IBX5A82D9E049639

Sunday, 26 February 2017

Pengantar Pendidikan

Pengantar Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

            A.    Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dimuka bumu ini. Ia memiliki ciri-ciri fisik yang khas, juga dilengkapidengan kemampuan intelegensia dan daya nalaryang tinggi sehingga menjadikan ia mampu berfikir, berbuat, dan bertindak kearah perkembangannya sebagai manusia yang utuh. Kemampuan itulah yang tak dimiliki oleh makhluk Tuhan lainnya seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan. Dalam kaitannya dengan perkembangan individu, manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik yang sifatnya kedewasaan fisik jasmani maupun kedewasaan psikis rohani. Oleh sebabitu, untuk menuju kearah perkembangan manusia yang optimal sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya, manusiamemerlukan pendidikan sebagai suatu proses dan usaha sadar untuk lebih memanusiakan manusia.

            B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Apa saja kajian tentang kajian hakikat manusia?
2.      Apa saja kajian tentang tujuan penciptaan manusia?
3.      Bagaimana kewajiban manusia sebagai khalifah?
           C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuannya adalah:
1.      Untuk mengetahui apa saja kajian tentang hakikat manusia.
2.      Untuk mengetahua apa saja kajian tentang tujuan penciptaan manusia.
3.      Untuk mengetahui kewajiban manusia sebagai khalifah.

                                               BAB II
PEMBAHASAN

            A.    Pengertian Hakikat Manusia
Sajian tentang hakikat manusia padadasarnya menyoal dua persoalan pokok. Pertama, telaah tentang manusia atau hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dimuka bumi ini. Kedua, telaah tentang sifat manusia dan karakteristik yang menjadi ciri khususnya, serta hubungannya dengan fitrah manusia.[1]
Banyak terlontar berbagai pandangan tentang hakikat manusia dan kemanusiaan yang dihubungkan dengan sifat dan ciri hakikat yang ada pada manusia itu sendiri. Ragam pemahaman tentang hakikat manusia tersebut dapat dikaji dalam bahan berikut:
1.     Homo religius: pandangan tentang sosok manusia dan hakikat manusia sebagai makhluk yang beragama. Manusia diciptakan Tuhan yang Maha Esa dimuka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain ciptaannya. Melalui kesempurnaannya itulah manusia bisa berfikir, bertindak, berusaha, dan bisa menentukan mana yang benar dan manayang baik. Disisi lain manusia, meyakni bahwa ia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pencipta alam semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia, pada hakikatnya manusia adalah sebagai makhluk religius yang mempercayai adanya Sang Maha Pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan dimuka bumi ini.
2.     Homo sapien: pemahaman tentang hakikat manusia sebagai makhluk yang bijaksana dan dapat berpikir atau sebagai animal rationale. Hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan yang paling tinggi dan mulia. Hal ini disebabkan oleh kemampuan manusia memiliki akal, pemikiran, rasio, daya nalar, cipta dan karsa, sehingga manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya. Manusia sebagai suatu organismekehidupan dapat tumbuh dan berkembang. Namun yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya adalah manusia memiliki daya pikir, sehingga ia bisa berbicara, berpikir, berbuat, belajar, dan memiliki cita-cita sebagai dambaan dalam menjalankan kehidupannya yang lebih baik.
3.     Manusia sebagai makhluk etis dan estetis: hakikat manusia pada dasarnya sebagai makhluk yang memiliki kesadaran susila (etika) dalam arti ia dapat memahami norma-norma sosial  dan mampu berbuat sesuai dengan norma dan kaidah etika yang diyakininya. Sedangkan makna estetis yaitu pemahaman tentang hakikat manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa keindahan (sense of beauty) dan rasa estetika (sense of estetics). Sosok manusia yang mempunyai citra, rasa, dan dimensi keindahan atau estetika lainnya.
4.     Homo faber: pemahaman tentang hakikat manusia sebagai makhluk yang berpiranti (perkakas). Manusia dengan akal dan keterampilan tangannya dapat menciptakan atau menghasilkan sesuatu (sebagi produsen) dan pada pihak lain ia juga menggunakan karya lain (sebagai konsumen) untuk kesejahteraan dan kemakmuran hidupnya.  Melalui kemampuan dan daya pikir yang dimilikinya, serta ditujang oleh daya cipta dan karsa, manusia dapat berkiprah lebih luas dalam tatanan organisasi kemasyarakatan menuju kehidupan yang lebih baik.
5.     Manusia sebagai homini socius: kendati manusia sebagai makhluk individu, makhluk yang memiliki jati diri, yang memiliki ciri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun pada saat yang bersamaan manusia sebaga kawan sosial bagi manusia lainnya.[2] Ia senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya.[3] Ia berhubungan satu sama lain dan membentuk suatu masyarakat tertentu.[4] Walaupun terdapat pendapat yang berlawanan,ada yang menyebut manusia adalah serigala bagi manusia lain (homo homini lupus). Pemahaman yang terakhir inilah yang harus dihindarkan agar tidak terjadi malapetaka dimuka bumi ini. Sejarah telah membuktikan, terjadinya perang saudara ataupun pertikaian antarbangsa, pada akhirnya hanya membuahkan derajat perdaban manusia semakin tercabik-cabik dan terhempaskan.
Dari deskripsi diatas, jelaslah terdapat ragam pemahaman tentang manusia yang bersendi pada karakteristik atau ciri manusia itu sendiri. Begitu kompleksnya hakikat manusia dan kemanusiaan, serta tak hanya terbatas pada dimensi ragawi atau dimensi kejiwaan, terlontar pemahaman lain tentang hakikat manusia dan kemanusiaan yaitu: manusia sebagai makhluk yang monodualis dan manusia sebagai makhluk yang monopluralis.
Hal yang pertama, manusia sebagai makhluk monodualis memberi makna bahwa sosok manusia terdiri dari dua segi yang tak terpisahkan satu sama lain, yaitu hakikat manusia yang ditilik dari segi jiwa dan raga. Atau sosok manusia yang ditoleh dari segi individu dan sosial. Hakikat manusia dari segi jiwa dan raga ataupun individual dan sosial, tampaknya tak dapat dipisahkan satu sama lain. Ia merupakansatu kesatuan yang merefleksikan gambaran utuh tentang manusia dengan segala dimensi kemanusiaanya.
Hal yang kedua, manusia sebagai monopluralis. Artinya aspek manusia dengan kemanusiaanya terdiri dari banyak segi dan ragam dimensi, tetapi merupakan suatu kesatuan. Langeveld misalnya, menyebut tiga inti hakiki kemanusiaan yaitu manusia sebagai amkhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk susila, ketiga aspek tersebut merupakan kesatuan, dan tak dapat dipisahkan satu sama lain.

         B.    Tujuan Penciptaan Manusia
Manusia dilahirkan dengan susunan tubuh yang tidak begitu saja dapat melakukan fungsinya. Perkembangan manusia melalui suatu proses yang kompleks, baik perkembangan fisik maupun proses atau perkembangan kejiwaan. Agar manusia dapat hidup secara wajar, maka ia dituntut untuk memanfaatkan daya pikirnya dan berbuat sesuatu untuk kehidupan yang lebih baik. Atau paling tidak ia harus bisa melakukan penyesuaian dengan lingkungan alam sekitar misalnya, susunan tubuh manusia tidak begitu saja dapat bertahan didaerah dingin bersalju apabila ia ingin bertahan hidup maka ia harus mampu membuat pakaian yang tebal dan hangat yang dapat melindungi dirinya dari dingin yang menusuk dada.
Sejak manusia lahir sampai akhirnya meninggal dunia manusia memerlukan kerja sama dengan orang lain. Dalam zaman dan peradaban manusia yang semakin maju dan modern, secara langsung maupun tak langsung, manusia memerlukan hasil karya atau jasa manusia lainnnya untuk memenuhi hajat didupnya secara lebih baik. Malahan dalam kondisi masyarakat yang semakin maju kecenderungan saling membutuhkan atau ketergantungan satu sama lain ( interdependecy) sangat terasa. Dalam kondisi itulah, manusia memerlukan bantuan dan jasa orang lain demi kelangsungan hidup secara layak dan lebih baik. Misalnya pada zaman modern, manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri semisal membuat pakaian dari kulit binatang atau kulit pohon. Ia pasti memerlukan orang lain, dari mulai kebutuhan bahan kain sampai pada jasa penjahit pakaian. Tidak hanya sebatas pada segi badaniah saja manusia membutuhkan kerjasama dan jasa orang lain, tetapi manusia juga sebagai makhluk yang berperasaan, manusia memerlukan tanggapan emosional dari orang lain[5]. Manusia sangat memerlukan pengertian, kasih sayang, harga diri, pengakuan, rasa cinta, dan dicintai ataupun bentuk tanggapan emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh manakala manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan masyarakat. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh manakala manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan masyarakat.
Inilah kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan, makhluk pribadi ataupun manusia sebagai makhluk sosial. Bertitik dolak dari hakikat manusia dan kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial, sosok manusia merupakan suatu kesatuan yang bulat serta harus dikembangkan secara selaras, serasi dan seimbang. Oleh sebab itu, harus diyakini bahwa manusia akan bermakna dan memiliki arti manakala ia hidup bersama orang lain dalam suatu tatanan kemasyarakatan. Tidak mungkin manusia hidup terus menerus dalam kesendirian dan keterasingan disisi lain, dalam upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, terkadang ditemukan kendala dan permasalahan yang harus dihadapi manusia itu sendiri. Untuk memecahkan masalah tersebut, kemampuan dan keterampilan manusia patut dibina atau dikembangkan, baik pengalaman ataupun kemampuan yang bersifat pengetahuan, keterampilan atau sikap. Disinilah tampak ada garis merah yang menghubung antara hakikat manusia dengan interaksi sosial dan hubungan dengan garapan pendidikan guna lebih memanusiakan manusia.
Walaupun manusia berasal dari alam dan dari kehidupan yang terdapat didalamnya, tetapi manusia berbeda dengan makhluk Allah lainnya dengan perbedaan yang sangat besar karena adanya karunia Allah yang diberikan kepadanya yaitu akal dan pemahaman. Itulah sebab dari adanya penundukan semua yang ada didalam ini untuk manusia sebagai rahmat dan karunia Allah SWT. Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah. Allah telah menundukan bagi kalian matahari dan bulan yang terus beredar.
Adapun ayat yang berbunyi, dan Dia telah menundukan pula bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar dalam orbitnya, dan telah menundukan bagimu malam dan siang. Dan ayat lainnya yang menjelaskan apa yang telah Allah karuniakan kepada manusia berupa nikmat akal dan pemahaman serta derifat (turunan) dari apa yang telah allah tundukan kepada manusia itu sehingga mereka dapat memanfaatkan sesuai dengan keinginan mereka dengan berbagai cara yang mereka lakukan. Kedudukan akal dalam islam adalah suatu kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan makhluk-makhluknya yang lain. Dengannya manusia dapat membuat hal-hal yang dapat mempermudah urusan mereka didunia. Namun, segala yang dimiliki manusia ada keterbatasan-keterbatasannya sehingga ada pagar-pagar yang tidak boleh dilewati.  Hasil penelitian Al-Qur’an yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulannya manusia terdiri dari unsur-unsur jasad, ruh, nafs.[6]
1.          Jasad
Jasad merupakan bentuk lahiriah manusia, yang dalam Al-Qur’an dinyatakan di ciptakan dari tanah. Diciptakan dari tanah diungkapkan lebih lanjut melalui proses yang dimulai dari sari pati makanan, disimpan dalam tubuh sampai semuanya menjadi sperma atau ovum (sel telur), yang keluar dari tulang sulbi (laki-laki) dan tulang depan (saraib) perempuan. Sperma dan ovum bersatu dan bergantung dalam rahim kandungan seorang ibu (alaqah), kemudian menjadi yang dililiti daging dan kemudian diisi tulang dan dibalut lagi dengan daging. Setelah berumur sembilan bulan, ia lahir ke bumi dengan dorongan suatu kekuatan ruh ibu, menjadikan ia seorang anak manusia. Meskipun wujudnya suatu jasad yang berasal dari sari pati makanan, nilai-nilai kejiwaan untuk terbentuknya jasad ini harus diperhatikan. Untuk dapat mewujudkan sperma dan ovum berkualitas tinggi, baik dari segi materinya maupun nilainya, Al-Qur’an mengharapkan agar umat manusia selalu memakan makanan yang halal thayyiban (surat Al-baqarah:168, Surat Al-maidah 88, dan Surat Al-anfal 69). Halal bermakna suci dan berkualitas dari segi nilai Allah. Sedangkan kata thayyiban bermakna, bermutu dan berkualitas dari segi materinya.
2.          Ruh
Ruh adalah daya (sejenis makhluk/ciptaan) yang ditiupkan Allah kepada janin dalam kandungan (Surat Al-hijr 29, Surat As-sajadah 9, dan surat shaad 27) ketika janin berumur 4bulan 10hari. Walaupun dalam bahasa dikenal adanya istilah ruhani, kata ini lebih mengarah pada aspek kejiwaan, yang dalam Al-Qur’an disebut nafs.
3.          Nafs
Para ahli menyatakan manusia itu pasti akan mati. Tetapi Al-Qur’an menginformasikan bahwa yang mati itu nafsnya. Hal ini diungkapkan pada Surat Al-Anbiyah: 35 dan Surat Al-Ankabut: 57, Surat Ali-Imran: 185. Hadits menginformasikan bahwa ruh manusia menuju alam barzah sementara jasad mengalami proses pembusukan, menjelang ia bersenyawa kembali secara sempurna dengan tanah.[7]

         C.    Manusia Sebagai Khalifah
Dari sekian banyaknya makhlik ciptaan Allah, hanya ada satu golongan makhluk ciptaan yang sempurna. Yang mempunyai akal pikiran, akhlak dan pengetahuan, bahkan lebih mulia dibanding makhluk ciptaan Allah lain. Tidak lain dan tidak bukan, yaitu manusia. Allah berfirman dalam surat Al-Isra: 70 yang artinya: “dan sungguh Kami telah muliakan katurunan Adam, dan kami angkat mereka didaratan dan dilautan dan Kami beri rezeki dari yang baik-baik, dan kami lebihkan maereka dari kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan kesempurnaan tersebut Allah menjadikan manusia sebagai khalifah dimuka bumi. Pengertian khalifah disini adalah penguasa atau pengganti Allah yang mengatur segala sesuatu yang terkandung di bumi. Agar bisa dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Dalam Qs.Al-Baqarah: 30 Allah berkata: “Dan ingatlah ketika Rabbmu berfirman kepada malaikat, “sesungguhnya aku hendak menjadikan khalifah dimuka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di muka bumi itu orang yang akan mambuat kerusakan dan menumpahkan darah padanya, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan engkau? “Rabb berfirman, “Sesungguhnya aku lebih mengetahui yang tidak kamu ketahui.”
Dengan demikian, Allah telah memilih manusia untuk dijadikan khalifah di muka bumi. Walaupun manusia itu dikenal sebagai perusak yang selalu menumpahkandarah dimuka bumi, dibanding malaikat yang selalu memuji, bertasbih, kepada Allah Sang pencipta. Semua ini hanya Allahlah yang tahu, kehendak Allah tak terbatas, meliputi langit, bumu dan seluruh alam semesta. Selain itu Allah hanya meridhoi bahwa kekhalifahan dipegang oleh hamban-Nya yang shalih, yang dapat mengemban tugasnya dengan baik.[8]
Manusia sebagai khalifah di muka bumi, mempunyai peranan penting yang dijalankan sampai akhir zaman ataupun kiamat, dan peranan penting inipun sebagai bagian dari fungsi manusia sebagai khalifh, diantaranya:
1.          Memakmurkan Bumi (Al’imarah)
Berupa pembangunan materi, dengan memanfatkan kekayaan alam yang telah disediakan Allah dimuka bumi tercinta ini dengan arahan dan syariat yang lurus, yaitu berdasarkan Al-Qur’an (hikmah) dan As-Sunah (hadits). Khalifah pun berupa untuk menjadikan umatnya atau manusia pada zamannya yang bermoral dan memiliki peradaban yang baik.
2.          Memelihara bumi (Arri’ayah)
Khalifah dalam menjalankan tugasnya harus memiliki tujuan yaitu dengan menciptakan akidah dan akhlakulkarimah. Selain menciptakan juga agar selalu terpeliharanya akidah dan akhlakulkarimah tersebut. Menjaga bumi dari kerusakan dan kehancuran alam, baik itu yang disebabkan alam itu sendiri maupun oleh tangan-tangan jahil manusia.
3.          Perlindungan
Khalifah memiliki fungsi untuk melindungi bumi dan seisinya, yang terkandung atas lima pokok kehidupan yaitu, agama, jiwa manusia, harta kekayaan, akal pikiran, dan keturunan. Tugas yang ketiga ini sangat berat diembannya, dan apabila dapat dilaksanakan, jika seorang khalifah tersebut dapat melakukan kebenaran dan dapat menegakan ditengah-tengah kehidupan manusia. Serta dapat menunjukan kepada umat manusia, bahwa kebatilan adalah kebatilan dan dapat mengajak seluruh umat manusia untuk menumbangkannya bersama demi mencapai tujuan bersama yang diharapkan.[9]
Selain fungsi khalifah di muka bumi, manusia juga mempunyai tujuan hidup dibumu sebagai khalifah. Ada tiga hal yang menjadi tujuan penciptaan manusia sebagai khalifah dimuka bumi, diantaranya:
1.          Diciptakan untuk beribadah hanya kepada Allah Azza Wajalla. Hal ini terdapat dalam Q.S Ad-Dzariyat: 56, yang artinya “Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu.” Berarti semua kehidupan yang dilakukan manusia itu, dalam rangka peribadahannya kepada Sang Pencipta, dan tujuan ketaatannya yang dapat membimbingnya kesurganya Allah. Karena itulah, jika kita setiap melakukan aktifitas selalu merujuk pada konsep peribadahan kepada Allah, akan selalu berdasarkan kepada keikhlasan yang menjadi penyempurnaan suatu amal perbuatan.
2.          Manusia diciptakan untuk mempersembahkan amal terbaik dalam rangka ketaatan kepada Allah. Inilah proses penghambatan kepada allah SWT. Seorang hamba dituntut untuk memberi yang terbaik kepada Sang Khalik. Dalam Q.S Al-mulk allah berfirman, “(Dialah Allah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” Jadi amnusia sepatutnya memiliki amal yang shaleh dan berlomba-lomba dalam kebaikan.
3.          Manusia diciptakan menjadi khalifah di muka bumi.
Amanah ini hanya diberikan kepada manusia, kekhalifahan ini adalah suatu amanah  yang berat. Menjadi khalifah manusia berkedudukan sebagai “wakil Allah”, yang bertugas mengatur atau pun mengelolah alam raya sebaik mungkin. Sesuai keinginan Allah yang memberi amanah kepada setiap manusia serta yang diwakili.
Dari penjelasan-penjelasan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa manusia dituntut untuk mengembangkan potensi yang ada. Menjalankan fungsi dan tujuan yang diberiakn dengan baik. Dan hal ini merupakan amanah yang tidak bisa dikatakan mudah untuk dijalaninya. Mengajak semua umat tertuju pada satu dzat, yaitu allah SWT, yang senantiasa memberikan perlindungan-nya kepada setiap hamba yang selau patuh pada perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan pedoman pada Al-Qur’an dan As-Sunah, serta menegakan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kita menjadi khalifah yang baik disisi-Nya Amin.[10]
  
          D.    Asal Mula Manusia berdasarkan Al-Qur’an
Saat Allah SWT merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai membuat cerita tentang asal-usul manusia, Malaikat jibril seolah khawatir karena takut manusia berbuat kerusakan dimuka bumi. Di dalam Al-Qur’an, kejadian itu diabaikan. “ dan in gatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadaNya dengan bersujud”.[11] Firman inilah yang membuat para malaikat bersujud kepada manusia, sementara iblis tetap dalam kesombongannya dengan tidak melaksanakan firman Allah. Inilah dosa yang pertama kali dilakukan oleh makhluk Allah yaitu kesombongan. Karena kesombongannya tersebut iblis menjadi makhluk yang sangat celaka dan sudah dipastikan masuk neraka. Kemudian Allah menciptakan Hawa sebagai teman hidup Adam. Allah berpesan kepada Adam dan Hawa untuk tidak mendekati buah yang ada di surga, namun Iblis menggoda mereka sehingga terjebaklah Adam dan Hawa sehingga diturunkan kebumi dan pada akhirnya Adam dan Hawa bertaubat. Taubat mereka diterima oleh Allah, namun Adam dan Hawa menetap dibumi. Baca surat Al baqarah ayat 33-39.
Adam adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki kecerdasan, bisa menerima ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri. Inilah keunikan manusia yang Allah ciptakan untuk menjadi penguasa didunia, untuk menghuni dan memelihara bumi yang Allah ciptakan. Dari Adam inilah cikal bakal manusia diseluruh permukaan bumi. Melalui pernikahannya dengan Hawa, Adam melahirkan keturunan yang menyebar ke berbagi benua diseluruh penjuru bumi, menempati lembah, gunung, gurun pasir dan wilayah lainnya diseluruh penjuru bumi. Hal ini dijelaskaan dalam firman Allah SWT yang berbunyi: “Dan sesungguhnya kami muliakan anak-anak Adam; kami angkut mereka didaratan dan dilautan; kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas banyak makhluk yang telah Kami ciptakan”. [12]             
                                             


                                                      BAB III
PENUTUP

A.         Kesimpulan
Kita dapat simpulakn bahwa sifat hakikat manusia dan segenap dimensinya hanya dimiliki manusia dan tidak terdapat pada hewan. Ciri-ciri yang khas tersebut membedakan secara prinsipil dunia hewan dari dunia manusia. Adanya hakikat tersebut memberikan tempat kedudukan bagi amnusia sedemikian rupa sehingga derajatnya lebih tinggi dari pada hewan. Salah satu hakikat yang istimewa ialah adanya kemampuan menghayati kebahagiaan pada manusia, semua sifat hakikat manusia dapat ditumbuh kembangkan secara selaras dan berimbang menjadi manusia yang utuh.
B.         Saran
Setelah menyusun kesimpulan kami melanjutkan untuk merumuskan saran-saran sebagi berikut:
1.     Perlu dilakukannya kelanjutan mengenai pemahaman tentang hakikat manusia.
2.     Perlu dilakukannya kelanjutan lebih mendalam mengenai pemahaman tentang hakikat manusia.
3.     Perlu dilakukannya penjelasan secara intensif mengenai hakikat manusia



DAFTAR PUSTAKA

Wahyudin, Dinn, dkk. 2006. “Pengantar Pendidikan”. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hamdan Mansoer, dkk, “Pendidikan Agama Islam”. Jakarta: Perguruan Tinggi Agama Islam, 2004.




[1] Wahyudin, Dinn, dkk. 2006. “ pengantar pendidikan”. Jakaarta: Universitas Terbuka. Hal 1.3
[2] Tirta Raharja, dan La Sulo.S.L. 1995. “Pengantar Pendidikan”. Jakarta. Hal: 6
[3] Tirta Raharja, dan La Sulo.S.L. 1995. “Pengantar Pendidikan”. Jakarta. Hal: 8

[5] http://dstarzmuslim.blogspot.com/2013/03/fungsi-peranan-dan-fungsi-manusia.html
[6] http://dstarzmuslim.blogspot.com/2013/03/fungsi-peranan-dan-fungsi-manusia.html
[7] http://dstarzmuslim.blogspot.com/2013/03/fungsi-peranan-dan-fungsi-manusia.html
[8] Hamdan Mansoer, dkk, “Pendidikan Agama Islam”. Jakarta: Perguruan tinggi Agama Islam, 2004:5
[9] http://dstarmuslim.blogspot.com/2013/03/fungsi-peranan-dan-fungsi-manusia.html
[11] Q.S Al Hijr: 28-29
[12] Q.S Al Isra’: 70

No comments:

Post a Comment

you say