Pengantar Pendidikan
BAB
I
PENDAHULUAN.
1.1
Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna di muka bumi ini mempunyai perbedaan dan kelebihan dengan makhluk-makhluk
lain. Akal, merupakan sesuatu hal mutlak yang dimiliki oleh manusia yang sangat berguna untuk mengatur insting serta ego
manusia itu sendiri, sehingga dapat mengapai
tujuan hidupannya.
Manusia adalah salah satu makhluk
yang diciptakan Allah SWT di samping makhluk-makhluk lain ciptaan-Nya. Adapun
sesuatu yang penting dalam manusia yang membuatnya berbeda dan sempurna dari
makhluk lain dan kreasi di dunia ini, yaitu akal(pikiran) manusia. Manusia
merupakan makhluk yang memiliki keunggulan dibanding dengan makhluk yang lain
karena manusia memiliki empat unsur, yaitu benda, hidup, insting dan naluri.
Selain itu, manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk individu sekaligus
makhluk sosial, susila, dan religius.
Dengan akal, manusia bisa mempelajari makna serta hakikat
kehidupan di muka bumi ini, tanpa akal manusia tidak mempunyai
perbedaan sedikitpun dengan makhluk yang lainnya. Akal juga membutuhkan ilmu serta pengetahuan agar bisa
berjalan sesuai dengan
fungsinya, hakikat manusia sebagai makhluk yang
selalu membutuhkan ilmu pengetahuan. Hakikat manusia bisa menjadi makhluk individual, makhluk social,
makhluk peadegogis dan manusia sebagai
mahkluk yang beragama.
1.2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana Hakekat Manusia Menurut Pandangan
Berbagai Agama, Filsafat Kuno dan Modern?
2) Bagaiman Hakikat Manusia dari Perspektif Islam?
3)
Bagaiman
Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Tuhan?
4)
Bagaimana
peran manusia sebagai khalifah di bumi?
5)
Apa
yang Dimaksud Manusia Sebagai Kesatuan Jasmani dan Rohani?
6)
Bagaimana
Pandangan
Ilmu Pengetahuan Tentang Manusia?
7)
Apa
Saja Nilai – Nilai yang Dibawa Manusia Sejak Lahir?
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Pengantar Pendidikan, sebagai tugas kelompok.
Serta dapat menjadi pengetahuan dan referensi bagi pembaca:
a) Agar pembaca mengetahui tentang hakekat
manusia dan asal usulnya, baik dipandang dari ilmu pengetahuan maupun dari segi
agama,
b) Agar pembaca mengetahui tentang hakekat
manusia sebagai mahluk Tuhan dan perannnya di muka bumi,
c) Agar manusia dapat mengambil pelajaran tentang
keberadannya di dunia baik sebagai mahluk Tuhan maupun mahluk individu dan
sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Hakekat Manusia Menurut Pandangan Berbagai Agama, Filsafat Kuno dan Modern
Untuk memahami hakekat manusia berturut2 dibahas beberapa pengertian
berdasarkan Pandangan berbagai agama, filsafat kuno maupun modern, Pandangan
para pakar biologi, psikologi
1)
Kepustakaan hindu (Ciwa) menyatakan bahwa atman manusia datang langsung
dari Tuhan (Bathara Ciwa) dan sekaligus menjadi penjelmaannya.
2) Kepustaan agama Budha menggambarkan bahwa manusia
adalah mahluk samsara, merupakan wadah dari the absolute yang hidupnya penuh
dengan kegelapan.
3)
Pendapat kaum pemikir kuno yang bercampur dengan mistik menyatakan bahwa
manusia adalah manifestasi yang paling komplit dan paling sempurna dari Tuhan
Yang Maha Esa, intisari dari semua mahluk yang memiliki kecerdasan.
4) Filosof Socrates menyatakan bahwa hakekat manusia
terletak pada budinya yang memungkinkan untuk menentukan kebenaran dan
kebaikan. Plato dan Aristoteles menyatakan hakikat manusia terletak pada
pikirnya.
5) Notonagoro mengatakan manusia pada hakekatnya
adalah mahluk mono-dualis yang merupakan kesatuan dari jiwa dan raga yg tak
terpisahkan.
6)
Para ahli biologi memandang hakekat manusia titik beratnya pada segi
jasad, jasmani, atau wadah dengan segala
perkembangannya. Pandangan ini dipelopori oleh Darwin dengan teori evolusinya.
7)
Para ahli psikologi sebaliknya menyatakan bahwa hakekat manusia adalah
rokhani, jiwa atau psikhe.
8) Pandangan dari segi agama. Hakekat manusia adalah
paduan menyeluruh antara akal, emosi dan perbuatan. Dengan hati dan akalnya
manusia terus menerus mencari kebenaran dan dianugerahi status sebagai khalifah
Allah.
Adapun terdapat pula pandangan filsafat yang berbeda yang turut menjelaskan
tentang asal usul manusia. Pandangan tersebut adalah, Evolusionisme dan
Kreasionisme:
1)
Evolusionisme:
Menurut teori ini alam semesta menjadi ada bukan karena diciptakan oleh
Sang Pencipta atau prima causa, melainkan ada dengan sendirinya. Alam semesta
berkembang dari alam itu sendiri sebagai hasil evolusi. Begitu pula dengan
proses terjadinya manusia menurut teori ini, manusia terbentuk sebagai hasil
evolusi, seperti yang kita kenal dalam teori Darwin.
2)
Kreasionisme:
Teori ini menyatakan bahwa alam semesta adalah sebagai hasil ciptaan
suatu Creative Cause atau Personality, yang kita sebut sebagai Tuhan YME (J.
Donald Butler, 1968). Jadi begitu pula dengan manusia sebagai bagian dari alam
semesta yang tebentuk dari ciptaan Tuhan YME.
Pada hakekatnya manusia memiliki karakter sebagai
berikut :
1)
Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat
menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2)
Individu
yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.
3)
Mahluk yang mampu
mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol
dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4)
Makhluk
yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai
(tuntas) selama hidupnya.
5)
Individu
yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk
ditempati
6)
Suatu
keberadaan yang berpotensi yang perwujudannya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
7)
Makhluk
Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan
jahat.
8)
Individu
yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan
martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
2.2
Hakikat Manusia dari Perspektif Islam dan Kristen
A.
Hakekat
Manusia Dalam perspektif Islam
Manusia
menurut Allah adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT dari tanah liat kering
dan diberikan ruh ke dalam jasad manusia ini dan makhluk yang dimuliakan atas
segala ciptaanNya. Allah telah menurunkan Al Qur’an yang diantara ayat-ayatNya
adalah gambaran tentang manusia.
Berbagai
istilah digunakan untuk menunjukkan aspek kehidupan manusia, diantaranya:
1. Dari aspek historis, disebut dengan Bani Adam
1. Dari aspek historis, disebut dengan Bani Adam
“Hai bani
Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan
minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesunguhnya Allah tidak
menyukai orang – orang yang berlebih – lebihan”(QS 7:31)
Menurut aspek historisnya manusia tercipta dari keturunan Adam dan Hawa
sebagai manusia pertama yang diciptakan Allah di muka bumi.
2. Dari aspek biologis, disebut dengan Basyar
“Dan
berkatalah pemuka – pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan
akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah (Kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia) (orang) ini tidak lain
hanyalah manusia (basyar) seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan dan
minum dari apa yang kamu minum”(QS 23:24)
3. Dari aspek
kecerdasan, disebut dengan Insan
“Dia menciptakan manusia (insan) dan mengajarnya pandai berbicara”
(QS 55:3-4)
4 Dari aspek sosiologis, disebut dengan An-Nas
“Wahai
manusia(nas) sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang – orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa”(QS 2:21)
5 Dari aspek posisinya,
disebut dengan Hamba
“Maka
apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang
mereka?jika Kami menghendaki niscaya Kami benamkan mereka di bumi atau Kami
jatuhkan mereka gumpalan dari langit. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar
– benar terdapat tanda ( kekuasaan Tuhan) bagi setiap hamba yang kembali
kepadanya”(QS 34:9)
Selain
istilah-istilah itu ada juga sebutan bagi manusia sesuai dengan keadaannya.
1. Makhluuq (yang diciptakan)
1. Makhluuq (yang diciptakan)
Manusia
merupakan makhluuq atau yang diciptakan dari tanah liat dan diberikan ruh ke
dalamnya oleh Allah ke dunia ini dengan tujuan hanya untuk beribadah kepada
Allah. Hal ini sesuai dengan: QS AL HIJR 28
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat : Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.Maka apabila Aku
telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan ke dalamnya ruh
(ciptaan)Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”
2. Mukarram (yang dimuliakan)
Manusia
merupakan makhluk yang juga dimuliakan. Buktinya adalah saat manusia pertama
tercipta, seluruh malaikat disuruh bersujud kepadanya (bukan untuk menyembah).
Hal ini tercantum dalam QS Al Hijr 29
“Maka
apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan ke dalamnya
ruh (ciptaan)Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”
3. Mukhayyar (yang bebas
memilih)
Manusia
selain dimuliakan, juga diberikan kebebasan untuk memilih, memilih untuk
beriman kepada Allah ataukah kafir terhadap Allah. Itu semua tergantung dari
pengetahuan yang manusia miliki tapi sesungguhnya fitrah manusia adalah beriman
kepada Allah.
4. Majziy (yang mendapat
balasan)
Sebagai
konsekuensi menjadi makhluk yang memiliki kebebasan maka manusia juga merupakan
makhluk yang kelak akan mendapat balasan di akherat. Balasan baik atau buruk,
semuanya tergantung dari perbuatan-perbuatan yang manusia lakukan di dunia ini.
Jika manusia itu berbuat baik maka di akherat akan mendapat balasan berupa
surga tapi jika perbuatan selama di dunia adalah buruk maka manusia itu akan
mendapat balasan berupa neraka.
B. Hakekat
Manusia Dalam Perspektif
Kristen
Dengan
berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi
tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan
kembali menjadi debu. (Kejadian 3:19)
Ada 2(dua)
gambaran tentang hakikat manusia dalam Alkitab yang sangat terkenal dan keduanya
tampak kontras. Pertama: manusia disebut sebagai citra, gambar atau rupa Allah
(Kej 1:27), hampir menyerupai Allah penuh kemuliaan dan hormat (Mazmur 8:5).
Ini adalah suatu ungkapan yang meninggikan manusia. Kedua: manusia justru
hanyalah debu tanah (Kej 2:7, Kej 3:19). Yang terakhir ini justru merendahkan
manusia itu. Apa artinya kedua hal itu bagi kita?
Ketika
kita merasa sedang sukses, kaya, pintar dan berkuasa baiklah kita menyadari
hakikat kemanusiaan kita yang berasal dari tanah dan kembali ke tanah (sama
seperti hewan dan tumbuhan lainnya). Betapa pun sukses, kaya, pintar dan
berkuasanya kita hidup kita di dunia ini akan berakhir. Selain itu kita tidak
membawa apa-apa ketika lahir dan juga tidak membawa apa-apa saat mati (1 Tim
6:7). Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti
bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur (1 Pet 1:24). Sebab itu
kita harus rendah hati. Tidak ada gunanya menyombongkan diri di hadapan Allah
apalagi sesama manusia.
Namun
sebaliknya ketika sekarang hidup kita justru sedang terpuruk atau dalam keadaan
miskin dan menderita, baiklah kita mengingat bahwa kita bukanlah sekadar debu
tanah, namun manusia citra, gambar atau rupa Allah. Kita mulia dan berharga di
mataNya (Yesaya 43:4). Sebab itu tidak ada alasan bagi kita merasa hina,
terlalu rendah, dan lantas berputus asa. Walaupun orang lain mungkin saja
menghina dan merendahkan diri kita, namun Allah tidak pernah melakukannya,
sebab itu kita juga tidak boleh menghina diri kita dan sesama kita.
Gambaran
manusia sebagai citra Allah dan debu tanah ini selanjutnya mau membantu kita
memahami orang lain dengan wajar dan sepantasnya, setara atau sejajar dengan
kita. Para penguasa, orang kaya, dan cendekiawan agar mengingat orang-orang
kecil sebagai citra Allah, sehingga memperlakukannya dengan hormat. Sebaliknya
orang-orang kecil agar mengingat para penguasa, orang kaya, dan cendekiawan itu
sebagai debu tanah (sama seperti dia juga) sehingga tidak tergoda menyembahnya.
2.3 Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Tuhan
Manusia di dunia ini memiliki 2 hubungan, yaitu hubungan vertikal (hubungan antara
manusia dan Tuhan) dan hubungan horizontal (hungan antara manusia dengan manusi
dan mahluk ciptaan Tuhan lainnya) yang erat kaitannya dengan peran manusia sebagai
mahluk sosial.
Di sini kita akan membahas tentang hakekat manusi sebagai mahluk Tuhan.
Manusia diciptakan
Tuhan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna
dibandingkan dengan makhluk lain. Melalui kesempurnaannya itu manusia bisa
berpikir, bertindak, berusaha, dan bisa menentukan mana yang benar dan baik. Di
sisi lain, manusia meyakini bahwa dia memiliki keterbatasan dan kekurangan.
Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh
sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia jika manusia mempercayai adanya Sang
Maha Pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan di muka bumi.
Manusia berkedudukan sebagai makhluk tuhan YME maka dalam
pengalaman hidupnya terlihat bahkan dapat kita alami sendiri adanya fenomena kemakhlukan
(M.I. Soelaeman, 1998). Fenomena kemakhlukkan ini, antara lain berupa pengakuan
atas kenyataan adanya perbedaan kodrat dan martabat manusia daripada Tuhannya. Manusia merasakan dirinya
begitu kecil dan rendah di hadapan Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Tinggi.
Manusia mengakui keterbatasan dan ketidakberdayaannya dibanding Tuhannya Yang Maha Kuasa dan Maha
Perkasa.
Manusia serba tidak tahu, sedangkan Tuhan serba Maha Tahu.
Manusia bersifat fana, sedangkan Tuhan bersifat Abadi, manusia merasakan kasih
sayang TuhanNya, namun ia pun tahu pedih siksaNya. Semua melahirkan rasa cemas
dan takut pada diri manusia terhadap tuhannya. Tetapi dibalik itu diiringi pula
dengan rasa kagum, rasa hormat, dan rasa segan karena TuhanNya begitu luhur dan
suci. Semua itu menggugah kesedian manusia untuk bersujud dan berserah diri
kepada PenciptaNya. Selain itu, menyadari akan Maha Kasih SayangNya Sang
Pencipta maka kepadaNya-lah manusia berharap dan berdoa. Dengan demikian,
dibalik adanya rasa cemas dan takut itu muncul pula adanya harapan yang
mengimplikasikan kesiapan untuk mengambil tindakan dalam hidupnya.
Dalam kehidupannya, manusia tidak
bisa meninggalkan unsur Ketuhanan. Manusia selalu ingin mencari sesuatu yang
sempurna. Dan sesuatu yang sempurna tersebut adalah Tuhan. Hal itu merupakan
fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Tuhannya.
Manusia
sebagai makhluk ciptaan tuhan bertujuan untuk mencapai tujuan baik secara
duniawi dan surgawi kebahagiaan itu dicapai bila manusia semakin menyempurnakan
dirinya. Maka manusia secara bebas mengembangkan dirinya untuk semakin menjadi
sempurna dan semakin baik. Manusia mengembangkan segi hidupnya, segi rohani,
jasmani, pribadi, sosial, budaya, akal budi, emosi, religiositasnya. Semua segi
itu perlu dikembangkan secara seimbang.
Kesempurnaan
manusia itu ternyata hanya dapat tercapai bila dalam proses penyempurnaan itu
ia menyempurnakan sesamanya dan dunia tempat dia berada. Tanpa menyempurnakan
mereka itu, manusia tidak dapat menjadi semakin sempurna. Secara sederhana itu
berarti bahwa manusia baru akan menjadi lebih baik, lebih berkembang, lebih
mendekati Tuhan bila dalam hidup ini dia berdamai dengan sesama manusia, dengan
dunia alam ini, dan tentu dengan Tuhan.
Oleh karena
fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Tuhan Yang Maha
Esa, untuk beribadah kepada Tuhan pun diperlukan suatu ilmu. Ilmu tersebut
diperoleh melalui pendidikan. Dengan pendidikan, manusia dapat mengenal siapa
Tuhannya. Dengan pendidikan pula manusia dapat mengerti bagaimana cara beribadah
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Melalui
sebuah pendidikan yang tepat, manusia akan menjadi makhluk yang dapat mengerti
bagaimana seharusnya yang dilakukan sebagai seorang makhluk Tuhan. Manusia
dapat mengembangkan pola pikirnya untuk dapat mempelajari tanda-tanda kebesaran
Tuhan baik yang tersirat ataupun dengan jelas tersurat dalam lingkungan
sehari-hari.
2.4
Peran Manusia Sebagai Khalifah di Muka Bumi
Manusia sebagai mahluk Tuhan yang
paling sempurna memiliki peran sebagai khalifah di muka bumi ini sebagai tanda
baktinya sebagai mahluk ciptaan Tuhan.
Sebenarnya sebelum ditetapkan
khalifah itu allah mengemukakan amanat itu kepada langit, bumi dan
gunung-gunung tetapi semua menolak amant itu kerana tidak menyanggupinya namun
manusia bersedia memikulnya. Hal ini telah dinyatakan di dalam Surah Al-Ahzad :
72. Oleh itu, kita sebagai khalifah seharusnya melaksanakan amanat Allah di
muka bumi tetapi pada sisinya ia melihat syaitan berusaha menyesatkan manusia
dengan tidak melaksanakan amanat Allah.
Dalam surah Al-Luqman: 20, Allah
telah menyatakan bahawa kepada siapa saja yang ada di langit dan di bumi dan
juga segala macam isi yang dikandungnya agar tunduk kepada manusia. Semua itu
dimaksudkan agar manusia dengan segala kemampuannya dapat mengolah
sumber-sumber alam. Oleh itu allah telah menyediakan prasarana pula (ilmu
pengetahuan, hidayah agama dan kitab suci). Oleh itu setiap khalifah di muka
bumi harus berpegang kepada 3 hal. Allah telah memberikan kita kemampuan berfikir
untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan kekuatan rohani
manusia untuk menghayati ajaran Allah. Allah juga telah memberikan hidayah
kepada manusia untuk mampu dengan penuh tanggungjawab dan kesedaran untuk
melakukan semua itu. (Bucailie Maurine Dr. , 1984)
Allah telah
memberikan beberapa keistimewaan kepada manusia yang menjadi khalifah.
Keistimewaan tersebut telah mengagkat derajat manusia di sisi Allah.
Keistimewaan yang telah diberikan Allah kepada manusia sebagai khalifah telah
dinyatakan dalam surah Al-Baqarah: 30, Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada malaikat bahawa aku menjadikan khalifah di muka bumi itu orang yang
membuat kerosakan padanya dan menumpahkan darah,padahal kami sentiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman sesungguhnya aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
2.5
Manusia Sebagai Kesatuan Jasmani dan Rohani
Terlalu banyak sebutan dan istilah
yang diberikan untuk makhluk-makhluk berakal pikiran ciptaan Tuhan , seperti
homo sapiens , homo rasionli ,animal social ,al-insan dan lain sebagainya.
Bentuk sebutan itu mencerminkana keragaman sifat dan sikap manusia.hal itu
dapat terjadi karena didalam diri manusia itu sendiri terdapat enam rasa yang
menjadi satu , yaitu rasa intelek , rasa agma,rasa susilah, rasa sosial, rasa
seni dan rasa harga diri/sifat ke-aku-an (muhaimin:63).
Maka tidak heran kalau sejak dulu
manusia tiada henti-hentinya berusaha membedakan antara unsur manusia yang
bersifat lahiriah dan maknawiah. Kebanyakan ahli filsafat yunani bependapat
bahwa ruh itu merupakan satu unsur yang harus , yang dapat meninggalkan badan.
Jika dia pergi dari badan, dia kembali ke alamnya yang tinggi , meluncur
keangkasa luar dan tidak mati , sebagai mana ungkapan phytagoras kepada
diasgenes(umar,1984:223).
Islam berpandangan bahwa hakikat
manusia merupakan perakitan antara badan dan ruh.islam mengatakan dengan tegas
bahwa kedua substansi ini adalah substansi alam (zuhairini :
75 ). Islam memandang permasalahan roh/ruh merupakan suatu hal yang terbatas
untuk dipelajari secara mendalam(Q.S, 17:85). Hal itu menjadi landasan bukti
walaupun banyak ilmu yang telah dimiliki oleh manusia, namun sampai kapan pun
ia tidak akan melebihi Tuhannya, dalam kaitan masalah ruh ( Basalamah, 1993:
155).
Itulah yang membedakan hasil yang
telah dicapai islam dari segi sistem kerohaniannya yang tampak pada manusia
adalah sosok tubuhnya, dalam hal efektifitas dirinya bersumber pada jiwa dan
ruh. Karena itu hidup seorang muslim haruslah diarahkan atas kerjasama yang
sempurna antara kepentingan dan kebutuhan jasmani-rohani.
Ada empat
aliran yang dikemukakan mengenai
pembentukan manusia yaitu : aliran serba zat, aliran serba ruh, aliran
dualisme, aliran eksistensialisme.
a. Aliran Serba
Zat
Aliran serba zat ini mengatakan yang
sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi, alam ini adalah zat atau
materi dan manusia adalah unsur dari alam, maka dari itu manusia adalah zat
atau materi.
Aliran ini berpendapat bahwa segala
hakekat sesuatu yang ada didunia ini ialah ruh, juga hakekat manusia adalah
ruh, adapun zat itu adalah manifestasi dari pada ruh diatas dunia ini. Fiche
mengemukakan bahwa segala sesuatu yang lain (selain ruh) yang rupanya ada dan
hidup hanyalah suatu jenis perumpamaan, perubahan atau penjelmaan dari ruh (
Gazalba, 1992: 288 ). Dasar pikiran aliran ini ialah bahwa ruh itu lebih
berharga, lebih tinggi nilainya dari pada materi. Hal ini mereka buktikan dalam
kehidupan sehari-hari, yang mana betapapun kita mencintai seseorang jika ruhnya
pisah dengan badannya, maka materi/jasadnya tidak ada artinya. Dengan demikian
aliran ini menganggap ruh itu ialah hakekat, sedangkan badan ialah penjelmaan
atau bayangan.
c. Aliran Dualisme
Aliran ini menganggap bahwa manusia
itu pada hakekatnya terdiri dari dua substransi yaitu jasmani dan rohani.
Kedudukannya substansi ini masing-masing merupakan unsur asal, yang adanya
tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari ruh, dan ruh
tidak berasal dari badan. Perwujudannya manusia tidak serba dua,
jasat dan ruh. Antara badan dan ruh terjadi sebab akibat yang mana
keduanya saling mempengaruhi.
d. Aliran
Eksistensialisme
Aliran filsafat modern berfikir
tentang hakekat manusia merupakan kewajiban eksistensi atau perwujudan
sesungguhnya dari manusia. Jadi intinya hakekat manusia itu yaitu apa yang
menguasai manusia secara menyeluruh. Disini manusia dipandang tidak dari sudut
serba zat atau serba ruh atau dualisme dari dua aliran itu, tetapi memandangnya
dari segi eksistensi manusia itu sendiri didunia ini. Filsafat berpandangan
bahwa hakekat manusia ialah manusia itu merupakan berkaitan antara badan dan
ruh. Islam secara tegas mengatakan bahwa badan dan ruh adalah substansi alam,
sedangkan alam adalah makhluk dan keduanya diciptakan oleh allah, dijelaskan
bahwa proses perkembangan dan pertumbuhan manusia menurut hukum alam material.
Pendirian islam bahwa manusia terdiri dari substansi yaitu materi dari bumi dan
ruh yang berasal dari tuhan, maka hakekat pada manusia adalah ruh sedang
jasadnya hanyalah alat yang dipergunakan oleh ruh saja. Tanpa kedua substansi
tersebut tidak dapat dikatakan manusia.
2.6 Pandangan Ilmu Pengetahuan Tentang Manusia
Hampir semua disiplin itu
pengetahuan dalam bahasannya berusaha menyelidiki dan dan mengerti tentang
makhluk yang bernama manusia. Secara khusus tujuan-tujuan pendidikan adalah
memahami dengan mendalam tentang hakekat manusia itu sendiri. Aritoteles
(384-32 SM) mengatakan bahwa manusia itu adalah hewan berakal sehat, yang
mengeluarkan pendapatnya yang berbicara berdasarkan akal pikirannya ( Zaini dan
ananto, 1986 :4) hal itu tentu saja dengan tetap menilai seperangkat perbedaan
antara manusia dengan hewan itu secara umum.
Pada awalnya ada pandangan yang mengemuka di kalangan
ahli sains yang mengungkapkan proses terjadinya manusia. Pandngan ini dikenal
sebagai teori evolusi.
Teori evolusi ini dipelopori oleh seorang ahli zoologi bernama Charles Robert Darwin (1809-1882).
Dalam teorinya ia mengatakan : "Suatu benda (bahan) mengalami
perubahan dari yang tidak sempurna menuju kepada kesempurnaan". Kemudian
ia memperluas teorinya ini hingga sampai kepada asal-usul manusia.
Menurut Darwin manusia sekarang ini adalah hasil yang paling sempurna dari
perkembangan tersebut secara teratur oleh hukum-hukum mekanik seperti halnya
tumbuhan dan hewan. Kemudian lahirlah suatu pengertian bahwa manusia yang ada
sekarang ini merupakan hasil evolusi dari kera-kera besar (manusia kera
berjalan tegak) selama bertahun-tahun dan telah mencapai bentuk yang paling
sempurna.
Tetapi dalam hal ini Darwin sendiri kebingungan karena ada beberapa jenis
tumbuhan yang tidak mengalami evolusi dan tetap dalam keadaan seperti semula.
Hal ini di antaranya merupakan kelemahan teori yang dikemukakan oleh
Darwin. Karena tidak ada titik temu antara teori yang ada dengan
kenyataan. Sebagai contoh, para ahli zoologi sangat akrab dengan suatu species
yang bernama panchronic yang tetap sama sepanjang masa.
Juga ganggang biru yang diperkirakan telah ada lebih dari satu milyar tahun
namun hingga sekarang tetap sama. Yang lebih jelas lagi adalah hewan sejenis
biawak/komodo yang telah ada sejak berjuta-juta tahun yang lalu dan hingga kini
tetap ada serta tidak mengalami perubahan.
Satu lagi masalah dari pandangan Darwin tentang “asal-usul manusia” adalah
sesuatu yang didasarkan pada begitu sedikit “bukti” hanya satu biji gigi,
potongan kecil tulang paha, dan hanya ada tiga atau empat kerangka yang
tersedia untuk melacak seluruh pembelajaran tentang evolusi manusia (Los
Angeles Times, ibid., hal. A18). Darwin berkata, “hanya ada tiga atau
empat”. Jika memang hanya ada empat maka memang seharusnya ia katakan demikian.
Itu berarti bahwa paling sedikit satu dari antaranya lebih kecil dari sebuah
fragmen. Ini berarti bahwa dengan penemuan kerangka fosil “baru” ini, yang
terbaik, hanya empat kerangka yang lengkap. Ini adalah keseluruhan dasar untuk
teori evolusi tentang “asal-usul manusia” – “hanya ada tiga atau empat”
kerangka. Ini merupakan “bukti” yang sangat lemah dan sangat sedikit untuk
suatu teori yang dipegang secara luas ini.
Di dalam teorinya Darwin berpendapat bahwa manusia berasal dari
perkembangan makhluk sejenis kera yang sederhana kemudian berkembang menjadi
hewan kera tingkat tinggi sampai akhirnya menjadi manusia. Makhluk yang tertua
yang ditemukan dengan bentuk mirip manusia adalah Australopithecus yang
diperkirakan umurnya antara 350.000 - 1.000.000 tahun dengan ukuran otak
sekitar 450 - 1450 cm3.
Perkembangan dengan perubahan volume otak ini besar pengaruhnya bagi
kecerdasan otak manusia. Australopithecus yang mempunyai volume otak rata-rata
450 cm3 berevolusi menjadi manusia kera (Neandertal) yang
mempunyai volume otak 1450 cm3. Dari penelitian ini diperkirakan
dalam waktu antara 400.000-500.000 tahun volume otak itu bertambah 1000 cm3.
Tetapi anehnya perkembangan dari Neandertal ke manusia modern sekarang ini
selama kurang lebih 100.000 tahun volume otaknya tidak berkembang. Teori ini
tidak mengemukakan alasannya.
Namun banyak juga Ahli yang mengatakan bahwa teori yang dianggap ilmiah itu
ternyata tidak mutlak karena antara teori dengan kenyataan tidak dapat
dibuktikan.
Namun kemudian
ilmu biologi membuktikan bahwa proses pembentukan manusia bukan dari kera
seperti yang dikemukakan oleh teori Darwin. Akan tetapi melalui proses
pembuahan antara sel sperma dan ovum yang terjadi dalam ruang rahim. Sel ovum
yang telah berhasil dibuahi oleh sperma kemudian melebur menjadi zigot, yang
selanjutnya berkembang minggu demi minggu sehingga menjadi fetus dan calon
manusia yang kita ketahui. Hal ini selaras dengan pandangan islam mengenai
proses terbentuknya manusia yang tercantum dalam ayat Al-Qur’an.
Menurut tinjauan islam, manusia
adalah pribadi atau individu, yang berkeluarga dan selalu bersilaturrohmi dan
mengabdi Tuhan. Manusia juga adalah pemeliharaan alam sekitar, wakil Allah SWT.
Diatas permukaan bumi ini( Muntasir, 1985 : 5). Manusia dalam pandangan islam
selalu berkaitan dengan kisah tersendiri, tidak hanya sebagai hewan tingkat
tinggi yang berkuku pipih, berjalan dengan dua kaki, berbicara. Islam memandang
manusia sebagai makhluk sempurna dibandingkan sengan hewan. Dan makhluk ciptaan
Tuhan yang lain, karena itu manusia disuruh menggunakan akalnyadan indranya
agar tidak salah memahami mana kebenaran yang sesungguhnya dan mana kebenaran
yang dibenarkan, atau dianggap benar (jalaludin dan usman said , 1994: 28).
Eksistensi manusia yang padat itulah
yang perlu (dan seharusnya) dimengerti untuk pemikiran selanjutnya. Karena pada
dasarnya manusia adalah makhluk religius, yang dengan pernyataan itu mewajibkan
manusia memperlakukan agama sebagai suatu kebenaran yang harus dipatuhi dan
diyakini ( muhaimin, 1989 : 69). Untuk itu, adalah sangat penting membangun
manusia yang sanggup melakukan pembangunan diniawi, yang mempunyai arti bagi
hidup pribadi di akherat kelak. Dengan kata lain,
usaha ilmu tersebut dalam rangka pembinaan manusia ideal merupakan progarm
utama dalam pendidikan modern ( pendidikan yang lebih maju) pada masa-masa
sekarang ini.
2.7 Nilai – Nilai yang Dibawa Manusia Sejak Lahir
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa. Manusia didudukkan sesuai dengan kodrat, harkat, martabat, hak,
dan kewajibannya.
1)
Kodrat manusia
Kodrat manusia adalah keseluruhan
sifat-sifat sah, kemampuan atau bakatbakat alami yang melekat pada manusia,
yaitu manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa. Ditinjau dan kodratnya, kedudukan manusia secara pribadi antara
lain sesuai dengan sifat-sifat aslinya, kemampuannya, dan bakat-bakat alami
yang melekat padanya.
2)
Harkat manusia
Harkat manusia artinya derajat
manusia. Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa.
3)
Martabat manusia
Martabat manusia artinya harga diri
manusia. Martabat manusia adalah kedudukan manusia yang terhormat sebagai
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berakal budi sehingga manusia mendapat
tempat yang tinggi dibanding makhluk yang lain. Ditinjau dan martabatnya,
kedudukan manusia itu lebih tinggi dan lebih terhormat dibandingkan dengan
makhluk lainnya.
4)
Hak asasi manusia
Hak asasi manusia adalah hak dasar
yang dimihiki oleh setiap manusia sebagai anugerah dan Tuhan Yang Maha Esa,
seperti hak hidup, hak milik, dan hak kebebasan atau kemerdekaan.
5)
Kewajiban manusia
Kewajiban manusia artinya sesuatu
yang harus dikerjakan oleh manusia. Kewajiban manusia adalah keharusan untuk
melakukan sesuatu sebagai konsekwensi manusia sebagai makhluk individu yang
mempunyai hak-hak asasi. Ditinjau dan kewajibannya, manusia berkedudukan sama,
artinya tidak ada diskriminasi dalam melaksanakan kewajiban hidupnya
sehari-hari.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Manusia pada hakikatnya adalah mahluk yang selalu belajar dan
dipelajari . Sifat hakekat manusia menjadi bidang kajian
filsafat, khusnya filsafat antrofologi.
hal ini menjadi keharusan oleh karena pendidikan bukanlah sekadar soal peraktek melainkan
peraktek yang berlandaskan dan bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan
pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normatif. Besifat filosofis karena
untuk mendapatkan landasan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat
mendasar,sistematis dan universal tentang ciri hakiki manusia. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan
untuk menjadi manusia. Manusia
memiliki ciri khas yang secara prinsipiil berbeda dari hewan. Ciri khas manusia
yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang
disebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara
hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat
pada hewan.
Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini sebagai makhluk
yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain. Adapun sesuatu yang
penting dalam manusia yang membuatnya berbeda dan sempurna dari makhluk lain
dan kreasi di dunia ini, yaitu akal(pikiran) manusia.
Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk individu sekaligus makhluk
sosial, susila, dan religius. Manusia sebagai makhluk individu diartikan
sebagai person atau perseorangan atau sebagai diri pribadi yang mempunyai bakat
untuk dikembangkan. Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai
warga masyarakat yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya karena manusia
tidak mampu hidup sendiri. Manusia sebagai makhluk susila karena kehidupan
manusia yang tidak dapat lepas dari orang lain, membuat orang harus memiliki
aturan-aturan norma. Manusia sebagai makhluk religius merupakan fitrah manusia
yang diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Tuhannya.
Melalui proses belajar yang tepat, manusia akan menjadi makhluk yang dapat
mengerti bagaimana seharusnya yang dilakukan sebagai seorang makhluk Tuhan.
Manusia dapat mengembangkan pola pikirnya untuk dapat mempelajari tanda-tanda kebesaran
Tuhan baik yang tersirat ataupu dengan jelas tersurat dalam lingkungan
sehari-hari.
Maka dari keseluruhan perkembangan itu menjadi lengkap dan utuh dalam
setiap sisinya, baik dari sisi individu, sosial, susila, maupun religius.
Keutuhan dari setiap sisi tersebut dapat menjadikan manusia menjadi makhluk
yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk-makhluk Tuhan yang
lain.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudin,
dkk. 2007. Pengantar Pendidikan. Jakarta:
Pusat Penerbitan Universitas terbuka.
Dr Maurice
Bucaille.1992.Asal-usul Manusia Menurut
Bibel Al-Qur’an Sains.Bandung:Mizan.
Syahminan.1984.Mengenal Manusia Lewat Al-Qur’an.Bina
Ilmu.
Faridah Binti Mat Angin (2010). Proses Kejadian Manusia Menurut Sains dan Alqur'an. http://az-esei-jan2010.blogspot.com/2010/03/proses-kejadian-manusia-menurut-al.html
. 20 November
2012
No comments:
Post a Comment
you say