendidik hanya menguasai teori tanpa adanya praktik dari teori tersebut maka akan terasa janggal, demikian juga dengan seseorang yang melaksanakan pendidikan yang bersifat praktis tanpa mengetahui tujuan yang ingin dicapai.
Maka jelaslah bahwa kedua aspek pendidikan ini mempunyai kedudukan yang penting. Untuk itu makalah kami akan mencoba mengupas teori dan praktik pendidikan serta kedudukan filsafat pendidikan di dalamnya. Pendidikan merupakan proses yang lebih besar dari sekedar aktivitas persekolahan, pendidikan yang mengesampingkan perbedaan madzhab dan orientasi merupakan proses pengembangan sosial yang mengubah individu dari sekedar makhluk biologis menjadi makhluk sosial agar dapat hidup bersama realitas zaman dan masyarakatnya. Dengan kata lain pendidikan merupakan proses pemberian sifat sosial kemanusiaan (humanisme) kepada makhluk hidup. Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa (orang tua) dalam pergaulanya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.

B.    Rumusan Masalah
1.     Apa pengertian dari teori pendidikan?
2.     Apa saja hakikat teori pendidikan?
3.     Apa saja tujuan teori pendidikan?
4.     Apa saja ruang lingkup teori pendidikan?

C.    Tujuan
Tujuan dari makalah ini agar dapat mengetahui memahami pengertian teori pendidikan, hakikat dari teori pendidikan, tujuan teori pendidikan, serta mengetahui ruang lingkup teori pendidikan.











Hakikat Teori Pendidikan 






BAB II
PEMBAHASAN


         A.   Arti & Definisi Teori Pendidikan
Menurut pengertian  yang paling umum, teori merupakan lawan dari fakta. Chaplin (2002) mendefinisikan teori sebagai “satu prinsip umum yang dirumuskan untuk menjelaskan sekelompok gejala yang berkaitan. Menurut Santrock (1998), teori adalah “a coherent set of ideas that helps explain data and make predication. A theory contains hypotheses, assumptions that can be tested to determine their accuracy”. Jadi, sebenarnya teori adalah hipotesis yang belum terbukti atau spekulasi tentang kenyataan yang belum diketahui secara pasti, sehingga perlu diuji lebih lanjut untuk menentukan akurasinya. Apabila dalam pengujian teori itu ternyata benar, makan ia menjadi fakta.[1]

·                            Pengertian pendidikan
W.J.S Poerwadarminta, menjelaskan arti pendidkan sebagai berikut.[2]
1.     Pendidikan dari segi bahasa berasal dari kata dasar didik, dan diberi awalan men, menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran).[3]
2.     Rechey dalam bukunya, Planning for Teaching, an Introduction, menjelaskan pengertian pendidikan. Pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas daro pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama untuk memperkenalkan warga masyarakat baru (generasi muda) pada pengenalan terhadap kewajiban dan tanggung jawabnya di tengah masyarakat. Jadi, proses pendidikan jauh lebih luas daripada proses yang berlangsung di sekolah. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial penting yang berfungsi mentransformasikan keadaan suatu masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Keterkaitan pendidikan dengan keadaan sosial sangat erat sehingga pendidikan mungkin mengalami proses spesialisasi dan institusional sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang kompleks dan modern.[4]
3.     Pendidikan dalam usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu dan membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga mencapai kualitas diri yang lebih baik.[5]
Teori pendidikan adalah teori yang digunakan dalam proses belajar mengajar.[6]
Pengertian teori pendidikan adalah teori yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Salah satu penerapan teori belajar yang terkenal adalah teori dari John Dewey yaitu teori “ learning by doing”. Teori belajar ini merupakan sub ordinat dari teori pendidikan. Karenanya sebelum membahas teori belajar tersebut, perlu diuraikan pengertian teori pendidikan.[7]
Menurut Moore (1974) istilah teori merujuk pada suatu usaha untuk menjelaskan bagaimana sesuatu terjadi seperti adanya. Selain itu teori juga merupakan usaha untuk menjelaskan sesuatu yang mungkin terjadi di masa datang. Pengertian ini mengandung makna bahwa fungsi teori adalah melakukan prediksi. Teori juga diartikan sebagai kebalikan dari sebuah praktek.  Moore (1974) menambahkan bahwa hakekat teori pada dasarnya adalah penjelasan terhadap sesuatu. Dari pengertian tersebut peran teori adalah sebagai penjelasan tentang sejumlah asumsi, sesuatu yang terjadi, telah terjadi, dan akan terjadi. Sejumlah aspek ini merujuk pada pola dari teori sebagai alat untuk penjelasan logis dan membuat prediksi. Namun menurut Moore (1974) pengertian teori seperti ini merupakan pengertian yang digunakan dalam sains seperti fisika dan matematika. Sedangkan untuk kasus teori pendidikan pengertian tersebut tidaklah terlalu tepat.[8]
Jika dihubungkan dengan pendidikan maka teori pendidikan merupakan seperangkat  penjelasan yang rasional sistematis membahas tentang aspek- aspek penting dalam pendidikan sebagai sebuah sistem. Mudyahardjo (2002) menjelaskan bahwa teori pendidikan adalah sebuah pandangan atau serangkaian pendapat ihkwal pendidikan yang disajikan dalam sebuah sistem konsep. Pendidikan sebagai sistem mengandung arti suatu kelompok tertentu yang setidaknya memiliki hubungan khusus secara timbal balik  dan memiliki informasi.[9]


          B.   Hakikat Teori Pendidikan
1)    Pendidikan adalah actual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi actual dari individu yang belajar dan lingkungan belajarnya.[10]
2)    Pendidikan adalah normative, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik.[11]
3)    Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi actual dari individu yang  belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.[12]
Deskripsi konsep-konsep penjabaran asumsi pendidikan adalah:[13]
1.     Entering behavior
a)     Kesiapan belajar adalah kematangan individu, jasmani dan mental untuk mengalami perkembangan, untuk menerima perlakuan-perlakuan yang dapat menyebabkan terjadinya perkembangan atau perubahan tingkah laku.[14]
b)    Kemampuan-kemampuan belajar adalah, kondisi kemampuan bawaan dan hasil belajar yang dapat dipergunakan untuk belajar yang dapat dipergunakan untuk belajar. Kemampuan belajar adalah bakat yang diperoleh proses genetic, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh melalui pengaruh-pengaruh lingkungan. Bakat terdiri atas bakat umum atau bakat intelegensi atau bakat khusus. Intelegensi adalah kemempuan yang dimiliki setiap individu, yang terdiri atas: (1) intelegensi kognitif dan (2) intelegensi emosional. Intelegensi kognitif mencakup kemampuan-kemampuan: (1) pemahaman verbal, (2) keterampilan numeric, (3) kemampuan menalar, (4) pemahaman ruang, dan (5) kefasihan menggunakan kata. Sedangkan intelegensi emosional mencakup kemampuan-kemampuan: (1) mengetaui emosi-emosinya sendiri, (2) mengelola emosi-emosinya sendiri, (3) memotivasi dirinya sendiri, (4) menganali emosi-emosi orang lain, dan (5) menangani hubungan-hubungan social. Bakat khusus adalah kemampuan bawaan yang dimiliki sekelompok individu dalam kemampuan tertentu luar biasa, seperti kemampuan-kemampuan dalam bidang music, mekanik, motorik, dan sebagainya. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang diperoleh individu melalui interaksinya dengan lingkungan, baik yang diperoleh melalui lembaga pendidikan maupun pegalaman hidup pada umumnya.[15]
Kemampuan kognitif adalah kemampuan mengenal dunia sekelilingnya, yang mencakup kemampuan-kemampuan: menganal kembali, memahami, mengaplikasi, menganalisis, memadukan dan mengevaluasi.[16]
Kemampuan afektif adalah kemampuan mengalami dan menghayati nilai-nilai sesuatu hal, yang mencakup kemampuan-kemampuan: memberikan perhatian, berpartisipasi, menghayati nilai-nilai, mengorganisasi nilai-nilai, dan membangun gaya hidup berdasarkan karakterisasi nilai-nilai.[17]
Kemampuan psikomotor adalah kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasi gerakan yang mencakup kemampuan-kemampuan: mempresepsi keadaan untuk siap menggunakan alat-alat pengindraan, siaga melakukan tindakan tertentu, melakukan tindakan yang terarah, melakukan tindakan-tindakan kinerja yang disertai kepercayaan diri dan terampil dan menyatakan kinerja yang canggih.[18]
c)     Gaya belajar adalah cara-cara yang berifat pribadi dari sesorang dalam belajar. Hal ini berkenaan dengan: (1) tempo belajar, atau kecepatan bertindak dalam belajar, dan (2) pemilihan strategi belajar atau kecerdikan atau kejeliaan sesorang untuk dapat memilih cara-cara belajar yang tepat dan menyenangkan.[19]
2.     Kondisi actual lingkungan belajar
Lingkungan belajar adalah situasi yang turut serta mempengaruhi kegiatan belajar seorang individu. Lingkungan belajar terdiri atas: (1) pendidik, (2) alat-alat bantu pendidikan, dan (3) suasana sosio-budaya yang berlangsung dalam situasi belajar.[20]
a)     Pendidik, sebagai salah satu unsure lingkungan belajar adalah orang yang turut serta membantu terselenggaranya kegiatan belajar sesorang individu. Pola kepribadian dan kemampuan tekhnis/professional kependidikan merupakan dua faktor penting yang mempengaruhi efektivitas pekerjaan pendidik.[21]
b)    Alat-alat bantu pendidikan yang tersedia secara tepat, baik dalam jumlah maupun dalam mulu, sangat membantu kelancaran dan keberhasilan proses pendidikan. Efektivitas penggunaan setiap alat bantu pendidikan sangat tergantung pada kesiapan pendidik dan si terdidik dalam menggunakan alat bantu pendidikan tersebut dan kelangsungan alat tersebut.[22]
c)     Suasana sosio-budaya yang berlangsung dalam proses pendidikan membangun suasana emosi, motivasi dan saling percaya mempercayai antara pendidik dengan si terdidik yang bersifat menghambat atau menunjang kelancaran dan keberhasilan proses pendidikan. Pola-pola suasana sosio-budaya lingkungan beajar merupakan perpauan antara kesiapan belajar, kemampuan belajar, dan gaya belajar di terdidik dengan kepribadian daan kemampuan teknis/professional kependidikan pendidik.[23]

         C.    Tujuan teori pendidikan
1)    Tujuan umum pendidikan
Tujuan umum pendidikan berkenaan dengan keseluruhan peristiwa-peristiwa pendidikan dan cita cita ideal tentang manusia atau masyarakat. Tujuan umum pendidikan merupakan tujuan dan keseluruhan jenis kegiatan dan waktu berlangsung peristiwa-peristiwa pendidikan.[24]
Ada tujuan umum pendidikan yang berorientasi pada pencapaian manusia ideal, dari menyatakan bahwa tujuan umum pendidikan adalah kedewasaan (langeveld), manusia yang berkarakter dan bermoral social (herbart), manusia seutuhnya (Indonesia) dan sebagainya. Di samping itu ada pula yang berorientasi pada pencapaian masyarakat ideal dan antara lain menyatakan bahwa tujuan umum pendidikan adalah efisiensi social (Dewey), warga Negara yang baik dalam arti warganegara yang berkarakter (Kerschenteiner) dan sebagainya.[25]
2)    Tujuan-tujuan khusus pendidikan
Tujuan pendidikan bergerak dari tujuan pendidikan setiap peristiwa pendidikan (tujuan incidental pendidikan) sampai dengan tujuan keseluruhan peristiwa-peristiwa pendidikan (tujuan umum pendidikan). Di antara keduanya terdapat tujuan sementara pendidikan, tujuan tak lengkap pendidikan, tujuan institusional, tujuan kurikuler dan tujuan instruksional pendidikan.[26]
a.     Tujuan incidental pendidikan
Tujuan yang terkandung dalam setiap peristiwa pendidikan atau tujuan setiap kegiatan pendidikan.[27]
b.     Tujuan instruksional pendidikan
Tujuan yang hendak dicapai dalam satu kesatuan kegiatan-kegiatan pendidikan atau rangkaian kegiatan pendidikan.[28]
c.     Tujuan kurikuler pendidikan
Tujuan yang berkenan dengan pencapaian penguasaan suatu lingkup isi atau materi sesuatu jenis pendidikan.[29]
d.     Tujuan institusional pendidikan
Tujuan pendidikan sesuatu jenis dan/atau jenjang pendidikan (TK, SD, SLTP, SMU/SMK, PT, Kursus san sebagainya).[30]
e.     Tujuan tak lengkap pendidikan
Tujuan yang berkenaan dengan pencapaian perkembangan sesuatu aspek kepribadian (intelektual, moral, social, dan sebagainya).[31]
f.      Tujuan sementara pendidikan
Tujuan yang berkenaan dengan pencapaian tugas-tugas perkembangan pada setiap tahap perkembangan (masa kanak-kanak awl, masa kanak-kanak pertengahan, masa remaja, masa dewasa dan masa usia lanjut).[32]
Deskriptif konsep-konsep penjabaran pendidikan adalah suatu proses:[33]
1)    Gaya nomotetis
Gaya ini adalah pandangan sosiologi yang menekankan pada pentingnya institusi, peranan-peranan social dan harapan social dalam kehidupan manusia. Konsep sosiologi atau konsep gaya nomotetis dalam pendidikan adalah konsep yang memandang bahwa proses belajar mengajar terutama ditentukan oleh tuntutan-tuntutan institusi social, agar tujuan pendidikan adalah seseorang yang dapat bertingkah laku sesuai dengan peranan-peranan social yang diharapkan atau yang di cita-citakan oleh masyarakat tempat individu itu hidup. Pendidikan merupakan proses sosialisasi (socialization of personality) atau enkulturasi, yaitu suatu proses pewarisan budaya kepada generasi muda, agar menjadi anggota masyarakat yang dicita-citakan. Proses yang terjadi dalam pendidikan atau proses kegiatan belajar mengajar adalah internalisasi atau pemilikan konsep-konsep tentang peranan-peranan social yang ideal seseorang individu, dan pembiasaan bertingkah laku sesuai konsep-konsep peranan social tersebut. Pendidikan adalah pembentukan pola kepribadian individu sebagai anggota masyarakat.[34]
2)    Gaya ideografis
Gaya ini adalah pandangan psikologis pada pentingnya kehidupan manusia individu dengan kepribadian dan kebutuhan-kebutuhan untuk mewujudkan potensi-potensi yang dimilikinya. Konsep psikologis atau konsep ideografis dalam pendidikan adalah konsep yang memandang bahwa proses belajar mengajar itu ditentukan oleh tuntutan-tuntutan individual, agar tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi-potensi individu sehingga menjadi seorang pribadi, menjadi dirinya sendiri. Pendidikan merupakan proses individualisasi atau personalisasi (personality of roles), yaitu suatu proses pemekaran kemampuan-kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk menjadi kemampuan-kemampuannya yang diperlukan dalam hidup. Proses yang terjadi dalam pendidikan atau proses belajar mengajar adalah pemunculan, pembangkitan dan penyesuaian social dari potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap individu. Pendidikan adalah pemekaran potensi-potensi individual dan penyesuaian sosialnya.[35]
3)    Gaya transaksional
Gaya ini adalah pandangan interdisipliner ilmu-ilmu tingkah laku yang menekankan pada pentingnya keserasian hubungan social atau interaksi social antar pribadi ( I am okay, you are okay) dalam kehidupan manusia. Konsep interdisipliner atau konsep traksaksional dalam pendidikan adalah konsep yang memandang bahwa proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh transaksi social antar antar individu yang terlibat dalam peristiwa pendidikan. Proses yang terjadi dalam pendidikan atau proses belajar mengajar adalah proses transkasi atau proses saling memberi dan menerima pengalaman hidup antara pendidik dengan dengan si terdidik, yang didasarkan pada saling percayai yang tertuju pada tercapaianya perkembangan kepribadian yang dapat hidup selaras dalam masyarakat secara konstruktif. Pendidikan adalah percakapan atau dialog yang konstruktif dalam mengambangkan kepribdian individu yang hidup selaras dalam masyarakat. Pendidkan adalahproes humanisasi, yang di dalamnya terpadu proses sosialisasi dan personalisasi.[36]

          D.   Ruang lingkup teori pendidikan
a.     Teori umum pendidikan[37]
1)    Teori umum pendidikan preskriptif
Teori ini adalah seperangkat konsep-konsep tentang keseluruhan aspek-aspek pendidikan, yang penyajian konsep-konsepnya bertujuan menerangkan bagaimana sebaiknya peristiwa-peristiwa pendidikan diselenggarakan. Teori pendidikan yang termasuk dalam kelompok ini adalah filsafat pendidikan.[38]
2)    Teori umum pendidikan deskriptif
Teori ini adalah seperangkat konsep-konsep tentang keseluruhan aspek-aspek pendidikan, yang penyajian konsep-konsepnya bertujuan menerangkan bagaimana peristiwa-peristiwa pendidikan telah dan sedang terjadi dalam masyarakat. Teori pendidikan yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: (1) pendidikan luar negeri atau pendidikan internasional, (2) pendidikan perbandingan atau pedidikan komparatif, (3) pendidikan hitoris atau sejarah pendidikan.[39]
b.     Teori khusus pendidikan[40]
1)    Teori khusus pendidikan preskriptif
Teori ini adalah seperangkat konsep-konsep tentang sesuatu aspek pendidikan, yang penyajian konsep-konsepnya bertujuan menjelaskan bagaimana seharusnya sesuatu kegiatan pendidikan dilakukan. Teori pendidikan yang termasuk dalam kelompok ini adalah Teknologi Pendidikan, yang antara lain mencakup studi-studi tentang: (1) manajemen pendidikan (perencanaan pendiddikan, kepemimpinan pendidikan, organisasi pendidikan dan supervise pendidikan), (2) penyusunan dan pengembangan kurikulum pendidikan, (3) model-model pendidikan (model-model mengajar, model-model membimbing dan model-model melatih), (4) evaluasi pendidikan, (5) riset pendidikan.[41]
2)    Teori khusus pendidikan deskriptif
Teori ini adalah seperangkat konsep-konsep tentang sesuatu aspek pendidikan, yang penyajian konsep-konsepnya bertujuan menerangkan bagaiana peritiwa-peristiwa pendidikan telah, sedang dana diperkirakan terjadi dalam masyarakat.[42]
Teori pendidikan yang termasuk dalam kelompok ini adalah ilmu-ilmu pendidikan, yang antara lain yaitu: (1) pedagodik (2) orthopedagogik (3) psikologi pendidikan (4) sosiologi pendidikan (5) ilmu pendidikan demografis (6) andragogi (7) antropologi pendidikan dan etnografi pendidikan (8) ekonomika pendidikan (9) politika pendidikan (10) ilmu administrasi pendidikan.[43]





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pendidikan adalah actual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi actual dari individu yang belajar dan lingkungan belajarnya.Pendidikan adalah normative, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik.
Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinyapendidikan berupa serangkaian kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi actual dari individu yang  belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan. Deskripsi konsep-konsep penjabaran asumsi pendidikan terdiri dari Entering Behavior, kondisi actual lingkungan belajar.
Tujuan umum pendidikan berkenaan dengan keseluruhan peristiwa-peristiwa pendidikan dan cita cita ideal tentang manusia atau masyarakat. Tujuan-tujuan khusus pendidikan merupakan tujuan pendidikan bergerak dari tujuan pendidikan setiap peristiwa pendidikan (tujuan incidental pendidikan) sampai dengan tujuan keseluruhan peristiwa-peristiwa pendidikan (tujuan umum pendidikan). Di antara keduanya terdapat tujuan sementara pendidikan, tujuan tak lengkap pendidikan, tujuan institusional, tujuan kurikuler dan tujuan instruksional pendidikan.
Deskriptif konsep-konsep penjabaran pendidikan adalah suatu proses gaya nomotetis, gaya ideografis, gaya transaksional. Ruang lingkup teori pendidikan terdiri dari teori umum pendidikan yaitu terdiri dari teori umum pendidikan preskriptif dan deskriptif. Teori khusus pendidikan terdiri dari teori khusus pendidikan preskriptif dan deskriptif.





B.    Saran
Dengan adanya materi ini semoga dapat bermanfaat serta menambah wawasan tentang materi teori pendidikan, baik pengertian teori pendidikan, hakikat teori pendidikan, tujuan dari teori pendidikan serta ruang lingkup teori pendidikan.







Daftar Pustaka

Sutrisno Aliet N, Telaah Filsafat Pendidikan, Yogyakarta, Deepublish. 2014.
Mar’at Samsunuwiyati, Psikologi Perkembangan, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2009.
Mudyahardjo Redja, Pengantar Pendidikan, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2002.
Sadulloh Uyoh, Pedagogik, Bandung, Alfabeta, 2014.





[1] Samsunuwiya Mar’at, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Rosda, 2009), Cetakan Kelima, Hlm: 37
[2] Aliet Noorhyati, Telaah Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), Hlm:10
[3] Aliet Noorhyati, Telaah Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), Hlm:10
[4] Aliet Noorhyati, Telaah Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), Hlm:11
[5] Aliet Noorhyati, Telaah Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), Hlm:12
[6] Aliet Noorhyati, Telaah Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), Hlm:13
[10] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:92
[11]Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:92
[12] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm: 92
[13] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:92
[14] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:92
[15] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:92
[16] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:93
[17] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm: 94
[18] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:94
[19]Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:94
[20] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:94
[21] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:95
[22] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:95
[23] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:95
[24] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:96
[25] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:96
[26] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:96
[27] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:96
[28] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:97
[29] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:97
[30] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:97
[31] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:97
[32] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:97
[33] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:97
[34] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:97
[35] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:98
[36] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:99
[37] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:100
[38] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:100
[39] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:100
[40] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:101
[41] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm: 101
[42] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:101
[43] Uyoh Sadulloh, pedagogic, (Bandung: Alfabeta, 2014), Hlm:23

No comments:

Post a Comment

you say