PENGERTIAN
ISLAM
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam
Secara etimologis (asal-usul kata, lughawi) kata
“Islam” berasal dari bahasa Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata itu
terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh.
Sebagaimana firman Allah SWT:[1]
بَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ
أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Artinya: Bahkan, barangsiapa aslama (menyerahkan diri) kepada Allah, sedang
ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati” (Q.S.
2:112).
اَسْلَمَ – يُسْلِمُ – اَسْلِمْ –
اِسْلَامًا
Kata
“Islam” (اِسْلَامًا)
mempunyai arti “penyerahan diri (menyerahkan diri)”. Dan ada yang berpendapat
bahwa kata “Islam” mempunyai arti selamat, kemudian dari selamat inilah menjadi
mempunyai pengetian Silm atau Salm yaitu kedamaian, kesejahteraan, kepatuhan
dan penyerahan diri kepada Tuhan.[2]
Ditinjau dari segi asal
usul bahasa, istilah Islam diambil dari bahasa Arab, Aslama – Yuslimu, yang
berarti berserah diri, patuh, taat, tunduk.
[1] H arun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai
Aspeknya, (Jakarta: Penerbit UI-Press, 1974), cet. Ke 1 hal. 24
[2] Rohadi Abdul Fatah, Ilmu dan Teknologi dalam Islam, (Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta, 1990), cet. Ke 1 hal. 6
Pengertian
ini menuntun pemeluknya untuk berserah diri, tunduk, patuh dan taat kepada
ajaran, tuntunan, petunjuk dan peraturan hukum Allah SWT.[1]
Ditinjau
dari segi terminologi, Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada
manusia melalui Rasul-Nya, yang berisi hukumyang mengatur hubungan manusia
dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam
semesta.[2]
Sedangkan pengertian Islam secara
istilah yang lazimnya dipakai ialah sebagai berikut: Islam adalah sebagai agama
yang mengatur manusia agar menjadi selamat, sejahtera, aman, damai dan
menyerahkan diri kepada Allah S.W.T, patuh dan tunduk kepada-Nya serta mau
beribadah dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.[3]
Secara Terminologis dapat dikatakan,
Islam adalah agama wahyu berintikan tauhid atau ke-Esaan Allah SWT, yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya yang
terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia dimanapun dan kapanpun, yang
ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Bahwa agama
Islam adalah: [4]
- Wahyu yang diurunkan oleh Allah
SWT kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada segenap umat manusia
sepanjang masa dan setiap persada.
- Suatu sistem keyakinan dan
tata-ketentuan yang mengatur segala perikehidupan dan penghidupan asasi
manusia dalam pelbagai hubungan: dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam
lainnya.
- Bertujuan: keridhaan Allah,
rahmat bagi segenap alam, kebahagiaan di dunia dan akhirat.
- Pada garis besarnya terdiri
atas akidah, syariat dan akhlak.
[3] Rohadi
Abdul Fatah, Ilmu dan Teknologi dalam
Islam, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1990), cet. Ke 1 hal. 6
[4] Endang
Saifuddin Anshari, Pokok-Pokok Pemikiran tentang Islam, (Jakarta:
Penerbit Usaha Enterprise, 1976) hal. 10
5. Bersumberkan Kitab Suci
Al-Quran yang merupakan kodifikasi wahyu Allah SWT sebagai penyempurna
wahyu-wahyu sebelumnya yang ditafsirkan oleh Sunnah Rasulullah SAW.
Islam yaitu agama yang ajaran-ajarannya
diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai
Rasul. Islam pada hakekatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya ngenai satu
segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari
ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek itu ialah Al-Qur’an dan hadis.[1]
Agama Islam adalah agama yang diturunkan
oleh Allah SWT kepada Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dengan tujuan agar
manusia tersebut patuh dan tunduk kepada-Nya serta agar supaya manusia-manusia
di dunia dan di akhirat mengalami kesejahteraan hidup. Lebih tegas lagi
pengertian di atas adalah: agama Islam itu merupakan kepercayaaan kepada Allah
SWT menyatakan diri dalam peribadatan yang membentuk takwa, berdasarkan Al-
Qur’an dan Sunnah Nabi (Al Hadits).[2]
Diliat dari segi tujuan Islam diturunkan
tidak lain adalah untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam. Tujuan tersebut
mengandung implikasi bahwa Islam sebagai agama wahyu mengandung petunjuk dan
peraturan yang bersifat menyeluruh, meliputi kehidupan duniawi dan ukhrawi,
lahiriah dan batiniah, jasmaniah dan rohaniah.[3]
Islam memberikan
pandangan hidup yang kokoh dan luas; Islam merupakan agama yang benar-benar
mengarahkan manusia untuk menjadi makhluk yang kreatif dan dinamis, dengan
penuh dinamika berpikir. Dalam upaya mencapai kondisi tersebut manusia
diciptakan oleh Allah SWT dengan kewajiban mengabdi kepada-Nya secara ikhlas
agar dapata mencapai
[1] Harun
Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta:
Penerbit UI-Press, 1974), cet. Ke 1 hal. 24
[2] Rohadi Abdul Fatah, Ilmu dan Teknologi dalam Islam, (Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta, 1990), cet. Ke 1 hal.
7
[3] Arifin, IlmuPendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan
Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipline, (Jakarta: Penerbit Bumi
Aksara. 2014), cet. Ke 6 hal. 6
Nya. Dengan mencapai ridla Allah SWT,
berarti manusia sampai pada puncaknya yaitu menunaikan Sunnatullah (memenuhi
ajaran-ajaran Allah dengan sungguh-sungguh), juga memenuhi peraturan-peraturan
dunia. Kedinamisan berpikir dalam Islam sangat dihargai dan dibutuhkan
sepanjang masa, selama pemikiran tersebut tidak menyimpang dari ajaran Islam
serta norma-norma yang terkandung di dalamnya.[1]
Allah
SWT berfirman:
أَفَلَا
يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ . وَإِلَى
السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ . وَإِلَى
الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ . وَإِلَى
الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ . فَذَكِّرْ
إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ . لَسْتَ
عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ . إِلَّا مَنْ
تَوَلَّى وَكَفَرَ . فَيُعَذِّبُهُ اللَّهُ الْعَذَابَ
الْأَكْبَرَ . إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ . ثُمَّ إِنَّ
عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ .
Artinya: Maka
apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit,
bagaimana ia ditinggikan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah
peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.
Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka, tetapi orang yang berpaling dan
kafir, maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar. Sesungguhnya kepada
Kamilah mereka kembali, kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah mengisab
mereka.
Dalil Naqli tersebut
memberikan petunjuk kepada umat Islam, bahwa petunjuk bagi manusia untuk
berpikir, menganalisa proses kejadian dan
[1] Rohadi Abdul Fatah, Ilmu dan Teknologi dalam Islam, (Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta, 1990), cet. Ke
1 hal. 8
penciptaan unta harus kita pikirkan
secara mendalam; kita juga tidak boleh mengabaikan proses penciptaan hewan
sejenis.[1]
Dalam faham dan keyakinan umat Islam
Al-Qur’an mengandung sabda Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.
Sebagai dijelaskan Al-Qur’an, wahyu ada tiga macam Surat 42 (Al-Syura) ayat 51
dan 52 mengatakan:[2]
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ
أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ
رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ عَلِيٌّ
حَكِيمٌ (51)
وَكَذَٰلِكَ
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ(52)
Artinya: tidak
dapat terjadi bagi manusia bahwa Tuhan berbicara dengannya kecuali melalui
wahyu, atau dari belakang tabir ataupun melalui utusan yang dikirim, maka
disampaikanlah kepadanya dengan seizin Tuhan apa yang dikehendaki-Nya.
Sesungguhnya Tuhan Maha tinggi dan Maha bijaksana(51). Demikianlah Kami
kirimkan kepadamu roh atas perintah kami(52).
Wahyu dalam bentuk
pertama tersebut di atas kelihatannya adalah pengertian atau pengetahuan yang
tiba-tiba dirasakan seseoranag timbul dalam dirinya; timbul dengan tiba-tiba
sebagai suatu cahaya yang menerangi jiwanya. Wahyu bentuk kedua, ialah
pengalaman dan penglihatan di dalam keadaan tidur atau di dalam keadaan trance. Di dalam bahasa asingnya ini
disebut ru’yah (dream) atau kasy
(vision). Wahyu bentuk ketiga ialah yang diberikan
[1] Rohadi
Abdul Fatah, Ilmu dan Teknologi dalam
Islam, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1990), cet. Ke 1 hal.8
[2] Harun
Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta:
Penerbit UI-Press, 1974), cet. Ke 1 hal. 24
melalui utusan, atau malaikat, yaitu
Jibril dan wahyu serupa ini disampaikan dalam bentuk kata-kata.[1]
Bahwa wahyu yang diturunkan kapada Nabi
Muhammad adalah wahyu dalam bentuk ketiga, dijelaskan juga dalam Al-Qur’an
Surat 26 (Al-Syu’ara) ayat 192-195 mengatakan:[2]
وَإِنَّهُ
لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ. نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ.
عَلَىٰ قَلْبِكَ
لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ. بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ.
Artinya:
Sesungguhnya ini adalah wahyu Tuhan semesta alam. Dibawa turun oleh Roh Setia
ke dalam hatimu agar engkau dapat memberi ingat. Dalam bahasa arab yang jelas.
Selanjutanya surat 16 (An-Nahl) ayat 102
menyebutkan:[3]
قُلْ نَزَّلَهُ
رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى
وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ
Artinya:
Katakanlah: Roh Suci membawakannya turun dengan kebenaran dari Tuhanmu untuk
meneguhkan (hati) orang yang percaya dan untuk menjadi petunjuk serta kabar
gembira bagi orang yang berserah diri.
Bahwa yang dimaksud dengah Roh Setia dan
Roh Suci adalah Jibril dijelaskan oleh Surat 2 (Al-Baqarah) ayat 97:[4]
[1] Harun
Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta:
Penerbit UI-Press, 1974), cet. Ke 1 hal. 25
[2] Harun
Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta:
Penerbit UI-Press, 1974), cet. Ke 1 hal. 25
[3] Harun
Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta:
Penerbit UI-Press, 1974), cet. Ke 1 hal. 25
[4] Harun
Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta:
Penerbit UI-Press, 1974), cet. Ke 1 hal. 26
قُلْ مَنْ كَانَ
عَدُوًّا لِجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَىٰ قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللَّهِ
مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya:
Katakanlah siapa yang menjadi musuh Jibril maka ialah sebenarnya yang
membawanya turun ke hatimu dengan seizin Tuhan untuk membenarkan apa yang
(datang) sebelumnya dan untuk menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang
yang percaya.
Sebagai agama yang mengandung tuntutan
kemprehensif, Islam membawa sistem nilai-nilai yang dapat menjadikan pemeluknya
sebagai hamba Allah SWT yang bisa menikmati hidupnya dalam situasi dan kondisi
serta dalam ruang dan waktu yang tawakal terhadap keendak Khaliknya. Kehendaknya
seperti tercermin di dalam segala ketentuan syariat Islam serta aqidah yang
mendasarinya.[1]
Islam menurut bahasa tidak berjauhan dan
Islam berarti Selamat yang bersumber dari Asma Allah al-Husna. Adapun menurut
istilah umum Islam untuk Dzohir. Unsur agama Islam menurut kebanyakan Ulama
ialah: Qaulun wa i’tqodun wa ‘amalun, tapi yang tiga ini dapat disingkat
menjadi dua, ialah i’tiqodun wa ‘amalun. Amal ini meliputi dua perkara: Amal
qulub dan Amal Djawarih (anggota badan).[2]
Islam diturunkan
berfungsi untuk mengatur manusia supaya menjadi manusia yang bertanggung jawab
dan mau melakukan kewajibannya sebagai makhluk Tuhan dan sekaligus sebagai
makhluk sosial. Islam memberikan pandangan, pemikiran, pengarahan dan
pemantapan untuk kebaikan hidup manusia yang layak dan sesuai dengan fitrahnya.
Manusia diciptakan dengan fitrahnya, yaitu “Hanif”, secara kodrati
memihak/cenderung kepada kebenaran.
[1] Arifin,
IlmuPendidikan Islam Tinjauan Teoretis
dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipline, (Jakarta: Penerbit Bumi
Aksara. 2014), cet. Ke 6 hal. 6
Fitrah disini dimaksudkan bahwa manusia
diciptakan selalu memihak kepada kebenaran. Jika sesorang memihak kepada
kebatilan, naka perbuatan tersebut bertentangan dengan hati nuraninya secara
fitrah.[1]
Dengan memasuki Islam seseorang akan
selamat, damai dan sentosa dalam kehidupan yang seimbang lahir dan batin, dunia
dan akhirat. Islam memang mempunyai arti (selamat, damai, dan sentosa), suatu
agama yang diturunkan oleh Alloh SWT kepada segenap Nabi dan Rasul-Nya. Allah
SWT juga menegaskan bahwa siapa saja yang memeluk agama selain Islam tidak akan
diterima, karena itu tentulah para nabi membawa dan memeluk agama ini, karena
Islam memang diperuntukkan bagi segenap manusia. Ajaran islam itu, oleh
karenanya merata, mengatur manusia dalam segala seginya, bukan semata mengatur
hubungan manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan alam semesta. Karena
memang agama di sisi Allah SWT ialah penyerahan yang sesungguhnya, maka
walaupun seseorang mengaku memeluk agama Islam kalau tidka menyerah yang
sesungguhnya kepada Allah SWT, tidak mau mematuhi suruhan dan laranggan-Nya,
belumlah ia Islam.[2]
B. Kesimpulan
Islam sebagai agama naluri, maka manusia
menjadi lebih mudah untuk menerima sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Ibadah
yang ikhlas kepada
[1] Rohadi
Abdul Fatah, Ilmu dan Teknologi dalam
Islam, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1990), cet. Ke 1 hal. 10
[2] Kaelany,
Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, (Jakarta:
Penerbit Sinar Grafika Offset, 2000), cet. Ke 1 hal. 31
Allah SWT agar terjaminnya keselamatan
di dunia dan akhirat, yang meliputi keselamatan, kedamaian, ketentraman, dan
kesejahteraan hidup manusia. Juga sebagai pedoman bersosialisasi atau
bermasyarakat dan lingkungan alam sekitar. Keberadaan agama Islam dalam
kehidupan manusia menjadi sangat penting karena pedoman didalam Islam menjamin
terpenuhinya keteraturan hidup di dunia dan di akhirat. Jika Islam dipahami
sebagaimana mestinya maka akan tercapainya kondisi dinamis yang dapat
menghantarkan manusia mencapai keharmonisan dalam keseluruhan menjalankan
kehidupan dalam berbagai bidang yaitu sosial, ekonomi, dan dalam berakhlaq. Keberadaan
Islam memiliki tujuan yang mendasar yaitu, memberikan tuntunan hidup manusia.
Terciptanya muslim sejati dengan keikhlasan beribadah kepada Allah SWT dengan
memohon kebagiaan hidup tanpa batasan ruang dan waktu.
Tujuan hidup manusia dengan tujuan Islam
saling berdampingan. Sebab agama Islam memberi tuntunan kepada manusia untuk
mencapai kesejahteraan dan adanya kesimbangan hidup rohani dan jasmani.
Pemahaman ini mencakup bahwa keutuhan hidup dipelihara dengan sungguh-sungguh
sehingga hal tersebut dapat mencakup segala aspek kehidupan. Dalam
mengaplikasikan norma-norma agama Islam wajib dilandasi bahwa Islam adalah
agama yang di ridhai oleh Allah SWT dan mejadi petunjuk dan tuntunan dalam
hidup manusia pada setiap kondisi dan situasi. Islam telah diwahyukan oleh
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, wahyu tersebut telah sampai kepada manusia
untuk dimengerti, dipahami dan diamalakan oleh manusia.
Manfaat Islam dalam kehidupan manusia
sebagai acuan hidupnya sehari-hari, sehingga secara praktis Islam menjadi
barometer dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itulah setiap perbuatan manusia
yang didasarkan pada tuntunan dan petunjuk agama Islam secara lurus dan
istiqomah, manusia telah memenuhi kewajiban hidupnya secara manusiawi,
profesional dan tepat pada tujuannya.
Nilai-nilai ajaran Islam sangat penting,
tepat dan sesuai dengan perkembangan pemikiran manusia dari masa ke masa, yaitu
Islam tidak mengalami kemunduran. Islam sebagai agama yang universal dapat
ditempatkan dimana saja, mempunyai pola dan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran
yang kuat dan tidak boleh diabaikan oleh setiap muslim. Umat muslin dituntut
untuk melakukan hak dan kewajiban terhadap Allah dan ajaran-ajaranNya dengan
penuh keyakinan dan sebagai amanah yang diberikan oleh Allah SWT. Maka umat
manusia tidak ragu-ragu lagi terhadap rasionalitas ajaran Islam yang yang mampu
menuntun dari derajat yang rendah ke derajat yang lebih tinggi, yaitu dari
situasi tradisional kepada situasi yang modern, dari pemikiran yang terdahulu
menuju pemikiran yang rasional dan modern.
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, Bumi Aksara, Jakarta, 2014
Endang
Saifuddin Anshari, Pokok-Pokok Pemikiran tentang Islam, Usaha
Enterprise, Jakarta, 1976
Harun
Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai
Aspeknya, UI-Press, Jakarta, 1978
Kaelany,
Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, Penerbit
Sinar Grafika Offset, Jakarta, 2000
Rohadi
Abdul Fatah, Ilmu dan Teknologi dalam
Islam, Rineka Cipta, Jakarta, 1990
Thohir
Abdul Mu’in, Apakah Islam itu?, Toko
Messir Tjirebon, Cirebon,1965
Wahyuddin,
dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk
Perguruan tinggi, Grasindo, Jakarta, 2009
No comments:
Post a Comment
you say