ABSTRAK: Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana peran
dan cara menerapkan model pembelajaran investigasi kelompok dalam pembelajaran
matematika. Investigasi
Kelompok adalah suatu penyelidikan, peninjauan, percobaan, dan sebagainya
dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan yang dilakukan oleh 2 orang
atau lebih. Dalam model investigasi kelompok terdapat tiga konsep
utama yang terdiri dari 1) penelitian atau inquiri,
2) pengetahuan atau knowledge, dan 3)
dinamika kelompok atau the dynamic of the
learning group. Model pembelajaran investigasi kelompok tepat digunakan
dalam pembelajaran matematika karena peserta didik dituntut
untuk terlibat dalam proses belajar mengajar. Semakin
peserta didik terlibat dalam proses belajar mengajar, maka semakin besar
pula pencapaian prestasi belajar akan didapat oleh peserta didik.
KATA KUNCI: Model
Pembelajaran, Investigasi Kelompok, Pembelajaran Matematika
PENDAHULUAN
Matematika
adalah ilmu yang mempelajari tentang besaran, struktur, bangun ruang, dan
perubahan-perubahan yang pada suatu bilangan. Matematika berasal dari
bahasa Yunani mathematikos yang
artinya ilmu pasti. Dalam bahasa belanda matematika di sebut sebagai wiskunde yang artinya
ilmu tentang belajar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, definisi
matematika adalah ilmu tentang bilangan dan segala sesuatu yang
berhubungan dengannya yang mencangkup segala
bentuk prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan
masalah mengenai bilangan.
Matematika
mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Contoh nyata
dalam hal transaksi jual-beli yang sering dilakukan
oleh setiap orang, pasti menggunakan unsur-unsur berhitung yang ada di dalam
matematika. Dengan belajar matematika, secara tidak langsung melatih seseorang
untuk berfikir secara rasional dan lebih menggunakan logika. Matematika juga
sangat berperan penting dalam bidang teknologi dan ilmu sains. Akan tetapi,
nyatanya para pelajar sebagian besar merasa malas, tidak tertarik bahkan ingin
menghindari mata pelajaran tersebut.
Matematika dianggap sebagai
pelajaran yang sulit karena selalu berhubungan dengan angka, rumus dan
hitung-menghitung. Mereka pun tidak berniat untuk mempelajarinya, kecuali
karena tuntutan materi. Pemikiran awal seseorang yang seperti itu jelas akan
memengaruhi terhadap penguasaan matematika seseorang karena sebelumnya sudah
ada rasa takut tidak bisa memahami pelajaran matematika dan malas. Mereka sudah
terlebih dahulu tidak tertarik dengan matematika sebelum mencobanya. Karena itu, peran guru dalam menyiapkan
model pembelajaran yang menarik sangatlah penting. Dengan model pembelajaran
yang digunakan, guru harus bisa mengubah persepsi peserta didik sebelumnya
tentang matematika dan membuat peserta didik agar tertarik untuk belajar
matematika.
Salah satu model pembelajaran yang
dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran matematika adalah model
pembelajaran investigasi kelompok. Model
investigasi kelompok melibatkan peserta didik dari perencanaan, mulai dari menentukan sub topik maupun
cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Model ini menuntut
peserta didik untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun keterampilan dalam proses kelompok. Dalam metode
ini, peserta didik dituntut untuk terlibat dalam proses belajar mengajar.
Keterlibatan peserta didik merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam
pencapaian prestasi belajar peserta didik tersebut. Semakin
peserta didik terlibat dalam proses belajar mengajar, maka semakin besar
pula pencapaian prestasi belajar akan didapat oleh peserta didik.
Berdasarkan uraian tersebut diatas,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Investigasi Kelompok dalam Pembelajaran Matematika”. Permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu: Pengertian model pembelajaran
investigasi kelompok menurut para ahli, tahap-tahap pembelajaran investigasi
kelompok, kekurangan dan kelebihan model pembelajaran investigasi kelompok,
serta penerapan model pembelajaran investigasi kelompok pada materi bangun
ruang.
Model Pembelajaran
Investigasi Kelompok
Investigasi
secara bahasa adalah penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta, melakukan
peninjauan, percobaan, dan sebagainya, dengan tujuan memperoleh jawaban atas
petanyaan. Sementara investigasi kelompok
adalah suatu penyelidikan, peninjauan, percobaan, dan sebagainya dengan tujuan
memperoleh jawaban atas pertanyaan yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih dalam
melakukannya.
Menurut
Mulyana (2008:140), dalam model investigasi
kelompok, peserta didik terlibat dalam
perencanaan baik topik yang dipelajari maupun bagaimana jalannya penyelidikan
mereka. Dalam bebarapa kasus kelompok
dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat
yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya peserta didik memilih topik untuk
diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu.
Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
Menurut Winaputra (2001:75), terdapat tiga konsep utama
dalam model investigasi kelompok yaitu: penelitian atau inquiri, pengetahuan atau knowledge,
dan dinamika kelompok atau the dynamic of
the learning group. Penelitian disini adalah proses dinamika peserta didik
dalam memberikan respon terhadap masalah dan bagaimana memecahkan masalah
tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar peserta didik baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukan suasana yang
mengambarkan interaksi antar anggota kelompok yang melibatkan berbagai ide dan pendapat
serta saling saling bertukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi.
Menurut
Daniel (2008:1), didalam investigasi kelompok terdapat empat
komponen penting, yaitu: investigasi, interaksi, interpretasi dan motivasi
intrinsik. Investigasi mengacu pada kenyataan bahwa kelompok fokus pada topik
yang dipilih atau yang didapat. Interaksi merupakan ciri dari semua metode
pembelajaran kooperatif, yang diperlukan bagi peserta didik untuk
mengeksplorasi ide-ide dan saling membantu belajar Interpretasi terjadi ketika
kelompok mensintesis dan menguraikan temuan dari setiap anggota dalam rangka
meningkatkan pemahaman dan kejelasan ide. Akhirnya, motivasi intrinsik
dibangkitkan pada peserta didik dengan memberikan mereka otonomi dalam proses
investigasi.
Dalam model pembelajaran ini peserta didik tidak hanya berperan sebagai penonton
dan guru tidak hanya memberikan jawaban akhir untuk menyelesaikan soal kepada peserta
didik, tetapi guru berperan sebagai pengatur agar peserta didik mampu berpikir sendiri
dan memecahkan masalah yang dihadapinya dan menemukan sendiri konsep matematika
dan aplikasinya,kemudian
guru memberikan arahan agar tidak terjadi salah pemahaman konsep
sehingga dalam model ini guru berperan sebagai fasilitator. Dengan demikian, pembelajaran dengan menggunakan
model investigasi kelompok pada mata pelajaran matematika dianggap mampu meningkatkan
pemahaman konsep matematika peserta didik.
Slavin (1995:52) dan Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal penting
untuk menerapkan model pembelajaran
investigasi kelompok, yaitu: 1) Membutuhkan
Kemampuan Kelompok. Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat
kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, peserta didik dapat
mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas,
kemudian peserta didik mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap
anggota untuk mengerjakan lembar kerja. 2) Rencana Kooperatif. Peserta didik bersama-sama menyelidiki
masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan
bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas. 3) Peran Guru. Guru menyediakan sumber dan fasilitator.
Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan peserta didik mengatur
pekerjaan dan membantu peserta didik mengatur pekerjaannya dan membantu jika peserta
didik menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.
Para guru yang menggunakan metode Insvetigasi Kelompok
umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 2 peserta
didik atau lebih dengan karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59).
Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan
minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya peserta didik memilih topik
untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang
telah dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan
kelas.
Menurut Nurdin (2009:47) keberhasilan dari penerapan pembelajaran dengan
model investigasi kelompok dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kompleks,
diantaranya yaitu: 1) Pembelajaran berpusat pada peserta didik, 2) pembelajaran yang
dilakukan membuat suasana saling bekerja sama dan berinteraksi antar peserta
didik dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, 3) peserta didik dilatih untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, dan 4) adanya motivasi yang
mendorong peserta didik agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama
sampai tahap akhir pembelajaran.
Menurut Santoso (2011:23), dalam
memanfaatkan model pembelajaran investigasi kelompok terdapat bebebrapa kelebihan
dan kekuranganan. Kelebihan model pembelajaran investigasi kelompok antara
lain: 1) Dapat melatih peserta didik untuk menunjukan kemampuan berpikir mandiri,
kritis, kreatif, reflektif, dan produktif. 2) Dapat melatih peserta didik untuk mengembangkan sikap saling memahami dan menghormati. 3) Dapat melatih peserta
didik untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi. 4) Dapat menumbuhkan sikap saling belajar antar sesama peserta didik.
Sedangkan kekurangannya antara lain: 1) Merupakan model paling kompleks dan paling
sulit dilakukan dalam proses belajar mengajar, 2) dalam pelaksanaannya membutuhkan waktu yang relatif lama, dan 3) sulit diterapkan apabila peserta didik
tidak memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Penerapan Model Pembelajaran
Investigasi Kelompok pada Materi Bangun Ruang
Dalam melaksanakan model
pembelajaran ini, peserta didik tidak hanya duduk dan menerima konsep tentang
bangun ruang dari guru, melainkan dilatih untuk menemukan langkah-langkah dalam
menentukan konsep luas permukaan dan volume bangun ruang. Dengan demikian
peserta didik dapat memahami konsep materi bangun ruang yang sifatnya abstrak
sehingga lebih mudah menerapkan konsep yang telah didapat ke dalam pemecahan
masalah.
Prosedur penerapan
model pembelajaran investigasi kelompok pada materi bangun ruang terdiri dari 8
fase, yaitu:
Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi pese rta didik. Guru
menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran
tersebut dan memotivasi pesrta didik dalam belajar matematika menggunakan model
pembelajaran investigasi kelompok. Misal: Dengan model pembelajaran investigasi
kelompok peserta didik diharapkan dapat memahami penemuan konsep rumus pada
bangun ruang yaitu kubus, balok, prisma, dan limas dengan benar.
Fase 2: Seleksi Topik. Guru memandu peserta didik untuk memilih
berbagai subtopik dalam suatu topik bangun ruang yang telah digambarkan
terlebih dahulu oleh guru.
Subtopik pada siklus 1 meliputi: luas permukaan kubus, luas permukaan
balok, luas permukaan prisma, dan luas permukaan limas. Sedangkan subtopik pada
siklus 2 meliputi volume kubus, volume balok, volume prisma, dan volume limas.
Fase 3: Mengorganisasikan peserta didik dalam
kelompok-kelompok belajar. Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana cara
membentuk kelompok belajar dan memandunya sesuai ketentuan yang ada. Jumlah
kelompok antara 4-5 anggota. Guru lalu membagikan Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) ke kelompok sebagai acuan peserta didik dalam melaksanakan investigasi
sesuai dengan sub topic yang telah dipilih oleh tiap-tiap kelompok.
Fase 4: Merencanakan kerja sama. Guru dan pesrta didik
merencanakan berbagai prosedur dalam mengerjakan LKPD. Peserta didik
merencanakan bersama mengenai: Apa yang kita pelajari? Bagaimana kita
mempelajarinya? Siapa melakukan apa? (pembagian tugas) Sumber apa yang dipakai?
Dan sebagainya.
Fase 5: Implementasi. Para peserta didik merencanakan rencana
investigasi yang telah dirumuskan pada fase 4 menggunakan sumber-sumber belajar
seperti LKPD, buku paket, dan alat peraga yang telah disediakan. Guru secara
terus menerus mengikuti perkembangan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika
diperlukan.
Fase 6: Analisis dan sintesis. Para peserta didik menganalisis
dan mensintesiskan berbagai informasi yang diperoleh pada fase 6 kedalam LKPD
yang nantinya akan digunakan untuk mengerjakan soal-soal.
Misalnya:
Misalkan kubus ABCD.EFGH dengan sisi-sisinya ABCD, BCGF, CDHG, ADHE,
EFGH, dan ABFE, maka luas permukaan kubus seluruhnya adalah
= Luas ABCD+Luas BCGF+Luas CDHG+Luas ADHE+Luas EFGH+Luas ABFE
=+++++=
6 x
Fase 7:
Penyajian hasil akhir. Semua kelompok atau perwakilan menyajikan atau
mempresentasikan hasil investigasi dan pekerjaan LKPD. Agar semua peserta didik
dalam kelas saling terlibat, presentasi kelompok dikoordinasi oleh guru. Guru
memandu peserta didik untuk mengambil kesimpulan.
Fase
8: Evaluasi. Guru beserta para peserta didik melakukan
evaluasi secara keseluruhan, dari proses kerja kelompok hingga presentasi.
Evaluasi dapat mencakup penilaian individual, kelompok, ataupun keduanya.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan deskripsi yang
telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model
pembelajaran investigasi kelompok pada materi bangun ruang akan lebih
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap konsep yang terdapat pada bangun
ruang sehingga sehingga lebih mudah menerapkan konsep yang telah didapat ke
dalam pemecahan masalah.
Satu hal yang perlu
ditekankan dan dipahami adalah bahwa model pembelajaran investigasi kelompok
dapat digunakan sebagai alternatif dalam strategi pembelajaran matematika
karena pengetahuan yang didapat dengan menggunakan model ini akan lebih
bertahan lama dalam ingatan peserta didik karena konsep yang dipahaminya
berasal dari hasil investigasinya sendiri.
Saran
Mengingat pentingnya
pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan maka penerapan model
pembelajaran investigasi kelompok merupakan salah satu alternatif strategi
pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar.
Penerapan model pembelajaran investigasi kelompok sangat cocok untuk diterapkan
pada peserta didik SMP-SMA dan peserta didik kelas IV-VI SD.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2002. Profesionalisme
Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendikia.
Cunayah, Cucun. 2008. Pelajaran
Matematika untuk SMP/MTs Kelas VIII. Bandung: Yrama
Widya.
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative
Learning. Bandung: Nusa Media
Suherman, Erman. 2003. Strategi
Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-
UPI
Suyatno, Amin.2006. Pemilihan
Model-model Pembelajaran dan Penerapannya di SMP.
Semarang: UNNES.
Triatno. 2007. Model-Model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Tim Prestasi Pustaka.
Triatno. 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Prenada Media
Group.
No comments:
Post a Comment
you say