IBX5A82D9E049639

Wednesday, 15 March 2017

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

ABSTRAK: Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan apa itu pendekatan kontekstual dan apa kelebihan dan kelemahan pendekatan kontekstual jika diterapkan dalam pembelajaran matematika. Pendekatan kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang menghubungkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan nyata yang dialami peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menerapkan pembelajaran kontekstual dalam belajar matematika terlebih dahulu kita harus memahami dasar teori pembelajaran kontekstual,karakteristik pembelajaran kontekstual dan komponen-komponen apa saja yang terkandung dalam pembelajaran kontekstual. Dengan hal tersebut baru akan dipahami bagaimana cara menerapkan pembelajaran kontekstual dalam belajar matematika agar proses pembelajaran menjadi baik sesuai apa yang ingin dicapai oleh seorang pengajar.

KATA KUNCI: Pendekatan Kontekstual, Pembelajaran Matematika.

PENDAHULUAN
Matematika mempunyai peranan yang besar dalam kehidupan sehari-hari, besarnya peranan matematika itulah yang menuntut peserta didik agar menguasai matematika. Lahirnya pola pikir peserta didik tentunya melalui proses saat peserta didik melakukan kegiatan belajarnya, baik itu didalam lingkungan sekolah maupun diluar sekolah. Proses pembelajaran matematika khususnya didalam lingkungan sekolah sangat menentukan hasil dari tujuan pembelajaran itu sendiri. Salah satu tujuan pembelajaran matematika baik pada pendidikan dasar maupun menengah menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 (Depdiknas, 2006: 346), adalah agar  peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diupayakan suatu cara untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal, salah satunya  adalah  pemilihan pendekatan pembelajaran  yang  tepat.
Ada  dua  jenis strategi  berdasarkan  pendekatan  yaitu  pembelajaran  yang  berpusat pada guru (teacher centered) dan berpusat pada siswa (student centered). Pembelajaran  yang  berpusat  pada  guru  adalah  pembelajaran  di  mana  guru  lebih  aktif  memberikan  informasi atau pengajaran  sebuah  materi  kepada  peserta didik,  membatasi,  menekan  aktivitas   peserta didik,  dan juga menghambat pertumbuhan potensi peserta didik, sehingga kelas terasa lebih monoton dan membosankan.  Padahal  peran  penting  guru  adalah  secara  sadar  dan  terencana mewujudkan suasana belajar yang menyenangkan, memproses pembelajaran agar peserta didik ikut aktif mengembangkan potensinya sendiri. Pembelajaran  yang  berpusat pada siswa adalah pembelajaran di mana guru menjadi fasilitator kepada siswa, sehingga terjadi komunikasi dua arah antara guru dan siswa, juga antar siswa, dan siswa secara aktif mencari dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Menurut UU Sisdiknas No. 20/2003 mengisyaratkan bahwa proses pembelajaran haruslah menempatkan siswa sebagai pusat perhatian,   ini   yang   dimaksud   dengan   proses pembelajaran  yang berpusat pada peserta didik (student  centre  learning). Salah satu proses pembelajaran yang menekankan proses keterlibatan peserta didik ialah pendekatan kontekstual. Proses pembelajaran kontekstual berlangsung pada kegiatan peserta didik dalam mengkontruksi pemahamannya sendiri, bukan sekedar mendapatkan pengetahuan secara penuh dari guru ke peserta didik, sehingga hasil pembelajaran diharapkan lebih menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik dan membuat mereka tidak lagi takut akan belajar matematika yang sering kali mereka anggap pelajaran yang paling menakutkan dari semua mata pelajaran yang ada dengan penerapaan yang tepat akan membuat pembelajaran matematika yang mudah untuk dipahami.


Pendekatan Kontekstual
Pengertian Pendekatan Kontekstual
Menurut Cahyo (2013: 150), pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning/CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural).
Menurut Yamin (2013: 178), contextual teaching and learning merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu peserta didik untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkontruksi sendiri secara aktif pemahannya.
Sedangkan menurut Nurhadi (Suryani & Agung, 2012: 75), pendekatan kontekstual atau contextual teaching and learning adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.
Trianto (2008: 10) menyatakan bahwa, pendekatan kontekstual atau contextual teaching and learning merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep pembelajaran yang menekankan keterlibatan peserta didik untuk memahami isi materi yang diberikan guru dengan mengaitkan materi pembelajaran kedalam konteks kehidupan nyata yang dialami peserta didik agar peserta didik dapat dengan mudah memahami isi materi yang diberikan guru, kemudian akan terwujudnya berbagai macam ide atau gagasan dari peserta didik.

Sintak Pendekatan Kontekstual
Kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki tujuh komponen. Komponen-komponen ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Menurut Yamin (2013: 186), ketujuh komponen tersebut yaitu :
1.   Kontruktivisme (constructivism), merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual,  dimana pengetahuan dibangun oleh diri sendiri sedikit demi sedikit melalui pengalaman-pengalaman baru berdasarkan pengalaman awal.
2.   Menemukan (inquiry), merupakan kegiatan pada proses pencarian dan penemuan dalam berpikir secara sistematis.
3.   Bertanya (questioning), adalah strategi utama dalam pendekatan kontekstual. Kegiatan ini  digunakan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir peserta didik.
4.   Masyarakat belajar (learning community), adalah pengetahuan dan pengalaman yang didapat melalui komunikasi dengan orang lain.
5.   Pemodelan (modelling), adalah pembelajaran dengan memperagakan suatu contoh yang dapat ditiru oleh peserta didik.
6.   Refleksi (reflection), adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
7.   Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment), adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan peserta didik.

Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual
Menurut Suyadi (2013: 95), ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran diantara sebagai berikut:
Kelebihan Pendekatan Kontekstual :
a.   Pembelajaran kontekstual dapat mendorong peserta didik menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata.
b.   Pembelajaran kontekstual mampu mendorong peserta didik untuk menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupan nyata.
c.   Pembelajaran kontekstual menekankan pada proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi.
Kelemahan Pendekatan Kontekstual
a.   Kontekstual membutuhkan waktu yang lama bagi peserta didik untuk bisa memahami semua materi.
b.   Guru lebih intensif dalam membimbing, karena dalam metode kontekstual guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi.
c.   Upaya menghubungkan materi dikelas dengan realitas didalam kehidupan sehari-hari peserta didik rentang akan kesalahan. Atas dasar ini, agar menemukan yang tepat, seringkali peserta didik harus mengalami kegagalan berulang kali.

Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Materi Bangun Datar Kelas IV SD Semester I
Dalam menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran bangun datar maka hendaknya seorang guru harus menggunakan ketujuh  komponen pendekatan kontekstual itu sendiri. Sesuai dengan pendapat Trianto (2009: 111) yang menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembelajaran kontekstual yaitu harus adanya ketujuh komponen yang terdiri dari kontruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian nyata. Adapun berikut contoh penerapan kontekstual yang dilakukan pada  materi bangun ruang sesuai dengan ketujuh komponen pendekatan kontekstual, yakni sebagai berikut:

Tahap Pendahuluan
Tahap pendahuluan dimulai dari kegiatan berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran). Selanjutnya guru melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa dan memberikan kalimat motivasi kepada peserta didik agar mereka semangat dalam belajar misalnya seperti, “orang pintar bukan orang yang terlahir karena dia harus pintar, melainkan ia yang mau belajar, mengalami kegagalan dan bangkit dari kegagalannya. Jika kita ingin menjadi seseorang yang ingin pintar dalam belajar matematika, maka belajarlah dan berusaha kemudian terus mencoba walau mengalami kegagalan. Jangan pernah mau dihantui ketakutan akan sulitnya belajar matematika, takhlukanlah ketakutan itu dengan rasa kecintaan kita terhadap matematika. Maka niscaya kalian akan senang dan pintar dalam belajar matematika.”
Kalimat motivasi akan sangat berguna untuk membuka semangat para peserta didik dalam belajar. Dan selanjutnya guru akan menjelaskan prosedur kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh peserta didik, yakni :
a.   Guru menyampaikan materi bangun datar yang akan disajikan kepada siswa,dan siswa pun mendengarkan dengan serius.
b.   Selesai guru menyampaikan materi,guru membentuk kelompok-kelompok dari beberapa siswa dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi bangun datar.
c.   Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi di sekitar lingkungan sekolah untuk mencari macam-macam benda kemudian menuliskan pada lembar observasi tentang bentuk benda tersebut, dan mencari luas serta keliling dari benda tersebut menggunakan rumus bangun datar yang sesuai dengan bentuk benda tersebut.
d.   Guru memfasilitasi buku panduan atau buku paket untuk membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

Tahap Inti
Kegiatan pada tahap inti melalui pendekatan kontekstual dimulai pada tahap kontruktivisme. Pada tahap ini guru sedikit menjelaskan seputar materi bangun datar, seperti macam-macam bentuk bangun datar, rumus luas dan keliling tiap bangun datar dan jumlah sisinya. Sedangkan peserta didik sedikit mendapatkan pemahaman tentang materi bangun datar dan kemudian peserta didik secara perlahan akan membangun pemahamannya melalui aktivitasnya dilapangan.
Pada tahap selanjutnya guru meminta peserta didik untuk melakukan penemuan (inquiry) melalui pengalaman mereka sendiri secara berkelompok tentang benda disekitar lingkungan sekolah yang mirip dengan macam-macam bentuk bangun datar. Kemudian guru meminta peserta didik untuk menggambarkannya dilembar observasi serta mencantumkan nama benda tersebut dan bentuk benda tersebut, kemudian rumus, luas benda, keliling, dan jumlah sisi dari benda tersebut. Dan masing-masing kelompok peserta didik mencari benda yang berkaitan dengan bentu-bentuk yang terdapat pada bangun datar, kemudian mencari luas, keliling, serta jumlah sisi melalui sedikit pengetahuan yang mereka dapatkan dari guru sebelumnya atau dari buku panduan dan buku paket matematika.
Dalam kegiatan pembelajaran Guru memberikan kesempatan muridnya untuk bertanya kepada guru seputar materi bangun datar dilapangan apabila mereka merasa kesulitan. Kemudian saat peserta didik merasa kesulitan maka mereka akan bertanya kepada guru ataupun sumber lain dilingkungan sekolah.
Pada proses pembelajaran bangun datar dengan pendekatan kontekstual, guru juga dapat memberikan muridnya kesempatan untuk berdiskusi dengan temannya atau bertanya dengan siapapun di lingkungan sekitar sekolah. Kemudian guru meminta peserta didik untuk mempresentasikan hasil kerja tiap kelompok masing-masing, dan untuk kelompok lain yang mendengarkan dapat bertanya atau memperbaiki hasil apabila terdapat kesalahan dari tiap kelompok yang melakukan presentasi. Dan peserta didik akan berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi bersama, kemudian mempresentasikan hasil observasi mereka kedepan kelas. Dan bagi peserta didik yang mendengarkan, apabila merasa ragu dengan hasil observasi dari kelompok yang sedang mendapat giliran presentasi maka peserta didik itu akan bertanya ataupun membenarkan menurut pendapatnya.
Sesuai dengan apa yang terdapat pada tujuh komponen-komponen pendekatan kontekstual. Guru menyediakan suatu media atau alat peraga untuk membangun pemahaman konsep materi bangun datar, untuk memperkuat pemahaman mereka dan memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. kemudian peserta didik ikut aktif dalam memperagakan media tersebut. Peserta didik akan mendapat pemahaman konsep yang lebih mendalam dari alat peraga tersebut.

Tahap Penutup
Pada tahap penutup kemudian guru menjelaskan kembali dan memberikan kesimpulan atas apa saja yang telah dipelajari pada materi bangun datar. Dan peserta didik ikut menjelaskan kembali apa yang telah mereka pelajari sebelumnya seputar bangun datar.
Tahap kegiatan inti yang terakhir guru mengumpulkan berbagai informasi dan data kelompok atau individu untuk menilai perkembangan belajar yang dilakukan peserta didik melalui keaktifan dan pemahaman peserta didik dari hasil kegiatan pembelajaran yang mereka telah lakukan. Kemudian guru menyelidiki kembali seberapa besar perkembangan peserta didik dalam belajar bangun datar dengan memberikan latihan soal atau PR. Bagi peserta didik yang benar-benar berperan aktif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran akan mendapatkan hasil serta manfaat pengetahuan seputar bangun datar melalui kegiatan pembelajaran yang mereka telah lakukan. Dan peserta didik akan dengan mudah menyelesaikan tugas latihan soal ataupun PR yang guru berikan.
Tahap terakhir yaitu guru mengajak semua peserta didik untuk berdoa sesuai dengan keyakinan mereka masing-masing.

PENUTUP
Kesimpulan
Dunia pendidikan memerlukan adanya sebuah pendekatan guna memperlancar jalannya proses pembelajaran. Terutama dalam pembelajaran matematika, pendekatan pembelajaran kontekstual ialah salah satu pendekatan yang sesuai yang dapat digunakan oleh guru dalam memberikan materi pelajaran. Pembelajaran kontekstual mengacu kepada keadaan kehidupan nyata yang dialami peserta didik yang dikaitkan dengan materi pelajaran yang diberikan. Sehingga peserta didik mampu menerima materi dengan mudah, karena peserta didik tidak menghafal melainkan mengalami apa yang mereka pelajari. Pembelajaran kontekstual mengandung tujuh asas yang menjadi landasan filosofisnya, yakni : 1)  Kontruktivisme, 2)  Inkuiri, 3) Bertanya, 4)  Masyarakat belajar, 5)  Pemodelan, 6)  Refleksi, dan  7)  Penilaian nyata. Ketujuh asas tersebut mendorong peserta didik untuk ikut terlibat dalam materi yang diajarkan guru.
Pembelajaran kontektual  akan membuat peserta didik mampu mengembangkan pemikirannya dalam mendefinisikan suatu materi  pelajaran yang ada, dan membuat peserta didik mengeluarkan berbagai pemikiran yang berbeda.

Saran
Mengingat banyaknya peserta didik yang kurang mengerti dalam menerima materi pelajaran matematika yang diberikan guru, dan masih banyaknya peserta didik yang kesulitan dalam belajar matematika. Penerapan pembelajaran kontekstual sangatlah cocok untuk diterapkan kedalam proses pembelajaran matematika, karena pembelajaran kontekstual akan menghubungkan keadaan kehidupan nyata yang dialami peserta didik dengan materi pelajaran matematika yang akan memudahkan peserta didik dalam memahami materi pelajaran dengan mudah sehingga akan meningkatkan hasil prestasi belajar peserta didik didalam belajar matematika.

DAFTAR PUSTAKA
Cahyo. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar. Jogjakarta: DIVA Press.
Depdiknas. 2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.
Suryani & Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Ombak.
Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Yamin. 2013. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Referensi.


No comments:

Post a Comment

you say