IBX5A82D9E049639

Saturday, 25 February 2017

PENGERTIAN ISLAM

PENGERTIAN ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam
Secara etimologis (asal-usul kata, lughawi) kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Sebagaimana firman Allah SWT:[1]
بَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Artinya: Bahkan, barangsiapa aslama (menyerahkan diri) kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati” (Q.S. 2:112).
اَسْلَمَ – يُسْلِمُ – اَسْلِمْ – اِسْلَامًا
Kata “Islam” (اِسْلَامًا) mempunyai arti “penyerahan diri (menyerahkan diri)”. Dan ada yang berpendapat bahwa kata “Islam” mempunyai arti selamat, kemudian dari selamat inilah menjadi mempunyai pengetian Silm atau Salm yaitu kedamaian, kesejahteraan, kepatuhan dan penyerahan diri kepada Tuhan.[2]
Ditinjau dari segi asal usul bahasa, istilah Islam diambil dari bahasa Arab, Aslama – Yuslimu, yang berarti berserah diri, patuh, taat, tunduk.


[1] H  arun Nasution,  Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Penerbit UI-Press, 1974), cet. Ke 1 hal. 24
[2] Rohadi Abdul Fatah, Ilmu dan Teknologi dalam Islam, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1990), cet. Ke 1 hal. 6

Pengertian ini menuntun pemeluknya untuk berserah diri, tunduk, patuh dan taat kepada ajaran, tuntunan, petunjuk dan peraturan hukum Allah SWT.[1]
Ditinjau dari segi terminologi, Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada manusia melalui Rasul-Nya, yang berisi hukumyang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam semesta.[2]
Sedangkan pengertian Islam secara istilah yang lazimnya dipakai ialah sebagai berikut: Islam adalah sebagai agama yang mengatur manusia agar menjadi selamat, sejahtera, aman, damai dan menyerahkan diri kepada Allah S.W.T, patuh dan tunduk kepada-Nya serta mau beribadah dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.[3]
Secara Terminologis dapat dikatakan, Islam adalah agama wahyu berintikan tauhid atau ke-Esaan Allah SWT, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia dimanapun dan kapanpun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Bahwa agama Islam adalah: [4]
  1. Wahyu yang diurunkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada segenap umat manusia sepanjang masa dan setiap persada.
  2. Suatu sistem keyakinan dan tata-ketentuan yang mengatur segala perikehidupan dan penghidupan asasi manusia dalam pelbagai hubungan: dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam lainnya.
  3. Bertujuan: keridhaan Allah, rahmat bagi segenap alam, kebahagiaan di dunia dan akhirat.
  4. Pada garis besarnya terdiri atas akidah, syariat dan akhlak.


[1] Wahyuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Penerbit Grasindo, 2009) hal. 15
[2] Wahyuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Penerbit Grasindo, 2009) hal. 16
[3] Rohadi Abdul Fatah, Ilmu dan Teknologi dalam Islam, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1990), cet. Ke 1 hal. 6
[4] Endang Saifuddin Anshari, Pokok-Pokok Pemikiran tentang Islam, (Jakarta: Penerbit Usaha Enterprise, 1976) hal. 10

     5. Bersumberkan Kitab Suci Al-Quran yang merupakan kodifikasi wahyu Allah SWT sebagai penyempurna wahyu-wahyu sebelumnya yang ditafsirkan oleh Sunnah Rasulullah SAW.
Islam yaitu agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam pada hakekatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya ngenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek itu ialah Al-Qur’an dan hadis.[1]
Agama Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dengan tujuan agar manusia tersebut patuh dan tunduk kepada-Nya serta agar supaya manusia-manusia di dunia dan di akhirat mengalami kesejahteraan hidup. Lebih tegas lagi pengertian di atas adalah: agama Islam itu merupakan kepercayaaan kepada Allah SWT menyatakan diri dalam peribadatan yang membentuk takwa, berdasarkan Al- Qur’an dan Sunnah Nabi (Al Hadits).[2]
Diliat dari segi tujuan Islam diturunkan tidak lain adalah untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam. Tujuan tersebut mengandung implikasi bahwa Islam sebagai agama wahyu mengandung petunjuk dan peraturan yang bersifat menyeluruh, meliputi kehidupan duniawi dan ukhrawi, lahiriah dan batiniah, jasmaniah dan rohaniah.[3]
Islam memberikan pandangan hidup yang kokoh dan luas; Islam merupakan agama yang benar-benar mengarahkan manusia untuk menjadi makhluk yang kreatif dan dinamis, dengan penuh dinamika berpikir. Dalam upaya mencapai kondisi tersebut manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan kewajiban mengabdi kepada-Nya secara ikhlas agar dapata mencapai


[1] Harun Nasution,  Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Penerbit UI-Press, 1974), cet. Ke 1 hal. 24
[2] Rohadi Abdul Fatah, Ilmu dan Teknologi dalam Islam, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1990), cet. Ke 1 hal. 7
[3] Arifin, IlmuPendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipline, (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. 2014), cet. Ke 6 hal. 6

Nya. Dengan mencapai ridla Allah SWT, berarti manusia sampai pada puncaknya yaitu menunaikan Sunnatullah (memenuhi ajaran-ajaran Allah dengan sungguh-sungguh), juga memenuhi peraturan-peraturan dunia. Kedinamisan berpikir dalam Islam sangat dihargai dan dibutuhkan sepanjang masa, selama pemikiran tersebut tidak menyimpang dari ajaran Islam serta norma-norma yang terkandung di dalamnya.[1]
Allah SWT berfirman:
 أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ . وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ . وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ . وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ . فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ . لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ . إِلَّا مَنْ تَوَلَّى وَكَفَرَ . فَيُعَذِّبُهُ اللَّهُ الْعَذَابَ الْأَكْبَرَ . إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ . ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ .
Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka, tetapi orang yang berpaling dan kafir, maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar. Sesungguhnya kepada Kamilah mereka kembali, kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah mengisab mereka.
Dalil Naqli tersebut memberikan petunjuk kepada umat Islam, bahwa petunjuk bagi manusia untuk berpikir, menganalisa proses kejadian dan


[1] Rohadi Abdul Fatah, Ilmu dan Teknologi dalam Islam, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1990), cet. Ke 1 hal. 8

penciptaan unta harus kita pikirkan secara mendalam; kita juga tidak boleh mengabaikan proses penciptaan hewan sejenis.[1]      
Dalam faham dan keyakinan umat Islam Al-Qur’an mengandung sabda Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai dijelaskan Al-Qur’an, wahyu ada tiga macam Surat 42 (Al-Syura) ayat 51 dan 52 mengatakan:[2]
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ   (51)
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ(52)
Artinya: tidak dapat terjadi bagi manusia bahwa Tuhan berbicara dengannya kecuali melalui wahyu, atau dari belakang tabir ataupun melalui utusan yang dikirim, maka disampaikanlah kepadanya dengan seizin Tuhan apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Tuhan Maha tinggi dan Maha bijaksana(51). Demikianlah Kami kirimkan kepadamu roh atas perintah kami(52).
Wahyu dalam bentuk pertama tersebut di atas kelihatannya adalah pengertian atau pengetahuan yang tiba-tiba dirasakan seseoranag timbul dalam dirinya; timbul dengan tiba-tiba sebagai suatu cahaya yang menerangi jiwanya. Wahyu bentuk kedua, ialah pengalaman dan penglihatan di dalam keadaan tidur atau di dalam keadaan trance. Di dalam bahasa asingnya ini disebut ru’yah (dream)  atau kasy (vision). Wahyu bentuk ketiga ialah yang diberikan


[1] Rohadi Abdul Fatah, Ilmu dan Teknologi dalam Islam, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1990), cet. Ke 1 hal.8
[2] Harun Nasution,  Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Penerbit UI-Press, 1974), cet. Ke 1 hal. 24

melalui utusan, atau malaikat, yaitu Jibril dan wahyu serupa ini disampaikan dalam bentuk kata-kata.[1]
Bahwa wahyu yang diturunkan kapada Nabi Muhammad adalah wahyu dalam bentuk ketiga, dijelaskan juga dalam Al-Qur’an Surat 26 (Al-Syu’ara) ayat 192-195 mengatakan:[2]

وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ. نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ.
عَلَىٰ قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ. بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ.
Artinya: Sesungguhnya ini adalah wahyu Tuhan semesta alam. Dibawa turun oleh Roh Setia ke dalam hatimu agar engkau dapat memberi ingat. Dalam bahasa arab yang jelas.
Selanjutanya surat 16 (An-Nahl) ayat 102 menyebutkan:[3]
قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ
Artinya: Katakanlah: Roh Suci membawakannya turun dengan kebenaran dari Tuhanmu untuk meneguhkan (hati) orang yang percaya dan untuk menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang yang berserah diri.
Bahwa yang dimaksud dengah Roh Setia dan Roh Suci adalah Jibril dijelaskan oleh Surat 2 (Al-Baqarah) ayat 97:[4]


[1] Harun Nasution,  Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Penerbit UI-Press, 1974), cet. Ke 1 hal. 25
[2] Harun Nasution,  Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Penerbit UI-Press, 1974), cet. Ke 1 hal. 25
[3] Harun Nasution,  Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Penerbit UI-Press, 1974), cet. Ke 1 hal. 25
[4] Harun Nasution,  Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Penerbit UI-Press, 1974), cet. Ke 1 hal. 26

قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَىٰ قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللَّهِ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya: Katakanlah siapa yang menjadi musuh Jibril maka ialah sebenarnya yang membawanya turun ke hatimu dengan seizin Tuhan untuk membenarkan apa yang (datang) sebelumnya dan untuk menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang yang percaya.
Sebagai agama yang mengandung tuntutan kemprehensif, Islam membawa sistem nilai-nilai yang dapat menjadikan pemeluknya sebagai hamba Allah SWT yang bisa menikmati hidupnya dalam situasi dan kondisi serta dalam ruang dan waktu yang tawakal terhadap keendak Khaliknya. Kehendaknya seperti tercermin di dalam segala ketentuan syariat Islam serta aqidah yang mendasarinya.[1]
Islam menurut bahasa tidak berjauhan dan Islam berarti Selamat yang bersumber dari Asma Allah al-Husna. Adapun menurut istilah umum Islam untuk Dzohir. Unsur agama Islam menurut kebanyakan Ulama ialah: Qaulun wa i’tqodun wa ‘amalun, tapi yang tiga ini dapat disingkat menjadi dua, ialah i’tiqodun wa ‘amalun. Amal ini meliputi dua perkara: Amal qulub dan Amal Djawarih (anggota badan).[2]
Islam diturunkan berfungsi untuk mengatur manusia supaya menjadi manusia yang bertanggung jawab dan mau melakukan kewajibannya sebagai makhluk Tuhan dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Islam memberikan pandangan, pemikiran, pengarahan dan pemantapan untuk kebaikan hidup manusia yang layak dan sesuai dengan fitrahnya. Manusia diciptakan dengan fitrahnya, yaitu “Hanif”, secara kodrati memihak/cenderung kepada kebenaran.


[1] Arifin, IlmuPendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipline, (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. 2014), cet. Ke 6 hal. 6
[2] Thohir Abdul Mu’in, Apakah Islam Itu?, (Cirebon: Penerbit Toko Messir Tjirebon, 1965) hal. 9

Fitrah disini dimaksudkan bahwa manusia diciptakan selalu memihak kepada kebenaran. Jika sesorang memihak kepada kebatilan, naka perbuatan tersebut bertentangan dengan hati nuraninya secara fitrah.[1]
Dengan memasuki Islam seseorang akan selamat, damai dan sentosa dalam kehidupan yang seimbang lahir dan batin, dunia dan akhirat. Islam memang mempunyai arti (selamat, damai, dan sentosa), suatu agama yang diturunkan oleh Alloh SWT kepada segenap Nabi dan Rasul-Nya. Allah SWT juga menegaskan bahwa siapa saja yang memeluk agama selain Islam tidak akan diterima, karena itu tentulah para nabi membawa dan memeluk agama ini, karena Islam memang diperuntukkan bagi segenap manusia. Ajaran islam itu, oleh karenanya merata, mengatur manusia dalam segala seginya, bukan semata mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan alam semesta. Karena memang agama di sisi Allah SWT ialah penyerahan yang sesungguhnya, maka walaupun seseorang mengaku memeluk agama Islam kalau tidka menyerah yang sesungguhnya kepada Allah SWT, tidak mau mematuhi suruhan dan laranggan-Nya, belumlah ia Islam.[2]






B. Kesimpulan
Islam sebagai agama naluri, maka manusia menjadi lebih mudah untuk menerima sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Ibadah yang ikhlas kepada


[1] Rohadi Abdul Fatah, Ilmu dan Teknologi dalam Islam, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1990), cet. Ke 1 hal. 10
[2] Kaelany, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, (Jakarta: Penerbit Sinar Grafika Offset, 2000), cet. Ke 1 hal. 31

Allah SWT agar terjaminnya keselamatan di dunia dan akhirat, yang meliputi keselamatan, kedamaian, ketentraman, dan kesejahteraan hidup manusia. Juga sebagai pedoman bersosialisasi atau bermasyarakat dan lingkungan alam sekitar. Keberadaan agama Islam dalam kehidupan manusia menjadi sangat penting karena pedoman didalam Islam menjamin terpenuhinya keteraturan hidup di dunia dan di akhirat. Jika Islam dipahami sebagaimana mestinya maka akan tercapainya kondisi dinamis yang dapat menghantarkan manusia mencapai keharmonisan dalam keseluruhan menjalankan kehidupan dalam berbagai bidang yaitu sosial, ekonomi, dan dalam berakhlaq. Keberadaan Islam memiliki tujuan yang mendasar yaitu, memberikan tuntunan hidup manusia. Terciptanya muslim sejati dengan keikhlasan beribadah kepada Allah SWT dengan memohon kebagiaan hidup tanpa batasan ruang dan waktu.
Tujuan hidup manusia dengan tujuan Islam saling berdampingan. Sebab agama Islam memberi tuntunan kepada manusia untuk mencapai kesejahteraan dan adanya kesimbangan hidup rohani dan jasmani. Pemahaman ini mencakup bahwa keutuhan hidup dipelihara dengan sungguh-sungguh sehingga hal tersebut dapat mencakup segala aspek kehidupan. Dalam mengaplikasikan norma-norma agama Islam wajib dilandasi bahwa Islam adalah agama yang di ridhai oleh Allah SWT dan mejadi petunjuk dan tuntunan dalam hidup manusia pada setiap kondisi dan situasi. Islam telah diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, wahyu tersebut telah sampai kepada manusia untuk dimengerti, dipahami dan diamalakan oleh manusia.
Manfaat Islam dalam kehidupan manusia sebagai acuan hidupnya sehari-hari, sehingga secara praktis Islam menjadi barometer dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itulah setiap perbuatan manusia yang didasarkan pada tuntunan dan petunjuk agama Islam secara lurus dan istiqomah, manusia telah memenuhi kewajiban hidupnya secara manusiawi, profesional dan tepat pada tujuannya.
Nilai-nilai ajaran Islam sangat penting, tepat dan sesuai dengan perkembangan pemikiran manusia dari masa ke masa, yaitu Islam tidak mengalami kemunduran. Islam sebagai agama yang universal dapat ditempatkan dimana saja, mempunyai pola dan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang kuat dan tidak boleh diabaikan oleh setiap muslim. Umat muslin dituntut untuk melakukan hak dan kewajiban terhadap Allah dan ajaran-ajaranNya dengan penuh keyakinan dan sebagai amanah yang diberikan oleh Allah SWT. Maka umat manusia tidak ragu-ragu lagi terhadap rasionalitas ajaran Islam yang yang mampu menuntun dari derajat yang rendah ke derajat yang lebih tinggi, yaitu dari situasi tradisional kepada situasi yang modern, dari pemikiran yang terdahulu menuju pemikiran yang rasional dan modern.

 DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Bumi Aksara, Jakarta, 2014
Endang Saifuddin Anshari, Pokok-Pokok Pemikiran tentang Islam, Usaha Enterprise, Jakarta, 1976
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, UI-Press, Jakarta, 1978
Kaelany, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, Penerbit Sinar Grafika Offset, Jakarta, 2000
Rohadi Abdul Fatah, Ilmu dan Teknologi dalam Islam, Rineka Cipta, Jakarta, 1990
Thohir Abdul Mu’in, Apakah Islam itu?, Toko Messir Tjirebon, Cirebon,1965
Wahyuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan tinggi, Grasindo, Jakarta, 2009

No comments:

Post a Comment

you say