IBX5A82D9E049639

Thursday, 16 March 2017

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

ABSTRAK: Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana peran dan cara menerapkan model pembelajaran investigasi kelompok dalam pembelajaran matematika. Investigasi Kelompok adalah suatu penyelidikan, peninjauan, percobaan, dan sebagainya dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih. Dalam model investigasi kelompok terdapat tiga konsep utama yang terdiri dari 1) penelitian atau inquiri, 2) pengetahuan atau knowledge, dan 3) dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group. Model pembelajaran investigasi kelompok tepat digunakan dalam pembelajaran matematika karena peserta didik dituntut untuk terlibat dalam proses belajar mengajar. Semakin peserta didik terlibat dalam proses belajar mengajar, maka semakin besar pula pencapaian prestasi belajar akan didapat oleh peserta didik.

KATA KUNCI: Model Pembelajaran, Investigasi Kelompok, Pembelajaran Matematika

PENDAHULUAN
Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang besaran, struktur, bangun ruang, dan perubahan-perubahan yang pada suatu bilangan. Matematika  berasal dari bahasa Yunani mathematikos yang artinya ilmu pasti. Dalam bahasa belanda matematika di sebut sebagai wiskunde yang artinya ilmu tentang belajar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, definisi matematika adalah ilmu tentang bilangan dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya yang mencangkup segala bentuk prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan. 
Matematika mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Contoh nyata dalam hal transaksi jual-beli yang sering dilakukan oleh setiap orang, pasti menggunakan unsur-unsur berhitung yang ada di dalam matematika. Dengan belajar matematika, secara tidak langsung melatih seseorang untuk berfikir secara rasional dan lebih menggunakan logika. Matematika juga sangat berperan penting dalam bidang teknologi dan ilmu sains. Akan tetapi, nyatanya para pelajar sebagian besar merasa malas, tidak tertarik bahkan ingin menghindari mata pelajaran tersebut. 
            Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit karena selalu berhubungan dengan angka, rumus dan hitung-menghitung. Mereka pun tidak berniat untuk mempelajarinya, kecuali karena tuntutan materi. Pemikiran awal seseorang yang seperti itu jelas akan memengaruhi terhadap penguasaan matematika seseorang karena sebelumnya sudah ada rasa takut tidak bisa memahami pelajaran matematika dan malas. Mereka sudah terlebih dahulu tidak tertarik dengan matematika sebelum mencobanya. Karena itu, peran guru dalam menyiapkan model pembelajaran yang menarik sangatlah penting. Dengan model pembelajaran yang digunakan, guru harus bisa mengubah persepsi peserta didik sebelumnya tentang matematika dan membuat peserta didik agar tertarik untuk belajar matematika.
            Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran matematika adalah model pembelajaran investigasi kelompok. Model investigasi kelompok melibatkan peserta didik dari perencanaan, mulai dari menentukan sub topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Model ini menuntut peserta didik untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun keterampilan dalam proses kelompok.  Dalam metode ini, peserta didik dituntut untuk terlibat dalam proses belajar mengajar. Keterlibatan peserta didik merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam pencapaian prestasi belajar peserta didik tersebut. Semakin peserta didik terlibat dalam proses belajar mengajar, maka semakin besar pula pencapaian prestasi belajar akan didapat oleh peserta didik.
            Berdasarkan uraian tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok dalam Pembelajaran Matematika”. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu: Pengertian model pembelajaran investigasi kelompok menurut para ahli, tahap-tahap pembelajaran investigasi kelompok, kekurangan dan kelebihan model pembelajaran investigasi kelompok, serta penerapan model pembelajaran investigasi kelompok pada materi bangun ruang.
Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
Investigasi secara bahasa adalah penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta, melakukan peninjauan, percobaan, dan sebagainya, dengan tujuan memperoleh jawaban atas petanyaan. Sementara investigasi kelompok adalah suatu penyelidikan, peninjauan, percobaan, dan sebagainya dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih dalam melakukannya.
Menurut Mulyana (2008:140), dalam model investigasi kelompok, peserta didik terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari maupun bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Dalam bebarapa kasus kelompok  dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya peserta didik memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
Menurut Winaputra (2001:75), terdapat tiga konsep utama dalam model investigasi kelompok yaitu: penelitian atau inquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group. Penelitian disini adalah proses dinamika peserta didik dalam memberikan respon terhadap masalah dan bagaimana memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar peserta didik baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukan suasana yang mengambarkan interaksi antar anggota kelompok yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling saling bertukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi.
Menurut Daniel (2008:1), didalam investigasi kelompok terdapat empat komponen penting, yaitu: investigasi, interaksi, interpretasi dan motivasi intrinsik. Investigasi mengacu pada kenyataan bahwa kelompok fokus pada topik yang dipilih atau yang didapat. Interaksi merupakan ciri dari semua metode pembelajaran kooperatif, yang diperlukan bagi peserta didik untuk mengeksplorasi ide-ide dan saling membantu belajar Interpretasi terjadi ketika kelompok mensintesis dan menguraikan temuan dari setiap anggota dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kejelasan ide. Akhirnya, motivasi intrinsik dibangkitkan pada peserta didik dengan memberikan mereka otonomi dalam proses investigasi.
Dalam model pembelajaran ini peserta didik tidak hanya berperan sebagai penonton dan guru tidak hanya memberikan jawaban akhir untuk menyelesaikan soal kepada peserta didik, tetapi guru berperan sebagai pengatur agar peserta didik mampu berpikir sendiri dan memecahkan masalah yang dihadapinya dan menemukan sendiri konsep matematika dan aplikasinya,kemudian guru memberikan arahan agar tidak terjadi salah pemahaman konsep sehingga dalam model ini guru berperan sebagai fasilitator. Dengan demikian, pembelajaran dengan menggunakan model investigasi kelompok pada mata pelajaran matematika dianggap mampu meningkatkan pemahaman konsep matematika peserta didik.
Slavin (1995:52) dan Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal penting untuk menerapkan model pembelajaran investigasi kelompok, yaitu: 1) Membutuhkan Kemampuan Kelompok. Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, peserta didik dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas, kemudian peserta didik mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja. 2) Rencana Kooperatif. Peserta didik bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas. 3) Peran Guru. Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan peserta didik mengatur pekerjaan dan membantu peserta didik mengatur pekerjaannya dan membantu jika peserta didik menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.
Para guru yang menggunakan metode Insvetigasi Kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 2 peserta didik atau lebih dengan karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya peserta didik memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang  telah dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.
Menurut Nurdin (2009:47) keberhasilan dari penerapan pembelajaran dengan model investigasi kelompok dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kompleks, diantaranya yaitu: 1) Pembelajaran berpusat pada peserta didik, 2) pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerja sama dan berinteraksi antar peserta didik dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, 3) peserta didik dilatih untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, dan 4) adanya motivasi yang mendorong peserta didik agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Menurut Santoso (2011:23), dalam memanfaatkan model pembelajaran investigasi kelompok terdapat bebebrapa kelebihan dan kekuranganan.  Kelebihan model pembelajaran investigasi kelompok antara lain: 1) Dapat melatih peserta didik untuk menunjukan kemampuan berpikir mandiri, kritis, kreatif, reflektif, dan produktif. 2) Dapat melatih peserta didik untuk mengembangkan sikap saling memahami dan menghormati. 3) Dapat melatih peserta didik untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi. 4) Dapat menumbuhkan sikap saling belajar antar sesama peserta didik.
Sedangkan kekurangannya antara lain: 1) Merupakan model paling kompleks dan paling sulit dilakukan dalam proses belajar mengajar, 2) dalam pelaksanaannya membutuhkan waktu yang relatif lama, dan 3) sulit diterapkan apabila peserta didik tidak memiliki kemampuan komunikasi yang baik.

Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok pada Materi Bangun Ruang
            Dalam melaksanakan model pembelajaran ini, peserta didik tidak hanya duduk dan menerima konsep tentang bangun ruang dari guru, melainkan dilatih untuk menemukan langkah-langkah dalam menentukan konsep luas permukaan dan volume bangun ruang. Dengan demikian peserta didik dapat memahami konsep materi bangun ruang yang sifatnya abstrak sehingga lebih mudah menerapkan konsep yang telah didapat ke dalam pemecahan masalah.
            Prosedur penerapan model pembelajaran investigasi kelompok pada materi bangun ruang terdiri dari 8 fase, yaitu:
            Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi pese rta didik. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi pesrta didik dalam belajar matematika menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok. Misal: Dengan model pembelajaran investigasi kelompok peserta didik diharapkan dapat memahami penemuan konsep rumus pada bangun ruang yaitu kubus, balok, prisma, dan limas dengan benar.
            Fase 2: Seleksi Topik. Guru memandu peserta didik untuk memilih berbagai subtopik dalam suatu topik bangun ruang yang telah digambarkan terlebih dahulu oleh guru.
Subtopik pada siklus 1 meliputi: luas permukaan kubus, luas permukaan balok, luas permukaan prisma, dan luas permukaan limas. Sedangkan subtopik pada siklus 2 meliputi volume kubus, volume balok, volume prisma, dan volume limas.
Fase 3: Mengorganisasikan peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar. Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan memandunya sesuai ketentuan yang ada. Jumlah kelompok antara 4-5 anggota. Guru lalu membagikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ke kelompok sebagai acuan peserta didik dalam melaksanakan investigasi sesuai dengan sub topic yang telah dipilih oleh tiap-tiap kelompok.
Fase 4: Merencanakan kerja sama. Guru dan pesrta didik merencanakan berbagai prosedur dalam mengerjakan LKPD. Peserta didik merencanakan bersama mengenai: Apa yang kita pelajari? Bagaimana kita mempelajarinya? Siapa melakukan apa? (pembagian tugas) Sumber apa yang dipakai? Dan sebagainya.
Fase 5: Implementasi. Para peserta didik merencanakan rencana investigasi yang telah dirumuskan pada fase 4 menggunakan sumber-sumber belajar seperti LKPD, buku paket, dan alat peraga yang telah disediakan. Guru secara terus menerus mengikuti perkembangan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
Fase 6: Analisis dan sintesis. Para peserta didik menganalisis dan mensintesiskan berbagai informasi yang diperoleh pada fase 6 kedalam LKPD yang nantinya akan digunakan untuk mengerjakan soal-soal.
Misalnya:






Misalkan kubus ABCD.EFGH dengan sisi-sisinya ABCD, BCGF, CDHG, ADHE, EFGH, dan ABFE, maka luas permukaan kubus seluruhnya adalah
= Luas ABCD+Luas BCGF+Luas CDHG+Luas ADHE+Luas EFGH+Luas ABFE
=+++++= 6 x
             Fase 7: Penyajian hasil akhir. Semua kelompok atau perwakilan menyajikan atau mempresentasikan hasil investigasi dan pekerjaan LKPD. Agar semua peserta didik dalam kelas saling terlibat, presentasi kelompok dikoordinasi oleh guru. Guru memandu peserta didik untuk mengambil kesimpulan.
            Fase 8: Evaluasi. Guru beserta para peserta didik melakukan evaluasi secara keseluruhan, dari proses kerja kelompok hingga presentasi. Evaluasi dapat mencakup penilaian individual, kelompok, ataupun keduanya.

PENUTUP
Simpulan
            Berdasarkan deskripsi yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran investigasi kelompok pada materi bangun ruang akan lebih meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap konsep yang terdapat pada bangun ruang sehingga sehingga lebih mudah menerapkan konsep yang telah didapat ke dalam pemecahan masalah.
            Satu hal yang perlu ditekankan dan dipahami adalah bahwa model pembelajaran investigasi kelompok dapat digunakan sebagai alternatif dalam strategi pembelajaran matematika karena pengetahuan yang didapat dengan menggunakan model ini akan lebih bertahan lama dalam ingatan peserta didik karena konsep yang dipahaminya berasal dari hasil investigasinya sendiri.

Saran
            Mengingat pentingnya pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan maka penerapan model pembelajaran investigasi kelompok merupakan salah satu alternatif strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar. Penerapan model pembelajaran investigasi kelompok sangat cocok untuk diterapkan pada peserta didik SMP-SMA dan peserta didik kelas IV-VI SD.




DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2002. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendikia.
Cunayah, Cucun. 2008. Pelajaran Matematika untuk SMP/MTs Kelas VIII. Bandung: Yrama
 Widya.  
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media
Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.  Bandung: JICA-
            UPI
Suyatno, Amin.2006. Pemilihan Model-model Pembelajaran dan Penerapannya di SMP.
            Semarang: UNNES.
Triatno. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
            Tim Prestasi Pustaka.
Triatno. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Prenada Media

            Group.

No comments:

Post a Comment

you say