IBX5A82D9E049639

Thursday, 16 March 2017

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

ABSTRAK: Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui cara menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran matematika. Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) merupakan suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran memiliki langkah-langkah sebagai berikut 1) persiapan 2) pembentukan kelompok 3) setiap kelompok memiliki buku paket atau buku panduan 4) diskusi masalah 5) memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban dan 6) memberi kesimpulan. Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran matematika karena dalam mempelajari matematika tidak cukup hanya mengetahui dan menghafal konsep-konsep matematika tetapi juga dibutuhkan suatu pemahaman serta kemampuan menyelesaikan persoalan matematika dengan baik dan benar.

KATA KUNCI: Model Pembelajaran Kooperatif, Numbered Head Together (NHT), Pembelajaran Matematika

Pendahuluan
Matematika adalah suatu ilmu yang mempelajari bilangan dan bangun serta konsep-konsep yang berkenaan dengan kebenarannya secara logika menggunakan simbol-simbol yang umum serta aplikasi dalam bidang lainnya. Wawasan pendidikan matematika sangat penting bagi peserta didik karena materi ini memberikan pemahaman tentang karakteristik matematika yang memiliki objek abstrak, bertumpu pada kesepakatan, pola pikir dedukatif, memiliki simbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan dan konsisten dalam sistemnya.  Selain itu, matematika merupakan  ilmu dasar yang digunakan secara luas dalam berbagai bidang kehidupan karena memiliki manfaat yang luar biasa dalam kehidupan manusia. Pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, banyak orang mengakui peranan matematika dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu yang lain. Dengan demikian maka tidak bisa dipungkiri bahwa matematika sangat diperlukan bagi setiap orang untuk membantu menyelesaikan permasalahannya.
Pembelajaran matematika selama ini merupakan pelajaran yang berdiri sendiri (terpisah dari mata pelajaran lain). Pembelajaran matematika hanya menekankan pada teori dan konsep-konsep matematika tanpa disertai penerapannya pada berbagai bidang yang lain seperti ekonomi, sains, teknologi dan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang demikian menyebabkan peserta didik tidak mengetahui untuk apa mereka belajar matematika. Dengan kata lain pelajaran matematika dirasakan kurang bermakna bagi kehidupannya. Tidak jarang hal ini menyebabkan kurangnya minat peserta didik terhadap matematika. Untuk membuat pembelajaran matematika lebih bermakna bagi peserta didik, maka pengintegrasian mata pelajaran yang lain merupakan hal yang penting. Salah satunya adalah dengan mengembangkan pembelajaran matematika dan sains terpadu.
Pada umumnya kebanyakan siswa mengatakan bahwa pelajaran matematika adalah tergolong pelajaran yang sulit untuk dipahami. Karena dalam pelajaran matematika tidak cukup hanya menghafal rumus saja, tetapi ternyata diperlukan ketelatenan/ketekunan, keuletan dan rutin dalam mengerjakan latihan-latihan serta harus dapat mengaitkan antara rumus dengan persoalan  yang dihadapi (ketika menjawab soal). Bila siswa sudah mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep yang terdahulu, siswa juga akan sulit untuk menguasai konsep yang selanjutnya. Selain itu, peserta didik juga merasa adanya kecenderungan guru yang beranggapan bahwa pembelajaran matematika harus dijelaskan secara serius, penanaman konsep yang selalu dipaksakan, dan kurangnya inovasi proses belajar telah menempatkan matematika sebagai juara untuk pembelajaran yang paling membosankan. Kecenderungan seorang guru untuk menjelaskan konsep matematika berdasarkan cara buku menjelaskan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan matematika itu sulit. Menyikapi kenyataan ini, perlu dilakukan reorientasi pembelajaran matematika dari yang hanya melatih keterampilan dasar matematika secara terbatas  dan terisolasi menjadi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat membangun dan mengembangkan ide-ide dan pemahaman konsep matematika secara luas  dan mendalam, memahami keterkaitan matematika dengan bidang ilmu lainnya, serta mampu menerapkan pada berbagai persoalan hidup dan kehidupan.
Dalam belajar matematika diperlukan model pembelajaran yang tepat sehingga proses belajar dan mengajar dapat berlangsung dengan baik. Model Pembelajaran merupakan salah satu dari konsep mengajar. Dimana konsep mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa, banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada seluruh siswa, oleh karena itu rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana, dalam arti membutuhkan rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada peserta didik, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Numbered Head Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Model pembelajaran NHT juga merupakan suatu cara penyajian pelajaran dengan melakukan percobaan, mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu permasalahan yang dipelajari. Dengan model NHT siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek dan keadaan suatu proses pembelajaran mata pelajaran tertentu.  Menurut Lie (2003: 59) tipe ini dikembangkan oleh Spencer Kagan dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Pembelajaran kooperatif  tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Tipe ini dikembangkan oleh Kagan  dalam Ibrahim (2000:28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik, peserta didik dapat menerima teman-temannya yang mempunyai latar belakang yang berbeda, serta peserta didik mampu untuk mengembangkan keterampilan sosialnya antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Menurut Nur (2005:19) model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Slavin dalam penelitiannya mengemukakan “bahwa hasil penelitiannya menunjukkan unggul dalam meningkatkan bahwa teknik-teknik pengajaran kooperatif lebih hasil belajar“, (Ibrahim dkk, 2000:16). Sehingga model pengajaran kooperatif sangat baik digunakan untuk siswa yang berkemampuan rendah, sedang, maupun tinggi.

Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Pengertian Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat kepada siswa, yaitu mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang cukup banyak diterapkan di sekolah-sekolah adalah Numbered Head Together atau disingkat NHT. Tidak hanya itu saja, NHT juga banyak sekali digunakan sebagai bahan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) menurut Slavin dalam Isjoni (2010:15) adalah suatu model pembelajaran dimana siswa dalam kelompok kecil terdiri 3-5 orang, siswa belajar dan bekerja secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang heterogen. Dalam kelompok ini siswa yang dipilih memiliki tingkat kemampuan berbeda dari segi budaya, jenis kelamin dan kemampuan akademiknya. Sebagai anggota kelompok, siswa bekerjasama untuk membantu dan memahami suatu bahan pelajaran serta tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT ) juga merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagan dalam Rusman (2010:82). Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mengacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Menurut Lie (2002:59) pengertian Numbered Heads Together (NHT) atau kepala bernomor adalah suatu tipe dari pengajaran kooperatif pendekatan struktural yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu Numbered Head Together juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Model ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan peserta didik. Satu aspek penting dalam pengajaran kooperatif adalah bahwa di samping pengajaran kooperatif membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik diantara siswa, pengajaran kooperatif secara bersamaan membantu siswa dalam pengajaran akademis mereka.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) merupakan suatu cara penyajian pelajaran dengan melakukan percobaan, mengalami dan membuktikan sendiri suatu permasalahan yang sedang dipelajari. Dengan model NHT siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek dan keadaan suatu proses pembelajaran mata pelajaran tertentu.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Langkah-langkah model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) yang dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
a.     Langkah 1. Persiapan.
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
b.     Langkah 2. Pembentukan kelompok.
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
c.     Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan.
Dalam pembentukan kelompok, setiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
d.     Langkah 4. Diskusi masalah.
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
e.     Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban.
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
f.      Langkah 6. Memberi kesimpulan.
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Pembelajaran dengan sistem pengelompokkan dapat menyebabkan berpindahnya motivasi dari tataran eksternal pada tataran internal (Joyce, 2009: 309). Dengan kata lain, ketika siswa bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah tugas, mereka akan tertarik pada materi pembelajaran tersebut karena menyadari kepentingannya sebagai siswa terhadap materi tersebut. Menurut Sanjaya (2008:249) keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran kooperatif Number Head Together  (NHT) adalah :
a.     Keuntungan
1.     Siswa tidak terlalu bergantung pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri.
2.     Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan.
3.     Dapat membantu anak untuk merespon orang lain.
4.     Dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5.     Dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial.
6.     Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
7.     Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
8.     Dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.
b.     Kelemahan
1.     Dengan leluasanya pembelajaran maka apabila keleluasaan itu tidak optimal maka tujuan dari apa yang dipelajari tidak akan tercapai.
2.     Penilaian kelompok dapat membutakan penilaian secara individu apabila guru tidak jeli dalam pelaksanaannya.
3.     Mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang panjang.
Selanjutnya menurut Jarolimek & Parker dalam Isjoni (2009: 36) mengatakan bahwa keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) adalah :
a.     Keuntungan
1.     Saling ketergantungan yang positif.
2.     Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu.
3.     Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
4.     Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.
5.     Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antar siswa dan guru.
6.     Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.
b.     Kelemahannya
1.     Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.
2.     Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
3.     Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
4.     Saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
Jadi dapat di tarik kesimpulan menurut para ahli diatas, sebagai berikut :
a.     Kelebihan
1.     Terjadinya interaksi antar siswa melalui diskusi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
2.     Siswa pandai atau siswa kurang sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif.
3.     Siswa termotivasi untuk berpartisipasidalam diskusi kelompok agar dapat menjawab dengan baik ketika nomornya dipanggil.
4.     Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya, berdiskusi dan mengembangkan bakat kepemimpinan.
b.     Kekurangan atau kelemahan
1.     Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder siswa yang lemah.
2.     Ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang lain tanpa memiliki pemahaman yang memadai pada saat diskusi menyelesaikan masalah.
3.     Pengelompokan siswa memerlukan waktu khusus dan pengaturan tempat duduk yang berbeda.

Penerapan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dalam Materi Barisan Aritmatika
Tahap Pendahuluan
Pada tahap pendahuluan dalam kegiatan pembelajaran dapat diawali dengan guru memasuki ruang kelas dengan mengucapkan salam dengan semangat dan siswa menjawab salam. Setelah itu, guru dan ketua kelas bekerja sama untuk menciptakan sikap dan suasana kelas yang menarik. Kondisi belajar dapat dipengaruhi oleh sikap guru di depan kelas sehingga guru harus memperlihatkan sikap yang menyenangkan supaya siswa tidak merasa tegang, kaku bahkan takut. Kondisi yang menyenangkan ini harus diciptakan mulai dari awal pembelajaran sehingga siswa akan mampu melakukan aktivitas belajar dengan penuh percaya diri tanpa ada tekanan yang dapat  menghambat kreativitas siswa. Disamping itu, perlu adanya kesiapan maupun penataaan alat dan fasilitas kelas yang memudahkan siswa beraktivitas belajar dalam kelas. Hal kecil juga dapat berpengaruh terhadap kondisi belajar misalnya kebersihan dan kerapihan tempat belajar. Setelah kondisi kelas yang nyaman dan siswa sudah siap untuk memulai pembelajaran, guru menunjuk ketua kelas untuk memimpin doa menurut kepercayaan masing-masing dan siswa berdoa menurut kepercayaan masing-masing.
Kegiatan yang biasa dilakukan guru pada jam pertama pembelajaran adalah mengecek kehadiran siswa, dan siswa yang dipanggil namanya akan mengacungkan jari telunjuknya dan berkata “hadir” sebagai tanda siswa tersebut hadir di dalam kelas. Untuk menghemat waktu dalam mengecek kehadiran siswa, guru dapat mengajukan  pertanyaan kepada ketua kelas alasan siswa yang tidak hadir. Secara tidak langsung guru telah memberikan motivasi terhadap siswa untuk berdisiplin dalam mengikuti pelajaran dan membiasakan diri apabila tidak hadir perlu memberitahukan pada guru yang disampaikan melalui temannya secara lisan atau tertulis. Selain itu guru juga perlu membangkitkan perhatian dan memotivasi siswa sebelum kegiatan berlanjut pada kegiatan inti. Biasanya pikiran siswa masih teringat pada materi pelajaran yang dibahas sebelumnya, dalam hal ini guru harus jeli menyiasatinya dengan memfokuskan perhatian siswa. Misalnya dengan memberikan kata-kata mutiara yang dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar matematika seperti halnya “Belajarlah hal-hal kecil setiap hari, tapi rutin terjadi setiap hari. Lakukan peningkatan kecil setiap hari, hal tersebut akan berarti sangat banyak beberapa tahun yang akan datang”.
Kegiatan paling awal yang perlu dilakukan guru sebelum membahas pelajaran, adalah memberitahukan tujuan atau kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa setelah pembelajaran dilakukan atau garis besar materi yang akan dipelajari siswa. Dengan informasi tersebut, siswa akan memperoleh gambaran yang jelas tentang kemampuan yang dikuasai dan ruang lingkup materi yang akan dipelajari. Seperti halnya ketika guru mengajak siswa untuk belajar matematika tentang barisan dan deret aritmatika, alangkah lebih baiknya guru menyampaikan manfaat dan tujuan dari belajar barisan dan deret aritmatika yaitu misalnya barisan dan deret aritmatika dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dibidang bisnis dan ekonomi, teori atau prinsip-prinsip deret sering diterapkan dalam kasus-kasus yang menyangkut perkembangan dan pertumbuhan. Selain itu belajar barisan dan deret aritmatika juga bertujuan untuk menyebutkan ciri-ciri barisan aritmatika, menentukan beda barisan aritmatika, menentukan rumus suku ke-n barisan aritmatika  dan Menentukan suku ke-n barisan aritmatika.

Tahap Inti
Dalam tahap inti langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru adalah guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 3-5 orang siswa secara heterogen dimana masing-masing kelompok terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Setelah kelompok sudah terbentuk, maka setiap kelompok masing-masing anggotanya diberikan nomor mulai dari 1 sampai 5, sehingga setiap siswa dalam satu kelompok memiliki nomor yang berbeda-beda sesuai dengan jumlah siswa yang ada dalam kelompok tersebut.
Langkah Kedua, guru membagikan LKS dan soal-soal yang akan di diskusikan oleh setiap kelompok. Setiap kelompok mendapatkan soal yang berbeda-beda. Berikut ini contoh-contoh soal yang akan di di diskusikan oleh masing-masing kelompok dari materi barisan dan deret aritmatika  :
1.     Diketahui barisan 5, -2, -9, -16, ...., tentukanlah :
a.     Rumus suku ke-n
b.     Suku ke-25
2.     Suku kedua suatu deret aritmetika adalah 5. Jumlah suku keempat dan suku keenam adalah 28. Tentukanlah suku kesembilannya !
3.     Suku ke-10 suatu barisan aritmetika adalah 24, sedangkan suku pertamanya 6.  Tentukan bedanya !
4.     Suku ke-10 suatu barisan aritmetika adalah 24, suku pertama 6 dan b = 2. Tentukan rumus suku ke-n !
5.     Diketahui suatu  barisan aritmetika dengan U2 = 6 dan U11 = 24. Carilah suku pertama dan beda !
Langkah ketiga, yaitu setelah guru membagikan soal, guru menginstruksikan bahwa siswa harus berkumpul dengan siswa lain yang memiliki nomor sama. Setelah itu, siswa yang mendapatkan nomor 1 berkumpul dengan anggota dari kelompok lain yang juga mendapatkan nomor 1 untuk bersama-sama memecahkan soal nomor 1, lalu siswa yang mendapatkan nomor 2 juga berkumpul dengan anggota dari kelompok lain yang mendapatkan nomor 2 untuk memecahkan soal nomor 2, dan siswa yang mendapatkan nomor 3 juga berkumpul dengan anggota kelompok lain yang juga mendapat nomor 3 untuk memecahkan soal nomor 3, begitupun anggota kelompok yang mendapatkan nomor 4 dan 5 juga berkumpul dengan anggota dari kelompok lain yang memiliki nomor yang sama.
Langkah keempat, yaitu setelah anggota kelompok yang memiliki nomor yang sama berkumpul, lalu mereka berpikir bersama untuk memecahkan masalah dan setiap anggota menyatakan pendapatnya terhadap jawaban dari pertanyaan yang akan diselesaikan, sehingga setiap anggota dalam kelompok mengetahui jawabannya. Guru akan memberikan waktu sekitar 5-10 menit untuk mendiskusikan soal yang telah diberikan. Selama diskusi berlangsung, guru bertindak sebagai fasilitator, membimbing dan mengamati siswa secara langsung dengan cara berkeliling kepada masing-masing kelompok. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa ditanggapi secara tidak langsung memberikan jawaban yang mengarah kepada jawaban dari permasalahan yang dihadapi siswa tersebut. Setelah diskusi kelompok anggota yang memiliki nomor sama sudah mendapatkan jawaban, maka masing-masing anggota yang memiliki nomor sama kembali ke kelompok awal yang memiliki nomor berbeda-beda. Setelah kembali pada kelompok awal maka mereka bertugas untuk menerangkan hasil diskusi yang telah di perolehnya, siswa yang mendapat  nomor 1 menerangkan soal nomor 1 kepada siswa nomor 2, 3, 4 dan 5. Kemudian siswa yang mendapat nomor 2 menerangkan soal nomor 2 kepada siswa  nomor 1, 3, 4 dan 5. Dan seterusnya sampai semua siswa menerangkan kepada kelompok masing-masing. Berikut ini contoh hasil diskusi yang telah di peroleh dari masing-masing anggota kelompok :
1.     Diketahui 
Ditanyankan :
a)      ?
b)    ?
Jawab :
Selisih dua suku berurutan pada barisan 5, -2, -9, -16, ... adalah tetap, yaitu b = -7 sehingga barisan bilangan tersebut merupakan barisan aritmetika.
a.     Rumus suku ke-n barisan aritmetika tersebut adalah 



b.     Suku ke-25 barisan aritmetika tersebut adalah

= -163
2.     Diketahui :
 berarti a + b = 5

Ditanyakan : 
Jawab :
   
   
   
   10 + 6b = 28
   6b = 18
   b = 3
Dengan mensubtitusi  ke  sehingga . Jadi suku ke sembilan deret aritmetika tersebut adalah :

3.     Diketahui :  
Ditanyakan : 
Jawab :





Maka bedanya adalah 2
4.     Diketahui :     
Ditanyakan : rumus suku ke-n?
Jawab :




Maka rumus suku ke-n adalah 
5.     Diketahui :   
Ditanyakan :  dan b?
Jawab :
 ................ (1)
 ......... (2)
Lalu eliminasi persamaan (1) dan (2)
   


Subtitusikan b ke persamaan (1) :



Maka  dan 
Langkah kelima, setelah hasil diskusi diperoleh, guru memanggil siswa secara acak setelah siswa selesai menerangkan kepada kelompoknya. Semua siswa harus siap jika nomornya dipanggil ke depan. Misalnya Guru memanggil siswa nomor 1 dari kelompok 2, Maka siswa nomor 1  menerangkan soal nomor 1 dari hasil diskusinya secara terperinci,  sedangkan siswa yang lainnya memperhatikan. Lalu guru memanggil siswa nomor 3 dari kelompok 5, maka siswa nomor 3 menerangkan soal nomor 3 dan siswa yang lainnya memperhatikan. Dan seterusnya sampai semua soal dapat diselesaikan dengan baik dan benar. Selama siswa yang lain selesai menerangkan di depan kelas, guru mempersilahkan siswanya untuk bertanya jika ada soal yang kurang jelas dan siswa yang lain dapat membantu untuk menambahkan jika siswa yang di depan kelas kesulitan untuk menjawab pertanyaan dari siswa yang lain.
Langkah keenam, Guru dan siswa membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan, sehingga guru dapat mengetahui sampai sejauh mana para peserta didik memahami apa yang telah dipelajari pada pertemuan tersebut.

Tahap Penutup
Kegiatan akhir dalam pembelajaran tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran. Yang lebih penting adalah untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap kompetensi yang diharapkan. Dengan melakukan kegiatan akhir pembelajaran, guru akan mengetahui kompetensi yang sudah dan yang belum dikuasai oleh siswa. Kegiatan yang biasa dilakukan guru dalam kegiatan akhir ini adalah memberikan tes baik lisan maupun tertulis. Selain itu, guru hendaknya melakukan kegiatan akhir pembelajaran agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-pokok materi yang sudah dipelajarinya.
Untuk meninjau kembali penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari siswa, guru dapat melakukan dua cara yaitu merangkum (menyimpulkan) pokok materi atau membuat ringkasan materi pembelajaran. Kegiatan merangkum (menyimpulkan) dan membuat ringkasan sebaiknya dilakukan oleh siswa di bawah bimbingan guru sehingga pada saat siswa membuat rangkuman atau kesimpulan atau ringkasan itu salah atau kurang sempurna, guru dapat membetulkan atau menyempurnakan rangkuman/kesimpulan/ringkasan yang dibuat siswa.
Selanjutnya yaitu guru memberikan penilaian karena penilaian dalam proses pembelajaran merupakan kegiatan mutlak yang harus dilaksanakan oleh guru dalam kegiatan  pembelajaran. Melalui kegiatan penilaian akhir guru akan mengetahui tercapai tidaknya kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu, guru perlu memiliki kemampuan dalam menilai hasil belajar siswa. Untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap kompetensi yang diharapkan, guru dapat memberikan tes atau meminta siswa untuk membuat ringkasan atau kesimpulan dari materi yang telah dibahas. Memberikan tes merupakan salah satu kegiatan akhir yang sering dilakukan guru. Untuk itu, guru perlu memiliki kemampuan mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran disebut tes akhir, yaitu tes yang ditujukan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari.
Setelah semua kegiatan pembelajaran selesai dan siswa diyakini menguasai materi yang telah dipelajari sebaiknya guru menginformasikan materi apa yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya. Hal ini dilakukan untuk membimbing atau mengarahkan siswa dalam kegiatan belajar yang dilakukan diluar jam pelajaran. Diharapkan siswa akan mempelajari terlebih dahulu materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya dirumah sebelum mengikuti pelajaran disekolah. Setelah guru menganggap kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelaran selesai dilaksanakan secara optimal dan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan, maka langkah selanjutnya adalah guru menutup pelajaran dengan mengajak siswa untuk berdoa bersama.

Penutup
Kesimpulan
Model pembelajaran NHT merupakan suatu cara penyajian pelajaran dengan melakukan percobaan, mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu permasalahan yang dipelajari. Dengan model NHT siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek dan keadaan suatu proses pembelajaran mata pelajaran tertentu.
Model Number Head Together (NHT) juga merupakan cara belajar Cooperative atau beberapa kelompok dimana anak dikelompokan menjadi beberapa kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor, guru memberi tugas kepada setiap siswa berdasarkan nomor, jadi setiap siswa memiliki tugas berbeda.
Dari sekian banyak model pembelajaran yang ada, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) layak diterapkan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain dapat meningkatkan prestasi belajar, NHT juga mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siswa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan.

Saran
1.     Bagi Siswa
Pada saat pembelajaran menggunakan model Cooperative Learning tipe NHT (Numbered Head Together), siswa hendaknya memanfaatkan waktu dengan sebaik – baiknya.
2.     Bagi Guru
a.     Guru harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun instrumen pembelajaran dan menerapkan pendekatan atau model pembelajaran di sekolah.
b.     Seorang guru harus bervariasi menggunakan metode pembelajaran untuk menghindari kejenuhan siswa.
c.     Seorang guru harus selalu aktif melibatkan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together diharapkan siswa dapat lebih aktif dalam belajar.
3.     Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya merekomendasikan strategi–strategi pembelajaran yang lebih inovatif dan membuat siswa lebih aktif seperti model Corperative Learning tipe NHT (Numbered Head Together) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran disekolah.


DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, M. Dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Joyce, Bruce. 2009. Modeld Of Teaching. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Lie, Anita. 2002. “Cooperative Learning : Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas”. Jakarta : PT. Gramedia.
Lie, Anita. 2003. Cooperative Learning. Jakarta ; PT. Gramedia Widya Sarana Indonesia Kompas Gramedia Building.
Nur, Muhammad. 2005. Pembelajaran Koopertif. Surabaya : Pusat Sains dan Penjaskes Sekolah UNESA.
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Paramedia Group.


No comments:

Post a Comment

you say