Pengantar Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia
adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dimuka bumu ini. Ia memiliki
ciri-ciri fisik yang khas, juga dilengkapidengan kemampuan intelegensia dan
daya nalaryang tinggi sehingga menjadikan ia mampu berfikir, berbuat, dan
bertindak kearah perkembangannya sebagai manusia yang utuh. Kemampuan itulah
yang tak dimiliki oleh makhluk Tuhan lainnya seperti binatang dan
tumbuh-tumbuhan. Dalam kaitannya dengan perkembangan individu, manusia dapat
tumbuh dan berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik yang
sifatnya kedewasaan fisik jasmani maupun kedewasaan psikis rohani. Oleh
sebabitu, untuk menuju kearah perkembangan manusia yang optimal sesuai dengan
potensi dan kemampuan yang dimilikinya, manusiamemerlukan pendidikan sebagai
suatu proses dan usaha sadar untuk lebih memanusiakan manusia.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apa saja kajian tentang kajian hakikat
manusia?
2. Apa saja kajian tentang tujuan
penciptaan manusia?
3. Bagaimana kewajiban manusia sebagai
khalifah?
C.
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah tersebut, maka tujuannya adalah:
1. Untuk mengetahui apa saja kajian tentang
hakikat manusia.
2. Untuk mengetahua apa saja kajian tentang
tujuan penciptaan manusia.
3. Untuk mengetahui kewajiban manusia
sebagai khalifah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Hakikat Manusia
Sajian
tentang hakikat manusia padadasarnya menyoal dua persoalan pokok. Pertama,
telaah tentang manusia atau hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan
dimuka bumi ini. Kedua, telaah tentang sifat manusia dan karakteristik yang
menjadi ciri khususnya, serta hubungannya dengan fitrah manusia.[1]
Banyak
terlontar berbagai pandangan tentang hakikat manusia dan kemanusiaan yang
dihubungkan dengan sifat dan ciri hakikat yang ada pada manusia itu sendiri.
Ragam pemahaman tentang hakikat manusia tersebut dapat dikaji dalam bahan
berikut:
1. Homo religius: pandangan tentang sosok
manusia dan hakikat manusia sebagai makhluk yang beragama. Manusia diciptakan
Tuhan yang Maha Esa dimuka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna
dibandingkan dengan makhluk lain ciptaannya. Melalui kesempurnaannya itulah
manusia bisa berfikir, bertindak, berusaha, dan bisa menentukan mana yang benar
dan manayang baik. Disisi lain manusia, meyakni bahwa ia memiliki keterbatasan
dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pencipta alam
semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia, pada hakikatnya manusia
adalah sebagai makhluk religius yang mempercayai adanya Sang Maha Pencipta yang
mengatur seluruh sistem kehidupan dimuka bumi ini.
2. Homo sapien: pemahaman tentang hakikat
manusia sebagai makhluk yang bijaksana dan dapat berpikir atau sebagai animal
rationale. Hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan yang paling tinggi dan
mulia. Hal ini disebabkan oleh kemampuan manusia memiliki akal, pemikiran,
rasio, daya nalar, cipta dan karsa, sehingga manusia mampu mengembangkan
dirinya sebagai manusia seutuhnya. Manusia sebagai suatu organismekehidupan
dapat tumbuh dan berkembang. Namun yang membedakan manusia dengan makhluk hidup
lainnya adalah manusia memiliki daya pikir, sehingga ia bisa berbicara,
berpikir, berbuat, belajar, dan memiliki cita-cita sebagai dambaan dalam
menjalankan kehidupannya yang lebih baik.
3. Manusia sebagai makhluk etis dan
estetis: hakikat manusia pada dasarnya sebagai makhluk yang memiliki kesadaran
susila (etika) dalam arti ia dapat memahami norma-norma sosial dan mampu berbuat sesuai dengan norma dan
kaidah etika yang diyakininya. Sedangkan makna estetis yaitu pemahaman tentang
hakikat manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa keindahan (sense of beauty)
dan rasa estetika (sense of estetics). Sosok manusia yang mempunyai citra,
rasa, dan dimensi keindahan atau estetika lainnya.
4. Homo faber: pemahaman tentang hakikat
manusia sebagai makhluk yang berpiranti (perkakas). Manusia dengan akal dan
keterampilan tangannya dapat menciptakan atau menghasilkan sesuatu (sebagi
produsen) dan pada pihak lain ia juga menggunakan karya lain (sebagai konsumen)
untuk kesejahteraan dan kemakmuran hidupnya.
Melalui kemampuan dan daya pikir yang dimilikinya, serta ditujang oleh
daya cipta dan karsa, manusia dapat berkiprah lebih luas dalam tatanan
organisasi kemasyarakatan menuju kehidupan yang lebih baik.
5. Manusia sebagai homini socius: kendati
manusia sebagai makhluk individu, makhluk yang memiliki jati diri, yang
memiliki ciri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun pada saat
yang bersamaan manusia sebaga kawan sosial bagi manusia lainnya.[2] Ia
senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya.[3] Ia
berhubungan satu sama lain dan membentuk suatu masyarakat tertentu.[4]
Walaupun terdapat pendapat yang berlawanan,ada yang menyebut manusia adalah
serigala bagi manusia lain (homo homini lupus). Pemahaman yang terakhir inilah
yang harus dihindarkan agar tidak terjadi malapetaka dimuka bumi ini. Sejarah
telah membuktikan, terjadinya perang saudara ataupun pertikaian antarbangsa,
pada akhirnya hanya membuahkan derajat perdaban manusia semakin tercabik-cabik
dan terhempaskan.
Dari
deskripsi diatas, jelaslah terdapat ragam pemahaman tentang manusia yang
bersendi pada karakteristik atau ciri manusia itu sendiri. Begitu kompleksnya
hakikat manusia dan kemanusiaan, serta tak hanya terbatas pada dimensi ragawi
atau dimensi kejiwaan, terlontar pemahaman lain tentang hakikat manusia dan
kemanusiaan yaitu: manusia sebagai makhluk yang monodualis dan manusia sebagai
makhluk yang monopluralis.
Hal
yang pertama, manusia sebagai makhluk monodualis memberi makna bahwa sosok
manusia terdiri dari dua segi yang tak terpisahkan satu sama lain, yaitu
hakikat manusia yang ditilik dari segi jiwa dan raga. Atau sosok manusia yang
ditoleh dari segi individu dan sosial. Hakikat manusia dari segi jiwa dan raga
ataupun individual dan sosial, tampaknya tak dapat dipisahkan satu sama lain.
Ia merupakansatu kesatuan yang merefleksikan gambaran utuh tentang manusia
dengan segala dimensi kemanusiaanya.
Hal
yang kedua, manusia sebagai monopluralis. Artinya aspek manusia dengan kemanusiaanya
terdiri dari banyak segi dan ragam dimensi, tetapi merupakan suatu kesatuan.
Langeveld misalnya, menyebut tiga inti hakiki kemanusiaan yaitu manusia sebagai
amkhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk susila, ketiga aspek tersebut
merupakan kesatuan, dan tak dapat dipisahkan satu sama lain.
B.
Tujuan Penciptaan Manusia
Manusia dilahirkan dengan susunan tubuh
yang tidak begitu saja dapat melakukan fungsinya. Perkembangan manusia melalui
suatu proses yang kompleks, baik perkembangan fisik maupun proses atau
perkembangan kejiwaan. Agar manusia dapat hidup secara wajar, maka ia dituntut
untuk memanfaatkan daya pikirnya dan berbuat sesuatu untuk kehidupan yang lebih
baik. Atau paling tidak ia harus bisa melakukan penyesuaian dengan lingkungan
alam sekitar misalnya, susunan tubuh manusia tidak begitu saja dapat bertahan
didaerah dingin bersalju apabila ia ingin bertahan hidup maka ia harus mampu
membuat pakaian yang tebal dan hangat yang dapat melindungi dirinya dari dingin
yang menusuk dada.
Sejak manusia lahir sampai akhirnya
meninggal dunia manusia memerlukan kerja sama dengan orang lain. Dalam zaman
dan peradaban manusia yang semakin maju dan modern, secara langsung maupun tak
langsung, manusia memerlukan hasil karya atau jasa manusia lainnnya untuk memenuhi
hajat didupnya secara lebih baik. Malahan dalam kondisi masyarakat yang semakin
maju kecenderungan saling membutuhkan atau ketergantungan satu sama lain (
interdependecy) sangat terasa. Dalam kondisi itulah, manusia memerlukan bantuan
dan jasa orang lain demi kelangsungan hidup secara layak dan lebih baik.
Misalnya pada zaman modern, manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin
dibuat sendiri semisal membuat pakaian dari kulit binatang atau kulit pohon. Ia
pasti memerlukan orang lain, dari mulai kebutuhan bahan kain sampai pada jasa
penjahit pakaian. Tidak hanya sebatas pada segi badaniah saja manusia
membutuhkan kerjasama dan jasa orang lain, tetapi manusia juga sebagai makhluk
yang berperasaan, manusia memerlukan tanggapan emosional dari orang lain[5]. Manusia
sangat memerlukan pengertian, kasih sayang, harga diri, pengakuan, rasa cinta,
dan dicintai ataupun bentuk tanggapan emosional lainnya. Tanggapan emosional
tersebut hanya dapat diperoleh manakala manusia berhubungan dan berinteraksi
dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan masyarakat. Tanggapan emosional
tersebut hanya dapat diperoleh manakala manusia berhubungan dan berinteraksi
dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan masyarakat.
Inilah kodrat manusia sebagai makhluk
Tuhan, makhluk pribadi ataupun manusia sebagai makhluk sosial. Bertitik dolak
dari hakikat manusia dan kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sekaligus
makhluk sosial, sosok manusia merupakan suatu kesatuan yang bulat serta harus
dikembangkan secara selaras, serasi dan seimbang. Oleh sebab itu, harus
diyakini bahwa manusia akan bermakna dan memiliki arti manakala ia hidup
bersama orang lain dalam suatu tatanan kemasyarakatan. Tidak mungkin manusia
hidup terus menerus dalam kesendirian dan keterasingan disisi lain, dalam upaya
untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, terkadang ditemukan kendala dan
permasalahan yang harus dihadapi manusia itu sendiri. Untuk memecahkan masalah
tersebut, kemampuan dan keterampilan manusia patut dibina atau dikembangkan,
baik pengalaman ataupun kemampuan yang bersifat pengetahuan, keterampilan atau
sikap. Disinilah tampak ada garis merah yang menghubung antara hakikat manusia
dengan interaksi sosial dan hubungan dengan garapan pendidikan guna lebih
memanusiakan manusia.
Walaupun manusia berasal dari alam dan
dari kehidupan yang terdapat didalamnya, tetapi manusia berbeda dengan makhluk
Allah lainnya dengan perbedaan yang sangat besar karena adanya karunia Allah
yang diberikan kepadanya yaitu akal dan pemahaman. Itulah sebab dari adanya penundukan
semua yang ada didalam ini untuk manusia sebagai rahmat dan karunia Allah SWT.
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari
langit, kemudian mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah. Allah telah
menundukan bagi kalian matahari dan bulan yang terus beredar.
Adapun ayat yang berbunyi, dan Dia telah
menundukan pula bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar dalam
orbitnya, dan telah menundukan bagimu malam dan siang. Dan ayat lainnya yang
menjelaskan apa yang telah Allah karuniakan kepada manusia berupa nikmat akal
dan pemahaman serta derifat (turunan) dari apa yang telah allah tundukan kepada
manusia itu sehingga mereka dapat memanfaatkan sesuai dengan keinginan mereka
dengan berbagai cara yang mereka lakukan. Kedudukan akal dalam islam adalah
suatu kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan
makhluk-makhluknya yang lain. Dengannya manusia dapat membuat hal-hal yang
dapat mempermudah urusan mereka didunia. Namun, segala yang dimiliki manusia
ada keterbatasan-keterbatasannya sehingga ada pagar-pagar yang tidak boleh
dilewati. Hasil penelitian Al-Qur’an
yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulannya manusia terdiri dari
unsur-unsur jasad, ruh, nafs.[6]
1.
Jasad
Jasad merupakan bentuk lahiriah
manusia, yang dalam Al-Qur’an dinyatakan di ciptakan dari tanah. Diciptakan
dari tanah diungkapkan lebih lanjut melalui proses yang dimulai dari sari pati
makanan, disimpan dalam tubuh sampai semuanya menjadi sperma atau ovum (sel
telur), yang keluar dari tulang sulbi (laki-laki) dan tulang depan (saraib)
perempuan. Sperma dan ovum bersatu dan bergantung dalam rahim kandungan seorang
ibu (alaqah), kemudian menjadi yang dililiti daging dan kemudian diisi tulang
dan dibalut lagi dengan daging. Setelah berumur sembilan bulan, ia lahir ke
bumi dengan dorongan suatu kekuatan ruh ibu, menjadikan ia seorang anak
manusia. Meskipun wujudnya suatu jasad yang berasal dari sari pati makanan,
nilai-nilai kejiwaan untuk terbentuknya jasad ini harus diperhatikan. Untuk
dapat mewujudkan sperma dan ovum berkualitas tinggi, baik dari segi materinya
maupun nilainya, Al-Qur’an mengharapkan agar umat manusia selalu memakan
makanan yang halal thayyiban (surat Al-baqarah:168, Surat Al-maidah 88, dan
Surat Al-anfal 69). Halal bermakna suci dan berkualitas dari segi nilai Allah.
Sedangkan kata thayyiban bermakna, bermutu dan berkualitas dari segi materinya.
2.
Ruh
Ruh adalah daya
(sejenis makhluk/ciptaan) yang ditiupkan Allah kepada janin dalam kandungan
(Surat Al-hijr 29, Surat As-sajadah 9, dan surat shaad 27) ketika janin berumur
4bulan 10hari. Walaupun dalam bahasa dikenal adanya istilah ruhani, kata ini
lebih mengarah pada aspek kejiwaan, yang dalam Al-Qur’an disebut nafs.
3.
Nafs
Para ahli menyatakan
manusia itu pasti akan mati. Tetapi Al-Qur’an menginformasikan bahwa yang mati
itu nafsnya. Hal ini diungkapkan pada Surat Al-Anbiyah: 35 dan Surat Al-Ankabut:
57, Surat Ali-Imran: 185. Hadits menginformasikan bahwa ruh manusia menuju alam
barzah sementara jasad mengalami proses pembusukan, menjelang ia bersenyawa
kembali secara sempurna dengan tanah.[7]
C.
Manusia Sebagai Khalifah
Dari sekian banyaknya makhlik ciptaan
Allah, hanya ada satu golongan makhluk ciptaan yang sempurna. Yang mempunyai
akal pikiran, akhlak dan pengetahuan, bahkan lebih mulia dibanding makhluk
ciptaan Allah lain. Tidak lain dan tidak bukan, yaitu manusia. Allah berfirman
dalam surat Al-Isra: 70 yang artinya: “dan sungguh Kami telah muliakan
katurunan Adam, dan kami angkat mereka didaratan dan dilautan dan Kami beri
rezeki dari yang baik-baik, dan kami lebihkan maereka dari kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan
bahwa dengan kesempurnaan tersebut Allah menjadikan manusia sebagai khalifah dimuka
bumi. Pengertian khalifah disini adalah penguasa atau pengganti Allah yang
mengatur segala sesuatu yang terkandung di bumi. Agar bisa dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia. Dalam Qs.Al-Baqarah: 30 Allah berkata: “Dan ingatlah
ketika Rabbmu berfirman kepada malaikat, “sesungguhnya aku hendak menjadikan
khalifah dimuka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan
khalifah di muka bumi itu orang yang akan mambuat kerusakan dan menumpahkan
darah padanya, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan
engkau? “Rabb berfirman, “Sesungguhnya aku lebih mengetahui yang tidak kamu
ketahui.”
Dengan demikian, Allah telah memilih
manusia untuk dijadikan khalifah di muka bumi. Walaupun manusia itu dikenal
sebagai perusak yang selalu menumpahkandarah dimuka bumi, dibanding malaikat
yang selalu memuji, bertasbih, kepada Allah Sang pencipta. Semua ini hanya
Allahlah yang tahu, kehendak Allah tak terbatas, meliputi langit, bumu dan
seluruh alam semesta. Selain itu Allah hanya meridhoi bahwa kekhalifahan
dipegang oleh hamban-Nya yang shalih, yang dapat mengemban tugasnya dengan
baik.[8]
Manusia sebagai khalifah di muka bumi,
mempunyai peranan penting yang dijalankan sampai akhir zaman ataupun kiamat,
dan peranan penting inipun sebagai bagian dari fungsi manusia sebagai khalifh,
diantaranya:
1.
Memakmurkan
Bumi (Al’imarah)
Berupa pembangunan
materi, dengan memanfatkan kekayaan alam yang telah disediakan Allah dimuka
bumi tercinta ini dengan arahan dan syariat yang lurus, yaitu berdasarkan
Al-Qur’an (hikmah) dan As-Sunah (hadits). Khalifah pun berupa untuk menjadikan
umatnya atau manusia pada zamannya yang bermoral dan memiliki peradaban yang
baik.
2.
Memelihara
bumi (Arri’ayah)
Khalifah dalam
menjalankan tugasnya harus memiliki tujuan yaitu dengan menciptakan akidah dan
akhlakulkarimah. Selain menciptakan juga agar selalu terpeliharanya akidah dan
akhlakulkarimah tersebut. Menjaga bumi dari kerusakan dan kehancuran alam, baik
itu yang disebabkan alam itu sendiri maupun oleh tangan-tangan jahil manusia.
3.
Perlindungan
Khalifah memiliki
fungsi untuk melindungi bumi dan seisinya, yang terkandung atas lima pokok
kehidupan yaitu, agama, jiwa manusia, harta kekayaan, akal pikiran, dan
keturunan. Tugas yang ketiga ini sangat berat diembannya, dan apabila dapat
dilaksanakan, jika seorang khalifah tersebut dapat melakukan kebenaran dan
dapat menegakan ditengah-tengah kehidupan manusia. Serta dapat menunjukan
kepada umat manusia, bahwa kebatilan adalah kebatilan dan dapat mengajak
seluruh umat manusia untuk menumbangkannya bersama demi mencapai tujuan bersama
yang diharapkan.[9]
Selain
fungsi khalifah di muka bumi, manusia juga mempunyai tujuan hidup dibumu
sebagai khalifah. Ada tiga hal yang menjadi tujuan penciptaan manusia sebagai
khalifah dimuka bumi, diantaranya:
1.
Diciptakan
untuk beribadah hanya kepada Allah Azza Wajalla. Hal ini terdapat dalam Q.S
Ad-Dzariyat: 56, yang artinya “Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu.” Berarti semua kehidupan
yang dilakukan manusia itu, dalam rangka peribadahannya kepada Sang Pencipta,
dan tujuan ketaatannya yang dapat membimbingnya kesurganya Allah. Karena
itulah, jika kita setiap melakukan aktifitas selalu merujuk pada konsep
peribadahan kepada Allah, akan selalu berdasarkan kepada keikhlasan yang
menjadi penyempurnaan suatu amal perbuatan.
2.
Manusia
diciptakan untuk mempersembahkan amal terbaik dalam rangka ketaatan kepada
Allah. Inilah proses penghambatan kepada allah SWT. Seorang hamba dituntut
untuk memberi yang terbaik kepada Sang Khalik. Dalam Q.S Al-mulk allah
berfirman, “(Dialah Allah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji
kamu, siapa yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Jadi amnusia sepatutnya memiliki amal yang shaleh dan berlomba-lomba dalam
kebaikan.
3.
Manusia
diciptakan menjadi khalifah di muka bumi.
Amanah ini hanya
diberikan kepada manusia, kekhalifahan ini adalah suatu amanah yang berat. Menjadi khalifah manusia
berkedudukan sebagai “wakil Allah”, yang bertugas mengatur atau pun mengelolah
alam raya sebaik mungkin. Sesuai keinginan Allah yang memberi amanah kepada
setiap manusia serta yang diwakili.
Dari
penjelasan-penjelasan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa manusia dituntut
untuk mengembangkan potensi yang ada. Menjalankan fungsi dan tujuan yang
diberiakn dengan baik. Dan hal ini merupakan amanah yang tidak bisa dikatakan
mudah untuk dijalaninya. Mengajak semua umat tertuju pada satu dzat, yaitu
allah SWT, yang senantiasa memberikan perlindungan-nya kepada setiap hamba yang
selau patuh pada perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan pedoman
pada Al-Qur’an dan As-Sunah, serta menegakan syariat Islam dalam kehidupan
sehari-hari. Semoga kita menjadi khalifah yang baik disisi-Nya Amin.[10]
D. Asal
Mula Manusia berdasarkan Al-Qur’an
Saat
Allah SWT merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai membuat cerita
tentang asal-usul manusia, Malaikat jibril seolah khawatir karena takut manusia
berbuat kerusakan dimuka bumi. Di dalam Al-Qur’an, kejadian itu diabaikan. “
dan in gatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya, Aku
akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan
kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah
kamu kepadaNya dengan bersujud”.[11]
Firman inilah yang membuat para malaikat bersujud kepada manusia, sementara
iblis tetap dalam kesombongannya dengan tidak melaksanakan firman Allah. Inilah
dosa yang pertama kali dilakukan oleh makhluk Allah yaitu kesombongan. Karena
kesombongannya tersebut iblis menjadi makhluk yang sangat celaka dan sudah
dipastikan masuk neraka. Kemudian Allah menciptakan Hawa sebagai teman hidup
Adam. Allah berpesan kepada Adam dan Hawa untuk tidak mendekati buah yang ada
di surga, namun Iblis menggoda mereka sehingga terjebaklah Adam dan Hawa
sehingga diturunkan kebumi dan pada akhirnya Adam dan Hawa bertaubat. Taubat
mereka diterima oleh Allah, namun Adam dan Hawa menetap dibumi. Baca surat Al
baqarah ayat 33-39.
Adam
adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki kecerdasan, bisa
menerima ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri. Inilah keunikan
manusia yang Allah ciptakan untuk menjadi penguasa didunia, untuk menghuni dan
memelihara bumi yang Allah ciptakan. Dari Adam inilah cikal bakal manusia
diseluruh permukaan bumi. Melalui pernikahannya dengan Hawa, Adam melahirkan
keturunan yang menyebar ke berbagi benua diseluruh penjuru bumi, menempati
lembah, gunung, gurun pasir dan wilayah lainnya diseluruh penjuru bumi. Hal ini
dijelaskaan dalam firman Allah SWT yang berbunyi: “Dan sesungguhnya kami
muliakan anak-anak Adam; kami angkut mereka didaratan dan dilautan; kami
berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas banyak makhluk yang telah Kami ciptakan”. [12]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kita
dapat simpulakn bahwa sifat hakikat manusia dan segenap dimensinya hanya
dimiliki manusia dan tidak terdapat pada hewan. Ciri-ciri yang khas tersebut
membedakan secara prinsipil dunia hewan dari dunia manusia. Adanya hakikat
tersebut memberikan tempat kedudukan bagi amnusia sedemikian rupa sehingga
derajatnya lebih tinggi dari pada hewan. Salah satu hakikat yang istimewa ialah
adanya kemampuan menghayati kebahagiaan pada manusia, semua sifat hakikat
manusia dapat ditumbuh kembangkan secara selaras dan berimbang menjadi manusia
yang utuh.
B.
Saran
Setelah menyusun
kesimpulan kami melanjutkan untuk merumuskan saran-saran sebagi berikut:
1. Perlu dilakukannya kelanjutan mengenai
pemahaman tentang hakikat manusia.
2. Perlu dilakukannya kelanjutan lebih
mendalam mengenai pemahaman tentang hakikat manusia.
3. Perlu dilakukannya penjelasan secara
intensif mengenai hakikat manusia
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudin,
Dinn, dkk. 2006. “Pengantar Pendidikan”. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hamdan
Mansoer, dkk, “Pendidikan Agama Islam”. Jakarta: Perguruan Tinggi Agama Islam,
2004.
http://dstarzmuslim.blogspot.com/2013/03/fungsi-peranan-dan-fungsi-manusia.html.di
unduh tanggal 2 Oktober 2013. Pukul 12:30 WIB.
No comments:
Post a Comment
you say