IBX5A82D9E049639

Sunday, 26 February 2017

Pengantar Pendidikan

Pengantar Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN.


1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna di muka bumi ini mempunyai perbedaan dan kelebihan dengan makhluk-makhluk lain. Akal, merupakan sesuatu hal mutlak yang dimiliki oleh manusia yang sangat berguna untuk mengatur insting serta ego manusia itu sendiri, sehingga dapat mengapai tujuan hidupannya.
Manusia adalah salah satu makhluk yang diciptakan Allah SWT di samping makhluk-makhluk lain ciptaan-Nya. Adapun sesuatu yang penting dalam manusia yang membuatnya berbeda dan sempurna dari makhluk lain dan kreasi di dunia ini, yaitu akal(pikiran) manusia. Manusia merupakan makhluk yang memiliki keunggulan dibanding dengan makhluk yang lain karena manusia memiliki empat unsur, yaitu benda, hidup, insting dan naluri. Selain itu, manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, susila, dan religius.
Dengan akal, manusia bisa mempelajari makna serta hakikat kehidupan di muka bumi ini, tanpa akal manusia tidak mempunyai perbedaan sedikitpun dengan makhluk yang lainnya. Akal juga membutuhkan ilmu serta pengetahuan agar bisa berjalan sesuai dengan fungsinya, hakikat manusia sebagai makhluk yang selalu membutuhkan ilmu pengetahuan. Hakikat manusia bisa menjadi makhluk individual, makhluk social, makhluk peadegogis dan manusia sebagai mahkluk yang beragama.





1.2. Rumusan Masalah
    1)    Bagaimana Hakekat Manusia Menurut Pandangan Berbagai Agama, Filsafat Kuno dan Modern?
    2)    Bagaiman Hakikat Manusia dari Perspektif Islam?
    3)    Bagaiman Hakekat  Manusia Sebagai Makhluk Tuhan? 
    4)    Bagaimana peran manusia sebagai khalifah di bumi? 
    5)    Apa yang Dimaksud Manusia Sebagai Kesatuan Jasmani dan Rohani?
    6)    Bagaimana Pandangan Ilmu Pengetahuan Tentang Manusia?
    7)    Apa Saja Nilai – Nilai yang Dibawa Manusia Sejak Lahir?

1.3 Tujuan Masalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pengantar Pendidikan, sebagai tugas kelompok. Serta dapat menjadi pengetahuan dan referensi bagi pembaca:
a)   Agar pembaca mengetahui tentang hakekat manusia dan asal usulnya, baik dipandang dari ilmu pengetahuan maupun dari segi agama,
b)  Agar pembaca mengetahui tentang hakekat manusia sebagai mahluk Tuhan dan perannnya di muka bumi,
c)   Agar manusia dapat mengambil pelajaran tentang keberadannya di dunia baik sebagai mahluk Tuhan maupun mahluk individu dan sosial.







BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakekat Manusia Menurut Pandangan Berbagai Agama, Filsafat Kuno dan Modern

Untuk memahami hakekat manusia berturut2 dibahas beberapa pengertian berdasarkan Pandangan berbagai agama, filsafat kuno maupun modern, Pandangan para pakar biologi, psikologi
  1)    Kepustakaan hindu (Ciwa) menyatakan bahwa atman manusia datang langsung dari Tuhan (Bathara Ciwa) dan sekaligus menjadi penjelmaannya.
 2)    Kepustaan agama Budha menggambarkan bahwa manusia adalah mahluk samsara, merupakan wadah dari the absolute yang hidupnya penuh dengan kegelapan.
  3)    Pendapat kaum pemikir kuno yang bercampur dengan mistik menyatakan bahwa manusia adalah manifestasi yang paling komplit dan paling sempurna dari Tuhan Yang Maha Esa, intisari dari semua mahluk yang memiliki kecerdasan.
  4)    Filosof Socrates menyatakan bahwa hakekat manusia terletak pada budinya yang memungkinkan untuk menentukan kebenaran dan kebaikan. Plato dan Aristoteles menyatakan hakikat manusia terletak pada pikirnya.
  5)    Notonagoro mengatakan manusia pada hakekatnya adalah mahluk mono-dualis yang merupakan kesatuan dari jiwa dan raga yg tak terpisahkan.
  6)    Para ahli biologi memandang hakekat manusia titik beratnya pada segi jasad, jasmani, atau wadah dengan segala perkembangannya. Pandangan ini dipelopori oleh Darwin dengan teori evolusinya. 
  7)    Para ahli psikologi sebaliknya menyatakan bahwa hakekat manusia adalah rokhani, jiwa atau psikhe.
  8)    Pandangan dari segi agama. Hakekat manusia adalah paduan menyeluruh antara akal, emosi dan perbuatan. Dengan hati dan akalnya manusia terus menerus mencari kebenaran dan dianugerahi status sebagai khalifah Allah.
Adapun terdapat pula pandangan filsafat yang berbeda yang turut menjelaskan tentang asal usul manusia. Pandangan tersebut adalah, Evolusionisme dan Kreasionisme:
   1)    Evolusionisme:
Menurut teori ini alam semesta menjadi ada bukan karena diciptakan oleh Sang Pencipta atau prima causa, melainkan ada dengan sendirinya. Alam semesta berkembang dari alam itu sendiri sebagai hasil evolusi. Begitu pula dengan proses terjadinya manusia menurut teori ini, manusia terbentuk sebagai hasil evolusi, seperti yang kita kenal dalam teori Darwin.
   2)    Kreasionisme: 
Teori ini menyatakan bahwa alam semesta adalah sebagai hasil ciptaan suatu Creative Cause atau Personality, yang kita sebut sebagai Tuhan YME (J. Donald Butler, 1968). Jadi begitu pula dengan manusia sebagai bagian dari alam semesta yang tebentuk dari ciptaan Tuhan YME.

Pada hakekatnya manusia memiliki karakter sebagai berikut :
1)    Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2)    Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
3)    Mahluk yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4)    Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
5)    Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
6)    Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudannya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
7)    Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
8)    Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.


2.2 Hakikat Manusia dari Perspektif Islam dan Kristen

A. Hakekat Manusia Dalam perspektif Islam

Manusia menurut Allah adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT dari tanah liat kering dan diberikan ruh ke dalam jasad manusia ini dan makhluk yang dimuliakan atas segala ciptaanNya. Allah telah menurunkan Al Qur’an yang diantara ayat-ayatNya adalah gambaran tentang manusia.
Berbagai istilah digunakan untuk menunjukkan aspek kehidupan manusia, diantaranya:
1.
Dari aspek historis, disebut dengan Bani Adam
“Hai bani Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesunguhnya Allah tidak menyukai orang – orang yang berlebih – lebihan”(QS 7:31)
Menurut aspek historisnya manusia tercipta dari keturunan Adam dan Hawa sebagai manusia pertama yang diciptakan Allah di muka bumi.
2. Dari aspek biologis, disebut dengan Basyar
“Dan berkatalah pemuka – pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah (Kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia) (orang) ini tidak lain hanyalah manusia (basyar) seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan dan minum dari apa yang kamu minum”(QS 23:24)
3.  Dari aspek kecerdasan, disebut dengan Insan
“Dia menciptakan manusia (insan) dan mengajarnya pandai berbicara”
(QS 55:3-4)
4  Dari aspek sosiologis, disebut dengan An-Nas
“Wahai manusia(nas) sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang – orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”(QS 2:21)
5 Dari aspek posisinya, disebut dengan Hamba
“Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka?jika Kami menghendaki niscaya Kami benamkan mereka di bumi atau Kami jatuhkan mereka gumpalan dari langit. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar – benar terdapat tanda ( kekuasaan Tuhan) bagi setiap hamba yang kembali kepadanya”(QS 34:9)

Selain istilah-istilah itu ada juga sebutan bagi manusia sesuai dengan keadaannya.
1. Makhluuq (yang diciptakan)
Manusia merupakan makhluuq atau yang diciptakan dari tanah liat dan diberikan ruh ke dalamnya oleh Allah ke dunia ini dengan tujuan hanya untuk beribadah kepada Allah. Hal ini sesuai dengan: QS AL HIJR 28
 “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”
2.    Mukarram (yang dimuliakan)
Manusia merupakan makhluk yang juga dimuliakan. Buktinya adalah saat manusia pertama tercipta, seluruh malaikat disuruh bersujud kepadanya (bukan untuk menyembah). Hal ini tercantum dalam QS Al Hijr 29
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”
3.    Mukhayyar (yang bebas memilih)
Manusia selain dimuliakan, juga diberikan kebebasan untuk memilih, memilih untuk beriman kepada Allah ataukah kafir terhadap Allah. Itu semua tergantung dari pengetahuan yang manusia miliki tapi sesungguhnya fitrah manusia adalah beriman kepada Allah.
4.    Majziy (yang mendapat balasan)
Sebagai konsekuensi menjadi makhluk yang memiliki kebebasan maka manusia juga merupakan makhluk yang kelak akan mendapat balasan di akherat. Balasan baik atau buruk, semuanya tergantung dari perbuatan-perbuatan yang manusia lakukan di dunia ini. Jika manusia itu berbuat baik maka di akherat akan mendapat balasan berupa surga tapi jika perbuatan selama di dunia adalah buruk maka manusia itu akan mendapat balasan berupa neraka.

B. Hakekat Manusia Dalam Perspektif Kristen
Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu. (Kejadian 3:19)
Ada 2(dua) gambaran tentang hakikat manusia dalam Alkitab yang sangat terkenal dan keduanya tampak kontras. Pertama: manusia disebut sebagai citra, gambar atau rupa Allah (Kej 1:27), hampir menyerupai Allah penuh kemuliaan dan hormat (Mazmur 8:5). Ini adalah suatu ungkapan yang meninggikan manusia. Kedua: manusia justru hanyalah debu tanah (Kej 2:7, Kej 3:19). Yang terakhir ini justru merendahkan manusia itu. Apa artinya kedua hal itu bagi kita?
Ketika kita merasa sedang sukses, kaya, pintar dan berkuasa baiklah kita menyadari hakikat kemanusiaan kita yang berasal dari tanah dan kembali ke tanah (sama seperti hewan dan tumbuhan lainnya). Betapa pun sukses, kaya, pintar dan berkuasanya kita hidup kita di dunia ini akan berakhir. Selain itu kita tidak membawa apa-apa ketika lahir dan juga tidak membawa apa-apa saat mati (1 Tim 6:7). Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur (1 Pet 1:24). Sebab itu kita harus rendah hati. Tidak ada gunanya menyombongkan diri di hadapan Allah apalagi sesama manusia.
Namun sebaliknya ketika sekarang hidup kita justru sedang terpuruk atau dalam keadaan miskin dan menderita, baiklah kita mengingat bahwa kita bukanlah sekadar debu tanah, namun manusia citra, gambar atau rupa Allah. Kita mulia dan berharga di mataNya (Yesaya 43:4). Sebab itu tidak ada alasan bagi kita merasa hina, terlalu rendah, dan lantas berputus asa. Walaupun orang lain mungkin saja menghina dan merendahkan diri kita, namun Allah tidak pernah melakukannya, sebab itu kita juga tidak boleh menghina diri kita dan sesama kita.
Gambaran manusia sebagai citra Allah dan debu tanah ini selanjutnya mau membantu kita memahami orang lain dengan wajar dan sepantasnya, setara atau sejajar dengan kita. Para penguasa, orang kaya, dan cendekiawan agar mengingat orang-orang kecil sebagai citra Allah, sehingga memperlakukannya dengan hormat. Sebaliknya orang-orang kecil agar mengingat para penguasa, orang kaya, dan cendekiawan itu sebagai debu tanah (sama seperti dia juga) sehingga tidak tergoda menyembahnya.

2.3 Hakekat  Manusia Sebagai Makhluk Tuhan

Manusia di dunia ini memiliki 2 hubungan, yaitu hubungan vertikal (hubungan antara manusia dan Tuhan) dan hubungan horizontal (hungan antara manusia dengan manusi dan mahluk ciptaan Tuhan lainnya) yang erat kaitannya dengan peran manusia sebagai mahluk sosial.
Di sini kita akan membahas tentang hakekat manusi sebagai mahluk Tuhan. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain. Melalui kesempurnaannya itu manusia bisa berpikir, bertindak, berusaha, dan bisa menentukan mana yang benar dan baik. Di sisi lain, manusia meyakini bahwa dia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia jika manusia mempercayai adanya Sang Maha Pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan di muka bumi.
Manusia berkedudukan sebagai makhluk tuhan YME maka dalam pengalaman hidupnya terlihat bahkan dapat kita alami sendiri adanya fenomena kemakhlukan (M.I. Soelaeman, 1998). Fenomena kemakhlukkan ini, antara lain berupa pengakuan atas kenyataan adanya perbedaan kodrat dan martabat manusia daripada Tuhannya. Manusia merasakan dirinya begitu kecil dan rendah di hadapan Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Manusia mengakui keterbatasan dan ketidakberdayaannya dibanding Tuhannya Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa.
Manusia serba tidak tahu, sedangkan Tuhan serba Maha Tahu. Manusia bersifat fana, sedangkan Tuhan bersifat Abadi, manusia merasakan kasih sayang TuhanNya, namun ia pun tahu pedih siksaNya. Semua melahirkan rasa cemas dan takut pada diri manusia terhadap tuhannya. Tetapi dibalik itu diiringi pula dengan rasa kagum, rasa hormat, dan rasa segan karena TuhanNya begitu luhur dan suci. Semua itu menggugah kesedian manusia untuk bersujud dan berserah diri kepada PenciptaNya. Selain itu, menyadari akan Maha Kasih SayangNya Sang Pencipta maka kepadaNya-lah manusia berharap dan berdoa. Dengan demikian, dibalik adanya rasa cemas dan takut itu muncul pula adanya harapan yang mengimplikasikan kesiapan untuk mengambil tindakan dalam hidupnya.
Dalam kehidupannya, manusia tidak bisa meninggalkan unsur Ketuhanan. Manusia selalu ingin mencari sesuatu yang sempurna. Dan sesuatu yang sempurna tersebut adalah Tuhan. Hal itu merupakan fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Tuhannya.
Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan bertujuan untuk mencapai tujuan baik secara duniawi dan surgawi kebahagiaan itu dicapai bila manusia semakin menyempurnakan dirinya. Maka manusia secara bebas mengembangkan dirinya untuk semakin menjadi sempurna dan semakin baik. Manusia mengembangkan segi hidupnya, segi rohani, jasmani, pribadi, sosial, budaya, akal budi, emosi, religiositasnya. Semua segi itu perlu dikembangkan secara seimbang.
Kesempurnaan manusia itu ternyata hanya dapat tercapai bila dalam proses penyempurnaan itu ia menyempurnakan sesamanya dan dunia tempat dia berada. Tanpa menyempurnakan mereka itu, manusia tidak dapat menjadi semakin sempurna. Secara sederhana itu berarti bahwa manusia baru akan menjadi lebih baik, lebih berkembang, lebih mendekati Tuhan bila dalam hidup ini dia berdamai dengan sesama manusia, dengan dunia alam ini, dan tentu dengan Tuhan.
Oleh karena fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk beribadah kepada Tuhan pun diperlukan suatu ilmu. Ilmu tersebut diperoleh melalui pendidikan. Dengan pendidikan, manusia dapat mengenal siapa Tuhannya. Dengan pendidikan pula manusia dapat mengerti bagaimana cara beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Melalui sebuah pendidikan yang tepat, manusia akan menjadi makhluk yang dapat mengerti bagaimana seharusnya yang dilakukan sebagai seorang makhluk Tuhan. Manusia dapat mengembangkan pola pikirnya untuk dapat mempelajari tanda-tanda kebesaran Tuhan baik yang tersirat ataupun dengan jelas tersurat dalam lingkungan sehari-hari.
2.4 Peran Manusia Sebagai Khalifah di Muka Bumi

              Manusia sebagai mahluk Tuhan yang paling sempurna memiliki peran sebagai khalifah di muka bumi ini sebagai tanda baktinya sebagai mahluk ciptaan Tuhan.
Sebenarnya sebelum ditetapkan khalifah itu allah mengemukakan amanat itu kepada langit, bumi dan gunung-gunung tetapi semua menolak amant itu kerana tidak menyanggupinya namun manusia bersedia memikulnya. Hal ini telah dinyatakan di dalam Surah Al-Ahzad : 72. Oleh itu, kita sebagai khalifah seharusnya melaksanakan amanat Allah di muka bumi tetapi pada sisinya ia melihat syaitan berusaha menyesatkan manusia dengan tidak melaksanakan amanat Allah.
Dalam surah Al-Luqman: 20, Allah telah menyatakan bahawa kepada siapa saja yang ada di langit dan di bumi dan juga segala macam isi yang dikandungnya agar tunduk kepada manusia. Semua itu dimaksudkan agar manusia dengan segala kemampuannya dapat mengolah sumber-sumber alam. Oleh itu allah telah menyediakan prasarana pula (ilmu pengetahuan, hidayah agama dan kitab suci). Oleh itu setiap khalifah di muka bumi harus berpegang kepada 3 hal. Allah telah memberikan kita kemampuan berfikir untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan kekuatan rohani manusia untuk menghayati ajaran Allah. Allah juga telah memberikan hidayah kepada manusia untuk mampu dengan penuh tanggungjawab dan kesedaran untuk melakukan semua itu. (Bucailie Maurine Dr. , 1984)
              Allah telah memberikan beberapa keistimewaan kepada manusia yang menjadi khalifah. Keistimewaan tersebut telah mengagkat derajat manusia di sisi Allah. Keistimewaan yang telah diberikan Allah kepada manusia sebagai khalifah telah dinyatakan dalam surah Al-Baqarah: 30, Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat bahawa aku menjadikan khalifah di muka bumi itu orang yang membuat kerosakan padanya dan menumpahkan darah,padahal kami sentiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.

2.5 Manusia Sebagai Kesatuan Jasmani dan Rohani

Terlalu banyak sebutan dan istilah yang diberikan untuk makhluk-makhluk berakal pikiran ciptaan Tuhan , seperti homo sapiens , homo rasionli ,animal social ,al-insan dan lain sebagainya. Bentuk sebutan itu mencerminkana keragaman sifat dan sikap manusia.hal itu dapat terjadi karena didalam diri manusia itu sendiri terdapat enam rasa yang menjadi satu , yaitu rasa intelek , rasa agma,rasa susilah, rasa sosial, rasa seni dan rasa harga diri/sifat ke-aku-an (muhaimin:63).
Maka tidak heran kalau sejak dulu manusia tiada henti-hentinya berusaha membedakan antara unsur manusia yang bersifat lahiriah dan maknawiah. Kebanyakan ahli filsafat yunani bependapat bahwa ruh itu merupakan satu unsur yang harus , yang dapat meninggalkan badan. Jika dia pergi dari badan, dia kembali ke alamnya yang tinggi , meluncur keangkasa luar dan tidak mati , sebagai mana ungkapan phytagoras kepada diasgenes(umar,1984:223).
Islam berpandangan bahwa hakikat manusia merupakan perakitan antara badan dan ruh.islam mengatakan dengan tegas bahwa kedua substansi ini adalah substansi alam (zuhairini : 75 ). Islam memandang permasalahan roh/ruh merupakan suatu hal yang terbatas untuk dipelajari secara mendalam(Q.S, 17:85). Hal itu menjadi landasan bukti walaupun banyak ilmu yang telah dimiliki oleh manusia, namun sampai kapan pun ia tidak akan melebihi Tuhannya, dalam kaitan masalah ruh ( Basalamah, 1993: 155).
Itulah yang membedakan hasil yang telah dicapai islam dari segi sistem kerohaniannya yang tampak pada manusia adalah sosok tubuhnya, dalam hal efektifitas dirinya bersumber pada jiwa dan ruh. Karena itu hidup seorang muslim haruslah diarahkan atas kerjasama yang sempurna antara kepentingan dan kebutuhan jasmani-rohani.

Ada empat aliran yang dikemukakan mengenai pembentukan manusia yaitu : aliran serba zat, aliran serba ruh, aliran dualisme, aliran eksistensialisme.
a.       Aliran Serba Zat
Aliran serba zat ini mengatakan yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi, alam ini adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur dari alam, maka dari itu manusia adalah zat atau materi.
b.      Aliran Serba Ruh
Aliran ini berpendapat bahwa segala hakekat sesuatu yang ada didunia ini ialah ruh, juga hakekat manusia adalah ruh, adapun zat itu adalah manifestasi dari pada ruh diatas dunia ini. Fiche mengemukakan bahwa segala sesuatu yang lain (selain ruh) yang rupanya ada dan hidup hanyalah suatu jenis perumpamaan, perubahan atau penjelmaan dari ruh ( Gazalba, 1992: 288 ). Dasar pikiran aliran ini ialah bahwa ruh itu lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari pada materi. Hal ini mereka buktikan dalam kehidupan sehari-hari, yang mana betapapun kita mencintai seseorang jika ruhnya pisah dengan badannya, maka materi/jasadnya tidak ada artinya. Dengan demikian aliran ini menganggap ruh itu ialah hakekat, sedangkan badan ialah penjelmaan atau bayangan.

c. Aliran Dualisme
Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakekatnya terdiri dari dua substransi yaitu jasmani dan rohani. Kedudukannya substansi ini masing-masing merupakan unsur asal, yang adanya tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari ruh, dan ruh tidak  berasal dari badan. Perwujudannya manusia tidak serba dua,  jasat dan ruh. Antara badan dan ruh terjadi sebab akibat yang mana keduanya saling mempengaruhi.
d.      Aliran Eksistensialisme
Aliran filsafat modern berfikir tentang hakekat manusia merupakan kewajiban eksistensi atau perwujudan sesungguhnya dari manusia. Jadi intinya hakekat manusia itu yaitu apa yang menguasai manusia secara menyeluruh. Disini manusia dipandang tidak dari sudut serba zat atau serba ruh atau dualisme dari dua aliran itu, tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri didunia ini. Filsafat berpandangan bahwa hakekat manusia ialah manusia itu merupakan berkaitan antara badan dan ruh. Islam secara tegas mengatakan bahwa badan dan ruh adalah substansi alam, sedangkan alam adalah makhluk dan keduanya diciptakan oleh allah, dijelaskan bahwa proses perkembangan dan pertumbuhan manusia menurut hukum alam material. Pendirian islam bahwa manusia terdiri dari substansi yaitu materi dari bumi dan ruh yang berasal dari tuhan, maka hakekat pada manusia adalah ruh sedang jasadnya hanyalah alat yang dipergunakan oleh ruh saja. Tanpa kedua substansi tersebut tidak dapat dikatakan manusia.

2.6  Pandangan Ilmu Pengetahuan Tentang Manusia
Hampir semua disiplin itu pengetahuan dalam bahasannya berusaha menyelidiki dan dan mengerti tentang makhluk yang bernama manusia. Secara khusus tujuan-tujuan pendidikan adalah memahami dengan mendalam tentang hakekat manusia itu sendiri. Aritoteles (384-32 SM) mengatakan bahwa manusia itu adalah hewan berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya yang berbicara berdasarkan akal pikirannya ( Zaini dan ananto, 1986 :4) hal itu tentu saja dengan tetap menilai seperangkat perbedaan antara manusia dengan hewan itu secara umum.
Pada awalnya ada pandangan yang mengemuka di kalangan ahli sains yang mengungkapkan proses terjadinya manusia. Pandngan ini dikenal sebagai teori evolusi.
Teori evolusi ini dipelopori oleh seorang ahli zoologi bernama Charles Robert Darwin (1809-1882). Dalam teorinya ia mengatakan : "Suatu benda (bahan) mengalami perubahan dari yang tidak sempurna menuju kepada kesempurnaan". Kemudian ia memperluas teorinya ini hingga sampai kepada asal-usul manusia.
Menurut Darwin manusia sekarang ini adalah hasil yang paling sempurna dari perkembangan tersebut secara teratur oleh hukum-hukum mekanik seperti halnya tumbuhan dan hewan. Kemudian lahirlah suatu pengertian bahwa manusia yang ada sekarang ini merupakan hasil evolusi dari kera-kera besar (manusia kera berjalan tegak) selama bertahun-tahun dan telah mencapai bentuk yang paling sempurna.
Tetapi dalam hal ini Darwin sendiri kebingungan karena ada beberapa jenis tumbuhan yang tidak mengalami evolusi dan tetap dalam keadaan seperti semula.
Hal ini di antaranya merupakan kelemahan teori yang dikemukakan oleh Darwin. Karena tidak ada titik temu antara teori yang ada dengan kenyataan. Sebagai contoh, para ahli zoologi sangat akrab dengan suatu species yang bernama panchronic yang tetap sama sepanjang masa. Juga ganggang biru yang diperkirakan telah ada lebih dari satu milyar tahun namun hingga sekarang tetap sama. Yang lebih jelas lagi adalah hewan sejenis biawak/komodo yang telah ada sejak berjuta-juta tahun yang lalu dan hingga kini tetap ada serta tidak mengalami perubahan.
Satu lagi masalah dari pandangan Darwin tentang “asal-usul manusia” adalah sesuatu yang didasarkan pada begitu sedikit “bukti” hanya satu biji gigi, potongan kecil tulang paha, dan hanya ada tiga atau empat kerangka yang tersedia untuk melacak seluruh pembelajaran tentang evolusi manusia (Los Angeles Times, ibid., hal. A18). Darwin berkata, “hanya ada tiga atau empat”. Jika memang hanya ada empat maka memang seharusnya ia katakan demikian. Itu berarti bahwa paling sedikit satu dari antaranya lebih kecil dari sebuah fragmen. Ini berarti bahwa dengan penemuan kerangka fosil “baru” ini, yang terbaik, hanya empat kerangka yang lengkap. Ini adalah keseluruhan dasar untuk teori evolusi tentang “asal-usul manusia” – “hanya ada tiga atau empat” kerangka. Ini merupakan “bukti” yang sangat lemah dan sangat sedikit untuk suatu teori yang dipegang secara luas ini.
Di dalam teorinya Darwin berpendapat bahwa manusia berasal dari perkembangan makhluk sejenis kera yang sederhana kemudian berkembang menjadi hewan kera tingkat tinggi sampai akhirnya menjadi manusia. Makhluk yang tertua yang ditemukan dengan bentuk mirip manusia adalah Australopithecus yang diperkirakan umurnya antara 350.000 - 1.000.000 tahun dengan ukuran otak sekitar 450 - 1450 cm3.
Perkembangan dengan perubahan volume otak ini besar pengaruhnya bagi kecerdasan otak manusia. Australopithecus yang mempunyai volume otak rata-rata 450 cm3 berevolusi menjadi manusia kera (Neandertal) yang mempunyai volume otak 1450 cm3. Dari penelitian ini diperkirakan dalam waktu antara 400.000-500.000 tahun volume otak itu bertambah 1000 cm3. Tetapi anehnya perkembangan dari Neandertal ke manusia modern sekarang ini selama kurang lebih 100.000 tahun volume otaknya tidak berkembang. Teori ini tidak mengemukakan alasannya.
Namun banyak juga Ahli yang mengatakan bahwa teori yang dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena antara teori dengan kenyataan tidak dapat dibuktikan.
Namun kemudian ilmu biologi membuktikan bahwa proses pembentukan manusia bukan dari kera seperti yang dikemukakan oleh teori Darwin. Akan tetapi melalui proses pembuahan antara sel sperma dan ovum yang terjadi dalam ruang rahim. Sel ovum yang telah berhasil dibuahi oleh sperma kemudian melebur menjadi zigot, yang selanjutnya berkembang minggu demi minggu sehingga menjadi fetus dan calon manusia yang kita ketahui. Hal ini selaras dengan pandangan islam mengenai proses terbentuknya manusia yang tercantum dalam ayat Al-Qur’an.
Menurut tinjauan islam, manusia adalah pribadi atau individu, yang berkeluarga dan selalu bersilaturrohmi dan mengabdi Tuhan. Manusia juga adalah pemeliharaan alam sekitar, wakil Allah SWT. Diatas permukaan bumi ini( Muntasir, 1985 : 5). Manusia dalam pandangan islam selalu berkaitan dengan kisah tersendiri, tidak hanya sebagai hewan tingkat tinggi yang berkuku pipih, berjalan dengan dua kaki, berbicara. Islam memandang manusia sebagai makhluk sempurna dibandingkan sengan hewan. Dan makhluk ciptaan Tuhan yang lain, karena itu manusia disuruh menggunakan akalnyadan indranya agar tidak salah memahami mana kebenaran yang sesungguhnya dan mana kebenaran yang dibenarkan, atau dianggap benar (jalaludin dan usman said , 1994: 28).
Eksistensi manusia yang padat itulah yang perlu (dan seharusnya) dimengerti untuk pemikiran selanjutnya. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk religius, yang dengan pernyataan itu mewajibkan manusia memperlakukan agama sebagai suatu kebenaran yang harus dipatuhi dan diyakini ( muhaimin, 1989 : 69). Untuk itu, adalah sangat penting membangun manusia yang sanggup melakukan pembangunan diniawi, yang mempunyai arti bagi hidup pribadi di akherat kelak. Dengan kata lain, usaha ilmu tersebut dalam rangka pembinaan manusia ideal merupakan progarm utama dalam pendidikan modern ( pendidikan yang lebih maju) pada masa-masa sekarang ini.

2.7  Nilai – Nilai yang Dibawa Manusia Sejak Lahir

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia didudukkan sesuai dengan kodrat, harkat, martabat, hak, dan kewajibannya.
1)      Kodrat manusia
Kodrat manusia adalah keseluruhan sifat-sifat sah, kemampuan atau bakat­bakat alami yang melekat pada manusia, yaitu manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ditinjau dan kodratnya, kedudukan manusia secara pribadi antara lain sesuai dengan sifat-sifat aslinya, kemampuannya, dan bakat-bakat alami yang melekat padanya.
2)      Harkat manusia
Harkat manusia artinya derajat manusia. Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
3)      Martabat manusia
Martabat manusia artinya harga diri manusia. Martabat manusia adalah kedudukan manusia yang terhormat sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berakal budi sehingga manusia mendapat tempat yang tinggi dibanding makhluk yang lain. Ditinjau dan martabatnya, kedudukan manusia itu lebih tinggi dan lebih terhormat dibandingkan dengan makhluk­ lainnya.
4)      Hak asasi manusia
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimihiki oleh setiap manusia sebagai anugerah dan Tuhan Yang Maha Esa, seperti hak hidup, hak milik, dan hak kebebasan atau kemerdekaan.
5)      Kewajiban manusia
Kewajiban manusia artinya sesuatu yang harus dikerjakan oleh manusia. Kewajiban manusia adalah keharusan untuk melakukan sesuatu sebagai konsekwensi manusia sebagai makhluk individu yang mempunyai hak-­hak asasi. Ditinjau dan kewajibannya, manusia berkedudukan sama, artinya tidak ada diskriminasi dalam melaksanakan kewajiban hidupnya sehari-hari.







BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Manusia pada hakikatnya adalah mahluk yang selalu belajar dan      dipelajari . Sifat hakekat manusia menjadi bidang kajian filsafat, khusnya  filsafat antrofologi. hal ini menjadi keharusan oleh karena pendidikan bukanlah sekadar soal peraktek melainkan peraktek yang berlandaskan dan  bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normatif. Besifat filosofis karena untuk mendapatkan landasan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar,sistematis dan universal tentang ciri hakiki manusia. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipiil berbeda dari hewan. Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut   hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.
Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain. Adapun sesuatu yang penting dalam manusia yang membuatnya berbeda dan sempurna dari makhluk lain dan kreasi di dunia ini, yaitu akal(pikiran) manusia.
Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, susila, dan religius. Manusia sebagai makhluk individu diartikan sebagai person atau perseorangan atau sebagai diri pribadi yang mempunyai bakat untuk dikembangkan. Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya karena manusia tidak mampu hidup sendiri. Manusia sebagai makhluk susila karena kehidupan manusia yang tidak dapat lepas dari orang lain, membuat orang harus memiliki aturan-aturan norma. Manusia sebagai makhluk religius merupakan fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Tuhannya.
Melalui proses belajar yang tepat, manusia akan menjadi makhluk yang dapat mengerti bagaimana seharusnya yang dilakukan sebagai seorang makhluk Tuhan. Manusia dapat mengembangkan pola pikirnya untuk dapat mempelajari tanda-tanda kebesaran Tuhan baik yang tersirat ataupu dengan jelas tersurat dalam lingkungan sehari-hari.
Maka dari keseluruhan perkembangan itu menjadi lengkap dan utuh dalam setiap sisinya, baik dari sisi individu, sosial, susila, maupun religius. Keutuhan dari setiap sisi tersebut dapat menjadikan manusia menjadi makhluk yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk-makhluk Tuhan yang lain.





DAFTAR PUSTAKA

Wahyudin, dkk. 2007. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas terbuka.
Dr Maurice Bucaille.1992.Asal-usul Manusia Menurut Bibel Al-Qur’an Sains.Bandung:Mizan.
Syahminan.1984.Mengenal Manusia Lewat Al-Qur’an.Bina Ilmu.
Faridah Binti Mat Angin (2010). Proses Kejadian Manusia Menurut Sains dan Alqur'anhttp://az-esei-jan2010.blogspot.com/2010/03/proses-kejadian-manusia-menurut-al.html . 20 November 2012


No comments:

Post a Comment

you say