ABSTRAK: Tujuan dari penulisan ini adalah untuk
mendeskripsikan bagaimana cara menerapkan metode discovery learning dalam
pembelajaran. Metode penemuan atau discovery learning merupakan metode mengajar
yang yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tanpa pemberitahuan langsung,
sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Penerapan metode discovery learning
memiliki 3 tahapan pembelajaran. Tahapan tersebut terdiri dari 1) tahap
diskusi, 2) tahap proses, dan 3) tahap pemecahan masalah. Penerapan metode
discovery learning tepat digunakan dalam pembelajaran dimana metode ini dapat
berguna untuk melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan
dan memecahkan masalahnya sendiri tanpa meminta bantuan orang lain.
Kata kunci: Penerapan Pembelajaran, Discovery Learning, Pembelajaran
matematika
Pendahuluan
Matematika
berasal dari bahasa Yunani yaitu studi besaran, struktur, ruang dan perubahan.
Para matematikawan mencari berbagai pola merumuskan konjektur baru, dan
membangun kebenaran melalui metode deduksi yang ketat diturunkan dari
aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian.
Keberhasilan
sebuah pembelajaran tidak hanya diwujudkan dalam sebuah hasil prestasi siswa
disekolah, namun pembelajaran yang mampu mengembangkan apa yang telah
dipelajari di sekolah dan mengaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian pelajaran matematika juga perlu diberikan kepada semua peserta
didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan
bekerjasama (Departemen Pendidikan Nasional, 2008).
Pemahaman
konsep dan partisipasi belajar sangatlah penting dalam proses pembelajaran
matematika di sekolah. Pemahaman konsep merupakan kemampuan dasar siswa dalam
memecahkan masalah. Sedangkan partisipasi belajar adalah kegiatan siswa ikut
serta dalam proses pembelajaran, pemahaman siswa dalam materi belajar sangat
dipengaruhi dari setiap partisipasi siswa di kelas. Beberapa faktor penyebab
rendahnya pemahaman konsep dan partisipasi belajar siswa diantaranya adalah 1)
Pembelajaran yang masih terpusat pada guru sehingga siswa belum terbiasa
mengaplikasikan pemahaman konsep sebuah masalah, 2) Model yang diterapkan dalam
pembelajaran kurang bisa dipahami oleh siswa, 3) Kurang kreatifnya guru dalam
pembelajaran di kelas, 4) Suasana pembelajaran yang masih monoton sehingga
mengakibatkan siswa jenuh dan kurang aktif dalam pembelajaran. Dengan rendahnya
pemahaman konsep dan partisipasi belajar siswa akan berdampak pada rendahnya
hasil belajar siswa. Berdasarkan akar penyebab masalah tersebut, dapat diajukan
alternatif tindakan melalui penerapan model pembelajaran Discovery Learning.
Penerapan Metode Discovery Learning dalam pembelajaran Matematika
Penemuan adalah terjemahan dari Discovery. Menurut Sund ”Discovery adalah proses mental dimana
siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Proses mental
tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat
dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2001:20).
J.
Richard dalam Roestiyah, berpendapat bahwa Discovery
Learning ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses
kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca
sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Berdasarkan
pendapat para ahli tersebut, penulis menyimpulkan bahwa model Discovery Learning merupakan proses
belajar dimana siswa berperan aktif untuk menemukan informasi dan memperoleh
pengetahuannya sendiri dengan pengamatan atau diskusi dalam rangka mendapatkan
pembelajaran yang lebih bermakna. ciri utama belajar menemukan yaitu: (1)
mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan
menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk
menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Tujuan Pembelajaran Discovery Learning dalam Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari
pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:
a. Dalam
penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam
pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran
meningkat ketika penemuan digunakan.
b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa
belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak
meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
c. Siswa
juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan
tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.
d. Pembelajaran
dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif,
saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.
e. Terdapat
beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep
dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
f.Keterampilan
yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih
mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar
yang baru.
Model
Penemuan atau Pengajaran Penemuan dibagi 3 jenis:
1. Penemuan Murni
Pada
pembelajaran dengan penemuan murni pembelajaran terpusat pada siswa dan tidak
terpusat pada guru. Siswalah yang menentukan tujuan dan pengalaman belajar yang
diinginkan, guru hanya memberi masalah dan situasi belajar kepada siswa. Siswa
mengkaji fakta atau relasi yang terdapat pada masalah itu dan menarik
kesimpulan (generalisasi) dari apa yang siswa temukan. Kegiatan penemuan ini hampir tidak
mendapatkan bimbingan guru. Penemuan murni biasanya dilakukan pada kelas yang
pandai.
2. Penemuan Terbimbing
Pada pengajaran
dengan penemuan terbimbing guru mengarahkan tentang materi pelajaran. Bentuk
bimbingan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, arahan, pertanyaan atau
dialog, sehingga diharapkan siswa dapat menyimpulkan (menggeneralisasikan)
sesuai dengan rancangan guru.Generalisasi atau kesimpulan yang harus ditemukan
oleh siswa harus dirancang secara jelas oleh guru. Pada pengajaran dengan
metode penemuan, siswa harus benar-benar aktif belajar menemukan sendiri bahan
yang dipelajarinya.
3. Penemuan Laboratory
Penemuan
laboratory adalah penemuan yang menggunakan objek langsung (media konkrit)
dengan cara mengkaji, menganalisis, dan menemukan secara induktif, merumuskan
dan membuat kesimpulan. Penemuan laboratory dapat
diberikan kepada siswa secara individual atau kelompok. Penemuan laboratory
dapat meningkatkan keinginan belajar siswa, karena belajar melalui berbuat
menyenangkan bagi siswa yang masih berada pada usia senang bermain.
Tahapan Pembelajaran Penemuan
Tahap-tahap penggunaan model belajar penemuan
dalam pembelajaran menurut Amien (1987) dapat diuraikan sebagai berikut: Tahap
pertama adalah diskusi. Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan kepada siswa
untuk didiskusikan secara bersama-sama sebelum lembaran kerja siswa diberikan
kepada siswa. Tahap ini dimaksudkan untuk mengungkap konsep awal siswa tentang
materi yang akan dipelajari. Tahap kedua adalah proses. Pada tahap ini siswa
mengadakan kegiatan laboratorium sesuai dengan petunjuk yang terdapat dalam
lembar kerja siswa guna membuktikan sekaligus menemukan konsep yang sesuai
dengan konsep yang benar. Tahap ketiga merupakan tahap pemecahan masalah. Setelah
mengadakan kegiatan laboratorium siswa diminta untuk membandingkan hasil
diskusi sebelum kegiatan laboratorium dengan hasil setelah laboratorium sesuai
dengan lembaran kerja siswa hingga menemukan konsep yang benar tentang masalah
yang ingin dipecahkan.
Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran
Penemuan
Memperhatikan Model Penemuan Terbimbing tersebut
diatas dapat disampaikan kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Kelebihan
dari Model Penemuan adalah sebagai berikut 1) Siswa dapat berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran yang disajikan. 2) Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan). 3). Mendukung kemampuan problem solving
siswa. 4). Memberikan wahana interaksi antar siswa,
maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. 5) Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan
yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses
menemukanya.
Sementara itu kekurangannya adalah 1) Untuk
materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama. 2) Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran
dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti
dengan model ceramah. 3) Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini.
Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan
Model Penemuan Terbimbing.
Penerapan Metode Discovery
Learning dalam pembelajaran matematika pada Materi Pecahan Kelas V SD
Semester 1.
Sebelum proses
kegiatan belajar mengajar dimulai ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan
oleh Guru tahapan tersebut antara lain:
a. Tahap Pendahuluan.
pada tahap awal
sebelum proses belajar mengajar dimulai guru memasuki ruangan kelas dengan
mengucapkan salam,kemudian guru duduk dan menyuruh salah satu siswa untuk
memimpin doa menurut kepercayaannya masing-masing,kemudian guru mengabsen
siswa, guru membuat perencanaa tertulis yang berisi tujuan pembelajaran secara
operasional materi,bentuk kegiatan belajar mengajar,metode yang digunakan,
waktu alat-alat pelajaran dan evaluasi, dan memberi motivasi agar siswa menjadi
semangat dalam belajar.
b. Tahap Inti
Pada
tahap ini materi yang akan dibahas adalah seputar materi pecahan. pada pokok bahasan pecahan. Hal tersebut menuntut untuk
menggunakan metode discovery learning karena sesuai dengan materi pembelajaran.Alasan
dipilihnya metode Discovery Learning
dalam pembelajaran matematika pokok bahasan pacahan adalah untuk menjadikan
pembelajaran matematika lebih bermakna,melalui metode Discovery Learning siswa didorong untuk menemukan sendiri cara
untuk menyederhanakan pecahan dengan media yang disediakan guru, dengan
demikian siswa memperoleh pemahamam yang tertanam kuat sehingga nilai hasil
belajar siswa diharapkan dapat mencapai KKM. Langkah awal dalam pembelajaran
adalah 1) pada siklus I adalah guru menyuruh siswa membentuk kelompok yang terdiri
dari tiga siswa setiap kelompoknya, lalu guru memberikan rumusan masalah untuk
dipecahkan siswa, guru memberi kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
mengajukan jawaban sementara, kemudiam guru menampung jawaban sementara dari
siswa. Setiap kelompok diberikan media pembelajaran dan lembar kerja kelompok
sebagai media untuk mengumpulkan informasi dan data Selama siswa mengerjakan
LKK guru memberi bimbingan kepada siswa, setelah mengerjakan LKK siswa diminta untuk
menarik kesimpulan berdasakan LKK yang telah dikerjakan.. Kemudian siswa diberi
kesempatan untuk bertanya apabila ada yang belum dimengerti. Kegiatan akhir guru
membimbing siswa menyimpulkan materi dan memberikan soal tes materi pecahan.
Siswa masih sedikit yang dapat menyimpulkan dan mengaplikasikan kesimpulan dalam
soal tes. 2) Kegiatan pada siklus II hampir sama dengan siklus I akan tetapi
yang berbeda guru lebih baik dalam melaksanakan pembelajarannya. Pada
pelaksanakan siklus II media yang digunakan lebih disempurnakan, jika pada siklus
I media yang digunakan hanya kertas karton yang sewarna dan hanya
dilipat-lipat, disiklus II menggunakan media kertas warna-warni dan media yang
digunakan digunting sehingga siswa lebih memahami bagian-bagian pecahan. Kegiatan
pembelajaran berjalan lebih lancar daripada siklus I. Penguasaan matematika
tetap tidak lepas dari terlatihnya siswa mengerjakan berbagai macam permasalahan
matematika. Untuk itu guru memberikan tes pada akhir siklus agar dapat
mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Dari
keseluruhan rangkaian pembelajaran dalam penelitian ini juga terdapat beberapa
kendala, diantaranya adalah siswa belum terbiasa dengan pembelajaran matematika
menggunakan metode Discovery Learning,
terutama saat mereka diminta untuk menarik kesimpulan, karena selama ini siswa
langsung mendapatkan materi dari guru, sehingga membutuhkan waktu untuk
beradaptasi dengan pembelajaran tersebut. Dalam mengerjakan soal tes masih
terdapat beberapa siswa yang masih lambat dalam operasi hitung dan membacanya
sehingga menghambat siswa dalam menyelesaikan soal. Untuk itu siswa perlu berlatih
berhitung dan membaca dengan giat agar lancar berhitung dan membaca. Selain
itu, waktu yang dibutuhkan sangat lama.
Penutup
Kesimpulan
dengan
menggunakan metode Discovery Learning
ini, siswa terlibat dalam menemukan sendiri konsep dan membangun sendiri
pengetahuannya. Dengan memberikan memberikan
rumusan masalah kepada siswa,
sehingga siswa dapat menemukan konsep melalui media pembelajaran dan lembar
kerja kelompok yang dikerjakan bersama kelompoknya, menjadikan apa yang
diterima siswa akan melekat pada ingatan mereka lebih lama, sehingga mereka
tidak mudah lupa. Selain itu, diakhir pembelajaran siswa dapat meyimpulkan
materi dan mengaplikasikan kesimpulan tersebut dalam soal latihan. Dengan
demikian siswa akan mengetahui bahwa materi yang mereka dapat nantinya juga
berhubungan pada tingkat selanjutnya dan bermanfaat bagi kehidupan
sehari-sehari.
Saran
Sampai
saat ini banyak siswa yang takut dengan pelajaran matematika karena siswa
beranggapan bahwa matematika sama dengan pelajaran menghafal rumus. Hal ini
berdampak
buruk bagi prestasi belajar siswa.
Salah satu cara mengatasi keadaan ini adalah dengan cara memberi kesempatan
kepada siswa untuk dapat berperan aktif dalam mengembangkan
kemampuan yang dimilikinya untuk
bisa memahami,mengerti, mengamati, merencanakan, melaksanakan,mengkomunikasikan
hasil dan lain sebagainya. Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan metode pembelajaran
salah satu metode pembelajaran yang tepat adalah dengan Metode Discovery Learning dimana metode ini
sangat bermanfaat karena dapat melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa
untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain.
Daftar Pustaka
Aqib, Zainal. 2002. Profesional Guru dalam Pembelajaran.
Surabaya:Insan Cendikia.
Markaban. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan Nasional PPPG Matematika.
Nurdiansyah, Budi. 2008. Penggunaan Metode Penemuan untuk
Meningkatkan Kemampuan Penalaran. Jakarta: Referensi.
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
No comments:
Post a Comment
you say