MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA
SEKOLAH DASAR
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kewajiban kita
sebagai warga Negara Indonesia ,adalah ikut mencerdaskan bangsa, seperti yang
tertuang dalam UUD 1945 bahwa dalam mengisi kemerdekaan setiap warga Negara
harus ikut serta dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Adapun
cara dari upaya tersebut dapat ditempuh dengan berbagai macam cara, salah
satunya adalah dengan adanya sekolahan. Sekolah merupakan cara yang efektif
dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, karena sekolah merupakan sarana
formal untuk dapat melakukan proses belajar dan pembelajaran.
Pembelajaran menulis adalah hal kedua yang harus dikuasai
oleh anak setelah membaca, seorang anak jika kurang memahami simbol-simbol
bahasa maka kurang baik jika diberi pelajaran yang lain. Kemampuan menulis khususnya
bagi anak didik SD/MI perlu dipehatikan, karena tidak sedikit siswa
SD/MI kurang mengenal atau memahami simbol-simbol bahasa tulisan. Oleh karena
itu perlu dilakukan pengamatan tentang kem,ampuan menulis ini, agar dapat
menjadi gambaran sejauh mana keberhasilan bangsa Indonesia dalam
upaya mencerdaskan bangsa.
Menulis merupakan salah satu keterampilan
berbahasa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD yang harus dilatihkan oleh
guru kepada siswa. Untuk itu guru harus dapat memberikan motivasi agar siswa
tidak merasa bosan dalam pembelajaran menulis karangan. Akan tetapi masih
terdapat beberapa guru dalam memberikan pembelajaran menulis lebih banyak teori
daripada melatih keterampilannya. Selain itu guru dalam menyampaikan
pembelajaran masih menggunakan metode atau pendekatan yang kurang bervariasi.
Sehingga yang terjadi di kelas adalah siswa tidak aktif sedangkan guru berdiri
di depan kelas menjelaskan materi pelajaran. Dengan keadaan seperti di atas
tidak ada lagi suasana yang menyenangkan, siswa tidak diberikan kesempatan
untuk mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
rumusan masalah nya adalah sebagai berikut:
1.
Apa hakikat menulis itu?
2.
Bagaimana tahapan dalam proses menulis?
3.
Bagaimana cara
menumbuh kembangkan keterampilan menulis anak Sekolah Dasar?
4.
Apa tujuan pembelajaran
menulis di SD kelas rendah dan kelas tinggi?
5.
Apa saja faktor penyebab
dari kesulitan menulis?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka
tujuannya adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui hakikat menulis.
2.
Mengetahui tahapan dalam proses menulis.
3.
Mengetahaui cara
menumbuh kembangkan ketrampilan menulis anak Sekolah Dasar.
4.
Mengetahui tujuan pembelajaran menulis di SD kelas rendah
dan kelas rendah.
5.
Mengetahui saja faktor penyebab dari kesulitan Menulis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Menulis
Farris (1993) mengemukakan bahwa dalam
konteks kiat berbahasa (language art) menulis merupakan kegiatan yang
paling kompleks untuk dipelajari siswa. Khususnya di sekolah dasar, menulis
merupakan keterampilan yang sulit diajarkan sehingga bagi guru, mengajarkan
menulis juga merupakan tugas yang paling sulit. Newman (1985) menegaskan bahwa
hal ini dikarenakan menulis berkembang dalam berbagai arah atau kecenderungan.
Menulis kadang-kadang berkembang secara berkesinambungan, kadang-kadan tidak
dapat dikenali, dan kadang-kadang juga menunjukkan perkembangan yang
mengejutkan atau luar biasa (Suwignyo, 1997).
Mengacu pada proses pelaksanaannya, menulis
merupakan kegiatan yang dapat dipandang sebagai (1) suatu keterampilan, (2)
proses berpikir (kegiatan bernalar), (3) kegiatan transformasi, (4) kegiatan
berkomunikasi, dan (5) sebuah proses. Sebagai suatu keterampilan,
menulis sebagaimana keterampilan berbahasa lainnya perlu dilatihkan secara
rekursif dan ajek. Hal ini akan memberi kemungkinan lebih besar bagi siswa
untuk memiliki keterampilan menulis yang lebih baik. Latihan harus selektif
sehingga pelaksanaannya benar-benar sesuai dengan tujuan dan benar-benar dapat
menunjang pencapaian target kemampuan menulis yang diharapkan. Untuk itu,
latihan hars dilakukan dalam konteks yang aktual dan fungsional sehingga dapat
memberikan manfaat bagi siswa secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai suatu proses berpikir (kegiatan
bernalar), dalam menulis penulis dituntut memiliki penalaran yang baik
sehingga menghasilkan tulisan yang baik. Tchudy mengemukakan bahwa bernalar
merupakan dasar dalam kegiatan menulis. Siswa harus menyeleksi dan mengorganisasikan
informasi untuk kemudian merepresentasikannya kembali dalam urutan yang logis
(Crawley, 1988:200). Dengan demikian, penulis yang memiliki penalaran yang baik
akan menghasilkan tulisan yang baik. Karangan merupakan suatu hasil proses
berpikir. Karangan merupakan hasil ungkapan ide, gagasan, dan perasaan yang
diperoleh melalui kegiatan berpikir kritis dan kreatif. Pelaksanaan kegiatan
menulis menuntut proses berpikir. Dalam menulis, siswa akan memikirkan terlebih
dahulu apa yang akan dituliskannya sehingga ide dan gagasan dapat dituliskan
secara baik. Hadis (1995) mengemukakan pendapatnya bahwa belajar berpikir dapat
dilakukan melalui kegiatan menulis atau mengarang. Menulis karangan mendorong
anak untuk berpikir terlebih dahulu sebelum menuliskan karangannya. Berdasarkan
hal di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan ungkapan kreativitas yang
tidak hanya menekankan pada keterampilan mekanistis tetapi lebih pada
prosesnya. Dalam kegiatan menulis, siswa akan memanfaatkan dunia pengetahuan
dan pengalamannya, menuangkan ide, gagasan, dan perasaannua serta mengaitkannya
dengan skemata yang dimiliki sehingga meahirkan sebuah tulisan. Sebagai suatu
kegiatan transformatif, dalam menulis diperlukan dua kompetensi dasar, yaitu
kompetensi mengelola cipta, rasa, dan karsa, serta kompetensi memformulasikan
ketiga hal itu ke dalam bahasa tulis.Tercakup falam kompetesi pertama, yaitu
penguasaan tentang substansi, ruang lingkup, dan sistematika permasalahan yang
akan ditulis. Kompetensi kedua berkaitan dengan kemampun menggunakan bahasa
tulis mencakup penguasaan kaidah tata tulis, diksi, kalimat, paragraf, dan
sebagainya. Selanjutya menulis merupakan kegiatan berkomunikasi. Seseorang
menulis dengan mempertimbangkan audiens (pembaca) karena menulis tidak
tidujukan hanyauntuk diri sendiri. Untuk itu, dalam menulis perlu
mempertimbangkan konteks tulisan mencakup apa, siapa, kapan, untuk tujuan apa,
bentuk tulisan, media penyjian yang dipilih, dan sebagainya sehingga tulisan yang
dihsilkan komunikatif.
Pada akhirnya menulis merupakan suatu proses yang berisi serangkaian
kegiatan mulai dari menyusun rencana (perencanaan, pramenulis), menulis draf
(pengedrafan), memperbaiki draf (perbaikan), menyunting draf (penyuntingan),
dan mempublikasikan hasil tulisan (pemublikasian).
B.
Tahapan Dalam Proses Menulis
Donald Murray telah menulis sebuah deskripsi
tentang proses menulis yang deskripsinya membangkitkan semangat menulis siswa
di sekolah. Menulis diberikan sebagai proses berpikir yang terus menerus,
proses eksperimentasi, dan proses review. Aktivitas menulis karya tulis berkembang
dalam tiga tahap: perencanaan (rehearsing), penyusunan konsep (drafting),
dan perbaikan (revising) (dalam Temple, 1988).
Tahap perencanaan adalah tahap penulis
berusaha menemukan apa yang akan mereka tulis. Guru dapat mendorong penemuan
topic ini dengan cara ramu pendapat (brainstorming) yang memungkinkan
anak berpikir dan menulis berbagai rincian tentang orang, tempat, atau
peristiwa yang bermakna bagi mereka. Kadang-kadang guru memperkenalkan menulis
bebas selama tahapan ini.
Tahap selanjutnya, yaitu penyusunan konsep (drafting).
Istilah draft dipilih karena aktivitas menulis dalam tahap ini bersifat
sementara. Ketika kita menyebut draft pertama, kedua, maka secara tidak
langsung potongan kerja tersebut akan berubah, draft lain akan menyusul.
Penulis perlu menuangkan pikiran-pikirannya dan mempertimbangkannya untuk
disampaikan kepada orang lain. Penulis perlu berdialog dengan dirinya selama
proses penyusunan konsep.
Tahap ketiga yaitu tahap perbaikan merupakan
tahap akhir. Sekalipun demikian perlu diingat bahwa perbaikan dapat berlajut
pada perencanaan dan penyusunan konsep lebih lanjut.
Berikut ini tahap-tahap menulis yang
dirangkum dari Tompkins (1994). Tompkins menguraikan proses menulis menjadi
lima tahap yang diidentifikasi melalui serangkaian penelitian tentang proses
menulis. Lima tahap proses menulis yang teridentifikasi melalui penelitian yang
dimaksud meliputi: pramenulis, penyusunan konsep, perbaikan, penyutingan, dan
penerbitan.
Tahap
1: Pramenulis (prewriting)
Pramenulis merupakan tahap siap menulis
Murray (1985) menyebut tahap ini dengan tahap penemuan menulis. Muray (1982)
meyakini bahwa 20% atau lebih waktu tesrsita pada tahap ini. Aktivitas dalam
tahap ini meliputi 1) memilih topik, 2) memikirkan tujuan, bentuk, dan audiens,
dan 3) memanfaatkan dan mengorganisir gagasan-gagasan. Pada tahap pramenulis
siswa berusaha mengemukakan apa yang akan mereka tulis. Dalam hal ini guru bisa
menggunakan
berbagai srategi pramenulis yang
diimplementasikan di kelas untuk membantu siswa memilih tema dan menentukan
lancarnya proses menulis. Bila guru menentukan tema untuk siswa dan tema
tersebut tidak sesuai dengan minat serta skemata siswa maka kegiatan menulis
siswa akan terhambat. Misalnya saja dalam pembelajaran menukis cerita, tema
cerita yang harus ditulis siswa harus sesuai dengan minat mereka.
Pada tahap ini siswa mengumpulkan gagasan dan
informasi serta mencoba membuat kerangka atau garis besar yang akan ditulis. Di
sini guru dapat melakukan kolaborasi melalui ramu pendapat (brainstorming),
membuat klaster (clustering), atau menyusun daftar ide (listing) sehingga
melahirakna tema dan topik tulisan yang sesuai dengan minat dan keinginan
mereka.
Syafi’ie (1988) berpendapat bahwa untuk dapat
menemukan perihal pokok karangan yang akan ditulis, maka dapat dilakukan dalam
kegiatan penjajagan ide melalui brainstorming. Melalui kegiatan ini juga
guru dapat mengetahui seberapa luas skemata yang dimiliki siswa berkaiatan dengan
hal atau topic yang akan dibahas.
Masih dalam tahap pramenulis, siswa mulai
memcari dan menentukan arah dan bentuk tulisannya. Hal ini dapat dilakukan
melalui kegiatan membaca untuk menelaah satu bentuk tulisan. Selain melakukan
kegiatan membaca, khususnya dalam memilih topik, siswa juga dapat melakukan
observasi, membaca buku dan sastra, serta menggunakan chart dan gambar.
Tahap
2: Penyusunan Draf Tulisan (Drafting)
Tahap kedua dalam proses menulis adalah
menulis draf. Dalam proses menulis, siswa menulis dan menyaring tulisan mereka
melalui sejumlah konsep. Selama tahap penyusunan konsep, siswa tefokus dalam
pengumpulan gagasan. Perlu disampaikan kepada siswa bahwa pada tahap ini mereka
tidak perlu merasa takut melakukan kesalahan. Kesempatan dalam menuangkan
ide-ide dilakukan dengan sedikit memperhatikan ejaan, tanda baca, dan kesalahan
mekanikal yng lain. Aktivitas dalam tahap ini meliputi: 1) menulis draft kasar,
2) menulis konsep utama, dan 3) menekankan pada pengembangan isi.
Penyusunan konsep merupakan tahap saat siswa
mengorganisasikan dan mengembangkan ide yang telah dikumpulkannya lewat
kegiatan brainstorming dalam bentuk draft kasar. Misalnya, dalam
pembelajaran menulis cerita, selama tahap penyusunan konsep siswa terfokus pada
aktivitas menuangkan ide dan menyusun konsep cerita yang akan dibuatnya. Untuk membantu
siswa mengembangkan ide dan menyusun konsep tulisannya, dapat dilakukan pemberian
chart struktur cerita sebagai media bagi siswa untuk menuangkan semua ide yang dimilikinya.
Hal ini diharapkan dapat memudahkan mereka untuk mengungkapkan idenya berkaitan
dengan struktur cerita secara tidak ragu-ragu, karena pada tahap berikutnya
teks yang sudah disusun akan diperbaiki dan disusun ulang.
Tahap
3: Perbaikan (Revising)
Selama tahap perbaikan, penulis menyaring
ide-ide dalam tulisan mereka. Siswa biasanya mengakhiri proses menulis begitu
mereka mengakhiri dan melengkapi draf kasar, mereka percaya bahwa tulisan
mereka telah lengkap. Revisi bukan penyempurnaan tulisan, revisi adalah
mempertmukan kebutuhan pembaca dengan menambah, mengganti, menghilangkan, dan menyusun
kembali bahan tulisan. Kata revisi berarti melihat kembali, pada tahap ini
penulis dapat melihat tulisannya kembali dengan teman sekelas dan guru yang
membantu mereka.
Aktivitas dalam tahap ini meliputi: 1)
membaca ulang draf kasar, 2) menyempurnakan draf kasar dalam proses menulis,
dan 3) memperbaiki bagian yang mendapat balikan dari kelompok menulis.
Pada tahap perbaikan ini siswa melihat
kembali tulisannya untuk selanjutnya menambah, mengganti, atau menghilangkan
sebagian ide dalam tulisannya. Misalnya, dalam menulis cerita, berkaitan dengan
penggarapan struktur cerita yang telah disusunnya siswa dapat mengubah watak
pelaku yang semula jahat menjadi baik. Atau siswa dapat juga menyelipkan
peristiwa lain dalam rangkaian cerita yang disusunnya.
Tahap
4: Penyutingan (Editing)
Penyutingan merupakan penyempunaan tulisan sanpai
pada bentuk akhir. Sampai tahap ini, fokus utama proses menulis adalah pada isi
tulisan siswa dengan fokus berganti pada kesalahan mekanik. Siswa menyempurnakan
tulisan mereka dengan mengoreksi ejaan dan kesalahan mekanikal yang lain.
Tujuannya membuat tulisan menjadi “siap baca secara optimal” (optimally
readable) (Smith, 1982).
Cara paling efektif untuk mengajarkan
ketermpilan mekanikal adalah pada saat penyutingan. Ketika penyutingan tulisan
disempurnakan melalui kegiatan membaca, siswa lebih tertarik pada pemakaian
keterampilan mekanikal secara benar karena mereka dapat berkomunikasi secara
efektif. Para peneliti menyarankan bahwa pendekatan fungsional dalam pengajaran
mekanikal tulisan lebih efektif dari pada latihan praktis. Aktivitas dalam
tahap ini meliputi:
1) Mengambil
jarak dari tulisan,
2) Mengoreksi
awal dengan menandai kesalahan, dan
3) Mengoreksi
kesalahan.
Sebagai contoh, dalam pembelajaran menulis
cerita, proses penyuntingan merupakan tahap penyempurnaan tulisan cerita yang
dilakukan sebelum kegiatan publikasi cerita yang ditulis siswa. Pada tahap ini
siswa menyalin kembali draf yang telah dibuatnya ke dalam polio bergaris sehingga
menjadi sebuah karangan yang utuh. Pada saat yang sama siswa juga melakukan perbaikan
kesalahan yang bersifat mekanis berkaitan dengan ejaan dan tanda baca.
Tahap
5: Pemublikasian (publishing)
Pada tahap akhir proses penulisan, siswa
mempublikasikan tulisan mereka dan menyempurnakannya dengan membaca pendapat
dan komentar yang diberikan teman atau siswa lain, orang tua dan komunitas
mereka sebagai penulis. Pada tahap publikasi siswa mempublikasikan hasil
penulisannya melalui kegiatan berbagi hasil tulisan (sharing). Kegiatan berbagi
hasil ini dapat dilakukan diantaranya melalui kegiatan penugasan siswa untuk membacakan
hasil karangan di depan kelas (Tompkins,1994). Sebagai contoh dalam pembelajaran
menulis cerita, kegiatan publikasi dapat dilakukan dengan menugaskan siswa membacakan
hasil cerita yang telah ditulisnya, sementara siswa lain memberikan pendapat berkaitan
dengan cerita tersebut. Kegiatan sharing lainnya dapat dilakukan dengan
meminta orang tua siswa membaca dan memberi komentar terhadap cerita yang telah
ditulis siswa.
C.
Cara
Menumbuhkembangkan Ketrampilan Menulis Anak Sekolah Dasar
1. Memotivasi Minat Tulis Anak Sekolah Dasar
Minat anak terhadap menulis sudah tumbuh dan
berkembang sejak usia dini atau pra-TK yang ditandai dengan anak mulai mencoret-coret
dan menggambar kertas atau dinding-dingding rumah. Kalau kita tanyakan pada
anak tentang coretan atau gambar-gambar itu maka anak dapat bercerita kepada
kita dengan gamblang bahwa coretan itu adalah rangkaian tulisan yang
mengungkapkan suatu cerita. Baru setelah anak mulai memasuki jenjang TK atau SD
minat tulis anak mulai berkembang dengan pesat dan tertata.
Sulzby (1985) Dyson (1985) dalam Mason
(1989:135) dalam pengamatannya membuat kategori bentuk tulisan anak TK yaitu
kategori coretan, huruf dan ejaan. Kategori-kategori itu dirinci menjadi, (1)
gambaran, (2) coretan bergelombang, (3) coretan menyerupai huruf, (4) unit
menyerupai huruf, (5) huruf-huruf acak, (6) pola-pola huruf dan unsur-unsur
nama huruf, (7) ejaan penuh, dan (8) konvensional.
Di Sekolah Dasar baik pada kelas rendah atau
kelas I dan II maupun kelas tinggi yakni kelas III-VI minat tulis anak mulai
berkembang. Peran guru pada masa ini sangat besar. Guru harus merangsang
motivasi anak dalam menulis. Guru harus memiliki strategi-strategi yang tepat
dan aktual yang disesuaikan dengan perkembangan kognitif, moral, sosial dan
bahasa anak. Pengamatan dan penelitian tentang kemajuan anak harus dilakukan
guru secara rutin dan berkesinambungan.
2. Cara
Menumbuhkembangkan Keterampilan Menulis Anak Sekolah Dasar
Salah satu cara menumbuhkembangkan
keterampilan menulis anak Sekolah Dasar dapat dilakukan dengan pendekatan Writers
Workshop, yaitu:
a. Tujuan, membiarkan
pengalaman anak berproses sendiri, belajar menulis dengan menulis dan kegiatan
menulis berawal dari dirinya sendiri.
b. Topik, anak-anak
memilih topik mereka sendiri dan anak-anak sering memilih bahan tulisan tentang
kejadian-kejadian, sesuatu yang dialami dalam kehidupan sendiri, hobi mereka
dan hal-hal yang menarik bagi mereka.
c. Waktu, anak-anak
memerlukan 60-90 menit setiap hari dalam Writers Workshop.
d. Skedul
(rencana pengajaran) menulis bagian skedul biasa dan terus menerus
pada hari-hari sekolah.
e. Organisasi,
Writers Workshop meliputi minilesson (pengajaran mini),
waktu menulis bebas, dan sharing (diskusi).
Prosedur pengajaran dengan menggunakan
pendekatan Writers Workshop adalah sebagai berikut:
a. Pengajaran mini, selama
5-15 menit guru memberikan pengajaran tentang konsep tulisan, rencana tulisan,
dan strategi dan keterampilan menulis.
b. Menulis bebas, selama
30-45 menit anak bekerja dalam projek menulis.
c. Diskusi (sharing) setelah
menulis bebas siswa mengadakan diskusi selama 10-15 menit dengan teman sekelas.
Pelajaran mini adalah diskusi singkat atau penyelenggaraan
prosedur, konsep sastra, dan keterampilan dan strategi menulis (Atwell, 1987).
Tujuan pelajaran mini untuk menentukan topik utama bukan memberikan drill dan
praktik (Crafton, 1991) (dalam Tompkins, 1994:61). Langkah-langkah pengajaran
mini adalah sebagai berikut:
1. Memperkenalkan
prosedur Writers Workshop, konsep sastra (konsep lain),
strategi dan keterampilan menulis.
2. Diskusi
tentang contoh-contoh topik tulisan anak-anak atau buku-buku yang ditulis untuk
anak-anak.
3. Memberikan
informasi tentang topik dan membuat hubungan pada sastra atau tulisan lainnya.
4. Anak-anak
membuat catatan tentang topik yang akan disampaikan dalam kelas.
5. Meminta
anak merefleksi atau berspekulasi bagaimana mereka dapat menggunakan informasi
ini dalam tulisan mereka (Murry, 1990) (dalam Tompkins, 1994:62).
Pada tahap menulis bebas, anak diberi
kebebasan dalam menentukan topik. Dalam menentukan topik anak dapat meminta
bantuan teman sekelasnya atau dengan guru. Langkah-langkah dalam penulisan sama
dengan langkah dalam proses menulis yakni, prewriting, drafting,
revising, editing dan publishing. Anak secara bebas
mencari buku-buku atau bacaan di pustaka atau pustaka kelasnya atau
sumber-sumber lain selain sumber tulisan.
Pada saat menulis bebas, guru berkeliling,
memantau anaknya yang mengalami jalan buntu. Guru ikut membantu membuka
kebuntuan itu dengan mengadakan konferensi atau saran-saran. Siswa sendiri bisa
meminta bantuan teman sekelasnya untuk mengatasi kesulitan dan kebuntuan.
Setelah waktu yang disediakan dirasa sudah cukup, maka anak membentuk kelompok
kecil untuk mengadakan revisi. Tulisan anak dapat ditukar dengan temannya. Pada
waktu sharing anak dapat menerima masukan dari temannya baik isi maupun yang
berkaitan dengan tanda baca. "Banyak guru menemukan bahwa revisi dalam
kelompok lebih efektif dari seorang teman karena dalam kelompok umpan balik
akan lebih banyak dan beragam" (Tompkins, 1994:63).
Karangan yang sudah direvisi disalin kembali
secara lengkap pada kertas yang lain dan siap diedit. Dalam editing anak dapat
memperhalus bahasa, ejaan dan memperkirakan audien yang akan membaca
tulisannya. Hasil tulisan dapat dipajang di papan pajangan atau dibacakan di
muka kelas. Pujian yang disertai tepuk tangan sangat penting disamping saran-saran
dan komentar.
Di bawah ini penulis ungkapkan garis besar
tahapan rencana kegiatan, sebagai berikut:
1. Pembelajaran
mini
a. Guru menjelaskan
langkah-langkah dalam membuat sebuah karangan.
b. Guru menggali ide dari
berbagai siswa tentang tempat-tempat yang menarik dan pada akhirnya menentukan
tema sentral. Tema dapat diperkirakan atau ditentukan sebelumnya oleh guru atau
muncul pada saat brainstorming dengan anak.
c. Murid dapat memilih
topiknya sendiri dan dapat juga menerima saran dari temannya atau gurunya.
2. Menulis
bebas, anak menulis berdasarkan 5 langkah menulis. Tempat duduk diatur secara
bebas dan menyenangkan. Anak boleh duduk di bangku, di lantai, berkelompok atau
sendiri-sendiri. Guru memantau pelaksanaan.
3. Tahap
revisi, anak melakukan sharing dengan teman sekelas atau konferensi dengan
guru.
4. Publikasi, anak menempelkan hasil
karangannya pada papan pajangan atau membacanya di depan kelas. Siswa yang lain
dapat memberi aplusan dan komentar.
D. Metode Pembelajaran Menulis
Ada beberapa metode
pembelajaran menulis menurut Djauzak, antara lain:
a.
Metode Eja
Metode eja di dasarkan pada pendekatan
harfiah, artinya belajar membaca dan menulis dimulai dari huruf-huruf yang
dirangkaikan menjadi suku kata. Oleh karena itu pengajaran dimulai dari
pengenalan huruf-huruf. Demikian halnya dengan pengajaran menulis di mulai dari
huruf lepas, dengan langka-langkah sebagai berikut:
1) Menulis
huruf lepas
2) Merangkaikan
huruf lepas menjadi suku kata
3) Merangkaikan
suku kata menjadi kata
4) Menyusun
kata menjadi kalimat.
b. Metode
kata lembaga
Metode kata lembaga di mulai mengajar dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengenalkan kata
2) Merangkaikan
kata antar suku kata
3) Menguraikan
suku kata atas huruf-hurufnya
4) Menggabungkan
huruf menjadi kata
c. Metode
Global
Metode global memulai pengajaran membaca dan
menulis permulaan dengan membaca kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar. Menguraikan
kalimat dengan kata-kata, menguraikan kata-kata menjadi suku kata.
d. Metode
SAS
Metode SAS menurut Supriyadi adalah suatu
pendekatan cerita di sertai dengan gambar yang di dalamnya terkandung unsur
analitik sintetik. Metode SAS menurut Djauzak adalah suatu pembelajaran menulis
permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar
menulis dengan menampil cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau
siswa dengan siswa. Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni
keterampilan menulis kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu
kalimat, sementara sebagian siswa mencari huruf, suku kata dan kata, guru dan
sebagian siswa menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang
berarti.
Proses operasional metode SAS mempunyai
langkah-lagkah dengan urutan sebagai berikut:
1.
Struktur yaitu menampilkan keseluruhan.
2.
Analitik yatu melakukan proses penguraian.
3.
Sintetik yaitu melakukan penggalan pada struktur semula.
Demikian langkah-langkah yang dapat dilakukan
dalam pembelajaran menulis permulaan dengan metode SAS, sehingga hasil belajar
itu benar-benar menghasilkan struktur analitik sintetik.
E. Tujuan Pembelajaran Menulis di SD Kelas Rendah dan Kelas
Tinggi
Tujuan pembelajaran
menulis di SD kelas rendah dapat dilihat pada Hasil Belajar dan Kompetensi
Dasar apa yang akan dikembangkan. Hasil Belajar dan Kompetensi Dasar untuk
menulis di SD kelas rendah dapat dilihat pada sumbernya, yaitu Kurikulum 2004:
Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah. Adapun hasil belajar atau tujuan pembelajaran menulis yang ingin
dicapai di kelas I SD adalah (a) bersikap dengan benar menulis garis
putus-putus, garis lurus, garis lengkung, lingkaran, garis pembentuk huruf; (b)
menjiplak dan menebalkan (gambar, lingkaran, dan bentuk lurus); (c) menyalin
(huruf, kata, kalimat, angka arab, kalimat atau beberapa kalimat); (d) menulis
huruf, kata, dan kalimat sederhana dengan huruf lepas; (e) menulis beberapa
kalimat sederhana (terdiri atas 3-5 kata) dengan huruf sambung dan
menuliskannya dengan benar; dan (g) menulis rapi kalimat dengan huruf sambung.
Hasil belajar atau
tujuan pembelajaran menulis di kelas 2 adalah (a) menuliskan pengalaman
menggunakan kalimat sederhana dengan huruf sambung, (b) menuliskan kalimat yang
didiktekan guru dalam huruf sambung dengan benar (penggunaan ejaan dan tanda
baca), (c) melengkapi cerita dengan kata yang tepat, (d) menulis karangan
pendek tentang kegiatan anggota keluarga, dan (e) menulis cerita sederhana
tentang kesukaan dan ketidaksukaan.
Dalam praktiknya
pembelajaran menulis di SD kelas I guru tidak banyak mengalami kesulitan karena
siswa kelas I SD sebagian besar sudah dibekali dengan menulis dan membaca
permulaan di Taman Kanak-kanak.
Tujuan Pembelajaran
Menulis di SD Kelas Tinggi Hasil belajar atau tujuan pembelajaran menulis di SD
kelas tinggi adalah berikut ini.
Kelas 3
a.
Menulis karangan dari pikiran sendiri dengan menggunakan
pilihan kata dan kalimat yang tepat.
b.
Menulis karangan berdasarkan rangkaian gambar seri
menggunakan kalimat yang makin kompleks.
c.
Membuat ringkasan dari teks narasi cerita dalam beberapa
kalimat menggunakan kata-kata sendiri.
d.
Menulis petunjuk membuat mainan dan menjelaskan cara
memainkannya.
e.
Menulis surat undangan ultah.
f.
Menuliskan kembali cerita yang dibaca atau didengar
dengan bahasanya sendiri.
Kelas 4
a.
Memahami isi percakapan dan melengkapi percakapan.
b.
Menulis deskripsi tentang benda di sekitar atau seseorang
dengan bahasa yang runtut.
c.
Mengisi formulir dengan benar.
d.
Memahami isi cerita dan melengkapi cerita.
e.
Menulis surat untuk teman sebaya tentang pengalaman atau
cita-cita dengan bahasa yang komunikatif.
f.
Menyusun paragraf dengan bahan yang tersedia.
g.
Menulis cerita berdasarkan pengalaman.
h.
Menulis pengumuman dengan bahasa yang komunikatif.
i.
Menulis cerita rekaan berdasarkan pengalaman dengan
bahasa yang runtut dan menggunakan EYD yang tepat.
j.
Membuat pantun sederhana.
Kelas 5
a. Menulis karangan berdasarkan gambar seri
yang diacak.
b. Menulis karangan dengan bahan yang tersedia.
c. Menyusun karangan dengan menggunakan kerangka
karangan.
d. Menulis alamat surat pada kartu pos dengan
benar.
e. Menulis surat pribadi untuk berbagai tujuan
dengan kalimat yang efektif.
f. Menyusun laporan melalui tahapan yang benar.
g. Menulis secara ringkas isi buku pengetahuan
dari cerita dalam beberapa kalimat dengan kata-kata sendiri.
h. Menulis kejadian penting dalam buku harian dengan
ragam bahasa yang sesuai.
i. Menuangkan ide/gagasan dalam bentuk poster
sederhana dengan bahasa yang komunikatif.
j. Menulis pengalaman pribadi dalam bentuk
prosa sederhana.
k. Menuangkan gagasan dalam bentuk puisi.
Kelas 6
a. Mengisi daftar riwayat hidup dengan benar.
b. Menyusun naskah pidato/sambutan dengan bahasa
yang komunikatif dan santun.
c. Menyampaikan
informasi dalam bentuk iklan dengan bahasa yang komunikatif.
d. Menulis wesel pos dengan benar.
e. Membuat ringkasan dari teks yang dibaca atau
didengar.
f. Menyusun rangkuman dari berbagai teks bacaan
yang memiliki kesamaan tema.
g. Menulis surat resmi dengan memperhatikan
pilihan kata sesuai dengan yang dituju.
h. Mengubah puisi ke dalam bentuk prosa dengan
tetap mempertahankan makna puisi.
i. Menyusun percakapan berdasarkan ilustrasi
gambar.
F. Faktor Penyebab Kesulitan Menulis
Kesulitan menulis ialah dimana anak belum mampu menulis
sesuai dengan persyaratan menulis secara jelas seperti menulis dengan
karakter-karakter huruf yang jelas dan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Faktor-faktor penyebab kesulitan menulis menurut Hildreth (1985) ialah
sebagai berikut:
1.
Kesulitan dalam Motorik
Halus (fine motor problems). Menyebabkan anak tidak bisa menulis dengan
benar karena huruf-huruf yang ditulisnya tidak jelas, walaupun anak dapat
mengeja huruf dengan baik. Akibat yang ditimbulkan dari kesulitan bidang inis
ialah (1) lambat dalam menulis, (2) menulis huruf atau angka dengan kemiringan
yang beragam, (3) tulisan terlalu tebal karena terlalu ditekan atau terlalu
tipis karena tekanan tangan pada waktu menulis sangat sedikit.
2.
Kesulitan Persepsi Visual
-Motor . Kesulitan dalam bidang inimenyebabkan anak kesulitan dalam
menulis seperti: (1) tulisan keluar, ke bawah, atau ke atas garis, (2) menulis
dengan huruf yang terbalik seperti huruf b ditulis d, huruf m ditulis w, angka
6 ditulis 9.
3.
Kesulitan Visual
Memory (visual memory problems). Kesulitan dalam bidang ini
menyebabkan anak sukar untuk mengingat bentuk huruf yang akan menjadi bahan
tulisannya. Hal ini menyebabkan anak menjadi lambat dalam melakukan aktivitas
menulisnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menulis
merupakan suatu proses yang berisi serangkaian kegiatan mulai dari
menyusun rencana (perencanaan, pramenulis), menulis draf (pengedrafan),
memperbaiki draf (perbaikan), menyunting draf (penyuntingan), dan
mempublikasikan hasil tulisan (pemublikasian).
Lima
tahap proses menulis yang teridentifikasi melalui penelitian yang dimaksud meliputi:
pramenulis, penyusunan konsep, perbaikan, penyutingan, dan penerbitan.
Salah
satu cara menumbuhkembangkan keterampilan menulis anak Sekolah Dasar dapat
dilakukan dengan pendekatan Writers Workshop, yaitu:
a. Tujuan, membiarkan
pengalaman anak berproses sendiri, belajar menulis dengan menulis dan kegiatan
menulis berawal dari dirinya sendiri.
b. Topik, anak-anak
memilih topik mereka sendiri dan anak-anak sering memilih bahan tulisan tentang
kejadian-kejadian, sesuatu yang dialami dalam kehidupan sendiri, hobi mereka
dan hal-hal yang menarik bagi mereka.
c. Waktu, anak-anak
memerlukan 60-90 menit setiap hari dalam Writers Workshop.
d. Skedul
(rencana pengajaran) menulis bagian skedul biasa dan terus menerus
pada hari-hari sekolah.
e. Organisasi,
Writers Workshop meliputi minilesson (pengajaran
mini), waktu menulis bebas, dan sharing (diskusi).
Ada beberapa metode
pembelajaran menulis menurut Djauzak, antara lain: Metode eja, metode kata
lembaga, metode global, metode SAS
B. Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi kita
sebagai calon guru. Agar upaya menumbuhkembangkan keterampilan menulis anak
Sekolah Dasar dapat efektif dan efisien maka penulis mengemukakan saran sebagai
berikut:
1. Hendaknya guru SD mulai menggunakan pembelajaran
inovatif dan meninggalkan pembelajaran tradisional dalam pengajaran Bahasa
Indonesia khususnya pokok bahasan keterampilan menulis.
2. Untuk membuktikan dalam menumbuhkembangkan
keterampilan menulis anak Sekolah Dasar seyogyanya guru SD mencoba dan
mengaplikasikan pengajaran Bahasa Indonesia pokok bahasan keterampilan menulis
melalui pendekatan Writers Workshop
DAFTAR
PUSTAKA
Rofi’uddin, Ahmad. 1997. Pengajaran
Membaca dan Menulis Permulaan. Malang: IKIP Malang
Suwignyo, Hery.1997. Pembentukan Keruntutan Karangan
Murid Kelas V Sekolah Dasar Berdasarkan Pembelajaran Proses Menulis. Malang:
Tesis
Pendidikanpgsd. (2008). Pengembangan Keterampilan Menulis. Online. Tersedia:
Restu. (2012). Mengembangkan
Kemampuan Menulis di SD. Online. Tersedia:
https://restu89.wordpress.com/2012/08/30/mengembangkan-kemampuan-menulis-di-sd/
https://restu89.wordpress.com/2012/08/30/mengembangkan-kemampuan-menulis-di-sd/
No comments:
Post a Comment
you say