BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu pendidikan diibaratkan dengan mata
uang karenamempunyai dua sisi yang berbeda satu sama lain. Keduanya hanya dapat
dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Bila seorang pendidik hanya menguasai
teori tanpa adanya praktik dari teori tersebut maka akan terasa janggal,
demikian juga dengan seseorang yang melaksanakan pendidikan yang bersifat
praktis tanpa mengetahui tujuan yang ingin dicapai.
Maka jelaslah bahwa kedua aspek pendidikan
ini mempunyai kedudukan yang penting. Untuk itu makalah kami akan mencoba
mengupas teori dan praktik pendidikan serta kedudukan filsafat pendidikan di
dalamnya. Pendidikan merupakan proses yang lebih
besar dari sekedar aktivitas persekolahan, pendidikan yang mengesampingkan
perbedaan madzhab dan orientasi merupakan proses pengembangan sosial yang
mengubah individu dari sekedar makhluk biologis menjadi makhluk sosial agar
dapat hidup bersama realitas zaman dan masyarakatnya. Dengan kata lain
pendidikan merupakan proses pemberian sifat sosial kemanusiaan (humanisme)
kepada makhluk hidup. Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa (orang tua)
dalam pergaulanya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan
rohaninya ke arah kedewasaan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
dari teori pendidikan?
2.
Apa saja hakikat
teori pendidikan?
3.
Apa saja tujuan
teori pendidikan?
4.
Apa saja ruang
lingkup teori pendidikan?
C.
Tujuan
Tujuan dari makalah ini agar dapat
mengetahui memahami pengertian teori pendidikan, hakikat dari teori pendidikan,
tujuan teori pendidikan, serta mengetahui ruang lingkup teori pendidikan.
Hakikat Teori Pendidikan
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Arti &
Definisi Teori Pendidikan
Menurut
pengertian yang paling umum, teori
merupakan lawan dari fakta. Chaplin (2002) mendefinisikan teori sebagai “satu prinsip
umum yang dirumuskan untuk menjelaskan sekelompok gejala yang berkaitan.
Menurut Santrock (1998), teori adalah “a coherent set of ideas that helps
explain data and make predication. A theory contains hypotheses, assumptions
that can be tested to determine their accuracy”. Jadi, sebenarnya teori adalah
hipotesis yang belum terbukti atau spekulasi tentang kenyataan yang belum
diketahui secara pasti, sehingga perlu diuji lebih lanjut untuk menentukan
akurasinya. Apabila dalam pengujian teori itu ternyata benar, makan ia menjadi
fakta.[1]
· Pengertian
pendidikan
W.J.S
Poerwadarminta, menjelaskan arti pendidkan sebagai berikut.[2]
1. Pendidikan
dari segi bahasa berasal dari kata dasar didik, dan diberi awalan men, menjadi
mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan memberi latihan
(ajaran).[3]
2. Rechey
dalam bukunya, Planning for Teaching, an Introduction, menjelaskan pengertian
pendidikan. Pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas daro pemeliharaan dan
perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama untuk memperkenalkan warga
masyarakat baru (generasi muda) pada pengenalan terhadap kewajiban dan tanggung
jawabnya di tengah masyarakat. Jadi, proses pendidikan jauh lebih luas daripada
proses yang berlangsung di sekolah. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial
penting yang berfungsi mentransformasikan keadaan suatu masyarakat menuju
keadaan yang lebih baik. Keterkaitan pendidikan dengan keadaan sosial sangat
erat sehingga pendidikan mungkin mengalami proses spesialisasi dan
institusional sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang kompleks dan modern.[4]
3. Pendidikan
dalam usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi,
membina, membantu dan membimbing seseorang untuk mengembangkan segala
potensinya sehingga mencapai kualitas diri yang lebih baik.[5]
Teori
pendidikan adalah teori yang digunakan dalam proses belajar mengajar.[6]
Pengertian
teori pendidikan adalah teori yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
Salah satu penerapan teori belajar yang terkenal adalah teori dari John Dewey
yaitu teori “ learning by doing”. Teori belajar ini merupakan sub ordinat dari
teori pendidikan. Karenanya sebelum membahas teori belajar tersebut, perlu
diuraikan pengertian teori pendidikan.[7]
Menurut
Moore (1974) istilah teori merujuk pada suatu usaha untuk menjelaskan bagaimana
sesuatu terjadi seperti adanya. Selain itu teori juga merupakan usaha untuk
menjelaskan sesuatu yang mungkin terjadi di masa datang. Pengertian ini
mengandung makna bahwa fungsi teori adalah melakukan prediksi. Teori juga
diartikan sebagai kebalikan dari sebuah praktek. Moore (1974) menambahkan
bahwa hakekat teori pada dasarnya adalah penjelasan terhadap sesuatu. Dari
pengertian tersebut peran teori adalah sebagai penjelasan tentang sejumlah
asumsi, sesuatu yang terjadi, telah terjadi, dan akan terjadi. Sejumlah aspek
ini merujuk pada pola dari teori sebagai alat untuk penjelasan logis dan
membuat prediksi. Namun menurut Moore (1974) pengertian teori seperti ini
merupakan pengertian yang digunakan dalam sains seperti fisika dan matematika. Sedangkan
untuk kasus teori pendidikan pengertian tersebut tidaklah terlalu tepat.[8]
Jika
dihubungkan dengan pendidikan maka teori pendidikan merupakan seperangkat
penjelasan yang rasional sistematis membahas tentang aspek- aspek penting dalam
pendidikan sebagai sebuah sistem. Mudyahardjo (2002) menjelaskan bahwa teori
pendidikan adalah sebuah pandangan atau serangkaian pendapat ihkwal pendidikan
yang disajikan dalam sebuah sistem konsep. Pendidikan sebagai sistem mengandung
arti suatu kelompok tertentu yang setidaknya memiliki hubungan khusus secara
timbal balik dan memiliki informasi.[9]
B.
Hakikat
Teori Pendidikan
1) Pendidikan
adalah actual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi actual dari
individu yang belajar dan lingkungan belajarnya.[10]
2) Pendidikan
adalah normative, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik
atau norma-norma yang baik.[11]
3) Pendidikan
adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian
kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi actual dari individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu
yang diharapkan.[12]
Deskripsi
konsep-konsep penjabaran asumsi pendidikan adalah:[13]
1. Entering
behavior
a) Kesiapan
belajar adalah kematangan individu, jasmani dan mental untuk mengalami
perkembangan, untuk menerima perlakuan-perlakuan yang dapat menyebabkan
terjadinya perkembangan atau perubahan tingkah laku.[14]
b) Kemampuan-kemampuan
belajar adalah, kondisi kemampuan bawaan dan hasil belajar yang dapat
dipergunakan untuk belajar yang dapat dipergunakan untuk belajar. Kemampuan
belajar adalah bakat yang diperoleh proses genetic, sedangkan hasil belajar
adalah kemampuan yang diperoleh melalui pengaruh-pengaruh lingkungan. Bakat
terdiri atas bakat umum atau bakat intelegensi atau bakat khusus. Intelegensi
adalah kemempuan yang dimiliki setiap individu, yang terdiri atas: (1)
intelegensi kognitif dan (2) intelegensi emosional. Intelegensi kognitif
mencakup kemampuan-kemampuan: (1) pemahaman verbal, (2) keterampilan numeric,
(3) kemampuan menalar, (4) pemahaman ruang, dan (5) kefasihan menggunakan kata.
Sedangkan intelegensi emosional mencakup kemampuan-kemampuan: (1) mengetaui
emosi-emosinya sendiri, (2) mengelola emosi-emosinya sendiri, (3) memotivasi
dirinya sendiri, (4) menganali emosi-emosi orang lain, dan (5) menangani
hubungan-hubungan social. Bakat khusus adalah kemampuan bawaan yang dimiliki
sekelompok individu dalam kemampuan tertentu luar biasa, seperti
kemampuan-kemampuan dalam bidang music, mekanik, motorik, dan sebagainya. Hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang
diperoleh individu melalui interaksinya dengan lingkungan, baik yang diperoleh
melalui lembaga pendidikan maupun pegalaman hidup pada umumnya.[15]
Kemampuan kognitif
adalah kemampuan mengenal dunia sekelilingnya, yang mencakup
kemampuan-kemampuan: menganal kembali, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
memadukan dan mengevaluasi.[16]
Kemampuan afektif
adalah kemampuan mengalami dan menghayati nilai-nilai sesuatu hal, yang
mencakup kemampuan-kemampuan: memberikan perhatian, berpartisipasi, menghayati
nilai-nilai, mengorganisasi nilai-nilai, dan membangun gaya hidup berdasarkan
karakterisasi nilai-nilai.[17]
Kemampuan psikomotor
adalah kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasi gerakan yang mencakup kemampuan-kemampuan:
mempresepsi keadaan untuk siap menggunakan alat-alat pengindraan, siaga
melakukan tindakan tertentu, melakukan tindakan yang terarah, melakukan
tindakan-tindakan kinerja yang disertai kepercayaan diri dan terampil dan
menyatakan kinerja yang canggih.[18]
c) Gaya
belajar adalah cara-cara yang berifat pribadi dari sesorang dalam belajar. Hal
ini berkenaan dengan: (1) tempo belajar, atau kecepatan bertindak dalam
belajar, dan (2) pemilihan strategi belajar atau kecerdikan atau kejeliaan
sesorang untuk dapat memilih cara-cara belajar yang tepat dan menyenangkan.[19]
2. Kondisi
actual lingkungan belajar
Lingkungan belajar
adalah situasi yang turut serta mempengaruhi kegiatan belajar seorang individu.
Lingkungan belajar terdiri atas: (1) pendidik, (2) alat-alat bantu pendidikan,
dan (3) suasana sosio-budaya yang berlangsung dalam situasi belajar.[20]
a) Pendidik,
sebagai salah satu unsure lingkungan belajar adalah orang yang turut serta
membantu terselenggaranya kegiatan belajar sesorang individu. Pola kepribadian
dan kemampuan tekhnis/professional kependidikan merupakan dua faktor penting
yang mempengaruhi efektivitas pekerjaan pendidik.[21]
b) Alat-alat
bantu pendidikan yang tersedia secara tepat, baik dalam jumlah maupun dalam
mulu, sangat membantu kelancaran dan keberhasilan proses pendidikan.
Efektivitas penggunaan setiap alat bantu pendidikan sangat tergantung pada
kesiapan pendidik dan si terdidik dalam menggunakan alat bantu pendidikan
tersebut dan kelangsungan alat tersebut.[22]
c) Suasana
sosio-budaya yang berlangsung dalam proses pendidikan membangun suasana emosi,
motivasi dan saling percaya mempercayai antara pendidik dengan si terdidik yang
bersifat menghambat atau menunjang kelancaran dan keberhasilan proses
pendidikan. Pola-pola suasana sosio-budaya lingkungan beajar merupakan perpauan
antara kesiapan belajar, kemampuan belajar, dan gaya belajar di terdidik dengan
kepribadian daan kemampuan teknis/professional kependidikan pendidik.[23]
C.
Tujuan teori pendidikan
1) Tujuan
umum pendidikan
Tujuan umum pendidikan
berkenaan dengan keseluruhan peristiwa-peristiwa pendidikan dan cita cita ideal
tentang manusia atau masyarakat. Tujuan umum pendidikan merupakan tujuan dan
keseluruhan jenis kegiatan dan waktu berlangsung peristiwa-peristiwa
pendidikan.[24]
Ada tujuan umum
pendidikan yang berorientasi pada pencapaian manusia ideal, dari menyatakan
bahwa tujuan umum pendidikan adalah kedewasaan (langeveld), manusia yang
berkarakter dan bermoral social (herbart), manusia seutuhnya (Indonesia) dan
sebagainya. Di samping itu ada pula yang berorientasi pada pencapaian
masyarakat ideal dan antara lain menyatakan bahwa tujuan umum pendidikan adalah
efisiensi social (Dewey), warga Negara yang baik dalam arti warganegara yang
berkarakter (Kerschenteiner) dan sebagainya.[25]
2) Tujuan-tujuan
khusus pendidikan
Tujuan pendidikan
bergerak dari tujuan pendidikan setiap peristiwa pendidikan (tujuan incidental
pendidikan) sampai dengan tujuan keseluruhan peristiwa-peristiwa pendidikan
(tujuan umum pendidikan). Di antara keduanya terdapat tujuan sementara
pendidikan, tujuan tak lengkap pendidikan, tujuan institusional, tujuan
kurikuler dan tujuan instruksional pendidikan.[26]
a. Tujuan
incidental pendidikan
Tujuan yang terkandung dalam
setiap peristiwa pendidikan atau tujuan setiap kegiatan pendidikan.[27]
b. Tujuan
instruksional pendidikan
Tujuan yang hendak
dicapai dalam satu kesatuan kegiatan-kegiatan pendidikan atau rangkaian
kegiatan pendidikan.[28]
c. Tujuan
kurikuler pendidikan
Tujuan yang berkenan
dengan pencapaian penguasaan suatu lingkup isi atau materi sesuatu jenis
pendidikan.[29]
d. Tujuan
institusional pendidikan
Tujuan pendidikan
sesuatu jenis dan/atau jenjang pendidikan (TK, SD, SLTP, SMU/SMK, PT, Kursus
san sebagainya).[30]
e. Tujuan
tak lengkap pendidikan
Tujuan yang berkenaan
dengan pencapaian perkembangan sesuatu aspek kepribadian (intelektual, moral,
social, dan sebagainya).[31]
f. Tujuan
sementara pendidikan
Tujuan yang berkenaan dengan
pencapaian tugas-tugas perkembangan pada setiap tahap perkembangan (masa
kanak-kanak awl, masa kanak-kanak pertengahan, masa remaja, masa dewasa dan
masa usia lanjut).[32]
Deskriptif
konsep-konsep penjabaran pendidikan adalah suatu proses:[33]
1) Gaya
nomotetis
Gaya ini adalah
pandangan sosiologi yang menekankan pada pentingnya institusi, peranan-peranan
social dan harapan social dalam kehidupan manusia. Konsep sosiologi atau konsep
gaya nomotetis dalam pendidikan adalah konsep yang memandang bahwa proses
belajar mengajar terutama ditentukan oleh tuntutan-tuntutan institusi social,
agar tujuan pendidikan adalah seseorang yang dapat bertingkah laku sesuai
dengan peranan-peranan social yang diharapkan atau yang di cita-citakan oleh
masyarakat tempat individu itu hidup. Pendidikan merupakan proses sosialisasi
(socialization of personality) atau enkulturasi, yaitu suatu proses pewarisan
budaya kepada generasi muda, agar menjadi anggota masyarakat yang
dicita-citakan. Proses yang terjadi dalam pendidikan atau proses kegiatan
belajar mengajar adalah internalisasi atau pemilikan konsep-konsep tentang
peranan-peranan social yang ideal seseorang individu, dan pembiasaan bertingkah
laku sesuai konsep-konsep peranan social tersebut. Pendidikan adalah
pembentukan pola kepribadian individu sebagai anggota masyarakat.[34]
2) Gaya
ideografis
Gaya ini adalah
pandangan psikologis pada pentingnya kehidupan manusia individu dengan
kepribadian dan kebutuhan-kebutuhan untuk mewujudkan potensi-potensi yang
dimilikinya. Konsep psikologis atau konsep ideografis dalam pendidikan adalah
konsep yang memandang bahwa proses belajar mengajar itu ditentukan oleh
tuntutan-tuntutan individual, agar tujuan pendidikan adalah mengembangkan
potensi-potensi individu sehingga menjadi seorang pribadi, menjadi dirinya
sendiri. Pendidikan merupakan proses individualisasi atau personalisasi
(personality of roles), yaitu suatu proses pemekaran kemampuan-kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk menjadi kemampuan-kemampuannya yang
diperlukan dalam hidup. Proses yang terjadi dalam pendidikan atau proses
belajar mengajar adalah pemunculan, pembangkitan dan penyesuaian social dari
potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap individu. Pendidikan adalah pemekaran
potensi-potensi individual dan penyesuaian sosialnya.[35]
3) Gaya
transaksional
Gaya ini adalah
pandangan interdisipliner ilmu-ilmu tingkah laku yang menekankan pada
pentingnya keserasian hubungan social atau interaksi social antar pribadi ( I
am okay, you are okay) dalam kehidupan manusia. Konsep interdisipliner atau
konsep traksaksional dalam pendidikan adalah konsep yang memandang bahwa proses
belajar mengajar sangat ditentukan oleh transaksi social antar antar individu
yang terlibat dalam peristiwa pendidikan. Proses yang terjadi dalam pendidikan
atau proses belajar mengajar adalah proses transkasi atau proses saling memberi
dan menerima pengalaman hidup antara pendidik dengan dengan si terdidik, yang
didasarkan pada saling percayai yang tertuju pada tercapaianya perkembangan
kepribadian yang dapat hidup selaras dalam masyarakat secara konstruktif.
Pendidikan adalah percakapan atau dialog yang konstruktif dalam mengambangkan
kepribdian individu yang hidup selaras dalam masyarakat. Pendidkan adalahproes
humanisasi, yang di dalamnya terpadu proses sosialisasi dan personalisasi.[36]
D.
Ruang
lingkup teori pendidikan
a. Teori
umum pendidikan[37]
1) Teori
umum pendidikan preskriptif
Teori ini adalah
seperangkat konsep-konsep tentang keseluruhan aspek-aspek pendidikan, yang
penyajian konsep-konsepnya bertujuan menerangkan bagaimana sebaiknya
peristiwa-peristiwa pendidikan diselenggarakan. Teori pendidikan yang termasuk
dalam kelompok ini adalah filsafat pendidikan.[38]
2) Teori
umum pendidikan deskriptif
Teori ini adalah
seperangkat konsep-konsep tentang keseluruhan aspek-aspek pendidikan, yang
penyajian konsep-konsepnya bertujuan menerangkan bagaimana peristiwa-peristiwa
pendidikan telah dan sedang terjadi dalam masyarakat. Teori pendidikan yang
termasuk dalam kelompok ini yaitu: (1) pendidikan luar negeri atau pendidikan
internasional, (2) pendidikan perbandingan atau pedidikan komparatif, (3)
pendidikan hitoris atau sejarah pendidikan.[39]
b. Teori
khusus pendidikan[40]
1) Teori
khusus pendidikan preskriptif
Teori ini adalah
seperangkat konsep-konsep tentang sesuatu aspek pendidikan, yang penyajian
konsep-konsepnya bertujuan menjelaskan bagaimana seharusnya sesuatu kegiatan
pendidikan dilakukan. Teori pendidikan yang termasuk dalam kelompok ini adalah
Teknologi Pendidikan, yang antara lain mencakup studi-studi tentang: (1)
manajemen pendidikan (perencanaan pendiddikan, kepemimpinan pendidikan,
organisasi pendidikan dan supervise pendidikan), (2) penyusunan dan
pengembangan kurikulum pendidikan, (3) model-model pendidikan (model-model
mengajar, model-model membimbing dan model-model melatih), (4) evaluasi
pendidikan, (5) riset pendidikan.[41]
2) Teori
khusus pendidikan deskriptif
Teori ini adalah
seperangkat konsep-konsep tentang sesuatu aspek pendidikan, yang penyajian
konsep-konsepnya bertujuan menerangkan bagaiana peritiwa-peristiwa pendidikan
telah, sedang dana diperkirakan terjadi dalam masyarakat.[42]
Teori pendidikan yang
termasuk dalam kelompok ini adalah ilmu-ilmu pendidikan, yang antara lain
yaitu: (1) pedagodik (2) orthopedagogik (3) psikologi pendidikan (4) sosiologi
pendidikan (5) ilmu pendidikan demografis (6) andragogi (7) antropologi
pendidikan dan etnografi pendidikan (8) ekonomika pendidikan (9) politika
pendidikan (10) ilmu administrasi pendidikan.[43]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan
adalah actual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi actual dari
individu yang belajar dan lingkungan belajarnya.Pendidikan adalah normative,
artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma
yang baik.
Pendidikan
adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinyapendidikan berupa serangkaian
kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi actual dari individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu
yang diharapkan. Deskripsi konsep-konsep penjabaran asumsi pendidikan terdiri
dari Entering Behavior, kondisi actual lingkungan belajar.
Tujuan
umum pendidikan berkenaan dengan keseluruhan peristiwa-peristiwa pendidikan dan
cita cita ideal tentang manusia atau masyarakat. Tujuan-tujuan khusus
pendidikan merupakan tujuan pendidikan bergerak dari tujuan pendidikan setiap
peristiwa pendidikan (tujuan incidental pendidikan) sampai dengan tujuan
keseluruhan peristiwa-peristiwa pendidikan (tujuan umum pendidikan). Di antara
keduanya terdapat tujuan sementara pendidikan, tujuan tak lengkap pendidikan,
tujuan institusional, tujuan kurikuler dan tujuan instruksional pendidikan.
Deskriptif
konsep-konsep penjabaran pendidikan adalah suatu proses gaya nomotetis, gaya
ideografis, gaya transaksional. Ruang lingkup teori pendidikan terdiri dari
teori umum pendidikan yaitu terdiri dari teori umum pendidikan preskriptif dan
deskriptif. Teori khusus pendidikan terdiri dari teori khusus pendidikan
preskriptif dan deskriptif.
B. Saran
Dengan adanya materi ini semoga dapat
bermanfaat serta menambah wawasan tentang materi teori pendidikan, baik
pengertian teori pendidikan, hakikat teori pendidikan, tujuan dari teori
pendidikan serta ruang lingkup teori pendidikan.
Daftar Pustaka
Sutrisno Aliet N, Telaah Filsafat Pendidikan, Yogyakarta,
Deepublish. 2014.
Mar’at Samsunuwiyati, Psikologi Perkembangan, Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2009.
Mudyahardjo Redja, Pengantar Pendidikan, Jakarta,
RajaGrafindo Persada, 2002.
Sadulloh Uyoh, Pedagogik, Bandung, Alfabeta, 2014.
[1]
Samsunuwiya Mar’at, Psikologi
Perkembangan, (Bandung: Rosda, 2009), Cetakan Kelima, Hlm: 37
[2]
Aliet Noorhyati, Telaah Filsafat
Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), Hlm:10
[3]
Aliet Noorhyati, Telaah Filsafat
Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), Hlm:10
[4]
Aliet Noorhyati, Telaah Filsafat
Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), Hlm:11
[5]
Aliet Noorhyati, Telaah Filsafat
Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), Hlm:12
[6]
Aliet Noorhyati, Telaah Filsafat
Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), Hlm:13
[10] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:92
[11]Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:92
[12]
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm: 92
[14] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:92
[15] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:92
[16] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grafindo,
2001), Cetakan Kedua, Hlm:93
[17]
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm: 94
[18] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:94
[19]Redja
Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:94
[20] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:94
[21] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:95
[22] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:95
[23]
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:95
[24] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:96
[25] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:96
[26] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:96
[27] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:96
[28] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:97
[29] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:97
[30] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:97
[31] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:97
[32]
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:97
[33] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:97
[34] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:97
[35] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:98
[36]
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:99
[37] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:100
[38] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:100
[39]
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:100
[40] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:101
[41]
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm: 101
[42] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 2001), Cetakan Kedua, Hlm:101
[43] Uyoh
Sadulloh, pedagogic, (Bandung:
Alfabeta, 2014), Hlm:23
No comments:
Post a Comment
you say