Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah menentukan jenis kesulitan
siswa SMA/MA Kabupaten
Maluku Tengah dalam menyelesaikan soal setara UN dan faktor yang menyebabkannya. Pendekatan penelitian ini adalah
kualitatif deskriptif. Populasi penelitian adalah 1819 siswa kelas XII SMA/MA Program
IPA dari 53 sekolah di Kabupaten Maluku Tengah. Sampel berasal dari tujuh sekolah dengan jumlah siswa sebanyak
95 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes tulis berbentuk
urai- an dan dilengkapi dengan wawancara terhadap subjek untuk melacak jenis kesulitan; yakni kesulitan fakta, ketrampilan, konsep, dan prinsip
serta faktor penyebabnya. Soal yang diujikan sebanyak 10 butir soal yang merupakan
soal dengan daya serap rendah berdasarkan hasil UN tahun 2008 hingga 2011. Analisis
data dilakukan dengan menghitung banyak kesulitan siswa yang didukung hasil tes dan wawancara, kemudian dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan.Hasil penelitian menunjukkan kesu- litan fakta tertinggi
dialami sekolah strata rendah diikuti strata sedang kemudian strata tinggi. Urutan tingkat kesulitan
tersebut juga terjadi dalam hal kesulitan ketrampilan, konsep, dan prinsip. Sedangkan
faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan berdasarkan hasil telaah terhadap
jawaban siswa adalah sis- wa tidak mampu dalam hal penguasaan konsep, perpaduan antarkonsep, ketrampilan dalam menyele- saikan soal turunan dalam trigonometri dan teknik integral,
penggunaan perbandingan trigonometri, penentuan banyaknya pilihan dalam menyelesaikan soal kombinasi, penentuan persamaan garis sing- gung lingkaran, penggunaan aturan kosinus dalam menentukan volume bangun ruang, penggunaan konsep limit baik bentuk aljabar
maupun trigonometri, pembuatan model matematika, danpenentuan daerah
asal suatu fungsi komposisi.
Kata kunci: kesulitan, fakta,
konsep, ketrampilan, prinsip,
Ujian Nasional SMA/MA.
Abstract. This study aims to identify
the
types of SMA/MA
students’ difficulties in doing a test equal to the
National Examination (NE) in Central Maluku Regency and the underlying factors. This was a quali-
tative descriptive study. The research population comprised grade XII students of the Science Prog- ram in SMA/MA in Central Maluku Regency. The sample consisting of 95 students
was selected from seven schools.
The data were collected
through a written
essay test, complemented by interviews with the research
subjects to trace the types of difficulties, namely those related
to facts, skills,
concepts, principles, and underlying factors. The test consisted of ten items with low absorption indices accor-
ding to the results
of the NEs from 2008 to 2011. The data analysis
was carried out by counting
the number of the students’
difficulties, supported by the results
of the test and interviews, followed by conclusion drawing. The results
of the study show that the difficulties related to facts are faced by most schools in the low status, followed by those in the medium
and high statuses.
The difficulties related to skills are faced by most schools
in the low status, followed by those in the medium and high statuses.
The difficulties related
to concepts are faced by most schools in the low status,
followed by those in the medium and high statuses.
The difficulties related
to principles are faced by most schools in the low status, followed
by those in the medium and high statuses. The factors underlying the diffi- culties based on the results
of the analysis of students’
answers are that they do not have capabilities in the concept mastery, the combination of several concepts,
the skills in doing the
derived items in tri- gonometry and integral
technique, the use of trigonometry proportions, the determination of the number of choices in doing combination items, the determination of circle tangent equations, the use of cosine rules
to determine the volume of
a space figure, the use of the concept of limit in
algebra and trigonometry forms, the making of mathematical models, and the determination of the domain of a composition function.
Keywords: difficulties, facts,
concepts, skills, principles, National
Examination for
SMA/MA
PENDAHULUAN
Dalam Ayat 1 Pasal 66 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, dijelaskan secara terpirinci bahwa hasil Ujian Nasional digunakan sebagai salah
satu pertimbangan untuk (a) peme- taan mutu program
dan/atau satuan pendidikan,
(b) dasar seleksi masuk jenjang pendidikan beri- kutnya,
(c) penentuan kelulusan
peserta didik dari program dan/atau satuan
pendidikan, dan
(d) pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Peraturan Pemerintah tersebut sejalan dengan
pendapat (Stecher,
2002;
Sloane
& Kelly, 2003) menyatakan bahwa, ujian akhir dapat disebut
sebagai “highstakes testing” karena
memiliki dampak yang luas dalam sistem pendidikan.
Ujian Nasional yang dilaksanakan pada setiap
tahun untuk setiap jenjang dari SD sampai
SMA dalam
bentuk
tes pilihan
ganda selalu mengalami perubahan format dalam pelaksanaannya,
hal ini dimaksud
agar dapat mengurangi kecurangan dalam proses
Ujian Nasional
dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada Ujian Nasional
berdasarkan BSNP terdapat beberapa kompetensi yang
selalu mengalami masalah di Kabupaten
Maluku Tengah yakni (1) menentukan integral tak tentu fungsi trigonometri, (2) menghitung nilai perbandingan trigonometri sudut antar garis dan bidang
pada bangun ruang, (3) menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kombinasi sederhana, (4) menentukan persamaan garis singgung
lingkaran dengan
syarat tertentu, (5) menentukan volume bangun ruang dengan menggunakan aturan sinus dan cosinus,
(6) menentukan nilai limit fungsi aljabar, (7) menentukan integral tak tentu fungsi
aljabar, (8) menentukan nilai limit fungsi trigonometri, (9) menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
nilai maksimun
dan
minimum,
dan (10) menentukan nilai hasil komposisi fungsi dari dua fungsi yang diketahui. Dari 10 kompetensi tersebut kompetensi “menentukan integral tak tentu fungsi trigonometri” termasuk yang
paling rendah dalam ujian nasional.
Rendahnya daya serap pada Ujian Nasional tahun pelajaran 2010/2011 menunjukkan bahwa kesulitan
siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diujikan sangat berfariasi, untuk mengetahui kesulitan
siswa dan faktor penyebabnya difokuskan pada hal-hal
yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan akibat dari kesulitan
dalam menggunakan
fakta, ketrampilan, memahami konsep dan menerapkan prinsip dalam menyelesaikan soal ujian nasional. Sebagai-
mana yang dikemukan oleh ahli belajar (learn- ing theorist) Gagne (Bell, 1981, p.108), telah membagi
objek-objek matematika, yaitu materi yang dipelajari siswa menjadi objek langsung dan objek tak langsung. Objek langsungnya ada- lah
fakta, ketrampilan, konsep, dan prinsip (FKKP).
Konsep-konsep dalam matematika terorganisir secara sistematis, logis dan hirarkis
dari yang paling
sederhana ke yang kompleks. Pemahaman dan penguasaan suatu materi/konsep
baru merupakan rekonstruksi dan aplikasi konsep-konsep pengetahuan yang sebelumnya dipelajari siswa (Romberg & Kaput, 2009; Rose
& Arline,
2009; Goos, Stillman &
Vale, 2007; Ben-Zvi & Hofstein, 1996; Skemp, 1971; Polya,
1981). Selanjutnya seseorang dikatakan memahami matematika apabila
mampu menjelaskan konsep-konsep matematika dan fakta-fakta dalam bentuk sederhana serta mampu menghubungkannya secara logis antara
fakta dan konsep yang berbeda (Alfeld, 2004; Dowker, 2004; Romberg &
Shafer, 2007; Bynner
& Parsons, 1997; Cawley,
1985)
Beberapa penelitian menyatakan bahwa penyebab
kesulitan matematika siswa adalah
akibat kesalahan hitung, prosedur yang keliru, ketrampilan mengitung dan membaca (Lewis,
Hitch & Walker,
1994; Gross-Tsur, Manor &
Shalev, 1996; Bzuka, Hein & Neumarker, 2000, Jane & Zakaria, 2012). Dalam penelitian yang lain meyebutkan bahwa terdapat
dua macam kesulitan
yang berkenaan dengan pertidaksamaan yakni kesulitan aritmetika dan ketiadaan
pemaknaan serta pengaruh simbolisasi matematis terhadap
kinerja siswa dalam menterjemahkan permasalahan dalam membuat persamaan matematika (Luna & Fuscablo, 2002; Blanco & Garrote, 2007)
Sementara itu, Bell (1981, p.402) menu- turkan bahwa kesulitan matematika dalam memecahkan masalah matematika salah satunya
disebabkan oleh kesulitan
membaca permasalahan matematika yang dihadapi. Siswa cendrung bisa membaca
langsung materi matematika dari buku, namun tidak mampu mamahami
apa yang dibacanya. Bell (1981, p.408) menunjukkan cara terbaik untuk megidentifkasi penyebab kesulitan siswa
adalah meminta siswa membaca permasalahan matematika dengan keras kemudian meminta
siswa menginterpetasikan per
kalimat.
Matematika sangat bermanfaat dalam kehidupan dan mendukung perkembangan bidang-bidang ilmu yang lain, seperti yang diungkapkan Muijs dan Reynalds
(2005, p.212) berikut.
Matematika sangatlah penting dan bukan sekedar aplikasi
keterampilan dasar berhitung. Matematika
juga merupakan sarana
utama untuk mengembangkan pikiran logis pada anak-anak
dan merupakan tingkatan
yang tinggi pada keterampilan kognitif. Matematika juga memainkan peran utama pada disiplin ilmu yang lain, seperti
fisika, teknik, dan statistik.
Kesulitan belajar matematika merupakan suatu rintangan, halangan, maupun kesukaran matematika yang meliputi banyak hal dan harus dihadapi siswa. Kesulitan belajar matematika siswa dapat berasal dari bermacam-macam sumber salah satunya adalah kognitif
siswa (Kennedy, Tipps &
Johnson, 2008; Henson
& Eller, 1999).
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis jenis kesulitan
apa saja yang dialami siswa SMA/MA di Kabupaten
Maluku Tengah
dalam
menyelesaikan soal-soal matematika pada UN tahun pelajaran 2010/2011 dan faktor yang menyebabkan kesulitan siswa
SMA/MA di Kabupaten
Maluku
Tengah dalam menyelesaikan soal-soal matematika pada UN tahun pelajaran 2010/2011. Dengan menganalisis kesulitan siswa dan faktor penyebabnya dapat meminimalisasi
kesulitan
siswa dalam menyelesaikan soal Ujian
Nasional. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat kepada (a) Guru, sebagai bahan masukan
bagi guru
matematika untuk dapat melaksanakan perbaikan dan lebih terarah terhadap materi-materi yang memiliki daya serap yang rendah dan (b) Siswa, sebagai acuan dalam mempersiapkan
siswa menghadapi
UN pada
saat Kelas
XII SMA/MA Program IPA. Khususnya
sebagai masukan
kepada Kepala Sekolah dan Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten
Maluku Tengah
untuk melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan kualitas
Ujian Nasional
pada tahun berikutnya.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian des- kriptif karena bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan siswa SMA/MA Se-Kabupaten Malu- ku Tengah dalam menyelesaikan soal-soal pada UN matematika tahun pelajaran 2010/2011. Ditinjau dari pendekatan analisisnya, penelitian ini terbagi atas dua yaitu: (1) pendekatan kuan- titatif digunakan untuk mengetahui banyaknya
kesulitan siswa/peserta tes dalam mengerjakan soal-soal yang diujikan dan untuk memilih sub- jek penelitian dan (2) pendekatan kualitatif digu- nakan untuk menentukan letak kesulitan siswa SMA dalam meyelesaikan soal-soal matematika berdasarkan kompotensi yang sulit tahun pel- ajaran 2011. Untuk memperjelas kesulitan siswa yang ditemukan melalui analisis jawaban, diada- kan wawancara terhadap subjek. Wawancara didasarkan pada kesulitan dalam menyelesaikan soal yang ditemukan.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Maluku Tengah Propinsi Maluku dan Waktu Pe- nelitian selama 2 bulan mulai dari bulan Maret sampai Juli 2012
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas XII program IPA SMA/Sederajat di Kabupaten Maluku Tengah Propinsi Maluku yang berjum- lah 1819 siswa. Jumlah sekolah SMA di Kabu- paten Maluku Tengah adalah 53 sekolah terdiri dari 34 sekolah berstatus negeri dan 19 berstatus swasta.
Jumlah subjek yang sangat besar sehingga perlu dilakukan pengambilan sampel berdasar- kan jumlah sekolah yang ada. Agar diperoleh sampel yang benar-benar mewakili populasi, maka dilakukan pengambilan sampel dilakukan dengan memperhatikan strata-strata dalam popu- lasi. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified proportional random sampling atau sampel acak proposional bersrata. Teknik tersebut merupakan gabungan dari stratified sampling (tekning sampling bertingkat) dan pro- portional sampling (teknik sampling proportio- nal) dilanjutkan dengan random sampling (tek- nik sampling acak)
Langkah-langkah penentuan ukuran sam- pel (Riduwan, 2010, p.67) adalah sebagai beri- kut: Pertama, menggunakan rumus penentuan ukuran sampel yang dipakai.
n = ukuran sampel
N = Banyaknya siswa = tingkat presisi
Berdasarkan rumus penentuan ukuran sampel diperoleh jumlah ukuran sampel dengan menggunakan tingkat presisi 10% yaitu.
,
maka diperoleh ukuran sampel sebesar 95.
Kedua, Setelah diketahui ukuran sampel yang digunakan selanjutnya ditentukan banyak- nya sekolah yang dipakai sebagai sampel pene- litian, distribusi banyaknya siswa dikelas III IPA pada sekolah SMA/MA di Kabupaten Maluku tengah Provinsi Maluku adalah 13 siswa.
Menentukan banyaknya sekolah yang menjadi sampel penelitian
sehingga besar masing-masing sampel untuk kategori tinggi, sedang, dan rendah diperoleh dengan cara sebagai berikut:
Tabel 1. Daftar Sekolah yang Menjadi Sampel Penelitian
No Nama Sekolah
Jenis
Sekolah
Strata
Sekolah
Keterangan:
bs: Banyak sekolah n: Jumlah siswa
dengan demikian banyaknya sekolah yang digu- nakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 7 sekolah.
Ketiga, setelah diketahui banyaknya seko- lah yang dipakai. Setelah itu, menentukan banyaknya perwakilan pada setiap strata dengan menggunakan rumus sampel berstrata.
Dimana
: Jumlah sampel menurut stratum n: Jumlah sampel seluruhnya
: Jumlah Populasi menurut stratum N: Jumlah Populasi seluruhnya
Pemilihan sampel dengan stratified sampling ditentukan dengan mengelompokkan strata sekolah berdasarkan kelompok perolehan persentase penguasan materi soal matematika UN SMA Tahun Pelajaran 2010/2011 di Kabu- paten Maluku tengah menjadi tiga kategori, yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Kualifikasi tinggi (rata-rata ), sedang (rata-rata 60, rendah (rata-rata < 60). Krite- ria ini di ambil berdasarkan KKM pada umum- nya di sekolah-sekolah SMA/MA di Kabupaten Maluku Tengah dimana Nilai 60 adalah nilai terendah KKM dari ke-53 sekolah dan nilai 75 adalah nilai tertinggi KKM dari ke-53 sekolah untuk tahun pelajaran 2010/2011.
Berdasarkan rentang tersebut dari 53 sekolah yang berkategori tinggi 34 sekolah, se- dang 5 sekolah, dan rendah 14 sekolah. Jumlah sampel yang akan dipilih sebanyak 7 sekolah,
1 SMA A Swasta Rendah
2 SMA B Negeri Rendah
3 SMA C Negeri Sedang
4 SMA D Negeri Tinggi
5 SMA E Swasta Tinggi
6 SMA F Negeri Tinggi
7 SMA G Negeri Tinggi
Teknik Pengumpulan Data
Analisis Dokumen
Langkah-langkah dalam menganalisis yaitu, (1) Menentukan irisan soal-soal yang daya serapnya rendah dalam UN 2010-2011, (2) membuat soal uraian sebanyak 10 butir soal yang setara dengan soal UN, (3) melaksanakan tes tulis, (4) menganalisis lembar jawaban siswa.
Wawancara.
Metode ini digunakan jika dalam menye- lesaikan tes uraian peneliti kurang mendapatkan informasi dari hasil jawaban siswa. Wawancara dilakukan jika jawaban dari hasil tes tulis siswa tidak terbaca kesalahan yang dilakukan sis- wa.Wawancara dilakukan secara terbuka tidak terstruktur dan merekam hasil Tanya jawab antar peneliti dengan subjek kemudian mencatat hal-hal yang penting.
Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen dalam penelitian ini adalah soal bentuk soal uraian sebanyak 10 butir soal setara Ujian Nasional (Lihat Lampiran 1 Hal. 15) dan pedoman wawancara.
Teknik Analisa Data
Analisis data dilakukan selama dan sete- lah pengumpulan data, agar data yang diperoleh tersusun secara sistematis dan lebih mudah menafsirkan sesuai dengan rumusan masalah. Langkah-langkah analisis dan penafsiran data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
Pertama, mengumpulkan dan memformu- lasikan semua data yang diperoleh dari lapangan.
Kegiatan ini dilakukan dengan: (a) Me- meriksa hasil tes (benar atau salah atau tidak mengerjakan); (b) Menganalisis hasil tes berda- sarkan indikator-indikator yang telah ditetapkan;
(c) Mengidentifikasi kesulitan subjek; (d) Me- ngelompokkan jenis kesulitan yang ditemukan pada saat siswa menyelesaikan soal tes menjadi
mengetahui benar salahnya. Kode T untuk ja- waban benar, kode F untuk jawaban salah, dan kode NA untuk soal yang tidak menjawab sama sekali. Kode ini dimaksudkan untuk memudah- kan merekap banyaknya kesalahan yang dilaku- kan siswa.
Tabel 2. Hasil Jawaban Ditinjau dari Strata (n = 95)
Jawaban Jumlah
4 jenis kesulitan; (e) Melakukan wawancara terhadap subjek; (f) Mengelompokkan jenis kesulitan yang ditemukan pada saat wawancara;
(g) Menganalisis hasil wawancara.
No Strata
NA F T
jawaban
yang ditelaah 260
140
|
Kedua, menganalisis jenis kesulitan siswa
yakni kesulitan menggunakan fakta, kesulitan dalam ketrampilan, kesulitan memahami konsep dan kesulitan menerapkan prinsip pada setiap item soal, untuk menentukan faktor yang mem- pengaruhi kesulitan siswa dilihat dari kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan so- al. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini dalah dengan menentukan faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa berdasarkan jenis kesulitan yang ditemukan dari hasil tes dan wawancara.
Ketiga, menarik kesimpulan. Pada tahap ini diadakan penarikan kesimpulan berdasarkan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan, baik melalui tes maupun wawancara.
Penarikan kesimpulan ini meliputi: (a) Jenis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal- soal matematika pada UN tahun pelajaran 2010/ 2011 di Kabupaten Maluku Tengah; (b) Faktor kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika pada UN tahun pelajaran 2010/2011 di Kabupaten Maluku Tengah.
Berdasarkan analisis tersebut, maka di- adakan penafsiran data. Setiap hasil analisis data ditafsirkan untuk mendapatkan suatu kesimpul- an penelitian.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dari penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Teknik analisis data yang diguna- kan adalah teknik analisis data kualitatif dengan data kuantitatif dan data kualitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan memeriksa jawab- an peserta tes dilanjutkan dengan menghitung banyaknya kesalahan yang dilakukan oleh peser- ta tes dalam menyelesaikan soal. Dalam peme- riksaan jawaban, pemberian nilai tidak menjadi fokus utama dalam penelitian ini, tapi lebih diprioritaskan pemeriksaan jawaban terhadap jawaban peserta dengan memberikan kode untuk
3 Tinggi 76 358 116 540
Total 246 560 144 950
Berdasarkan Tabel 2 tersebut menun- jukkan bahwa dari jawaban 95 siswa, dimana setiap siswa mengerjakan 10 soal sehingga total jawaban yang ditelaah 950 jawaban. Pada strata rendah persentase jawaban siswa benar sebesar 1,92%, jawaban salah sebesar 43,08%, dan tidak menjawab 55%. Pada strata sedang persentase jawaban siswa benar sebesar 16,43%, jawaban salah sebesar 64,29%, dan tidak menjawab 19,29%. Pada strata tinggi persentase jawaban siswa benar sebesar 21,09%, jawaban salah sebesar 65,09%, dan tidak menjawab 13,82%. Berikut histogram persentase jawaban siswa.
Gambar 1 Histogram Persentase Jawaban Siswa Menurut Strata
Tabel 2 merupakan data mentah yang berasal dari 7 sekolah yang dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tabel ini peneliti menampilkan secara keseluruh- an jumlah soal yang tidak dijawab, jawabannya salah dan benar. Sebagaimana pada pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Jawaban 95 Siswa dalam Menyelesaikan 10 Soal Matematika
No Jawaban Jumlah %
1
|
Benar
2 Salah
3 Tidak Menjawab
Jumlah 950 100
Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat 950 jawaban yang ditelaah diperoleh dari 95 siswa, dimana setiap siswa mengerjakan 10 soal. Per- sentase jawaban siswa benar sebesar 9,89%, jawaban salah sebesar 58,21%, dan tidak men- jawab 31,89%.
Selanjutnya untuk mengetahui persentase jawaban siswa untuk setiap soal dapat disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Persentase Jawaban 95 Siswa untuk Setiap Soal
Hasil analisis data kualitatif diperoleh de- ngan melihat langkah-langkah penyelesaian soal yang telah dikerjakan siswa melalui tes dan di- padukan dengan hasil wawancara, guna menelu- suri jenis kesulitan yang dilakukan siswa dan faktor yang mempengaruhi kesalahan tersebut.
Dari hasil tes dan wawancara dapat diten- tukan jenis-jenis kesalahan siswa dalam menye- lesaikan 10 soal matematika berdasarkan kom- petensi yang sulit dicapai pada UN tahun 2011/2012 di Kabupaten Maluku Tengah. Seca- ra umum jenis kesalahan akan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Jawaban 95 Siswa Menurut Jenis Kesulitan
sebesar 25,89%, kesulitan ketrampilan 41,16%, kesulitan konsep 58,84%, Kesulitan prinsip 81,89%.
Persentase jenis kesalahan siswa disajikan pada Gambar 3
Gambar 3 Diagram Persentase Jenis Kesulitan
|
Banyak
Tabel 4 menunjukkan jenis kesulitan sis- wa dengan menelaah 950 jawaban siswa. Adapun jenis kesulitan yaitu kesulitan fakta
sebesar 13,45%. Persentase Kesulitan ketrampil- an untuk strata rendah sebesar 63,85% untuk strata sedang sebesar 47,51%, sedangkan untuk
strata tinggi sebesar 29,27%. Persentase Kesulit- an konsep untuk strata rendah sebesar 81,54%, untuk strata sedang sebesar 61,86%, sedangkan untuk strata tinggi sebesar 47,09%. Persentase kesulitan prinsip untuk strata rendah sebesar 98,08%, untuk strata sedang sebesar 83,57%, sedangkan untuk strata tinggi sebesar 79,09%.
Setelah mengetahui jenis kesulitan siswa selanjutnya akan ditentukan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan siswa dalam menyele- saikan soal UN. Setiap soal yang diteskan selain memiliki jenis kesalahan yang berbeda-beda, so- al tersebut juga memiliki faktor-faktor yang ber- beda pula yang dapat menyebabkan kesulitan.
Berdasarkan Tabel 2, hasil tes terhadap 95 siswa dalam menyelesaikan 10 soal UN, ditemu- kan bahwa kemampuan siswa dalam menyele- saikan soal sangat bervariasi pada setiap seko- lah. selain itu, diketahui bahwa siswa sudah da- pat merespon soal yang diberikan hal ini terlihat dari jumlah jawaban yang salah dan yang benar lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak menjawab sama sekali sebagaimana terlihat pada gambar 1.
Pada sisi lain, dengan melihat kemapuan siswa dalam menjawab soal sebagaimana ter- lihat pada gambar 2 dapat diartikan bahwa soal UN yang termasuk sulit diselesaikan oleh siswa pada tahun pelajaran 2010/2011 di Kabupaten Maluku Tengah juga dirasakan sulit oleh siswa pada tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini dibukti- kan dengan hasil tes terhadap siswa kelas XII SMA/MA Program IPA, bahwa soal yang hanya mampu terjawab dengan benar sebanyak 144 atau 15,16% dari 950 jumlah soal yang dikerja- kan. Jika dilihat berdasarkan strata seperti pada Tabel 3 dan Gambar 1 tercermin bahwa kemam- puan siswa dalam menjawab soal yang diberikan dengan tepat linear menurut strata, dimana untuk persentase jawaban benar sebesar 1,92%, sedang sebesar 16,43% dan strata tinggi 21,09%. Pada jawaban yang salah strata dimana strata tinggi sebesar 65,09%, strata sedang sebesar 64,29% dan strata rendah sebesar 43,08%. Sedangkan yang tidak menjawab sama sekali pada strata rendah sebesar 55%, strata sedang 19,29 dan strata tinggi sebesar 13,82%.
Hasil analisis dari Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4 menunjukkan bahwa strata tinggi lebih tinggi dibandingkan strata sedang dalam hal tidak menjawab, siswa tidak menjawab pada umumnya disebabkan oleh perbedaan siswa me- mahami dan menyusun langkah-langkah dalam menyelesaikan soal. Dari hasil wawancara dike- tahui pula bahwa siswa pada strata tinggi tidak
menjawab soal lebih disebabkan masalah teknis dalam penyelesaian, misalnya pada kemampuan menentukan integral tak tentu fungsi trigonome- tri, siswa dalam menjawab
mengalami kesulitan dalam menentukan
atau cos2x dalam pemisalan, setelah dijelaskan siswa mampu mengerjakan dengan benar. Gam- bar 4 menunjukan hasil tes siswa pada setiap strata dalam menyelesaikan soal, kesulitan ter- tinggi dalam menjawab soal dilakukan siswa pada strata sedang sebesar 76,42%, kemudian disusul strata rendah sebesar 54,23%, dan ke- mudian strata tinggi sebesar 52,18%. Kemudian bagi siswa yang tidak mengerjakan sama sekali terjadi pada strata tinggi sebesar 45,77%, kemu- dian disusul strata rendah sebesar 36,36%, dan kemudian strata sedang sebesar 15% atau siswa tidak melakukan kesalahan sama sekali.
Hasil analisis dari 10 soal tes yang diuji- kan, telah diperoleh hasil bahwa setiap soal me- miliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Hal itu bisa dilihat pada Gambar 2. Dari hasil telaah jawaban siswa terdapat beberapa soal yang tidak dapat dijawab dengan benar yakni terletak pada Soal nomor 1,2,6,7,8 dan soal nomor 10. Pada soal peringkat pertama adalah soal nomor 1 di- dapatkan 100% siswa yang tidak dapat menja- wab dengan benar. Peringkat kedua kesulitan soal terjadi pada soal nomor 9. Pada soal ini hanya 20% siswa yang mampu menjawab de- ngan benar, 49,47% siswa lainnya salah dalam mengerjakan soal dan 32,63% lainnya tidak mengerjakan soal sama sekali. Peringkat ketiga kesulitan soal terjadi pada nomor 5. Dari kedua nomor tersebut hanya ada 16,84% siswa yang mampu menjawab dengan benar. Peringkat ke- empat kesulitan soal terjadi pada nomor 4. Dari soal nomor 4 ini hanya ada 35,79% siswa yang mampu menjawab dengan benar, 62,11% siswa menjawab salah dan sisanya tidak dapat men- jawab sekali. Peringkat kelima kesulitan soal terjadi pada soal nomor 3. Pada soal ini hanya 34,74% siswa yang mampu menjawab dengan benar. Sisanya 31,82% siswa salah dalam mengerjakan soal.
Berdasarkan hasil telaah 950 jawaban sis- wa secara garis besar dari 10 soal yang diujikan, jika dilihat dari strata diperoleh bahwa soal no- mor 1 tingkat kesulitan yang sama dialami oleh semua strata. Soal nomor 2 juga sama dengan soal nomor 1 dimana tingkat kesulitan yang sa- ma dialami oleh semua strata. Dalam mengerja- kan soal nomor 1 dan 2 semua siswa dalam se- mua strata tidak dapat mengerjakannnya dengan
benar atau dengan kata tingkat kesulitannya ada- lah 100%. Kesulitan yang dialami siswa dalam mengerjakan soal yang diujikan sangat ber- variasi.
Siswa pada setiap strata sekolah meng- alami kesulitan dalam mengaplikasikan turunan trigonometri dalam menyelesaikan bentuk integ- ral trigonometri hal ini disebabkan konsep turunan trigonometri siswa masih lemah demi- kian juga dalam membuat pemisalan yang meru- pakan salah satu langkah dalam menyelesaikan soal nomor 1.
Soal nomor 2 merupakan soal yang me- miliki kesulitan tertinggi, siswa yang tidak men- jawab soal ini pada setiap strata adalah sebesar 67,68% artinya lebih dari setengah siswa tidak mampu menjawab sama sekali, setelah dilaku- kan wawancara diketahui bahwa siswa kesulitan dalam menterjemahkan gambar dalam bentuk matematika serta kesulitan dalam menentukan titik sudut yang ditanyakan dalam soal nomor 2.
Kemampuan siswa dalam menjawab be- nar adalah 38,18%, sedangkan siswa pada strata rendah sebagian besar tidak memiliki kemam- puan dalam menyelesaikan soal nomor 3, hal ini terlihat dari Persentase siswa yang menjawab salah sebesar 69,23% dan yang tidak menjawab sama sekali 30,77%, artinya pada soal ini ke- seluruhan siswa tidak mampu menjawab dengan benar, setelah dilakukan wawancara diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menen- tukan langkah penyelesaian serta pemahaman siswa terhadap soal.
Kesulitan siswa dalam menyelesaikan so- al nomor 3, yakni kesulitan fakta dalam menen- tukan hasil operasi faktorial dimana siswa menganggap bahwa hasil operasi dari (6-4)! adalah 2 bukan 2!, kesulitan dalam ketrampilan menentukan langkah-langkah penyelesaian dimana siswa lemah dalam penalaran dalam menentukan kombinasi banyaknya siswa dan banyaknya soal yang dipilih, kesulitan dalam memahami konsep kebanyakan dikarenakan siswa belum memahami dengan baik konsep kombinasi dan permutasi, sedangkan kesulitan menerapkan prinsip teletak pada kekeliruan siswa dalam operasi factorial.
Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal nomor 4 dan nomor 5 hampir sama dengan soal nomor 3 yakni banyaknya kesalahan yang dilakukan siswa linear menurut strata.
Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal nomor 4, yakni kesulitan fakta dalam me- nentukan nilai tempat x dan y, kesulitan ketram- pilan dalam menentukan persamaan garis sing-
gung lingkaran melalui titik di luar lingkaran, kesulitan memahami konsep dalam mensubsi- tusikan nilai x dan y, kesulitan dalam menerap- kan prinsip dalam menggunakan rumus persamaan garis singgung lingkaran. Sedangkan kesulitan dalam menyelesaikan soal nomor 4 lebih disebabkan kesulitan dalam menerapkan prinsip yakni dalam menentukan operasi dari jawaban siswa diketahui bahwa sis- wa hanya mengkuadratkan bilangan 2 dan mengabaikan
Pada soal nomor 6 dan 7 kesulitan siswa sebagaimana pada soal nomor 1 dan soal nomor 2 yaitu siswa tidak dapat menjawab dengan be- nar kedua soal ini, dimana siswa pada umumnya dapat merespon soal yang diberikan. Siswa yang tidak dapat menjawab melebihi 60%, dari ja- waban siswa juga diketahui penyebab kesulitan siswa pada umumnya akibat kesalahan-kesalah- an mendasar pada aljabar sederhana.
Pada soal nomor 8 siswa yang menjawab benar sebanyak 0% artinya bahwa siswa pada semua strata tidak mampu menjawab dengan benar soal tersebut, disamping itu, terdapat hal yang menarik dari jawaban siswa, dimana siswa pada strata rendah jumlah siswa yang tidak da- pat menjawab sebanyak 50% sedangkan siswa pada strata tinggi sebanyak 58,18%, dari jawab- an siswa diketahui bahwa siswa pada strata rendah pada umumnya dalam menjawab soal ini langsung mensubsitusikan nilai x pada limit
tanpa menyederhanakan terlebih dahulu setelah diketahui bahwa hasil dari sub- situsi nilai x adalah bentuk tak tentu, hal ini disebabkan dari pemahaman konsep yang masih lemah pada siswa strata rendah, sedangkan sis- wa pada strata tinggi pada umumnya tidak menjawab soal yang diberikan disebabkan siswa kesulitan dalam menyederhanakan bentuk trigo- nometri padahal siswa telah memahami konsep trigonometri apabila dengan mensubsitusikan nilai x menghasilkan bentuk tak tentu maka ben- tuknya dapat disederhanakan dengan mencari- kan faktor yang sama kemudian digunakan subsitusi langsung untuk memperoleh hasilnya hal ini diketahui setelah dilakukan wawancara.
Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal nomor 9 yakni dalam menentukan nilai optimum suatu fungsi, dimana siswa lebih cen- derung menggunakan system persamaan linear sederhana untuk dua fungsi serta menentukan titik uji dengan menggunakan metode garis selidik. Sedangkan kesulitan soal nomor 10 ter- letak pada kesulitan siswa dalam mengoperasi-
kan dua fungsi yang diketahui serta kesulitan memahami konsep dalam memetakan kedua fungsi.
Setelah mengetahui kesulitan yang di- alami oleh siswa dalam menyelesaikan 10 soal yang diberikan selanjutnya adalah mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan siswa meng- alami kesulitan-kesulitan tersebut. Berdasarkan hasil analisis jenis kesulitan yang telah dilaku- kan sebelumnya, telah ditentukan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal UN. Oleh karena itu pada bagian ini akan dibahas bahwa setiap soal me- miliki faktor-faktor berbeda yang menyebabkan kesulitan. Hasil analisis soal nomor 1 untuk faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan siswa telah didapatkan persentase yang berbeda-beda pada setiap stratanya. Dari 3 faktor yang me- nyebabkan kesulitan siswa, faktor siswa tidak menguasai turunan trigonometri dialami oleh semua siswa pada setiap strata atau 100% siswa mengalaminya. Untuk strata rendah faktor yang paling dominan setelah faktor siswa tidak menguasai turunan trigonometri adalah faktor siswa tidak menguasai teknik dalam integral tak tentu fungsi trigonometri yakni sebesar 84,62% yang menyebabkan kesulitan siswa, dan siswa menganggap bahwa pangkat di dalam trigono- metri adalah konstanta yang dapat dipindahkan didepan integral 15,38%. Untuk strata sedang ada dua faktor lainnya yang menyebabkan ke- sulitan siswa selain faktor siswa tidak mengua- sai turunan trigonometri, yaitu siswa tidak menguasai teknik dalam integral tak tentu fungsi trigonometri sebesar 57,14%, dan siswa meng- anggap bahwa pangkat di dalam trigonometri adalah konstanta yang dapat dipindahkan di de- pan integral sebesar 14,29%. Sedangkan untuk strata tinggi terdapat dua lainnya sebagaimana pada strata rendah dan sedang, faktor yang menyebabkan kesulitan siswa, yaitu faktor siswa tidak menguasai turunan trigonometri, yaitu siswa tidak menguasai teknik dalam integral tak tentu fungsi trigonometri sebesar 57,14%, dan siswa menganggap bahwa pangkat di dalam trigonometri adalah konstanta yang dapat dipin- dahkan didepan integral sebesar 14,29%
Hasil analisis untuk soal nomor 2 dike- tahui untuk strata rendah terdapat tiga faktor yang menyebabkan kesulitan siswa. Yaitu Siswa tidak dapat menghitung nilai perbandingan trigonometri sudut antara garis dan bidang pada bangun ruang sebesar 100%, siswa menganggap bahwa untuk menentukan nilai perbandingan trigonometri dapat dilakukan dengan penjumlah-
an sudut-sudut sebesar 30,77%, dan yang terakhir siswa salah dalam menentukan diagonal bidang dan diagonal ruang 15,38%. Untuk strata sedang terdapat tiga faktor sebagaimana pada strata sedang yang menyebabkan kesulitan siswa, yaitu Siswa tidak dapat menghitung nilai perbandingan trigonometri sudut antara garis dan bidang pada bangun ruang sebesar 100% dan siswa menganggap bahwa untuk menentu- kan nilai perbandingan trigonometri dapat dilakukan dengan penjumlahan sudut-sudut dan siswa salah dalam menentukan diagonal bidang atau diagonal ruang sebesar 14,29%. Sedangkan untuk strata tinggi ada dua faktor yang menye- babkan kesulitan siswa yaitu Siswa tidak dapat menghitung nilai perbandingan trigonometri sudut antara garis dan bidang pada bangun ruang sebesar 100% dan yang terakhir siswa salah dalam menentukan diagonal bidang dan diago- nal ruang 7,27%.
Hasil analisis untuk soal nomor 3 didapat- kan untuk strata rendah ada tiga faktor yang menyebabkan kesulitan siswa yaitu siswa salah dalam menentukan banyaknya pilihan dan banyaknya cara dalam menyelesaiakan soal permutasi sebesar 69,23% dan Siswa tidak dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan permutasi sederhana 30,77% serta siswa mema- hami soal kombinasi sebagai bentuk soal pelu- ang sebesar 19,23%. Untuk strata sedang hanya ada dua faktor yang menyebabkan kesulitan siswa yaitu siswa salah dalam menentukan banyaknya pilihan dan banyaknya cara dalam menyelesaikan soal permutasi sebesar 14,29% dan siswa tidak dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan permutasi sederhana se- besar 14,29%. Dan untuk strata tinggi juga terdapat dua faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal ini dengan tepat yaitu siswa tidak dapat menye- lesaikan masalah yang berkaitan dengan permu- tasi sederhana sebesar 9,09% dan siswa salah dalam menentukan banyaknya pilihan dan banyaknya cara dalam menyelesaiakan soal permutasi sebesar 7,27%
Hasil analisis untuk soal nomor 4 di- dapatkan untuk strata rendah ada empat faktor yang menyebabkan kesulitan siswa yaitu siswa salah dalam operasi penjumlahan dan pengu- rangan yaitu sebesar 15,38%, siswa keliru dalam mensubsitusikan nilai x dan y yaitu sebesar 23,08%, siswa tidak dapat menentukan persama- an garis singgung lingkaran dengan syarat tertentu sebesar 61,54%, dan yang terakhir siswa dalam memahami bentuk soal persamaan garis
singgung lingkaran dan persamaan garis sing- gung melalui titik di luar lingkaran mengguna- kan gradien sebesar 53,85%. Untuk strata se- dang ada tiga faktor yang menyebabkan kesulit- an siswa yaitu siswa salah dalam operasi penjumlahan dan pengurangan yaitu sebesar 14,29% dan siswa keliru dalam mensubsitusikan nilai x dan y yaitu sebesar 14,29% serta siswa tidak dapat menentukan persamaan garis sing- gung lingkaran dengan syarat tertentu sebesar 57,14%. Kemudian untuk strata tinggi ada tiga faktor yang menyebabkan kesulitan siswa yaitu siswa salah dalam operasi penjumlahan dan pengurangan yaitu sebesar 14,55%, siswa keliru dalam mensubsitusikan nilai x dan y yaitu sebesar 9,09%, siswa tidak dapat menentukan persamaan garis singgung lingkaran dengan syarat tertentu sebesar 38,18%.
Hasil analisis untuk soal nomor 5 di- dapatkan untuk strata rendah terdapat empat faktor yang menyebabkan kesulitan siswa yaitu siswa menganggap bahwa volume prisma adalah luas segi tiga sebesar 7,69%, siswa tidak menge- tahui pendekatan sudut-sudut istimewa sebesar 34,62%, siswa tidak menguasai kemampuan dasar dalam menghitung unsur dari segi banyak dengan menggunakan aturan cosinus sebesar 92,31% dan siswa tidak mengoperasikan per- pangkatan bentuk akar sebesar 34,62%. Untuk strata sedang ada tiga faktor yang menyebabkan kesulitan siswa yaitu siswa siswa menganggap bahwa volume prisma adalah luas segi tiga se- besar 14,29%, siswa tidak menguasai kemampu- an dasar dalam menghitung unsur dari segi banyak dengan menggunakan aturan cosinus sebesar 28,57% dan siswa tidak mengetahui pendekatan sudut-sudut istimewa sebesar 14,29%. Sedangkan untuk strata tinggi terdapat tiga faktor yang menyebabkan kesulitan siswa yaitu siswa yaitu siswa siswa menganggap bah- wa volume prisma adalah luas segi tiga sebesar 14,55%, siswa tidak menguasai kemampuan dasar dalam menghitung unsur dari segi banyak dengan menggunakan aturan cosinus sebesar 21,82% dan siswa tidak mengetahui pendekatan sudut-sudut istimewa sebesar 12,73%
Hasil analisis untuk soal nomor 6 didapat- kan untuk strata rendah ada lima faktor yang menyebabkan kesulitan siswa yaitu siswa keliru dalam menyederhanakan penyebut bentuk akar sebesar 61,54%, siswa tidak menguasai konsep limit sebesar 7,69%, siswa tidak memahami bentuk-bentuk penyederhanaan dalam aljabar sebesar 76,92%, siswa tidak dapat menentukan nilai limit fungsi aljabar 100%, siswa salah
dalam melakukan operasi perkalian sebesar 38,46%. Untuk strata sedang ada empat faktor yang menyebabkan kesulitan yaitu siswa keliru dalam menyederhanakan penyebut bentuk akar sebesar 42,86%, siswa tidak memahami bentuk- bentuk penyederhanaan dalam aljabar sebesar 71,43%, siswa tidak dapat menentukan nilai limit fungsi aljabar sebesar 100% dan siswa salah dalam melakukan operasi perkalian sebe- sar 28,57%. Sedangkan untuk strata tinggi ada empat faktor yang menyebabkan kesulitan siswa yaitu siswa keliru dalam menyederhanakan penyebut bentuk akar sebesar 18,18%, siswa tidak dapat menentukan nilai limit fungsi aljabar 100%, siswa tidak memahami bentuk-bentuk penyederhanaan dalam aljabar sebesar 49,09%.
Hasil analisis untuk soal nomor 7 didapat- kan untuk strata rendah ada lima faktor yang menyebabkan kesulitan siswa yaitu siswa keliru dalam mengubah pecahan dan bentuk akar kedalam bentuk perpangkatan sebesar 73,08%, siswa keliru dalam operasi perpangkatan sebesar 23,08%, siswa tidak memahami konsep integral sebesar 61,54%, siswa tidak memahami operasi bentuk aljabar sebesar 73,08 dan siswa tidak da- pat menentukan integral tak tentu fungsi aljabar sebesar 100%. Untuk strata sedang ada empat faktor yang menyebabkan kesulitan siswa yaitu siswa keliru dalam mengubah pecahan dan ben- tuk akar kedalam bentuk perpangkatan sebesar 85,71%, siswa keliru dalam operasi perpangkat- an sebesar 14,29%, siswa tidak memahami ope- rasi bentuk aljabar sebesar 57,17%, dan siswa tidak dapat menentukan integral tak tentu fungsi aljabar sebesar 100%. Sedangkan untuk strata tinggi ada empat faktor yang menyebabkan ke- sulitan siswa yaitu siswa keliru dalam mengubah pecahan dan bentuk akar kedalam bentuk per- pangkatan sebesar 10,91%, siswa keliru dalam operasi perpangkatan sebesar 9,09%, siswa tidak memahami operasi bentuk aljabar sebesar 54,55% dan siswa tidak dapat menentukan integral tak tentu fungsi aljabar sebesar 100%.
Hasil analisis untuk soal nomor 8 didapat- kan untuk strata rendah ada empat faktor yang menyebabkan kesulitan siswa yaitu siswa tidak mengetahui nilai-nilai perbandingan trigonome- tri sebesar 30,77%, siswa tidak mengetahui kon- sep limit 38,46%, siswa tidak dapat menyeder- hanakan bentuk limit trigonometri dengan menggunakan rumus limit fungsi trigonometri sebesar 100% dan siswa tidak dapat menentukan nilai limit fungsi trigonometri 76,92%. Untuk strata sedang ada tiga faktor yang menyebabkan kesulitan siswa yaitu siswa tidak mengetahui
nilai-nilai perbandingan trigonometri sebesar 85,71%, siswa tidak dapat menyederhanakan bentuk limit fungsi trigonometri dengan meng- gunakan rumus limit fungsi trigonometri sebesar 71,43% dan siswa tidak dapat menentukan nilai limit fungsi trigonometri 78,57%. Sedangkan untuk strata tinggi ada tiga faktor yang menye- babkan kesulitan siswa yaitu siswa tidak menge- tahui nilai-nilai perbandingan trigonometri sebe- sar 18,18%, siswa tidak dapat menyederhanakan bentuk limit fungsi trigonometri dengan meng- gunakan rumus limit fungsi trigonometri sebesar 54,55% dan siswa tidak dapat menentukan nilai limit fungsi trigonometri 61,82%.
Hasil analisis untuk soal nomor 9 didapat- kan untuk strata rendah lima faktor yang menye- babkan kesulitan siswa yaitu siswa tidak dapat membuat model matematika sebesar 61,54%, siswa menganggap bahwa menetukan nilai optimun dari fungsi objektif dapat diselesaikan dengan sistem persamaan linear dua variabel sebesar 76,92%, siswa tidak dapat menentukan titik potong kedua garis sebesar 100%, dan siswa tidak dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan nilai maksimum dan minimum sebesar 100%. Untuk strata sedang ada lima faktor yang menyebabkan kesulitan siswa yaitu siswa tidak dapat membuat model matematika sebesar 42,86%, siswa menganggap bahwa menentukan nilai optimun dari fungsi objektif dapat diselesaikan dengan sistem persamaan linear dua variabel sebesar 76,92%, siswa keliru dalam menentukan uji titik-titik sudut sebesar 71,43%, siswa tidak dapat menyelesaikan masa- lah yang berkaitan dengan nilai maksimum dan minimum sebesar 14,29%, siswa tidak dapat menentukan titik potong kedua garis sebesar 28,57%, dan siswa tidak dapat menyelesaikan masalaha yang berkaitan dengan nilai maksi- mum dan minimum sebesar 100%. Sedangkan untuk strata tinggi lima faktor yang menyebab- kan kesulitan siswa keliru dalam menentukan uji titik-titik sudut sebesar 71,43%, kesulitan siswa yaitu siswa tidak dapat membuat model mate- matika sebesar 16,36%, siswa menganggap bah- wa menetukan nilai optimun dari fungsi objektif dapat diselesaikan dengan sistem persamaan linear dua variabel sebesar 16,36% dan siswa tidak dapat menyelesaikan masalah yang berka- itan dengan nilai maksimum dan minimum sebe- sar 81,18% serta siswa tidak dapat menentukan titik potong kedua garis sebesar 20%.
Hasil analisis untuk soal nomor 10 dida- patkan untuk strata rendah ada tiga faktor yang menyebabkan kesulitan siswa yaitu siswa tidak
mengetahui teknik menentukan daerah asal 100% dan siswa salah dalam mensubsitusikan nilai x sebesar 46,15%, serta siswa tidak dapat menentukan nilai hasil komposisi fungsi dari dua fungsi yang diketahui sebesar 100%. Untuk strata sedang hanya tiga faktor yang menyebab- kan kesulitan siswa yaitu siswa salah dalam mensubsitusikan nilai x 28,57%, siswa tidak mengetahui teknik menentukan daerah asal 100%, siswa tidak dapat menentukan nilai hasil komposisi fungsi dari dua fungsi yang diketahui sebesar 100%. Sedangkan untuk strata tinggi hanya ada tiga faktor yang menyebabkan kesu- litan siswa yaitu siswa tidak mengetahui teknik menentukan daerah asal 100% dan siswa salah dalam mensubsitusikan nilai x sebesar 16,36%, dan siswa tidak dapat menentukan nilai hasil fungsi komposisi dari dua fungsi yag diketahui sebesar 34,55%.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Jenis kesulitan yang paling dominan dialami siswa SMA/MA dalam menyelesaikan soal Ujian Nasional di Kabupaten Maluku Tengah ditinjau dari objek kajian kesulitan menggunakan fakta, kesulitan dalam ketrampil- an, kesulitan memahami konsep dan kesulitan dalam menerapkan prinsip berturut-turut adalah: Pertama, (1) kesulitan menerapkan prin-
sip, (2) kesulitan menggunakan fakta, (3) kesu- litan dalam ketrampilan, dan (4) kesulitan me- mahami konsep. Kedua, Jika ditinjau menurut strata sekolah, kesulitan yang dialami oleh siswa pada umumnya linier menurut strata. Sekolah pada strata rendah tingkat kesulitannya adalah yang tertinggi, sekolah pada strata sedang ting- kat kesulitannya adalah sedang, sedangkan seko- lah pada strata tinggi tingkat kesulitannya adalah yang terendah. Dari hasil penelitian menunjuk- kan kesulitan menggunakan fakta tertinggi di- alami oleh strata rendah diikuti strata sedang kemudian strata tinggi. Kesulitan dalam ketram- pilan tertinggi dialami oleh strata rendah diikuti strata sedang kemudian strata tinggi. Kesulitan memahami konsep tertinggi dialami oleh strata rendah diikuti strata sedang kemudian strata tinggi. Dan terakhir kesulitan menerapkan prin- sip tertinggi dialami oleh strata rendah diikuti strata sedang kemudian strata tinggi.
Faktor-faktor kesulitan yang dialami sis- wa SMA/MA dalam menyelesaikan soal-soal UN berdasarkan kompetensi yang berdaya serap rendah dari hasil UN di Kabupaten Maluku
Tengah dari dalam diri siswa adalah faktor yang berkaitan dengan menggunakan fakta, ketram- pilan, memahami konsep dan menerapkan prinsip.
Pertama, faktor yang berkaitan dengan keterampilan yang ditemukan dalam penelitian yakni keterampilan dalam menyelesaikan soal turunan dalam trigonometri dan teknik integral, serta keterampilan dalam memahami gambar. Kedua, Faktor yang berkaitan dengan konsep yang ditemukan adalam penelitian yakni siswa tidak memahami konsep dalam teknik penyele- saian, banyaknya cara dan pilihan dalam menye- lesaikan soal kombinasi, operasi hitung, persa- maan garis singgung lingkaran, menggunakan aturan cosinus dalam menentukan volume bangun ruang, limit baik bentuk aljabar maupun trigonometri, membuat model matematika, daerah asal suatu fungsi komposisi. Ketiga, Fak- tor yang berkaitan dengan prinsip yang ditemu- kan adalam penelitian yakni siswa tidak dapat memadukan beberapa konsep yang diperlukan dalam menyelesaiakan soal Ujian Nasional serta kesulitan dalam menerapkan rumus. Keempat, Berdasarkan hasil wawancara ditemukan kesu- litan siswa dalam diluar faktor kesulitan fakta, ketrampilan, konsep dan prinsip juga disebabkan oleh faktor (1) kurang teliti, (2) terkecoh dan (3) lupa.
Saran
Bagi Siswa
Saran yang ditujukan bagi siswa yaitu; (a) Memperbanyak latihan dalam menggunakan hubungan dari berbagai konsep dalam melatih ketrampilan siswa; (b) Latihan menyelesaiakan integral baik integral trigonometri dan aljabar;
(c) Latihan untuk menentukan daerah asal dari suatu fungsi komposisi; (d) Latihan untuk meng- interpetasikan gambar.
Bagi Guru
Guru diharapkan dapat meningkatkan pro- fesionalisme baik dalam mengajar maupun men- jelaskan kepada siswa, guru dituntut juga agar dapat menemukan metode mengajar yang tepat dalam menjelaskan materi kepada siswa.
Bagi MGMP
Mengoptimalkan kegiatan untuk mencari solusi dan memberi penguatan mengenai kom- petensi yang sulit dicapai pada UN.
PPPPTK
Memfasilitasi guru untuk lebih memper- dalam kompetensi yang sulit dan teknik meng- ajar di kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Alfeld, P (2004). Understanding Mathematics. Utah: Departemen of Mathematics. University of Utah.Tersedia: http:/www math utah edu/-alfeld/math html. (November 2011).
Bell, F. H. (1981). Teaching and learning mathematics (in secondary school), Dubuque: Browm.
Ben-Zvi, R., & Hofstein, A. (1996). Improving teaching ang learning in science and mathematics. Columbia: Teachers College
Bynner, J. and Parsons, S. (1997). It doesn’t get any better: The impact of poor numeracy skills on the lives of 37-year-olds. London: Basic Skills Agency.
Bzufka, M.W., Hein, J. and Neumarker, K.J. (2000). Neuropsychological differentia- tion of subnormal arithmetic abilities in children. Europaean Child and Adolescent Psychiatry, 9, pp.65-76.
Blanco, L., & Garotte, M. (2007). Difficulties in learning inequalities in students of first year of pre-university education in spain. EJMSTE, Vol 3, pp.221-229
Cawley, J. F. (1985). Practical mathematics appraisal of the learning disabled. Maryland: An Aspen Publication
Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 19, tentang Standar Nasional Pendidikan.
Goos, M. & Stillman, G. & Vale, C. (2007). Teaching secondary school mathema- tics: research and practice for the 21st century. Australia:Allen& Unwin
Dowker, A. (2004). What works for children with mathematical difficulties. Inter- national Journals in Oxford University, 2-3.
Gross-Tsur, V., Manor, O. and Shalev, R. (1996). Developmental dyscalculia: pre- valence and demographic features. Developmental Medicine and Child Neurology, 38, 25-33.
Henson, K. T., & Eller, B. F. (1999). Educational psychology for effective teaching. Boston: Wadsworth Publishing Company
Jane Gloria, P. K. & Zakaria, E. (2012). Mathematical difficulties among primary school students. Journal Faculty of Education, Universiti Kebangsaan Malaysia, 7, pp.1086-1092.
Kennedy, L. M., Tipss, S., & Johnson, A. (2008). Guiding children’s learning of mathematics. Boston: Thomson Wadsworth.
Luna, C. A, & Fuscablo, L. G. (2002). Enhancement of student problem solving performance thtough mathematical symbolism. JRME, Vol 5., pp.1-11
Lewis, C., Hitch, G.J. & Walker, P. (1994). The prevalence of specific arithmetical difficulties in 9-to 10-year-old boys and girls. Journal of Child Psychology and Psychiatry, 35, pp.283-292.
Muijs, D., & Reynolds, D. (2008). Effective teaching evidence and practice. London: Sage Publications Ltd.
Polya, G. (1981). Mathematical discovery on understanding, learning, and teaching problem solving. Canada: John & Sons.
Riduwan. (2010). Belajar mudah penelitian.
Bandung: Alfabeta
Romberg, T. A., & Kaput, J. J. (2009). Mathe- matics worth teaching, mathematics worth understanding. Dalam E. Fennema
& T.A. Romberg (Eds.), Mathematics classrooms that promote understanding (pp.3-18). Mahwah, NJ: Taylor & Francis e-Library.
Romberg & Shafer. (2007). Teaching and learn- ing mathematics with understanding. Dalam E. Fennema & T.A. Romberg (Eds.), Mathematics classrooms that promote understanding (pp.159-184). Mahwah, NJ: Taylor & Francis e- Library
Rose M.C & Arline B.C. (2009). Uncovering student thinking in mathematics grades 6-12. California: Corwin Press.
Sloane, F.C. & Kelly, A.E. (2003). Issues in high-stakes testing testing programs. Theory into practice, 42(1), 12-17.
Stecher, B.M. (2002). Consequences of large- scale, high stakes testing on school and classroom practice. Dalam L.S. Hamilton, B.M. Stecher, & S.P. Klein (Eds.), Making sense of test-based accountability in education. Santa Monica CA:RAND.
Skemp, R. (1971). The psychology of learning mathematics. Aust
No comments:
Post a Comment
you say