ABSTRAK: Tujuan
dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan apa itu pendekatan kontekstual
dan apa kelebihan dan kelemahan pendekatan kontekstual jika diterapkan dalam
pembelajaran matematika. Pendekatan kontekstual merupakan konsep pembelajaran
yang menghubungkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan nyata yang dialami
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menerapkan pembelajaran
kontekstual dalam belajar matematika terlebih dahulu kita harus memahami dasar teori
pembelajaran kontekstual,karakteristik pembelajaran kontekstual dan
komponen-komponen apa saja yang terkandung dalam pembelajaran kontekstual.
Dengan hal tersebut baru akan dipahami bagaimana cara menerapkan pembelajaran
kontekstual dalam belajar matematika agar proses pembelajaran menjadi baik
sesuai apa yang ingin dicapai oleh seorang pengajar.
KATA KUNCI: Pendekatan Kontekstual,
Pembelajaran Matematika.
PENDAHULUAN
Matematika
mempunyai peranan yang besar dalam kehidupan sehari-hari, besarnya peranan matematika
itulah yang menuntut peserta didik agar menguasai matematika. Lahirnya pola
pikir peserta didik tentunya melalui proses saat peserta didik melakukan
kegiatan belajarnya, baik itu didalam lingkungan sekolah
maupun diluar sekolah. Proses pembelajaran matematika khususnya didalam
lingkungan sekolah sangat menentukan hasil dari tujuan pembelajaran itu
sendiri. Salah satu tujuan pembelajaran matematika baik pada pendidikan dasar maupun menengah menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 (Depdiknas, 2006:
346), adalah agar peserta didik memiliki kemampuan
memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu
diupayakan suatu cara untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal, salah
satunya adalah pemilihan pendekatan pembelajaran yang
tepat.
Ada dua
jenis strategi berdasarkan pendekatan
yaitu pembelajaran yang
berpusat pada guru (teacher
centered) dan berpusat pada siswa (student
centered). Pembelajaran yang berpusat
pada guru adalah
pembelajaran di mana
guru lebih aktif
memberikan informasi atau pengajaran sebuah
materi kepada peserta didik, membatasi,
menekan aktivitas peserta didik, dan juga menghambat pertumbuhan potensi
peserta didik, sehingga kelas terasa lebih monoton dan membosankan. Padahal
peran penting guru
adalah secara sadar
dan terencana mewujudkan suasana
belajar yang menyenangkan, memproses pembelajaran agar peserta didik ikut aktif
mengembangkan potensinya sendiri. Pembelajaran
yang berpusat pada siswa adalah
pembelajaran di mana guru menjadi fasilitator kepada siswa, sehingga terjadi
komunikasi dua arah antara guru dan siswa, juga antar siswa, dan siswa secara
aktif mencari dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Menurut UU
Sisdiknas No. 20/2003 mengisyaratkan bahwa proses pembelajaran haruslah
menempatkan siswa sebagai pusat perhatian,
ini yang dimaksud
dengan proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student
centre learning). Salah satu
proses pembelajaran yang menekankan proses keterlibatan peserta didik ialah
pendekatan kontekstual. Proses pembelajaran kontekstual berlangsung pada
kegiatan peserta didik dalam mengkontruksi pemahamannya sendiri, bukan sekedar
mendapatkan pengetahuan secara penuh dari guru ke peserta didik, sehingga hasil
pembelajaran diharapkan lebih menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik dan
membuat mereka tidak lagi takut akan belajar matematika yang sering kali mereka
anggap pelajaran yang paling menakutkan dari semua mata pelajaran yang ada
dengan penerapaan yang tepat akan membuat pembelajaran
matematika yang mudah untuk dipahami.
Pendekatan
Kontekstual
Pengertian
Pendekatan Kontekstual
Menurut Cahyo (2013: 150), pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning/CTL)
merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan
materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
sosial, dan kultural).
Menurut Yamin (2013: 178), contextual teaching and learning merupakan proses pembelajaran yang
holistik dan bertujuan membantu peserta didik untuk memahami makna materi ajar
dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks
pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan atau
keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkontruksi sendiri secara
aktif pemahannya.
Sedangkan menurut Nurhadi (Suryani & Agung, 2012:
75), pendekatan kontekstual atau contextual
teaching and learning adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk
menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.
Trianto (2008: 10) menyatakan bahwa, pendekatan kontekstual
atau contextual teaching and learning merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat.
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa, pendekatan kontekstual (contextual
teaching and learning) adalah konsep pembelajaran yang menekankan
keterlibatan peserta didik untuk memahami isi materi yang diberikan guru dengan
mengaitkan materi pembelajaran kedalam konteks kehidupan nyata yang dialami
peserta didik agar peserta didik dapat dengan mudah memahami isi materi yang
diberikan guru, kemudian akan terwujudnya berbagai macam ide atau gagasan dari
peserta didik.
Sintak
Pendekatan Kontekstual
Kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran
memiliki tujuh komponen. Komponen-komponen ini yang melandasi pelaksanaan
proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Menurut Yamin
(2013: 186), ketujuh komponen tersebut yaitu :
1.
Kontruktivisme (constructivism), merupakan landasan
berpikir pendekatan kontekstual, dimana
pengetahuan dibangun oleh diri sendiri sedikit demi sedikit melalui
pengalaman-pengalaman baru berdasarkan pengalaman awal.
2.
Menemukan (inquiry), merupakan kegiatan pada proses
pencarian dan penemuan dalam berpikir secara sistematis.
3.
Bertanya (questioning), adalah strategi utama
dalam pendekatan kontekstual. Kegiatan ini
digunakan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan
berpikir peserta didik.
4.
Masyarakat
belajar (learning community), adalah
pengetahuan dan pengalaman yang didapat melalui komunikasi dengan orang lain.
5.
Pemodelan (modelling), adalah pembelajaran dengan
memperagakan suatu contoh yang dapat ditiru oleh peserta didik.
6.
Refleksi (reflection), adalah proses pengendapan
pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali
peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
7.
Penilaian yang
sebenarnya (authentic assessment),
adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang
perkembangan belajar yang dilakukan peserta didik.
Kelebihan dan Kekurangan
Pendekatan Kontekstual
Menurut Suyadi (2013: 95), ada beberapa kelebihan
dan kekurangan dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran diantara sebagai
berikut:
Kelebihan Pendekatan Kontekstual
:
a.
Pembelajaran
kontekstual dapat mendorong peserta didik menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata.
b.
Pembelajaran
kontekstual mampu mendorong peserta didik untuk menerapkan hasil belajarnya
dalam kehidupan nyata.
c.
Pembelajaran
kontekstual menekankan pada proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan
materi.
Kelemahan Pendekatan Kontekstual
a.
Kontekstual
membutuhkan waktu yang lama bagi peserta didik untuk bisa memahami semua materi.
b.
Guru lebih
intensif dalam membimbing, karena dalam metode kontekstual guru tidak lagi
berperan sebagai pusat informasi.
c.
Upaya
menghubungkan materi dikelas dengan realitas didalam kehidupan sehari-hari
peserta didik rentang akan kesalahan. Atas dasar ini, agar menemukan yang
tepat, seringkali peserta didik harus mengalami kegagalan berulang kali.
Penerapan Pendekatan Kontekstual
Dalam Materi Bangun Datar Kelas IV SD Semester I
Dalam menerapkan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran bangun datar maka hendaknya seorang guru harus menggunakan
ketujuh komponen pendekatan kontekstual
itu sendiri. Sesuai dengan pendapat Trianto (2009: 111) yang menjelaskan
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembelajaran kontekstual yaitu harus
adanya ketujuh komponen yang terdiri dari kontruktivisme, inkuiri, bertanya,
masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian nyata. Adapun berikut
contoh penerapan kontekstual yang dilakukan pada materi bangun ruang sesuai dengan ketujuh
komponen pendekatan kontekstual, yakni sebagai berikut:
Tahap Pendahuluan
Tahap pendahuluan dimulai dari kegiatan berdoa
menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan
pembelajaran). Selanjutnya guru melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa
dan memberikan kalimat motivasi kepada peserta didik agar mereka semangat dalam
belajar misalnya seperti, “orang pintar bukan orang yang terlahir karena dia
harus pintar, melainkan ia yang mau belajar, mengalami kegagalan dan bangkit
dari kegagalannya. Jika kita ingin menjadi seseorang yang ingin pintar dalam
belajar matematika, maka belajarlah dan berusaha kemudian terus mencoba walau
mengalami kegagalan. Jangan pernah mau dihantui ketakutan akan sulitnya belajar
matematika, takhlukanlah ketakutan itu dengan rasa kecintaan kita terhadap
matematika. Maka niscaya kalian akan senang dan pintar dalam belajar matematika.”
Kalimat motivasi akan sangat berguna untuk membuka
semangat para peserta didik dalam belajar. Dan selanjutnya guru akan menjelaskan
prosedur kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh peserta didik, yakni :
a. Guru
menyampaikan materi bangun datar yang akan disajikan kepada siswa,dan siswa pun
mendengarkan dengan serius.
b. Selesai
guru menyampaikan materi,guru membentuk kelompok-kelompok dari beberapa siswa
dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang
materi bangun datar.
c. Tiap
kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi di sekitar lingkungan sekolah
untuk mencari macam-macam benda kemudian menuliskan pada lembar observasi
tentang bentuk benda tersebut, dan mencari luas serta keliling dari benda
tersebut menggunakan rumus bangun datar yang sesuai dengan bentuk benda
tersebut.
d. Guru
memfasilitasi buku panduan atau buku paket untuk membantu peserta didik dalam
melakukan kegiatan pembelajaran.
Tahap Inti
Kegiatan pada tahap inti melalui pendekatan
kontekstual dimulai pada tahap kontruktivisme. Pada tahap ini guru sedikit
menjelaskan seputar materi bangun datar, seperti macam-macam bentuk bangun
datar, rumus luas dan keliling tiap bangun datar dan jumlah sisinya. Sedangkan
peserta didik sedikit mendapatkan pemahaman tentang materi bangun datar dan
kemudian peserta didik secara perlahan akan membangun pemahamannya melalui
aktivitasnya dilapangan.
Pada tahap selanjutnya guru meminta peserta didik
untuk melakukan penemuan (inquiry) melalui
pengalaman mereka sendiri secara berkelompok tentang benda disekitar lingkungan
sekolah yang mirip dengan macam-macam bentuk bangun datar. Kemudian guru
meminta peserta didik untuk menggambarkannya dilembar observasi serta
mencantumkan nama benda tersebut dan bentuk benda tersebut, kemudian rumus,
luas benda, keliling, dan jumlah sisi dari benda tersebut. Dan masing-masing kelompok peserta didik mencari benda yang
berkaitan dengan bentu-bentuk yang terdapat pada bangun datar, kemudian mencari
luas, keliling, serta jumlah sisi melalui sedikit pengetahuan yang mereka
dapatkan dari guru sebelumnya atau dari buku panduan dan buku paket matematika.
Dalam kegiatan pembelajaran Guru memberikan
kesempatan muridnya untuk bertanya kepada guru seputar materi bangun datar
dilapangan apabila mereka merasa kesulitan. Kemudian saat peserta didik merasa
kesulitan maka mereka akan bertanya kepada guru ataupun sumber lain
dilingkungan sekolah.
Pada proses pembelajaran bangun datar dengan pendekatan
kontekstual, guru juga dapat memberikan muridnya kesempatan untuk berdiskusi
dengan temannya atau bertanya dengan siapapun di lingkungan sekitar sekolah. Kemudian
guru meminta peserta didik untuk mempresentasikan hasil kerja tiap kelompok
masing-masing, dan untuk kelompok lain yang mendengarkan dapat bertanya atau
memperbaiki hasil apabila terdapat kesalahan dari tiap kelompok yang melakukan
presentasi. Dan peserta didik akan berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk
memecahkan masalah yang mereka hadapi bersama, kemudian mempresentasikan hasil
observasi mereka kedepan kelas. Dan bagi peserta didik yang mendengarkan,
apabila merasa ragu dengan hasil observasi dari kelompok yang sedang mendapat
giliran presentasi maka peserta didik itu akan bertanya ataupun membenarkan
menurut pendapatnya.
Sesuai dengan apa yang terdapat pada tujuh
komponen-komponen pendekatan kontekstual. Guru menyediakan suatu media atau alat
peraga untuk membangun pemahaman konsep materi bangun datar, untuk memperkuat
pemahaman mereka dan memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran. kemudian peserta didik
ikut aktif dalam memperagakan media tersebut. Peserta didik akan mendapat
pemahaman konsep yang lebih mendalam dari alat peraga tersebut.
Tahap Penutup
Pada tahap penutup kemudian guru menjelaskan kembali
dan memberikan kesimpulan atas apa saja yang telah dipelajari pada materi bangun
datar. Dan peserta didik ikut menjelaskan kembali apa yang telah mereka
pelajari sebelumnya seputar bangun datar.
Tahap kegiatan inti yang terakhir guru mengumpulkan
berbagai informasi dan data kelompok atau individu untuk menilai perkembangan
belajar yang dilakukan peserta didik melalui keaktifan dan pemahaman peserta
didik dari hasil kegiatan pembelajaran yang mereka telah lakukan. Kemudian guru
menyelidiki kembali seberapa besar perkembangan peserta didik dalam belajar
bangun datar dengan memberikan latihan soal atau PR. Bagi peserta didik yang
benar-benar berperan aktif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran akan
mendapatkan hasil serta manfaat pengetahuan seputar bangun datar melalui
kegiatan pembelajaran yang mereka telah lakukan. Dan peserta didik akan dengan
mudah menyelesaikan tugas latihan soal ataupun PR yang guru berikan.
Tahap terakhir yaitu guru mengajak semua peserta
didik untuk berdoa sesuai dengan keyakinan mereka masing-masing.
PENUTUP
Kesimpulan
Dunia pendidikan memerlukan adanya sebuah pendekatan
guna memperlancar jalannya proses pembelajaran. Terutama dalam pembelajaran
matematika, pendekatan pembelajaran kontekstual ialah salah satu pendekatan
yang sesuai yang dapat digunakan oleh guru dalam memberikan materi pelajaran. Pembelajaran
kontekstual mengacu kepada keadaan kehidupan nyata yang dialami peserta didik
yang dikaitkan dengan materi pelajaran yang diberikan. Sehingga peserta didik
mampu menerima materi dengan mudah, karena peserta didik tidak menghafal
melainkan mengalami apa yang mereka pelajari. Pembelajaran kontekstual
mengandung tujuh asas yang menjadi landasan filosofisnya, yakni : 1) Kontruktivisme, 2) Inkuiri, 3) Bertanya,
4) Masyarakat belajar, 5) Pemodelan, 6) Refleksi, dan 7) Penilaian nyata. Ketujuh asas tersebut
mendorong peserta didik untuk ikut terlibat dalam materi yang diajarkan guru.
Pembelajaran kontektual akan membuat peserta didik mampu
mengembangkan pemikirannya dalam mendefinisikan suatu materi pelajaran yang ada, dan membuat peserta didik
mengeluarkan berbagai pemikiran yang berbeda.
Saran
Mengingat banyaknya peserta didik yang kurang
mengerti dalam menerima materi pelajaran matematika yang diberikan guru, dan
masih banyaknya peserta didik yang kesulitan dalam belajar matematika. Penerapan
pembelajaran kontekstual sangatlah cocok untuk diterapkan kedalam proses
pembelajaran matematika, karena pembelajaran kontekstual akan menghubungkan
keadaan kehidupan nyata yang dialami peserta didik dengan materi pelajaran
matematika yang akan memudahkan peserta didik dalam memahami materi pelajaran
dengan mudah sehingga akan meningkatkan hasil prestasi belajar peserta didik
didalam belajar matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyo.
2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar. Jogjakarta: DIVA Press.
Depdiknas.
2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.
Suryani
& Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Ombak.
Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif
Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Yamin.
2013. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Referensi.
No comments:
Post a Comment
you say