IBX5A82D9E049639

Wednesday, 15 March 2017

PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN

ABSTRAK: Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana cara menerapkan metode discovery learning dalam pembelajaran. Metode penemuan atau discovery learning merupakan metode mengajar yang yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tanpa pemberitahuan langsung, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Penerapan metode discovery learning memiliki 3 tahapan pembelajaran. Tahapan tersebut terdiri dari 1) tahap diskusi, 2) tahap proses, dan 3) tahap pemecahan masalah. Penerapan metode discovery learning tepat digunakan dalam pembelajaran dimana metode ini dapat berguna untuk melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri tanpa meminta bantuan orang lain.
Kata kunci: Penerapan Pembelajaran, Discovery Learning, Pembelajaran matematika

Pendahuluan
Matematika berasal dari bahasa Yunani yaitu studi besaran, struktur, ruang dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode deduksi yang ketat diturunkan dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian. 
Keberhasilan sebuah pembelajaran tidak hanya diwujudkan dalam sebuah hasil prestasi siswa disekolah, namun pembelajaran yang mampu mengembangkan apa yang telah dipelajari di sekolah dan mengaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pelajaran matematika juga perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama (Departemen Pendidikan Nasional, 2008).
Pemahaman konsep dan partisipasi belajar sangatlah penting dalam proses pembelajaran matematika di sekolah. Pemahaman konsep merupakan kemampuan dasar siswa dalam memecahkan masalah. Sedangkan partisipasi belajar adalah kegiatan siswa ikut serta dalam proses pembelajaran, pemahaman siswa dalam materi belajar sangat dipengaruhi dari setiap partisipasi siswa di kelas. Beberapa faktor penyebab rendahnya pemahaman konsep dan partisipasi belajar siswa diantaranya adalah 1) Pembelajaran yang masih terpusat pada guru sehingga siswa belum terbiasa mengaplikasikan pemahaman konsep sebuah masalah, 2) Model yang diterapkan dalam pembelajaran kurang bisa dipahami oleh siswa, 3) Kurang kreatifnya guru dalam pembelajaran di kelas, 4) Suasana pembelajaran yang masih monoton sehingga mengakibatkan siswa jenuh dan kurang aktif dalam pembelajaran. Dengan rendahnya pemahaman konsep dan partisipasi belajar siswa akan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan akar penyebab masalah tersebut, dapat diajukan alternatif tindakan melalui penerapan model pembelajaran Discovery Learning.


Penerapan Metode Discovery Learning dalam pembelajaran Matematika
Penemuan adalah terjemahan dari Discovery. Menurut Sund ”Discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Proses mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2001:20).
J. Richard dalam Roestiyah, berpendapat bahwa Discovery Learning ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, penulis menyimpulkan bahwa model Discovery Learning merupakan proses belajar dimana siswa berperan aktif untuk menemukan informasi dan memperoleh pengetahuannya sendiri dengan pengamatan atau diskusi dalam rangka mendapatkan pembelajaran yang lebih bermakna. ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Tujuan Pembelajaran Discovery Learning dalam Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:
a. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.
b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.
d. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.
e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
f.Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
Model Penemuan atau Pengajaran Penemuan dibagi 3 jenis:
1. Penemuan Murni
Pada pembelajaran dengan penemuan murni pembelajaran terpusat pada siswa dan tidak terpusat pada guru. Siswalah yang menentukan tujuan dan pengalaman belajar yang diinginkan, guru hanya memberi masalah dan situasi belajar kepada siswa. Siswa mengkaji fakta atau relasi yang terdapat pada masalah itu dan menarik kesimpulan (generalisasi) dari apa yang siswa temukan. Kegiatan penemuan ini hampir tidak mendapatkan bimbingan guru. Penemuan murni biasanya dilakukan pada kelas yang pandai.
2. Penemuan Terbimbing
Pada pengajaran dengan penemuan terbimbing guru mengarahkan tentang materi pelajaran. Bentuk bimbingan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, arahan, pertanyaan atau dialog, sehingga diharapkan siswa dapat menyimpulkan (menggeneralisasikan) sesuai dengan rancangan guru.Generalisasi atau kesimpulan yang harus ditemukan oleh siswa harus dirancang secara jelas oleh guru. Pada pengajaran dengan metode penemuan, siswa harus benar-benar aktif belajar menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya.
3. Penemuan Laboratory
Penemuan laboratory adalah penemuan yang menggunakan objek langsung (media konkrit) dengan cara mengkaji, menganalisis, dan menemukan secara induktif, merumuskan dan membuat kesimpulan. Penemuan laboratory dapat diberikan kepada siswa secara individual atau kelompok. Penemuan laboratory dapat meningkatkan keinginan belajar siswa, karena belajar melalui berbuat menyenangkan bagi siswa yang masih berada pada usia senang bermain.

Tahapan Pembelajaran Penemuan
Tahap-tahap penggunaan model belajar penemuan dalam pembelajaran menurut Amien (1987) dapat diuraikan sebagai berikut: Tahap pertama adalah diskusi. Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk didiskusikan secara bersama-sama sebelum lembaran kerja siswa diberikan kepada siswa. Tahap ini dimaksudkan untuk mengungkap konsep awal siswa tentang materi yang akan dipelajari. Tahap kedua adalah proses. Pada tahap ini siswa mengadakan kegiatan laboratorium sesuai dengan petunjuk yang terdapat dalam lembar kerja siswa guna membuktikan sekaligus menemukan konsep yang sesuai dengan konsep yang benar. Tahap ketiga merupakan tahap pemecahan masalah. Setelah mengadakan kegiatan laboratorium siswa diminta untuk membandingkan hasil diskusi sebelum kegiatan laboratorium dengan hasil setelah laboratorium sesuai dengan lembaran kerja siswa hingga menemukan konsep yang benar tentang masalah yang ingin dipecahkan.

Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Penemuan
Memperhatikan Model Penemuan Terbimbing tersebut diatas dapat disampaikan kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Kelebihan dari Model Penemuan adalah sebagai berikut 1) Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan. 2) Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan). 3). Mendukung kemampuan problem solving siswa. 4). Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 5) Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukanya.

Sementara itu kekurangannya adalah 1) Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama. 2) Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah. 3) Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan Model Penemuan Terbimbing.

Penerapan Metode Discovery Learning dalam pembelajaran matematika pada Materi Pecahan Kelas V SD Semester 1.
            Sebelum proses kegiatan belajar mengajar dimulai ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan oleh Guru tahapan tersebut antara lain:

a. Tahap Pendahuluan.
pada tahap awal sebelum proses belajar mengajar dimulai guru memasuki ruangan kelas dengan mengucapkan salam,kemudian guru duduk dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin doa menurut kepercayaannya masing-masing,kemudian guru mengabsen siswa, guru membuat perencanaa tertulis yang berisi tujuan pembelajaran secara operasional materi,bentuk kegiatan belajar mengajar,metode yang digunakan, waktu alat-alat pelajaran dan evaluasi, dan memberi motivasi agar siswa menjadi semangat dalam belajar.

b. Tahap Inti
Pada tahap ini materi yang akan dibahas adalah seputar materi pecahan. pada pokok bahasan pecahan. Hal tersebut menuntut untuk menggunakan metode discovery learning karena sesuai dengan materi pembelajaran.Alasan dipilihnya metode Discovery Learning dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pacahan adalah untuk menjadikan pembelajaran matematika lebih bermakna,melalui metode Discovery Learning siswa didorong untuk menemukan sendiri cara untuk menyederhanakan pecahan dengan media yang disediakan guru, dengan demikian siswa memperoleh pemahamam yang tertanam kuat sehingga nilai hasil belajar siswa diharapkan dapat mencapai KKM. Langkah awal dalam pembelajaran adalah 1) pada siklus I adalah guru menyuruh siswa membentuk kelompok yang terdiri dari tiga siswa setiap kelompoknya, lalu guru memberikan rumusan masalah untuk dipecahkan siswa, guru memberi kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mengajukan jawaban sementara, kemudiam guru menampung jawaban sementara dari siswa. Setiap kelompok diberikan media pembelajaran dan lembar kerja kelompok sebagai media untuk mengumpulkan informasi dan data Selama siswa mengerjakan LKK guru memberi bimbingan kepada siswa, setelah mengerjakan LKK siswa diminta untuk menarik kesimpulan berdasakan LKK yang telah dikerjakan.. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada yang belum dimengerti. Kegiatan akhir guru membimbing siswa menyimpulkan materi dan memberikan soal tes materi pecahan. Siswa masih sedikit yang dapat menyimpulkan dan mengaplikasikan kesimpulan dalam soal tes. 2) Kegiatan pada siklus II hampir sama dengan siklus I akan tetapi yang berbeda guru lebih baik dalam melaksanakan pembelajarannya. Pada pelaksanakan siklus II media yang digunakan lebih disempurnakan, jika pada siklus I media yang digunakan hanya kertas karton yang sewarna dan hanya dilipat-lipat, disiklus II menggunakan media kertas warna-warni dan media yang digunakan digunting sehingga siswa lebih memahami bagian-bagian pecahan. Kegiatan pembelajaran berjalan lebih lancar daripada siklus I. Penguasaan matematika tetap tidak lepas dari terlatihnya siswa mengerjakan berbagai macam permasalahan matematika. Untuk itu guru memberikan tes pada akhir siklus agar dapat mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Dari keseluruhan rangkaian pembelajaran dalam penelitian ini juga terdapat beberapa kendala, diantaranya adalah siswa belum terbiasa dengan pembelajaran matematika menggunakan metode Discovery Learning, terutama saat mereka diminta untuk menarik kesimpulan, karena selama ini siswa langsung mendapatkan materi dari guru, sehingga membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan pembelajaran tersebut. Dalam mengerjakan soal tes masih terdapat beberapa siswa yang masih lambat dalam operasi hitung dan membacanya sehingga menghambat siswa dalam menyelesaikan soal. Untuk itu siswa perlu berlatih berhitung dan membaca dengan giat agar lancar berhitung dan membaca. Selain itu, waktu yang dibutuhkan sangat lama.




Penutup
Kesimpulan
            dengan menggunakan metode Discovery Learning ini, siswa terlibat dalam menemukan sendiri konsep dan membangun sendiri pengetahuannya. Dengan memberikan memberikan
rumusan masalah kepada siswa, sehingga siswa dapat menemukan konsep melalui media pembelajaran dan lembar kerja kelompok yang dikerjakan bersama kelompoknya, menjadikan apa yang diterima siswa akan melekat pada ingatan mereka lebih lama, sehingga mereka tidak mudah lupa. Selain itu, diakhir pembelajaran siswa dapat meyimpulkan materi dan mengaplikasikan kesimpulan tersebut dalam soal latihan. Dengan demikian siswa akan mengetahui bahwa materi yang mereka dapat nantinya juga berhubungan pada tingkat selanjutnya dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-sehari.

Saran
            Sampai saat ini banyak siswa yang takut dengan pelajaran matematika karena siswa beranggapan bahwa matematika sama dengan pelajaran menghafal rumus. Hal ini berdampak
buruk bagi prestasi belajar siswa. Salah satu cara mengatasi keadaan ini adalah dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat berperan aktif dalam mengembangkan
kemampuan yang dimilikinya untuk bisa memahami,mengerti, mengamati, merencanakan, melaksanakan,mengkomunikasikan hasil dan lain sebagainya. Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan metode pembelajaran salah satu metode pembelajaran yang tepat adalah dengan Metode Discovery Learning dimana metode ini sangat bermanfaat karena dapat melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain.

Daftar Pustaka
Aqib, Zainal. 2002. Profesional Guru dalam Pembelajaran. Surabaya:Insan Cendikia.
Markaban. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional PPPG Matematika.
Nurdiansyah, Budi. 2008. Penggunaan Metode Penemuan untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran. Jakarta: Referensi.

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

No comments:

Post a Comment

you say