ABSTRAK:
Tujuan dari
penulisan ini adalah untuk mengetahui cara menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran matematika. Model
pembelajaran Numbered Head Together (NHT) merupakan suatu model pembelajaran yang
lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah dan
melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di
depan kelas. Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran memiliki
langkah-langkah sebagai berikut 1) persiapan 2) pembentukan kelompok 3) setiap
kelompok memiliki buku paket atau buku panduan 4) diskusi masalah 5) memanggil
nomor anggota atau pemberian jawaban dan 6) memberi kesimpulan. Model
pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran matematika karena dalam mempelajari
matematika tidak cukup hanya mengetahui dan menghafal konsep-konsep matematika
tetapi juga dibutuhkan suatu pemahaman serta kemampuan menyelesaikan persoalan
matematika dengan baik dan benar.
KATA KUNCI: Model
Pembelajaran Kooperatif, Numbered Head
Together (NHT), Pembelajaran Matematika
Pendahuluan
Matematika
adalah suatu ilmu yang mempelajari bilangan dan bangun serta konsep-konsep yang
berkenaan dengan kebenarannya secara logika menggunakan simbol-simbol yang umum
serta aplikasi dalam bidang lainnya. Wawasan pendidikan matematika sangat
penting bagi peserta didik karena materi ini memberikan pemahaman tentang
karakteristik matematika yang memiliki objek abstrak, bertumpu pada
kesepakatan, pola pikir dedukatif, memiliki simbol yang kosong dari arti,
memperhatikan semesta pembicaraan dan konsisten dalam sistemnya. Selain itu, matematika merupakan ilmu dasar yang digunakan secara luas dalam
berbagai bidang kehidupan karena memiliki manfaat yang luar biasa dalam
kehidupan manusia. Pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini,
banyak orang mengakui peranan matematika dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam pengembangan ilmu yang lain. Dengan demikian maka tidak bisa dipungkiri bahwa
matematika sangat diperlukan bagi setiap orang untuk membantu menyelesaikan
permasalahannya.
Pembelajaran
matematika selama ini merupakan pelajaran yang berdiri sendiri (terpisah dari
mata pelajaran lain). Pembelajaran matematika hanya menekankan pada teori dan
konsep-konsep matematika tanpa disertai penerapannya pada berbagai bidang yang
lain seperti ekonomi, sains, teknologi dan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
yang demikian menyebabkan peserta didik tidak mengetahui untuk apa mereka
belajar matematika. Dengan kata lain pelajaran matematika dirasakan kurang
bermakna bagi kehidupannya. Tidak jarang hal ini menyebabkan kurangnya minat
peserta didik terhadap matematika. Untuk membuat pembelajaran matematika lebih
bermakna bagi peserta didik, maka pengintegrasian mata pelajaran yang lain
merupakan hal yang penting. Salah satunya adalah dengan mengembangkan
pembelajaran matematika dan sains terpadu.
Pada umumnya
kebanyakan siswa mengatakan bahwa pelajaran matematika adalah tergolong
pelajaran yang sulit untuk dipahami. Karena dalam pelajaran matematika tidak
cukup hanya menghafal rumus saja, tetapi ternyata diperlukan
ketelatenan/ketekunan, keuletan dan rutin dalam mengerjakan latihan-latihan
serta harus dapat mengaitkan antara rumus dengan persoalan yang dihadapi (ketika menjawab soal). Bila
siswa sudah mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep yang terdahulu, siswa
juga akan sulit untuk menguasai konsep yang selanjutnya. Selain itu,
peserta didik juga merasa adanya kecenderungan guru yang beranggapan bahwa
pembelajaran matematika harus dijelaskan secara serius, penanaman konsep yang
selalu dipaksakan, dan kurangnya inovasi proses belajar telah menempatkan
matematika sebagai juara untuk pembelajaran yang paling membosankan.
Kecenderungan seorang guru untuk menjelaskan konsep matematika berdasarkan cara
buku menjelaskan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan matematika itu
sulit. Menyikapi kenyataan ini, perlu dilakukan reorientasi pembelajaran
matematika dari yang hanya melatih keterampilan dasar matematika secara
terbatas dan terisolasi menjadi
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat membangun dan mengembangkan ide-ide
dan pemahaman konsep matematika secara luas
dan mendalam, memahami keterkaitan matematika dengan bidang ilmu
lainnya, serta mampu menerapkan pada berbagai persoalan hidup dan kehidupan.
Dalam
belajar matematika diperlukan model pembelajaran yang tepat sehingga proses belajar
dan mengajar dapat berlangsung dengan baik. Model Pembelajaran merupakan salah
satu dari konsep mengajar. Dimana konsep mengajar merupakan suatu proses yang
kompleks, tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa,
banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan
hasil belajar yang lebih baik pada seluruh siswa, oleh karena itu rumusan
pengertian mengajar tidaklah sederhana, dalam arti membutuhkan rumusan yang
dapat meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu
sendiri.
Pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama
antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa
dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi
pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah
untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam
proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian
besar aktifitas pembelajaran berpusat pada peserta didik, yakni mempelajari
materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Numbered Head Together (NHT) adalah suatu model
pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari,
mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya
dipresentasikan di depan kelas. Model pembelajaran NHT juga merupakan suatu
cara penyajian pelajaran dengan melakukan percobaan, mengalami dan membuktikan
sendiri sesuatu permasalahan yang dipelajari. Dengan model NHT siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu
proses, mengamati suatu objek, menganalis, membuktikan dan menarik kesimpulan
sendiri tentang suatu objek dan keadaan suatu proses pembelajaran mata
pelajaran tertentu. Menurut Lie (2003:
59) tipe ini dikembangkan oleh Spencer Kagan dengan melibatkan para siswa dalam
menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman
mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Tipe ini dikembangkan oleh Kagan dalam
Ibrahim (2000:28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut. Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu meningkatkan kinerja peserta
didik dalam tugas-tugas akademik, peserta didik dapat menerima teman-temannya
yang mempunyai latar belakang yang berbeda, serta peserta didik mampu untuk
mengembangkan keterampilan sosialnya antara lain berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja
dalam kelompok dan sebagainya.
Menurut Nur (2005:19) model
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi
kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang
mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili
kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua
siswa. Cara ini upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab
individual dalam diskusi kelompok. Slavin dalam penelitiannya mengemukakan
“bahwa hasil penelitiannya menunjukkan unggul dalam meningkatkan bahwa
teknik-teknik pengajaran kooperatif lebih hasil belajar“, (Ibrahim dkk,
2000:16). Sehingga model pengajaran kooperatif sangat baik digunakan untuk siswa
yang berkemampuan rendah, sedang, maupun tinggi.
Model
Pembelajaran Numbered Head Together
(NHT)
Pengertian
Model Pembelajaran Numbered Head Together
(NHT)
Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar
siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke
dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran
yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk
memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam
proses berfikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian
besar aktivitas pembelajaran berpusat kepada siswa, yaitu mempelajari materi
pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Salah
satu model pembelajaran kooperatif yang cukup banyak diterapkan di
sekolah-sekolah adalah Numbered Head
Together atau disingkat NHT. Tidak hanya itu saja, NHT juga banyak sekali
digunakan sebagai bahan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
menurut Slavin dalam Isjoni (2010:15) adalah suatu model pembelajaran dimana
siswa dalam kelompok kecil terdiri 3-5 orang, siswa belajar dan bekerja secara
kolaboratif dengan struktur kelompok yang heterogen. Dalam kelompok ini siswa
yang dipilih memiliki tingkat kemampuan berbeda dari segi budaya, jenis kelamin
dan kemampuan akademiknya. Sebagai anggota kelompok, siswa
bekerjasama untuk membantu dan memahami suatu bahan pelajaran serta tugas-tugas
yang diberikan oleh guru.
Pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT ) juga merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan
pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan
memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan
oleh Kagan dalam Rusman (2010:82). Struktur Kagan menghendaki agar para siswa
bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas
tradisional seperti mengacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk
oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini
menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam
mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Menurut Lie
(2002:59) pengertian Numbered Heads Together (NHT) atau kepala bernomor
adalah suatu tipe dari pengajaran kooperatif pendekatan struktural yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu Numbered Head
Together juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.
Model ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan
peserta didik. Satu aspek penting dalam pengajaran kooperatif adalah bahwa di
samping pengajaran kooperatif membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif
dan hubungan yang lebih baik diantara siswa, pengajaran kooperatif secara
bersamaan membantu siswa dalam pengajaran akademis mereka.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) merupakan suatu cara penyajian
pelajaran dengan melakukan percobaan, mengalami dan membuktikan sendiri suatu
permasalahan yang sedang dipelajari. Dengan model NHT siswa diberi kesempatan
untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,
mengamati suatu objek, menganalis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri
tentang suatu objek dan keadaan suatu proses pembelajaran mata pelajaran
tertentu.
Langkah-langkah
Model Pembelajaran Numbered Head Together
(NHT)
Langkah-langkah model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) yang
dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
a. Langkah
1. Persiapan.
Dalam tahap ini guru mempersiapkan
rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
b. Langkah
2. Pembentukan kelompok.
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada
setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah
hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan
memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor
berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok. Kelompok yang
dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras,
suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan
kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test)
sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
c. Langkah
3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan.
Dalam pembentukan kelompok, setiap
kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa
dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
d. Langkah
4. Diskusi masalah.
Dalam kerja kelompok, guru membagikan
LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja
kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa
tiap orang mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh
guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang
bersifat umum.
e. Langkah
5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban.
Dalam tahap ini, guru menyebut satu
nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat
tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
f. Langkah
6. Memberi kesimpulan.
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban
akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Kelebihan
dan Kekurangan Model Pembelajaran Numbered
Head Together (NHT)
Pembelajaran
dengan sistem pengelompokkan dapat menyebabkan berpindahnya motivasi dari
tataran eksternal pada tataran internal (Joyce, 2009: 309). Dengan kata lain,
ketika siswa bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah tugas, mereka akan tertarik
pada materi pembelajaran tersebut karena menyadari kepentingannya sebagai siswa
terhadap materi tersebut. Menurut Sanjaya
(2008:249) keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran kooperatif Number Head Together (NHT) adalah :
a.
Keuntungan
1.
Siswa tidak terlalu bergantung pada
guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri.
2.
Dapat mengembangkan kemampuan
mengungkapkan ide atau gagasan.
3.
Dapat membantu anak untuk merespon
orang lain.
4.
Dapat memberdayakan siswa untuk
lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5.
Dapat meningkatkan prestasi akademik
sekaligus kemampuan sosial.
6.
Dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
7.
Dapat meningkatkan kemampuan siswa
menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
8.
Dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berpikir.
b.
Kelemahan
1.
Dengan leluasanya pembelajaran maka
apabila keleluasaan itu tidak optimal maka tujuan dari apa yang dipelajari
tidak akan tercapai.
2.
Penilaian kelompok dapat membutakan
penilaian secara individu apabila guru tidak jeli dalam pelaksanaannya.
3.
Mengembangkan kesadaran berkelompok
memerlukan waktu yang panjang.
Selanjutnya menurut Jarolimek & Parker dalam
Isjoni (2009: 36) mengatakan bahwa keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran
kooperatif Numbered Head Together (NHT)
adalah :
a.
Keuntungan
1.
Saling ketergantungan yang positif.
2.
Adanya pengakuan dalam merespon
perbedaan individu.
3.
Siswa dilibatkan dalam perencanaan
dan pengelolaan kelas.
4.
Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.
5.
Terjalinnya hubungan yang hangat dan
bersahabat antar siswa dan guru.
6.
Memiliki banyak kesempatan untuk
mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.
b.
Kelemahannya
1.
Guru harus mempersiapkan
pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga,
pemikiran, dan waktu.
2.
Agar proses pembelajaran berjalan
dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup
memadai.
3.
Selama kegiatan diskusi kelompok
berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang dibahas meluas sehingga
banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
4.
Saat diskusi kelas terkadang
didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
Jadi dapat di tarik kesimpulan menurut para ahli diatas, sebagai berikut :
a.
Kelebihan
1.
Terjadinya interaksi antar siswa
melalui diskusi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
2.
Siswa pandai atau siswa kurang
sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif.
3.
Siswa termotivasi untuk
berpartisipasidalam diskusi kelompok agar dapat menjawab dengan baik ketika
nomornya dipanggil.
4.
Dapat memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya, berdiskusi dan mengembangkan
bakat kepemimpinan.
b.
Kekurangan atau kelemahan
1.
Siswa yang pandai akan cenderung
mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder siswa yang lemah.
2.
Ada siswa yang sekedar menyalin
pekerjaan siswa yang lain tanpa memiliki pemahaman yang memadai pada saat
diskusi menyelesaikan masalah.
3.
Pengelompokan siswa memerlukan waktu
khusus dan pengaturan tempat duduk yang berbeda.
Penerapan
Model Pembelajaran Numbered Head Together
(NHT) dalam Materi Barisan Aritmatika
Tahap
Pendahuluan
Pada tahap pendahuluan dalam kegiatan pembelajaran
dapat diawali dengan guru memasuki ruang kelas dengan mengucapkan salam dengan
semangat dan siswa menjawab salam. Setelah itu, guru dan ketua kelas bekerja
sama untuk menciptakan sikap dan suasana kelas yang menarik. Kondisi belajar
dapat dipengaruhi oleh sikap guru di depan kelas sehingga guru harus
memperlihatkan sikap yang menyenangkan supaya siswa tidak merasa tegang, kaku
bahkan takut. Kondisi yang menyenangkan ini harus diciptakan mulai dari awal
pembelajaran sehingga siswa akan mampu melakukan aktivitas belajar dengan penuh
percaya diri tanpa ada tekanan yang dapat menghambat kreativitas siswa.
Disamping itu, perlu adanya kesiapan maupun penataaan alat dan fasilitas kelas
yang memudahkan siswa beraktivitas belajar dalam kelas. Hal kecil juga dapat berpengaruh
terhadap kondisi belajar misalnya kebersihan dan kerapihan tempat belajar.
Setelah kondisi kelas yang nyaman dan siswa sudah siap untuk memulai
pembelajaran, guru menunjuk ketua kelas untuk memimpin doa menurut kepercayaan
masing-masing dan siswa berdoa menurut kepercayaan masing-masing.
Kegiatan yang biasa dilakukan guru pada jam pertama
pembelajaran adalah mengecek kehadiran siswa, dan siswa yang dipanggil namanya
akan mengacungkan jari telunjuknya dan berkata “hadir” sebagai tanda siswa
tersebut hadir di dalam kelas. Untuk menghemat waktu dalam mengecek kehadiran
siswa, guru dapat mengajukan pertanyaan kepada ketua kelas alasan siswa
yang tidak hadir. Secara tidak langsung guru telah memberikan motivasi terhadap
siswa untuk berdisiplin dalam mengikuti pelajaran dan membiasakan diri apabila
tidak hadir perlu memberitahukan pada guru yang disampaikan melalui temannya
secara lisan atau tertulis. Selain itu guru juga perlu membangkitkan perhatian
dan memotivasi siswa sebelum kegiatan berlanjut pada kegiatan inti. Biasanya
pikiran siswa masih teringat pada materi pelajaran yang dibahas sebelumnya,
dalam hal ini guru harus jeli menyiasatinya dengan memfokuskan perhatian siswa.
Misalnya dengan memberikan kata-kata mutiara yang dapat menumbuhkan minat siswa
untuk belajar matematika seperti halnya “Belajarlah hal-hal kecil setiap
hari, tapi rutin terjadi setiap hari. Lakukan peningkatan kecil setiap hari,
hal tersebut akan berarti sangat banyak beberapa tahun yang akan datang”.
Kegiatan paling awal yang perlu dilakukan guru sebelum
membahas pelajaran, adalah memberitahukan tujuan atau kemampuan yang diharapkan
dikuasai siswa setelah pembelajaran dilakukan atau garis besar materi yang akan
dipelajari siswa. Dengan informasi tersebut, siswa akan memperoleh gambaran
yang jelas tentang kemampuan yang dikuasai dan ruang lingkup materi yang akan
dipelajari. Seperti halnya ketika guru mengajak siswa untuk belajar matematika
tentang barisan dan deret aritmatika, alangkah lebih baiknya guru menyampaikan
manfaat dan tujuan dari belajar barisan dan deret aritmatika yaitu misalnya
barisan dan deret aritmatika dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
dibidang bisnis dan ekonomi, teori atau prinsip-prinsip deret sering diterapkan
dalam kasus-kasus yang menyangkut perkembangan dan pertumbuhan. Selain itu
belajar barisan dan deret aritmatika juga bertujuan untuk menyebutkan
ciri-ciri barisan aritmatika, menentukan beda barisan aritmatika, menentukan
rumus suku ke-n barisan aritmatika dan Menentukan
suku ke-n barisan aritmatika.
Tahap Inti
Dalam tahap
inti langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru adalah guru membagi siswa
kedalam beberapa kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 3-5 orang
siswa secara heterogen dimana masing-masing kelompok terdiri dari siswa yang
berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Setelah kelompok sudah terbentuk, maka setiap
kelompok masing-masing anggotanya diberikan nomor mulai dari 1 sampai 5,
sehingga setiap siswa dalam satu kelompok memiliki nomor yang berbeda-beda
sesuai dengan jumlah siswa yang ada dalam kelompok tersebut.
Langkah
Kedua, guru membagikan LKS dan soal-soal yang akan di diskusikan oleh setiap
kelompok. Setiap kelompok mendapatkan soal yang berbeda-beda. Berikut ini
contoh-contoh soal yang akan di di diskusikan oleh masing-masing kelompok dari
materi barisan dan deret aritmatika :
1.
Diketahui
barisan 5, -2, -9, -16, ...., tentukanlah :
a.
Rumus suku ke-n
b.
Suku ke-25
2. Suku
kedua suatu deret aritmetika adalah 5. Jumlah suku keempat dan suku keenam
adalah 28. Tentukanlah suku kesembilannya !
3. Suku
ke-10 suatu barisan aritmetika adalah 24, sedangkan suku pertamanya 6.
Tentukan bedanya !
4. Suku
ke-10 suatu barisan aritmetika adalah 24, suku pertama 6 dan b = 2. Tentukan
rumus suku ke-n !
5. Diketahui
suatu barisan aritmetika dengan U2 = 6 dan U11 = 24.
Carilah suku pertama dan beda !
Langkah ketiga, yaitu setelah guru
membagikan soal, guru menginstruksikan bahwa siswa harus berkumpul dengan siswa
lain yang memiliki nomor sama. Setelah itu, siswa yang mendapatkan nomor 1
berkumpul dengan anggota dari kelompok lain yang juga mendapatkan nomor 1 untuk
bersama-sama memecahkan soal nomor 1, lalu siswa yang mendapatkan nomor 2 juga
berkumpul dengan anggota dari kelompok lain yang mendapatkan nomor 2 untuk
memecahkan soal nomor 2, dan siswa yang mendapatkan nomor 3 juga berkumpul
dengan anggota kelompok lain yang juga mendapat nomor 3 untuk memecahkan soal
nomor 3, begitupun anggota kelompok yang mendapatkan nomor 4 dan 5 juga
berkumpul dengan anggota dari kelompok lain yang memiliki nomor yang sama.
Langkah keempat, yaitu setelah anggota
kelompok yang memiliki nomor yang sama berkumpul, lalu mereka berpikir bersama
untuk memecahkan masalah dan setiap anggota menyatakan pendapatnya terhadap jawaban
dari pertanyaan yang akan diselesaikan, sehingga setiap anggota dalam kelompok
mengetahui jawabannya. Guru akan memberikan waktu sekitar 5-10 menit untuk
mendiskusikan soal yang telah diberikan. Selama diskusi berlangsung, guru
bertindak sebagai fasilitator, membimbing dan mengamati siswa secara langsung
dengan cara berkeliling kepada masing-masing kelompok. Kesulitan-kesulitan yang
dihadapi oleh siswa ditanggapi secara tidak langsung memberikan jawaban yang
mengarah kepada jawaban dari permasalahan yang dihadapi siswa tersebut. Setelah
diskusi kelompok anggota yang memiliki nomor sama sudah mendapatkan jawaban,
maka masing-masing anggota yang memiliki nomor sama kembali ke kelompok awal
yang memiliki nomor berbeda-beda. Setelah kembali pada kelompok awal maka
mereka bertugas untuk menerangkan hasil diskusi yang telah di perolehnya, siswa
yang mendapat nomor 1 menerangkan soal
nomor 1 kepada siswa nomor 2, 3, 4 dan 5. Kemudian siswa yang mendapat nomor 2
menerangkan soal nomor 2 kepada siswa
nomor 1, 3, 4 dan 5. Dan seterusnya sampai semua siswa menerangkan
kepada kelompok masing-masing. Berikut ini contoh hasil diskusi yang telah di
peroleh dari masing-masing anggota kelompok :
1. Diketahui
Ditanyankan :
a) ?
b) ?
Jawab :
Selisih dua suku berurutan pada barisan
5, -2, -9, -16, ... adalah tetap, yaitu b = -7 sehingga barisan bilangan
tersebut merupakan barisan aritmetika.
a. Rumus
suku ke-n barisan aritmetika tersebut adalah
b. Suku
ke-25 barisan aritmetika tersebut adalah
= -163
2. Diketahui
:
berarti a + b = 5
Ditanyakan :
Jawab :
10
+ 6b = 28
6b
= 18
b
=
3
Dengan
mensubtitusi ke sehingga .
Jadi suku ke sembilan deret aritmetika tersebut adalah :
3. Diketahui
:
Ditanyakan :
Jawab :
Maka
bedanya adalah 2
4. Diketahui
:
Ditanyakan : rumus suku ke-n?
Jawab :
Maka rumus suku ke-n adalah
5. Diketahui
:
Ditanyakan : dan b?
Jawab :
................ (1)
......... (2)
Lalu eliminasi persamaan (1) dan (2)
Subtitusikan b ke persamaan (1) :
Maka dan
Langkah kelima, setelah hasil diskusi diperoleh, guru
memanggil siswa secara acak setelah siswa selesai menerangkan kepada kelompoknya.
Semua siswa harus siap jika nomornya dipanggil ke depan. Misalnya Guru
memanggil siswa nomor 1 dari kelompok 2, Maka siswa nomor 1 menerangkan
soal nomor 1 dari hasil diskusinya secara terperinci, sedangkan siswa yang lainnya memperhatikan. Lalu
guru memanggil siswa nomor 3 dari kelompok 5, maka siswa nomor 3 menerangkan
soal nomor 3 dan siswa yang lainnya memperhatikan. Dan seterusnya sampai semua
soal dapat diselesaikan dengan baik dan benar. Selama siswa yang lain selesai
menerangkan di depan kelas, guru mempersilahkan siswanya untuk bertanya jika
ada soal yang kurang jelas dan siswa yang lain dapat membantu untuk menambahkan
jika siswa yang di depan kelas kesulitan untuk menjawab pertanyaan dari siswa
yang lain.
Langkah keenam, Guru dan siswa membuat kesimpulan dari
hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan, sehingga guru dapat mengetahui
sampai sejauh mana para peserta didik memahami apa yang telah dipelajari pada
pertemuan tersebut.
Tahap
Penutup
Kegiatan akhir dalam pembelajaran tidak hanya
diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran. Yang lebih penting adalah
untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap kompetensi yang diharapkan. Dengan
melakukan kegiatan akhir pembelajaran, guru akan mengetahui kompetensi yang
sudah dan yang belum dikuasai oleh siswa. Kegiatan yang biasa dilakukan guru
dalam kegiatan akhir ini adalah memberikan tes baik lisan maupun tertulis.
Selain itu, guru hendaknya melakukan kegiatan akhir pembelajaran agar siswa
memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-pokok materi yang sudah
dipelajarinya.
Untuk meninjau kembali penguasaan siswa terhadap
materi yang telah dipelajari siswa, guru dapat melakukan dua cara yaitu
merangkum (menyimpulkan) pokok materi atau membuat ringkasan materi
pembelajaran. Kegiatan merangkum (menyimpulkan) dan membuat ringkasan sebaiknya
dilakukan oleh siswa di bawah bimbingan guru sehingga pada saat siswa membuat
rangkuman atau kesimpulan atau ringkasan itu salah atau kurang sempurna, guru
dapat membetulkan atau menyempurnakan rangkuman/kesimpulan/ringkasan yang
dibuat siswa.
Selanjutnya yaitu guru memberikan penilaian karena
penilaian dalam proses pembelajaran merupakan kegiatan mutlak yang harus
dilaksanakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Melalui kegiatan penilaian akhir
guru akan mengetahui tercapai tidaknya kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh siswa.
Oleh karena itu, guru perlu memiliki kemampuan dalam menilai hasil belajar
siswa. Untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap kompetensi yang diharapkan,
guru dapat memberikan tes atau meminta siswa untuk membuat ringkasan atau
kesimpulan dari materi yang telah dibahas. Memberikan tes merupakan salah satu
kegiatan akhir yang sering dilakukan guru. Untuk itu, guru perlu memiliki
kemampuan mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes
yang dilakukan pada akhir pembelajaran disebut tes akhir, yaitu tes yang
ditujukan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah
dipelajari.
Setelah semua kegiatan pembelajaran selesai dan siswa
diyakini menguasai materi yang telah dipelajari sebaiknya guru menginformasikan
materi apa yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya. Hal ini dilakukan untuk
membimbing atau mengarahkan siswa dalam kegiatan belajar yang dilakukan diluar
jam pelajaran. Diharapkan siswa akan mempelajari terlebih dahulu materi yang
akan dibahas pada pertemuan berikutnya dirumah sebelum mengikuti pelajaran
disekolah. Setelah guru menganggap kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelaran
selesai dilaksanakan secara optimal dan sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan, maka langkah selanjutnya adalah guru menutup pelajaran dengan
mengajak siswa untuk berdoa bersama.
Penutup
Kesimpulan
Model
pembelajaran NHT merupakan suatu cara penyajian pelajaran dengan melakukan
percobaan, mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu permasalahan yang
dipelajari. Dengan model NHT siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri
atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek,
menganalis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek dan
keadaan suatu proses pembelajaran mata pelajaran tertentu.
Model Number Head Together (NHT) juga
merupakan cara belajar Cooperative
atau beberapa kelompok dimana anak dikelompokan menjadi beberapa kelompok,
setiap siswa dalam setiap kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat
nomor, guru memberi tugas kepada setiap siswa berdasarkan nomor, jadi setiap
siswa memiliki tugas berbeda.
Dari sekian
banyak model pembelajaran yang ada, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) layak
diterapkan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain dapat meningkatkan
prestasi belajar, NHT juga mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan
siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan
siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siswa,
mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa
depan.
Saran
1.
Bagi Siswa
Pada saat
pembelajaran menggunakan model Cooperative
Learning tipe NHT (Numbered Head
Together), siswa hendaknya memanfaatkan waktu dengan sebaik – baiknya.
2.
Bagi Guru
a.
Guru harus mempunyai pengetahuan dan
keterampilan dalam menyusun instrumen pembelajaran dan menerapkan pendekatan
atau model pembelajaran di sekolah.
b.
Seorang guru harus bervariasi
menggunakan metode pembelajaran untuk menghindari kejenuhan siswa.
c.
Seorang guru harus selalu aktif
melibatkan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together diharapkan siswa
dapat lebih aktif dalam belajar.
3.
Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya
merekomendasikan strategi–strategi pembelajaran yang lebih inovatif dan membuat
siswa lebih aktif seperti model Corperative
Learning tipe NHT (Numbered Head
Together) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran disekolah.
DAFTAR
PUSTAKA
Ibrahim, M. Dkk. 2000. Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.
Isjoni. 2009. Pembelajaran
Kooperatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Joyce, Bruce. 2009. Modeld Of Teaching. Yogyakarta : Pustaka
Belajar.
Lie, Anita. 2002. “Cooperative
Learning : Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas”. Jakarta
: PT. Gramedia.
Lie, Anita. 2003. Cooperative
Learning. Jakarta ; PT. Gramedia Widya Sarana Indonesia Kompas Gramedia
Building.
Nur, Muhammad. 2005. Pembelajaran
Koopertif. Surabaya : Pusat Sains dan Penjaskes Sekolah UNESA.
Rusman. 2010. Model-Model
Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Paramedia Group.
No comments:
Post a Comment
you say