Komponen-Komponen
dalam Sistem Pendidikan
Pendidikan pada
hakikatnya merupakan interaksi komponen-komponen yang esensial dalam upaya
mencapai tujuan pendidikan. Perpaduan antara keharmonisan dan keseimbangan
serta interaksi unsur esensial pendidikan, pada tahap operasional sangat
menentukan keberhasilan pendidikan.
Pendidikan sebagai
sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen. Sistem-sistem tersebut terdiri
atas instrumental input, raw input, input, process, output, environmental,
dan outcomes. Masing-masing komponen mempunyai fungsi tertentu dan secara
bersama-sama melaksanakan fungsi struktur, yaitu mencapai tujuan sistem. Namun,
pada pembahasan ini –sebagai tugas pada Mata Kuliah Pengantar Pendidikan–
komponen-komponen tersebut diidentifikasikan pada sistem pendidikan yang berupa
input, process, environmental, dan output.
A.
Input Pada Sistem Pendidikan
Input pada sistem
pendidikan dibedakan dalam tiga jenis, yaitu input mentah (raw input), input
alat (instrumental input), dan input lingkungan (environmental input). Masukan
mentah (raw input) akan diproses menjadi tamatan (output) dan input pokok dalam
sistem pendidikan adalah dasar pendidikan, tujuan pendidikan, dan anak didik
atau peserta didik.
1. Dasar Pendidikan
Pendidikan sebagai
proses timbal balik antara pendidik dan anak didik dengan melibatkan berbagai
faktor pendidikan lainnya, diselenggarakan guna mencapai tujuan pendidikan
dengan senantiasa didasari oleh nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai itulah yang
kemudian disebut sebagai dasar pendidikan.
2. Tujuan Pendidikan
Sebagai suatu komponen
pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting di antara
komponen-komponen pendidikan lainnya. Dapat dikatakan bahwa segenap komponen
dari seluruh kegiatan pendidikan dilakukan semata-mata terarah kepada atau
ditujukan untuk pencapaian tujuan tersebut. Dengan tujuan pendidikan diharapkan
terbentuknya manusia yang utuh dengan memperhatikan aspek jasmani dan rohani,
aspek diri (individualitas) dan aspek sosial, aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor, serta segi serba keterhubungan manusia dengan dirinya (konsentris),
dengan lingkungan sosial dan alamnya (horizontal), dan dengan Tuhannya
(vertikal).
3.Anak didik (Peserta
Didik)
Peserta didik berstatus
sebagai subjek didik karena peserta didik (tanpa pandang usia) adalah subjek
atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya dan ingin
mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus-menerus guna memecahkan
masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya. Ciri khas peserta didik
yang perlu dipahami oleh pendidik adalah:
Individu yang memiliki
potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik.
Individu yang sedang
berkembang.
Individu yang
membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
Individu yang memiliki
kemampuan untuk mandiri.
B.
Process Pada Sistem Pendidikan
Proses pendidikan
merupakan kegiatan mobilisasi segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah
kepada pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas proses pendidikan menggejala pada
dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya. Kedua segi
tersebut satu sama lain saling bergantung.
Adapun
komponen-komponen yang saling berkesinambungan pada proses pendidikan adalah
sebagai berikut:
1.Pendidik dan Non
Pendidik
Pendidik ialah orang
yang memikul tanggung jawab untuk membimbing. Pendidik berbeda dengan pengajar
sebab pengajar berkewajiban untuk menyampaikan materi pelajaran kepada murid,
sedangkan pendidik tidak hanya bertanggung jawab menyampaikan materi
pengajaran, tetapi juga membentuk kepribadian anak didik.
Non pendidik yang
sering disebut sebagai tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. (UU
No. 20 Tahun 2003 Pasal 1, BAB 1 Ketentuan Umum). Atau juga bisa diartikan
merupakan tenaga yang bertugas merencanakan dan melaksanakan administrasi,
pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang
proses pendidikan pada satuan pendidikan. (UU No.20 THN 2003, PSL 39 (1)).
2.Kurikulum (Materi
Pendidikan)
Materi pendidikan yang
sering juga disebut dengan istilah kurikulum karena kurikulum menunjukkan makna
pada materi yang disusun secara sistematika guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Lester D. Crow dan Alice Crow, yang melakukan penelitian tentang
hasil studi terhadap anak menyarankan hubungan salah satu komponen pendidikan,
yaitu kurikulum dengan anak didik adalah sebagai berikut:
Kurikulum hendaknya
disesuaikan dengan keadaan perkembangan anak.
Isi kurikulum hendaknya
mencakup keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dapat digunakan anak dalam
pengalamannya sekarang dan berguna untuk menghadapi kebutuhannya pada masa yang
akan datang.
Anak hendaknya didorong
untuk belajar, karena kegiatannya sendiri dan tidak sekadar menerima pasif apa
yang dilakukan oleh guru.
Materi yang dipelajari
anak harus mengikuti minat dan keinginan anak sesuai dengan taraf
perkembangannya dan bukan menurut keputusan orang dewasa tentang minat mereka.
3. Prasarana dan Sarana
Prasarana pendidikan
adalah segala macam alat yang tidak secara langsung digunakan dalam proses
pendidikan sedangkan sarana pendidikan adalah segala macam alat yang digunakan
secara langsung dalam proses pendidikan. Prasarana pendidikan dapat juga
diartikan segala macam peralatan, kelengkapan, dan benda-benda yang digunakan
guru dan murid untuk memudahkan penyelenggaraan pendidikan dan sarana
pendidikan dapat juga diartikan segala macam peralatan yang digunakan guru
untuk memudahkan penyampaian materi pelajaran.
Perbedaan sarana
pendidikan dan prasarana pendidikan adalah pada fungsi masing-masing, yaitu
sarana pendidikan untuk “memudahkan penyampaian (mempelajari) materi
pelajaran”, sedangkan prasarana pendidikan untuk “memudahkan penyelenggaraan
pendidikan”.
4. Administrasi
Administrasi pendidikan
adalah segenap kegiatan yang berkenaan dengan penataan sumber, penggunaan, dan
pertanggungjawaban dana pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan. Kegiatan
yang ada dalam administrasi pembiayaan meliputi tiga hal, yaitu: penyusunan
anggaran, pembukuan, dan pemeriksaan.
5. Anggaran
Anggaran adalah biaya
yang dipersiapkan dengan suatu rencana terperinci. Secara lebih khusus dapat
dikatakan bahwa anggaran adalah rencana yang disusun secara terorganisasikan
untuk menerima dan mengeluarkan dana bagi suatu periode tertentu.
C.
Enviromental Pada Sistem Pendidikan
Proses pendidikan
selalu dipengaruhi oleh lingkungan yang ada di sekitarnya, baik lingkungan itu
menunjang maupun menghambat proses pencapaian tujuan pendidikan. Lingkungan
yang mempengaruhi proses pendidikan tersebut, yaitu:
Lingkungan keluarga.
Lingkungan sekolah atau
lembaga pendidikan.
Lingkungan masyarakat.
Lingkungan keagamaan,
yaitu nilai-nilai agama yang hidup dan berkembang di sekitar lembaga
pendidikan.
Lingkungan sosial
budaya, yaitu nilai-nilai sosial dan budaya yang hidup dan berkembang di
sekitar lembaga pendidikan.
Lingkungan alam, baik
keadaan iklim maupun geografisnya.
Lingkungan ekonomi,
yaitu kondisi ekonomi yang ada di sekitar lembaga pendidikan dan masyarakat
sekitar.
Lingkungan keamanan,
baik keamanan di sekitar lembaga pendidikan maupun di luar lembaga pendidikan.
Lingkungan politik,
yaitu keadaan politik yang terjadi pada daerah di mana lembaga pendidikan
tersebut berdiri atau melaksanakan pendidikan.
D. Output Pada sistem
Pendidikan
Output pada sistem
pendidikan adalah hasil keluaran dari proses yang terjadi di dalam sistem
pendidikan. Adapun output pada sistem pendidikan adalah:
1. Lulusan (Tamatan)
Lulusan pendidikan
adalah hasil dari proses pendidikan agar sesuai dengan tujuan pendidikan
tersebut. Diharapkan lulusan yang dihasilkan dapat memberikan nilai-nilai
kehidupan bagi dirinya, lingkungan, dan Tuhannya. Setidaknya, lulusan tersebut
dapat mentransformasikan (mengembangkan dan melestarikan) budaya yang ada di
lingkungan, kepribadiannya dapat terbentuk dengan baik, menjadi warga negara
yang baik yang didasarkan atas landasan-landasan pendidikan, serta mampu
bersaing di dunia kerja.
Jika proses yang
terjadi di dalam komponen-komponen pendidikan yang sudah dijelaskan di atas
berjalan dengan baik tanpa adanya hambatan maka hasil lulusan tersebut pun akan
baik. Oleh sebab itu, proses berkesinambungan dari komponen-komponen pendidikan
menentukan hasil nyata dari pendidikan tersebut yang didasarkan kepada tujuan
dan dasar pendidikan.
2. Putus Sekolah
Kadang kala proses
komponen-komponen pendidikan yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang sudah
direncanakan sebab adanya hambatan yang ada pada komponen-komponen tersebut
sehingga peserta didik yang menjadi input dalam sistem pendidikan akan berhenti
untuk melangsungkan pendidikannya (putus sekolah). Dengan kata lain, putus
sekolah disebabkan oleh berbagai macam faktor hambatan pendidikan, baik dari
diri peserta didik, proses pendidikan yang terjadi, maupun lingkungan sekitar
pendidikan.
Komponen-komponen
pendidikan yang telah dijelaskan berinteraksi secara berkesinambungan saling
melengkapi dalam sebuah proses pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan.
Proses pendidikan pada hakikatnya adalah interaksi komponen tersebut dalam
sebuah proses pencarian, pembentukan, dan pengembangan sikap serta perilaku
anak didik hingga mencapai batas optimal (Mahmud, 2009: 87).
Sistem pendidikan
tersebut secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut:
KOMPONEN-KOMPONEN
PENDIDIKAN.
Setelah membahas konsiep-konsep dasar pendidikan, timbullah pemikiran tentang hal-hal apakah yang terdapat dalam proses pendidikan. Perhatian pada proses terjadinya pendidikan mengarahkan pada pemikiran tentang komponen-komponen pendidikan. Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang meiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat diaktan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.
Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya proses mendidik minimal terdiri dari 6 komponen, yaitu 1) tujuan pendidikan, 2) peserta didik, 3) isi pendidikan, dan 6) konteks yang memepengaruhi suasana pendidikan. Berikut akan diuraikan satu persatu komponen-komponen tersebut.
Tujuan Pendidikan.
Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada tujuan. Demikian juga halnya tingkah laku manusia yang bersifat dan bernilai pendidikan. Keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan didasari oleh sifat ilmu pendidikan yang normatif dan praktis. Sebagai ilmu pengetahuan normatif , ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah; norma-norma dan atau ukuran tingkahlaku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia. Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan dan atau pendidik maupun guru ialah menanamkam sistem-sistem norma tingkah-laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan danpendidik dalam suatu masyarakat (Syaifulah, 1981). Langeveld mengemukakan bahwa pandangan hidup manusia menjiwai tingkah laku perbuatan mendidik. Tujuan umum atau tujuan mutakhir pendidikan tergantung pada nilai-nilai atau pandangan hidup tertentu. Pandangan hidup yang menjiwai tingkahlaku manusia akan menjiwai tingkahlaku pendidikan dan sekaligus akan menentukan tujuan pendidikan manusia.
Langeveld mengemukakan jenis-jenis tujuan pendidikan terdiri dari tujuan umum, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tuuan kebetulan dan tujuan perantara. Pembagian jenis-jenis tujuan tersebut merupakan tinjauan dari luas dan sempit tujuan yang ingin dicapai.
Urutan hirarkhis tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum pendidikan yang terjabar mulai dari 1) Cita-cita nasional/tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945), 2) Tujuan Pembangunan Nasional (dalam Sistem Pendidikan Nasional), 4) Tujuan Institusional (pada tiap tingkat pendidikan/sekolah), 5) Tujuan kurikuler (Pada tiap-tiap bidang studi/mata pelajran atau kuliah), dan 6) Tujuan instruksional yang dibagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Denga demikian tampak keterkaitan antara tujuan instruksional yang dicapai guru dalam pembelajaran dikelas, untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari falsafah hidup yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.
Peserta Didik
Perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada usia sekolah saja memberikan konsekuensi pada pengertian peserta didik. Kalau dulu orang mengasumsikan peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya orang dewasa. Mendasarkan pada pemikiran tersebut di atas maka pembahasan peserta didik seharusnya bermuara pada dua hal tersebut di atas.
Persoalan yang berhubungan dengan peserta didik terkait dengan sifat atau sikap anak didik dikemukakan oleh Langeveld sebagai berikut :
Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, oleh sebab itu anak memiliki sifat kodrat kekanak-kanakan yang berbdeda dengan sifat hakikat kedewasaan. Anak memiliki sikap menggantungkan diri, membutuhkan pertolongan dan bimbingan baik jasmaniah maupun rohaniah. Sifat hakikat manusia dalam pendidikan ia mengemukakan anak didik harus diakui sebagai makhluk individu dualitas, sosialitas dan moralitas. Manusia sebagai mahluk yang harus dididik dan mendidik.
Sehubungan dengan persoalan anak didik disekolah Amstrong 1981 mengemukakan beberapa persoalan anak didik yang harus dipertimbangkan dalam pendidikan. Persoalan tersebut mencakup apakah latar belakang budaya masyarakat peserta didik ? bagaimanakah tingkat kemampuan anak didik ? hambatan-hambatan apakah yang dirasakan oleh anak didik disekolah ? dan bagaimanakah penguasaan bahasa anak di sekolah ? Berdasarkan persoalan tersebut perlu diciptakan pendidikan yang memperhatikan perbedaan individual, perhatian khusus pada anak yang memiliki kelainan, dan penanaman sikap dan tangggung jawab pada anak dididk.
Pendidikan
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik. Terdapat beberapa jenis pendidik dalam konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak terbatas pada pendidikan sekolah saja. Ditinjau dari lembaga pendidikan muncullah beberapa individu yang tergolong pada pendidik. Guru sebgai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun informal sebagai pendidik dilingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut diatas Syaifullah (1982) mendasarkan pada konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang termasuk kategori pendidi adalah 1) orang dewasa, 2) orang tua, 3) guru/pendidik, dan 4) pemimpin kemasyarakatan, dan pemimpin keagamaan.
Orang Dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum kepribadian orang dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh Syaifullah adalah sebagai berikut : (1) manusia yang memiliki pandangan hidup prinsip hidup yang pasti dan tetap, (2) manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu, termasuk cita-cita untuk mendidik, (3) manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atau perbuatannya sendiri dan yang akan dipertanggungjawabkan sendiri, (4) manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara konstruktif dan aktif penuh inisiatif, (5) manusia yang telah mencapai umur kronologs paling rendah 18 th, (6) manusia berbudi luhur dan berbadan sehat, (7) manusia yang berani dan cakap hidup berkeluarga, dan (8) manusia yang berkepribadian yang utuh dan bulat.
Orang Tua
Kedudukan orang tua sebgai pendidik, merupakan pendidik yang kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai pedidik utama dan yang pertama dan berlandaskan pada hubungan cinta-kasih bagi keluarga atau anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka. Kedudukan orang tua sebagai pendidik sudah berlangsung lama, bahkan sebelum ada orang yang memikirkan tentang pendidikan. Secara umum dapat dikatan bahwa semua orang tua adalah pendidik, namun tidak semua orang tua mampu melaksanakan pendidikan dengan baik. Sebagaimana telah dikemukakan dalam bahasan di atas, bahwa kemampuan untuk menjadi orang tua sama sekali tidak sejajar dengan kemampuan untuk mendidik.
Guru/Pendidik di Sekolah
Guru sebagai pendidik disekolah yang secara lagsung maupun tidak langsung mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat untuk melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan guru sebagai pendidik dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan baik persyaratan pribadi maupun persyaratan jabatan. Persyaratan pribadi didasrkan pada ketentuan yang terkait dengan nilai dari tingkah laku yang dianut, kemampuan intelektual, sikap dan emosional. Persyaratan jabatan (profesi) terkait dengan pengetahuan yang dimiliki baik yang berhubungan dengan pesan yangingin disampaikan maupun cara penyampainannya, dan memiliki filsafat pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
Selain orang dewasa, orang uta dan guru, pemimpin masyarakat dan pemimpin keagamaan merupakan pendidik juga. Peran pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin dalam mengadakan pembinaan atau bimbingan kepada anggota yang dipimpin. Pemimpin keagaam sebagai pendidik, tampak pada aktifitas pembinaan atau pengembangan sifat kerokhanian manusia, yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.
Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik
Proses pendidikan bisa terjadi apabila terdapat interaksi antara komponen-komponen pendidikan. Terutama interaksi antara pendidik dan anak didik. Interaksi pendidik dengan anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Tindakan yang dilakukan pendidik dalam interaksi tersebut mungkin berupa tindakan berdasarkan kewibawaan, tindakan berupa alat pendidikan, dan metode pendidikan.
Pendidikan berdasarkan kewibawaan dpat dicontohkan dalam peristiwa pengajaran dimana seorang guru sedang memberikan pengajaran, diantara beberapa murid membuat suatu yang menyebabkan terganggunya jalan pengajaran. Kemudian guru tersebut memberikan peringatan, maka belau ini telah melaksanakan tindakan berdasarkan kewibawaan. Dengan demikian tindakan berdasrkan kewibawaan yaitu bersumber dari orang dewasa sebagai pendidik, untuk mencapai tujuan pendidikan (tujuan kesusilaan, sosial dan lain-lain) (Syaifullah, 1982).
Alat pendidikan adalh suatu situasi atau perbuatan dengan situasi atau perbuatan tersebut akan dicapai tujuan pendidikan. Tindakan pendidik untuk menciptakan ketenangan agar tercapai tujuan pendidikan tertentu dalam proses pengajaran, atau melakukan perbuatan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, umpamanya nasihat, teguran, hukuman dan teguran agar anak mau berbakti pada orang tua.
Dalam interaksi pendidikan tidak terlepas metode atau bagaimana pendidikan dilaksanakan. Terdapat beberapa metode yang dilakukan dalam mendidik yaitu metode diktatorialm metode liberal dan metode demokratis (Suwarno, 1981). Metode diktatoral bersumber dari teori empiris yang menyatakan bahwa perkembagan manusia semata-mata ditentukan oleh faktor diluar manusia, sehingg pendidikan bersifat maha kuasa. Sikap ini menimbulkan sikap diktator dan otoriter, pendidik yang menentukan segalanya.
Metode liberal bersumber dari pendirian Naturalisme yang berpendapat bahwa perkembangan manusia itu sebagian besar ditentukan oleh kekuatan dari dalam yang secara wajar atau kodrat ada pada diri manusia. Pandangan ini menimbulkan sikap bahwa pendidik jangan terlalu banyak ikut campur terhadap perkembangan anak. Biarkanlah anak berkembang sesuai denan kodratnya secara bebas atau liberal.
Metode demokratis bersumber dari teori konvergensi yang mengatakan bahwa perkembangan manusia itu tergantung pada faktor dari dalam dan dari luar. Di dalam perkembangan anak kita tidak boleh bersifat mengasai anak, tetapi harus bersifat membimbig perkembangan anak. Di sini tampak bahwa pendidik dan anak didik sama-sama penting dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan. Ki Hadjar Dewantoro melahirkan asas pendidikan yang sesuai dengan metode demokratis, yaitu Tut Wuri Handayani, ing madyo mangun karsa,ing ngarsa asung tulada artinya pendidik itu kadang-kadang mengikuti dari belakang, kadang-kadang harus ditengah-tengah berdampingan dengan anak dan kadang-kadang harus didepan untuk memberi contoh atau tauladan.
Isi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/bahan yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal. Isi pendidikan berkaitan dengan tujuan pendidikan, dan berkaitan dengan manusia ideal yang dicita-citakan. Untuk mencapai manusia yang ideal yang berkembang keseluruhan sosial, susila dan individu sebagai hakikat manusia perlu diisi dengan bahan pendidikan. Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama., pendidikan moril, pendidikan estetis, pendidikan sosial, pendidikan civic, pendidikan intelektual, pendidikan keterampilan dan peindidikan jasmani.
Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak membatasi pendidikan pada sekolah saja. Lingkungan pendidikan dapat dikelompokkan berdasarkan lingkungan kebudayaan yang terdiri dari lingkungan kurtural ideologis, lingkungan sosial politis, lingkungan sosial anthropologis, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan iklim geographis. Ditinjau dari hubungan lingkungan denan manusia dapat dikelompokkan menjadi lingkungan yang tidak dapat diubah dan lingkungan yang dapat diubah atau dipengaruhi, dan lingkungan yang secara sadar dan sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari sudut tinjauan lain Langeveld linkgungan pendidikan menjadi lingkunganyang bersifat pribadi atau pergaulan dan lingkungan yang bersifat kenedaan, segala sesuatu yang ada di sekeliling anak.
Keseluruhan komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Setelah membahas konsiep-konsep dasar pendidikan, timbullah pemikiran tentang hal-hal apakah yang terdapat dalam proses pendidikan. Perhatian pada proses terjadinya pendidikan mengarahkan pada pemikiran tentang komponen-komponen pendidikan. Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang meiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat diaktan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.
Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya proses mendidik minimal terdiri dari 6 komponen, yaitu 1) tujuan pendidikan, 2) peserta didik, 3) isi pendidikan, dan 6) konteks yang memepengaruhi suasana pendidikan. Berikut akan diuraikan satu persatu komponen-komponen tersebut.
Tujuan Pendidikan.
Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada tujuan. Demikian juga halnya tingkah laku manusia yang bersifat dan bernilai pendidikan. Keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan didasari oleh sifat ilmu pendidikan yang normatif dan praktis. Sebagai ilmu pengetahuan normatif , ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah; norma-norma dan atau ukuran tingkahlaku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia. Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan dan atau pendidik maupun guru ialah menanamkam sistem-sistem norma tingkah-laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan danpendidik dalam suatu masyarakat (Syaifulah, 1981). Langeveld mengemukakan bahwa pandangan hidup manusia menjiwai tingkah laku perbuatan mendidik. Tujuan umum atau tujuan mutakhir pendidikan tergantung pada nilai-nilai atau pandangan hidup tertentu. Pandangan hidup yang menjiwai tingkahlaku manusia akan menjiwai tingkahlaku pendidikan dan sekaligus akan menentukan tujuan pendidikan manusia.
Langeveld mengemukakan jenis-jenis tujuan pendidikan terdiri dari tujuan umum, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tuuan kebetulan dan tujuan perantara. Pembagian jenis-jenis tujuan tersebut merupakan tinjauan dari luas dan sempit tujuan yang ingin dicapai.
Urutan hirarkhis tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum pendidikan yang terjabar mulai dari 1) Cita-cita nasional/tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945), 2) Tujuan Pembangunan Nasional (dalam Sistem Pendidikan Nasional), 4) Tujuan Institusional (pada tiap tingkat pendidikan/sekolah), 5) Tujuan kurikuler (Pada tiap-tiap bidang studi/mata pelajran atau kuliah), dan 6) Tujuan instruksional yang dibagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Denga demikian tampak keterkaitan antara tujuan instruksional yang dicapai guru dalam pembelajaran dikelas, untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari falsafah hidup yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.
Peserta Didik
Perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada usia sekolah saja memberikan konsekuensi pada pengertian peserta didik. Kalau dulu orang mengasumsikan peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya orang dewasa. Mendasarkan pada pemikiran tersebut di atas maka pembahasan peserta didik seharusnya bermuara pada dua hal tersebut di atas.
Persoalan yang berhubungan dengan peserta didik terkait dengan sifat atau sikap anak didik dikemukakan oleh Langeveld sebagai berikut :
Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, oleh sebab itu anak memiliki sifat kodrat kekanak-kanakan yang berbdeda dengan sifat hakikat kedewasaan. Anak memiliki sikap menggantungkan diri, membutuhkan pertolongan dan bimbingan baik jasmaniah maupun rohaniah. Sifat hakikat manusia dalam pendidikan ia mengemukakan anak didik harus diakui sebagai makhluk individu dualitas, sosialitas dan moralitas. Manusia sebagai mahluk yang harus dididik dan mendidik.
Sehubungan dengan persoalan anak didik disekolah Amstrong 1981 mengemukakan beberapa persoalan anak didik yang harus dipertimbangkan dalam pendidikan. Persoalan tersebut mencakup apakah latar belakang budaya masyarakat peserta didik ? bagaimanakah tingkat kemampuan anak didik ? hambatan-hambatan apakah yang dirasakan oleh anak didik disekolah ? dan bagaimanakah penguasaan bahasa anak di sekolah ? Berdasarkan persoalan tersebut perlu diciptakan pendidikan yang memperhatikan perbedaan individual, perhatian khusus pada anak yang memiliki kelainan, dan penanaman sikap dan tangggung jawab pada anak dididk.
Pendidikan
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik. Terdapat beberapa jenis pendidik dalam konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak terbatas pada pendidikan sekolah saja. Ditinjau dari lembaga pendidikan muncullah beberapa individu yang tergolong pada pendidik. Guru sebgai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun informal sebagai pendidik dilingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut diatas Syaifullah (1982) mendasarkan pada konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang termasuk kategori pendidi adalah 1) orang dewasa, 2) orang tua, 3) guru/pendidik, dan 4) pemimpin kemasyarakatan, dan pemimpin keagamaan.
Orang Dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum kepribadian orang dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh Syaifullah adalah sebagai berikut : (1) manusia yang memiliki pandangan hidup prinsip hidup yang pasti dan tetap, (2) manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu, termasuk cita-cita untuk mendidik, (3) manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atau perbuatannya sendiri dan yang akan dipertanggungjawabkan sendiri, (4) manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara konstruktif dan aktif penuh inisiatif, (5) manusia yang telah mencapai umur kronologs paling rendah 18 th, (6) manusia berbudi luhur dan berbadan sehat, (7) manusia yang berani dan cakap hidup berkeluarga, dan (8) manusia yang berkepribadian yang utuh dan bulat.
Orang Tua
Kedudukan orang tua sebgai pendidik, merupakan pendidik yang kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai pedidik utama dan yang pertama dan berlandaskan pada hubungan cinta-kasih bagi keluarga atau anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka. Kedudukan orang tua sebagai pendidik sudah berlangsung lama, bahkan sebelum ada orang yang memikirkan tentang pendidikan. Secara umum dapat dikatan bahwa semua orang tua adalah pendidik, namun tidak semua orang tua mampu melaksanakan pendidikan dengan baik. Sebagaimana telah dikemukakan dalam bahasan di atas, bahwa kemampuan untuk menjadi orang tua sama sekali tidak sejajar dengan kemampuan untuk mendidik.
Guru/Pendidik di Sekolah
Guru sebagai pendidik disekolah yang secara lagsung maupun tidak langsung mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat untuk melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan guru sebagai pendidik dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan baik persyaratan pribadi maupun persyaratan jabatan. Persyaratan pribadi didasrkan pada ketentuan yang terkait dengan nilai dari tingkah laku yang dianut, kemampuan intelektual, sikap dan emosional. Persyaratan jabatan (profesi) terkait dengan pengetahuan yang dimiliki baik yang berhubungan dengan pesan yangingin disampaikan maupun cara penyampainannya, dan memiliki filsafat pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
Selain orang dewasa, orang uta dan guru, pemimpin masyarakat dan pemimpin keagamaan merupakan pendidik juga. Peran pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin dalam mengadakan pembinaan atau bimbingan kepada anggota yang dipimpin. Pemimpin keagaam sebagai pendidik, tampak pada aktifitas pembinaan atau pengembangan sifat kerokhanian manusia, yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.
Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik
Proses pendidikan bisa terjadi apabila terdapat interaksi antara komponen-komponen pendidikan. Terutama interaksi antara pendidik dan anak didik. Interaksi pendidik dengan anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Tindakan yang dilakukan pendidik dalam interaksi tersebut mungkin berupa tindakan berdasarkan kewibawaan, tindakan berupa alat pendidikan, dan metode pendidikan.
Pendidikan berdasarkan kewibawaan dpat dicontohkan dalam peristiwa pengajaran dimana seorang guru sedang memberikan pengajaran, diantara beberapa murid membuat suatu yang menyebabkan terganggunya jalan pengajaran. Kemudian guru tersebut memberikan peringatan, maka belau ini telah melaksanakan tindakan berdasarkan kewibawaan. Dengan demikian tindakan berdasrkan kewibawaan yaitu bersumber dari orang dewasa sebagai pendidik, untuk mencapai tujuan pendidikan (tujuan kesusilaan, sosial dan lain-lain) (Syaifullah, 1982).
Alat pendidikan adalh suatu situasi atau perbuatan dengan situasi atau perbuatan tersebut akan dicapai tujuan pendidikan. Tindakan pendidik untuk menciptakan ketenangan agar tercapai tujuan pendidikan tertentu dalam proses pengajaran, atau melakukan perbuatan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, umpamanya nasihat, teguran, hukuman dan teguran agar anak mau berbakti pada orang tua.
Dalam interaksi pendidikan tidak terlepas metode atau bagaimana pendidikan dilaksanakan. Terdapat beberapa metode yang dilakukan dalam mendidik yaitu metode diktatorialm metode liberal dan metode demokratis (Suwarno, 1981). Metode diktatoral bersumber dari teori empiris yang menyatakan bahwa perkembagan manusia semata-mata ditentukan oleh faktor diluar manusia, sehingg pendidikan bersifat maha kuasa. Sikap ini menimbulkan sikap diktator dan otoriter, pendidik yang menentukan segalanya.
Metode liberal bersumber dari pendirian Naturalisme yang berpendapat bahwa perkembangan manusia itu sebagian besar ditentukan oleh kekuatan dari dalam yang secara wajar atau kodrat ada pada diri manusia. Pandangan ini menimbulkan sikap bahwa pendidik jangan terlalu banyak ikut campur terhadap perkembangan anak. Biarkanlah anak berkembang sesuai denan kodratnya secara bebas atau liberal.
Metode demokratis bersumber dari teori konvergensi yang mengatakan bahwa perkembangan manusia itu tergantung pada faktor dari dalam dan dari luar. Di dalam perkembangan anak kita tidak boleh bersifat mengasai anak, tetapi harus bersifat membimbig perkembangan anak. Di sini tampak bahwa pendidik dan anak didik sama-sama penting dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan. Ki Hadjar Dewantoro melahirkan asas pendidikan yang sesuai dengan metode demokratis, yaitu Tut Wuri Handayani, ing madyo mangun karsa,ing ngarsa asung tulada artinya pendidik itu kadang-kadang mengikuti dari belakang, kadang-kadang harus ditengah-tengah berdampingan dengan anak dan kadang-kadang harus didepan untuk memberi contoh atau tauladan.
Isi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/bahan yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal. Isi pendidikan berkaitan dengan tujuan pendidikan, dan berkaitan dengan manusia ideal yang dicita-citakan. Untuk mencapai manusia yang ideal yang berkembang keseluruhan sosial, susila dan individu sebagai hakikat manusia perlu diisi dengan bahan pendidikan. Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama., pendidikan moril, pendidikan estetis, pendidikan sosial, pendidikan civic, pendidikan intelektual, pendidikan keterampilan dan peindidikan jasmani.
Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak membatasi pendidikan pada sekolah saja. Lingkungan pendidikan dapat dikelompokkan berdasarkan lingkungan kebudayaan yang terdiri dari lingkungan kurtural ideologis, lingkungan sosial politis, lingkungan sosial anthropologis, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan iklim geographis. Ditinjau dari hubungan lingkungan denan manusia dapat dikelompokkan menjadi lingkungan yang tidak dapat diubah dan lingkungan yang dapat diubah atau dipengaruhi, dan lingkungan yang secara sadar dan sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari sudut tinjauan lain Langeveld linkgungan pendidikan menjadi lingkunganyang bersifat pribadi atau pergaulan dan lingkungan yang bersifat kenedaan, segala sesuatu yang ada di sekeliling anak.
Keseluruhan komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Komponen-komponen yang
memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya proses mendidik
minimal terdiri dari 6 komponen, yaitu :
Tujuan Pendidikan
Peserta Didik
Pendidik
Metode Pendidikan
Isi Pendidikan / Materi
Pendidikan
Lingkungan Pendidikan
Alat dan Fasilitas
Pendidikan
Berikut akan diuraikan
satu persatu komponen- komponen tersebut.
1. Tujuan
Pendidikan
Tingkah laku manusia,
secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada tujuan. Demikian juga halnya
tingkah laku manusia yang bersifat dan bernilai pendidikan. Keharusan
terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan didasari oleh sifat ilmu pendidikan
yang normative dan praktis.
a. Ilmu pengetahuan
normatif
Sebagai ilmu
pengetahuan normative, ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma
atau ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia.[2]
b. Ilmu pengetahuan
praktis
Tugas pendidikan atau
pendidik maupun guru ialah menanamkan sistem-sistem norma tingkah laku
perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga
pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat.[3]
Tujuan umum pendidikan
tergantung pada nilai-nilai atau pandangan hidup tertentu. Pandangan hidup yang
menjiwai tingkah laku manusia akan menjiwai tingkah laku pendidikan dan
sekaligus akan menentukan tujuan pendidikan manusia.
2. Peserta
Didik
Peserta didik sangat
menunjang dalam proses pendidikan, dengan perkembangan konsep pendidikan yang
tidak hanya terbatas pada usia sekolah saja memberikan konsekuensi pada
pengertian peserta didik. Kalau dulu orang mengansumsikan peserta didik terdiri
dari anak-anak pada usia sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan
termasuk juga didalamnya orang dewasa.
3. Pendidik
Salah satu komponen
penting dalam pendidikan adalah pendidik. Terdapat beberapa jenis pendidik
dalam konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak terbatas pada
pendidik di sekolah saja. Ditinjau dari lembaga pendidikan muncullah beberapa
individu yang tergolong pada pendidik. Guru sebagai pendidik dalam lembaga
sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan
masyarakat baik formal maupun nonformal sebagai pendidik dilingkungan
masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut yang termasuk kategori pendidik
adalah sebagai berikut :
a. Orang Dewasa
Orang dewasa sebagai
pendidik dilandasi oleh sifat umum kepribadian orang dewasa, sebagaimana
dikemukakan oleh syaifullah yaitu, manusia yang memiliki pandangan hidup yang
pasti dan tetap, manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup
tertentu termasuk cita-cita untuk mendidik.
b. Orang
Tua
Kedudukan orang tua
sebagai pendidik, merupakan pendidik yang kodrati dalam lingkungan keluarga.
Artinya orang tua sebagai pendidik utama dan yang pertama yang berlandaskan
pada hubungan cinta kasih bagi keluarga atau anak yang lahir di lingkungan
keluarga mereka.
Kedudukan orang tua
sebagai pendidik sudah berlangsung lama, bahkan sebelum ada orang yang
memikirkantentang pendidikan.
c. Guru/Pendidik
di Sekolah
Guru sebagai pendidik
di sekolah yang secara langsung maupun tidak langsung mendapat tugas dari orang
tua atau masyarakat untuk melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan guru
sebagai pendidik harus memenuhi persyaratan-persyaratan baik persyaratan
pribadi maupun persyaratan jabatan. Persyaratan pribadi didasarkan pada
ketentuan yang terkait dengan nilai dari tingkah laku yang dianut, kemampuan
intelektual, sikap dan emosional. Persyaratan jabatan (profesi) terkait dengan
pengetahuan yang dimiliki baik yang berhubungan dengan pesan yang ingin
disampaikan maupun cara penyampainnya dan memiliki filsafat pendidikan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
d. Pemimpin
Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
Peran pemimpin masyarakat
menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin dalam mengadakan pembinaan
atau bimbingan kepada anggota yang dipimpin. Pemimpin keagamaan sebagai
pendidik tampak pada aktifitas pembinaan atau pengembangan sifat kerokhanian
manusia, yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.
4. Metode
Pendidikan
Dalam interaksi
pendidikan tidak terlepas dari metode atau bagaimana pendidikan dilaksanakan.
Terdapat beberapa metode yang dilakukan dalam mendidik,yaitu :
Metode Diktatoral
Metode ini bersumber dari
teori empiris yang menyatakan bahwa perkembangan manusia semata-mat ditentukan
oleh faktor luar manusia. Metode ini menimbulkan sikap dictator dan otoriter,
pendidik yang menentukan segalanya.[4]
Metode Liberal
Bersumber dari
pendirian Naturalisme yang berpendapat bahwa perkembangan manusia itu sebagian
besar ditentukan oleh kekuatan dari dalam yang secara wajar ada pada diri
manusia. Pandangan ini menimbulkan sikap bahwa pendidik jangan terlalu banyak
ikut campur terhadap perkembangan anak. Membiarkan anak berkembang sesuai
dengan kodratnya secara bebas.
Metode Demokratis
Bersumber dari teori
konvergen yang mengatakan bahwa perkembangan manusia itu tergantung pada faktor
dari dalam dan dari luar. Didalam perkembangan anak kita tidak boleh bersifat
menguasai anak, tetapi harus bersifat membimbing perkembangan anak. Disini
tampak bahwa pendidik dan anak didik sama-sama penting dalam proses pendidikan
untuk mencapai tujuan.
5. Isi
Pendidikan/Materi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki
kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan
perlu disampaikan kepada peserta didik isi/materi yang biasanya disebut
kurikulum dalam pendidikan formal.Macam-macam pendidikan tersebut terdiri dari
pendidikan agama, pendidikan social, pendidikan keterampilan, pendidikan
jasmani dll.
6. Lingkungan
Pendidikan
Lingkungan pendidikan
meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. Hal ini didasarkan pada
pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak membatasi
pendidikan pada sekolah saja. Dalam artian yang sederhana lingkungan pendidikan
adalah segala sesuatu yang ada di sekeliling anak didik dan komponen-komponen
pendidikan yang lain.
7. Alat
dan Fasilitas Pendidikan
Alat dan fasilitas
pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan, dengan adanya
fasilitas-fasilitas pendidikan maka proses pendidikan akan berjalan dengan
lancar sehingga tujuan pendidikan akan mudah dicapai. Misalnya
laboratorium lengkap dengan alat-alat percobaannya, internet dll.
No comments:
Post a Comment
you say