IBX5A82D9E049639

Sunday, 26 February 2017

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA SEKOLAH DASAR

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA

SEKOLAH DASAR

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
kewajiban kita sebagai warga Negara Indonesia ,adalah ikut mencerdaskan bangsa, seperti yang tertuang dalam UUD 1945 bahwa dalam mengisi kemerdekaan setiap warga Negara harus ikut serta dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Adapun cara dari upaya tersebut dapat ditempuh dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah dengan adanya sekolahan. Sekolah merupakan cara yang efektif dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, karena sekolah merupakan sarana formal untuk dapat melakukan proses belajar dan pembelajaran.
Pembelajaran menulis adalah hal kedua yang harus dikuasai oleh anak setelah membaca, seorang anak jika kurang memahami simbol-simbol bahasa maka kurang baik jika diberi pelajaran yang lain. Kemampuan menulis khususnya bagi anak didik  SD/MI perlu dipehatikan, karena tidak sedikit siswa SD/MI kurang mengenal atau memahami simbol-simbol bahasa tulisan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengamatan tentang kem,ampuan menulis ini, agar dapat menjadi gambaran sejauh mana keberhasilan bangsa Indonesia dalam upaya mencerdaskan bangsa.
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD yang harus dilatihkan oleh guru kepada siswa. Untuk itu guru harus dapat memberikan motivasi agar siswa tidak merasa bosan dalam pembelajaran menulis karangan. Akan tetapi masih terdapat beberapa guru dalam memberikan pembelajaran menulis lebih banyak teori daripada melatih keterampilannya. Selain itu guru dalam menyampaikan pembelajaran masih menggunakan metode atau pendekatan yang kurang bervariasi. Sehingga yang terjadi di kelas adalah siswa tidak aktif sedangkan guru berdiri di depan kelas menjelaskan materi pelajaran. Dengan keadaan seperti di atas tidak ada lagi suasana yang menyenangkan, siswa tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya.
B.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah nya adalah sebagai berikut:
1.      Apa hakikat menulis itu?
2.      Bagaimana tahapan dalam proses menulis?
3.      Bagaimana cara menumbuh kembangkan keterampilan menulis anak Sekolah Dasar?
4.      Apa  tujuan pembelajaran menulis di SD kelas rendah dan kelas tinggi?
5.       Apa saja faktor penyebab dari kesulitan menulis?

C.     Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuannya adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui hakikat menulis.
2.      Mengetahui tahapan dalam proses menulis.
3.      Mengetahaui cara menumbuh kembangkan ketrampilan menulis anak Sekolah Dasar.
4.      Mengetahui   tujuan pembelajaran menulis di SD kelas rendah dan kelas rendah.
5.       Mengetahui  saja faktor penyebab dari kesulitan Menulis.



BAB II
PEMBAHASAN


A.     Hakikat Menulis
Farris (1993) mengemukakan bahwa dalam konteks kiat berbahasa (language art) menulis merupakan kegiatan yang paling kompleks untuk dipelajari siswa. Khususnya di sekolah dasar, menulis merupakan keterampilan yang sulit diajarkan sehingga bagi guru, mengajarkan menulis juga merupakan tugas yang paling sulit. Newman (1985) menegaskan bahwa hal ini dikarenakan menulis berkembang dalam berbagai arah atau kecenderungan. Menulis kadang-kadang berkembang secara berkesinambungan, kadang-kadan tidak dapat dikenali, dan kadang-kadang juga menunjukkan perkembangan yang mengejutkan atau luar biasa (Suwignyo, 1997).
Mengacu pada proses pelaksanaannya, menulis merupakan kegiatan yang dapat dipandang sebagai (1) suatu keterampilan, (2) proses berpikir (kegiatan bernalar), (3) kegiatan transformasi, (4) kegiatan berkomunikasi, dan (5) sebuah proses. Sebagai suatu keterampilan, menulis sebagaimana keterampilan berbahasa lainnya perlu dilatihkan secara rekursif dan ajek. Hal ini akan memberi kemungkinan lebih besar bagi siswa untuk memiliki keterampilan menulis yang lebih baik. Latihan harus selektif sehingga pelaksanaannya benar-benar sesuai dengan tujuan dan benar-benar dapat menunjang pencapaian target kemampuan menulis yang diharapkan. Untuk itu, latihan hars dilakukan dalam konteks yang aktual dan fungsional sehingga dapat memberikan manfaat bagi siswa secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai suatu proses berpikir (kegiatan bernalar), dalam menulis penulis dituntut memiliki penalaran yang baik sehingga menghasilkan tulisan yang baik. Tchudy mengemukakan bahwa bernalar merupakan dasar dalam kegiatan menulis. Siswa harus menyeleksi dan mengorganisasikan informasi untuk kemudian merepresentasikannya kembali dalam urutan yang logis (Crawley, 1988:200). Dengan demikian, penulis yang memiliki penalaran yang baik akan menghasilkan tulisan yang baik. Karangan merupakan suatu hasil proses berpikir. Karangan merupakan hasil ungkapan ide, gagasan, dan perasaan yang diperoleh melalui kegiatan berpikir kritis dan kreatif. Pelaksanaan kegiatan menulis menuntut proses berpikir. Dalam menulis, siswa akan memikirkan terlebih dahulu apa yang akan dituliskannya sehingga ide dan gagasan dapat dituliskan secara baik. Hadis (1995) mengemukakan pendapatnya bahwa belajar berpikir dapat dilakukan melalui kegiatan menulis atau mengarang. Menulis karangan mendorong anak untuk berpikir terlebih dahulu sebelum menuliskan karangannya. Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan ungkapan kreativitas yang tidak hanya menekankan pada keterampilan mekanistis tetapi lebih pada prosesnya. Dalam kegiatan menulis, siswa akan memanfaatkan dunia pengetahuan dan pengalamannya, menuangkan ide, gagasan, dan perasaannua serta mengaitkannya dengan skemata yang dimiliki sehingga meahirkan sebuah tulisan. Sebagai suatu kegiatan transformatif, dalam menulis diperlukan dua kompetensi dasar, yaitu kompetensi mengelola cipta, rasa, dan karsa, serta kompetensi memformulasikan ketiga hal itu ke dalam bahasa tulis.Tercakup falam kompetesi pertama, yaitu penguasaan tentang substansi, ruang lingkup, dan sistematika permasalahan yang akan ditulis. Kompetensi kedua berkaitan dengan kemampun menggunakan bahasa tulis mencakup penguasaan kaidah tata tulis, diksi, kalimat, paragraf, dan sebagainya. Selanjutya menulis merupakan kegiatan berkomunikasi. Seseorang menulis dengan mempertimbangkan audiens (pembaca) karena menulis tidak tidujukan hanyauntuk diri sendiri. Untuk itu, dalam menulis perlu mempertimbangkan konteks tulisan mencakup apa, siapa, kapan, untuk tujuan apa, bentuk tulisan, media penyjian yang dipilih, dan sebagainya sehingga tulisan yang dihsilkan komunikatif.
Pada akhirnya menulis merupakan suatu proses yang berisi serangkaian kegiatan mulai dari menyusun rencana (perencanaan, pramenulis), menulis draf (pengedrafan), memperbaiki draf (perbaikan), menyunting draf (penyuntingan), dan mempublikasikan hasil tulisan (pemublikasian).

B.      Tahapan Dalam Proses Menulis
Donald Murray telah menulis sebuah deskripsi tentang proses menulis yang deskripsinya membangkitkan semangat menulis siswa di sekolah. Menulis diberikan sebagai proses berpikir yang terus menerus, proses eksperimentasi, dan proses review. Aktivitas menulis karya tulis berkembang dalam tiga tahap: perencanaan (rehearsing), penyusunan konsep (drafting), dan perbaikan (revising) (dalam Temple, 1988).
Tahap perencanaan adalah tahap penulis berusaha menemukan apa yang akan mereka tulis. Guru dapat mendorong penemuan topic ini dengan cara ramu pendapat (brainstorming) yang memungkinkan anak berpikir dan menulis berbagai rincian tentang orang, tempat, atau peristiwa yang bermakna bagi mereka. Kadang-kadang guru memperkenalkan menulis bebas selama tahapan ini.
Tahap selanjutnya, yaitu penyusunan konsep (drafting). Istilah draft dipilih karena aktivitas menulis dalam tahap ini bersifat sementara. Ketika kita menyebut draft pertama, kedua, maka secara tidak langsung potongan kerja tersebut akan berubah, draft lain akan menyusul. Penulis perlu menuangkan pikiran-pikirannya dan mempertimbangkannya untuk disampaikan kepada orang lain. Penulis perlu berdialog dengan dirinya selama proses penyusunan konsep.
Tahap ketiga yaitu tahap perbaikan merupakan tahap akhir. Sekalipun demikian perlu diingat bahwa perbaikan dapat berlajut pada perencanaan dan penyusunan konsep lebih lanjut.
Berikut ini tahap-tahap menulis yang dirangkum dari Tompkins (1994). Tompkins menguraikan proses menulis menjadi lima tahap yang diidentifikasi melalui serangkaian penelitian tentang proses menulis. Lima tahap proses menulis yang teridentifikasi melalui penelitian yang dimaksud meliputi: pramenulis, penyusunan konsep, perbaikan, penyutingan, dan penerbitan.
Tahap 1: Pramenulis (prewriting)
Pramenulis merupakan tahap siap menulis Murray (1985) menyebut tahap ini dengan tahap penemuan menulis. Muray (1982) meyakini bahwa 20% atau lebih waktu tesrsita pada tahap ini. Aktivitas dalam tahap ini meliputi 1) memilih topik, 2) memikirkan tujuan, bentuk, dan audiens, dan 3) memanfaatkan dan mengorganisir gagasan-gagasan. Pada tahap pramenulis siswa berusaha mengemukakan apa yang akan mereka tulis. Dalam hal ini guru bisa menggunakan
berbagai srategi pramenulis yang diimplementasikan di kelas untuk membantu siswa memilih tema dan menentukan lancarnya proses menulis. Bila guru menentukan tema untuk siswa dan tema tersebut tidak sesuai dengan minat serta skemata siswa maka kegiatan menulis siswa akan terhambat. Misalnya saja dalam pembelajaran menukis cerita, tema cerita yang harus ditulis siswa harus sesuai dengan minat mereka.
Pada tahap ini siswa mengumpulkan gagasan dan informasi serta mencoba membuat kerangka atau garis besar yang akan ditulis. Di sini guru dapat melakukan kolaborasi melalui ramu pendapat (brainstorming), membuat klaster (clustering), atau menyusun daftar ide (listing) sehingga melahirakna tema dan topik tulisan yang sesuai dengan minat dan keinginan mereka.
Syafi’ie (1988) berpendapat bahwa untuk dapat menemukan perihal pokok karangan yang akan ditulis, maka dapat dilakukan dalam kegiatan penjajagan ide melalui brainstorming. Melalui kegiatan ini juga guru dapat mengetahui seberapa luas skemata yang dimiliki siswa berkaiatan dengan hal atau topic yang akan dibahas.
Masih dalam tahap pramenulis, siswa mulai memcari dan menentukan arah dan bentuk tulisannya. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan membaca untuk menelaah satu bentuk tulisan. Selain melakukan kegiatan membaca, khususnya dalam memilih topik, siswa juga dapat melakukan observasi, membaca buku dan sastra, serta menggunakan chart dan gambar.
Tahap 2: Penyusunan Draf Tulisan (Drafting)
Tahap kedua dalam proses menulis adalah menulis draf. Dalam proses menulis, siswa menulis dan menyaring tulisan mereka melalui sejumlah konsep. Selama tahap penyusunan konsep, siswa tefokus dalam pengumpulan gagasan. Perlu disampaikan kepada siswa bahwa pada tahap ini mereka tidak perlu merasa takut melakukan kesalahan. Kesempatan dalam menuangkan ide-ide dilakukan dengan sedikit memperhatikan ejaan, tanda baca, dan kesalahan mekanikal yng lain. Aktivitas dalam tahap ini meliputi: 1) menulis draft kasar, 2) menulis konsep utama, dan 3) menekankan pada pengembangan isi.
Penyusunan konsep merupakan tahap saat siswa mengorganisasikan dan mengembangkan ide yang telah dikumpulkannya lewat kegiatan brainstorming dalam bentuk draft kasar. Misalnya, dalam pembelajaran menulis cerita, selama tahap penyusunan konsep siswa terfokus pada aktivitas menuangkan ide dan menyusun konsep cerita yang akan dibuatnya. Untuk membantu siswa mengembangkan ide dan menyusun konsep tulisannya, dapat dilakukan pemberian chart struktur cerita sebagai media bagi siswa untuk menuangkan semua ide yang dimilikinya. Hal ini diharapkan dapat memudahkan mereka untuk mengungkapkan idenya berkaitan dengan struktur cerita secara tidak ragu-ragu, karena pada tahap berikutnya teks yang sudah disusun akan diperbaiki dan disusun ulang.
Tahap 3: Perbaikan (Revising)
Selama tahap perbaikan, penulis menyaring ide-ide dalam tulisan mereka. Siswa biasanya mengakhiri proses menulis begitu mereka mengakhiri dan melengkapi draf kasar, mereka percaya bahwa tulisan mereka telah lengkap. Revisi bukan penyempurnaan tulisan, revisi adalah mempertmukan kebutuhan pembaca dengan menambah, mengganti, menghilangkan, dan menyusun kembali bahan tulisan. Kata revisi berarti melihat kembali, pada tahap ini penulis dapat melihat tulisannya kembali dengan teman sekelas dan guru yang membantu mereka.
Aktivitas dalam tahap ini meliputi: 1) membaca ulang draf kasar, 2) menyempurnakan draf kasar dalam proses menulis, dan 3) memperbaiki bagian yang mendapat balikan dari kelompok menulis.
Pada tahap perbaikan ini siswa melihat kembali tulisannya untuk selanjutnya menambah, mengganti, atau menghilangkan sebagian ide dalam tulisannya. Misalnya, dalam menulis cerita, berkaitan dengan penggarapan struktur cerita yang telah disusunnya siswa dapat mengubah watak pelaku yang semula jahat menjadi baik. Atau siswa dapat juga menyelipkan peristiwa lain dalam rangkaian cerita yang disusunnya.
Tahap 4: Penyutingan (Editing)
Penyutingan merupakan penyempunaan tulisan sanpai pada bentuk akhir. Sampai tahap ini, fokus utama proses menulis adalah pada isi tulisan siswa dengan fokus berganti pada kesalahan mekanik. Siswa menyempurnakan tulisan mereka dengan mengoreksi ejaan dan kesalahan mekanikal yang lain. Tujuannya membuat tulisan menjadi “siap baca secara optimal” (optimally readable) (Smith, 1982).
Cara paling efektif untuk mengajarkan ketermpilan mekanikal adalah pada saat penyutingan. Ketika penyutingan tulisan disempurnakan melalui kegiatan membaca, siswa lebih tertarik pada pemakaian keterampilan mekanikal secara benar karena mereka dapat berkomunikasi secara efektif. Para peneliti menyarankan bahwa pendekatan fungsional dalam pengajaran mekanikal tulisan lebih efektif dari pada latihan praktis. Aktivitas dalam tahap ini meliputi:
1)    Mengambil jarak dari tulisan,
2)    Mengoreksi awal dengan menandai kesalahan, dan
3)    Mengoreksi kesalahan.
Sebagai contoh, dalam pembelajaran menulis cerita, proses penyuntingan merupakan tahap penyempurnaan tulisan cerita yang dilakukan sebelum kegiatan publikasi cerita yang ditulis siswa. Pada tahap ini siswa menyalin kembali draf yang telah dibuatnya ke dalam polio bergaris sehingga menjadi sebuah karangan yang utuh. Pada saat yang sama siswa juga melakukan perbaikan kesalahan yang bersifat mekanis berkaitan dengan ejaan dan tanda baca.
Tahap 5: Pemublikasian (publishing)
Pada tahap akhir proses penulisan, siswa mempublikasikan tulisan mereka dan menyempurnakannya dengan membaca pendapat dan komentar yang diberikan teman atau siswa lain, orang tua dan komunitas mereka sebagai penulis. Pada tahap publikasi siswa mempublikasikan hasil penulisannya melalui kegiatan berbagi hasil tulisan (sharing). Kegiatan berbagi hasil ini dapat dilakukan diantaranya melalui kegiatan penugasan siswa untuk membacakan hasil karangan di depan kelas (Tompkins,1994). Sebagai contoh dalam pembelajaran menulis cerita, kegiatan publikasi dapat dilakukan dengan menugaskan siswa membacakan hasil cerita yang telah ditulisnya, sementara siswa lain memberikan pendapat berkaitan dengan cerita tersebut. Kegiatan sharing lainnya dapat dilakukan dengan meminta orang tua siswa membaca dan memberi komentar terhadap cerita yang telah ditulis siswa.
C.     Cara Menumbuhkembangkan Ketrampilan Menulis Anak Sekolah Dasar
1.  Memotivasi Minat Tulis Anak Sekolah Dasar
Minat anak terhadap menulis sudah tumbuh dan berkembang sejak usia dini atau pra-TK yang ditandai dengan anak mulai mencoret-coret dan menggambar kertas atau dinding-dingding rumah. Kalau kita tanyakan pada anak tentang coretan atau gambar-gambar itu maka anak dapat bercerita kepada kita dengan gamblang bahwa coretan itu adalah rangkaian tulisan yang mengungkapkan suatu cerita. Baru setelah anak mulai memasuki jenjang TK atau SD minat tulis anak mulai berkembang dengan pesat dan tertata.
Sulzby (1985) Dyson (1985) dalam Mason (1989:135) dalam pengamatannya membuat kategori bentuk tulisan anak TK yaitu kategori coretan, huruf dan ejaan. Kategori-kategori itu dirinci menjadi, (1) gambaran, (2) coretan bergelombang, (3) coretan menyerupai huruf, (4) unit menyerupai huruf, (5) huruf-huruf acak, (6) pola-pola huruf dan unsur-unsur nama huruf, (7) ejaan penuh, dan (8) konvensional.
Di Sekolah Dasar baik pada kelas rendah atau kelas I dan II maupun kelas tinggi yakni kelas III-VI minat tulis anak mulai berkembang. Peran guru pada masa ini sangat besar. Guru harus merangsang motivasi anak dalam menulis. Guru harus memiliki strategi-strategi yang tepat dan aktual yang disesuaikan dengan perkembangan kognitif, moral, sosial dan bahasa anak. Pengamatan dan penelitian tentang kemajuan anak harus dilakukan guru secara rutin dan berkesinambungan.
2.  Cara Menumbuhkembangkan Keterampilan Menulis Anak Sekolah Dasar
Salah satu cara menumbuhkembangkan keterampilan menulis anak Sekolah Dasar dapat dilakukan dengan pendekatan Writers Workshop, yaitu:
a.    Tujuan, membiarkan pengalaman anak berproses sendiri, belajar menulis dengan menulis dan kegiatan menulis berawal dari dirinya sendiri.
b.    Topik, anak-anak memilih topik mereka sendiri dan anak-anak sering memilih bahan tulisan tentang kejadian-kejadian, sesuatu yang dialami dalam kehidupan sendiri, hobi mereka dan hal-hal yang menarik bagi mereka.
c.    Waktu, anak-anak memerlukan 60-90 menit setiap hari dalam Writers Workshop.
d.    Skedul (rencana pengajaran) menulis bagian skedul biasa dan terus menerus pada hari-hari sekolah.
e.    Organisasi, Writers Workshop meliputi minilesson (pengajaran mini), waktu menulis bebas, dan sharing (diskusi).
Prosedur pengajaran dengan menggunakan pendekatan Writers Workshop adalah sebagai berikut:
a.    Pengajaran mini, selama 5-15 menit guru memberikan pengajaran tentang konsep tulisan, rencana tulisan, dan strategi dan keterampilan menulis.
b.    Menulis bebas, selama 30-45 menit anak bekerja dalam projek menulis.
c.    Diskusi (sharing) setelah menulis bebas siswa mengadakan diskusi selama 10-15 menit dengan teman sekelas.
Pelajaran mini adalah diskusi singkat atau penyelenggaraan prosedur, konsep sastra, dan keterampilan dan strategi menulis (Atwell, 1987). Tujuan pelajaran mini untuk menentukan topik utama bukan memberikan drill dan praktik (Crafton, 1991) (dalam Tompkins, 1994:61). Langkah-langkah pengajaran mini adalah sebagai berikut:
1.    Memperkenalkan prosedur Writers Workshop, konsep sastra (konsep lain), strategi dan keterampilan menulis.
2.    Diskusi tentang contoh-contoh topik tulisan anak-anak atau buku-buku yang ditulis untuk anak-anak.
3.    Memberikan informasi tentang topik dan membuat hubungan pada sastra atau tulisan lainnya.
4.    Anak-anak membuat catatan tentang topik yang akan disampaikan dalam kelas.
5.    Meminta anak merefleksi atau berspekulasi bagaimana mereka dapat menggunakan informasi ini dalam tulisan mereka (Murry, 1990) (dalam Tompkins, 1994:62).
Pada tahap menulis bebas, anak diberi kebebasan dalam menentukan topik. Dalam menentukan topik anak dapat meminta bantuan teman sekelasnya atau dengan guru. Langkah-langkah dalam penulisan sama dengan langkah dalam proses menulis yakni, prewriting, drafting, revising, editing dan publishing. Anak secara bebas mencari buku-buku atau bacaan di pustaka atau pustaka kelasnya atau sumber-sumber lain selain sumber tulisan.
Pada saat menulis bebas, guru berkeliling, memantau anaknya yang mengalami jalan buntu. Guru ikut membantu membuka kebuntuan itu dengan mengadakan konferensi atau saran-saran. Siswa sendiri bisa meminta bantuan teman sekelasnya untuk mengatasi kesulitan dan kebuntuan. Setelah waktu yang disediakan dirasa sudah cukup, maka anak membentuk kelompok kecil untuk mengadakan revisi. Tulisan anak dapat ditukar dengan temannya. Pada waktu sharing anak dapat menerima masukan dari temannya baik isi maupun yang berkaitan dengan tanda baca. "Banyak guru menemukan bahwa revisi dalam kelompok lebih efektif dari seorang teman karena dalam kelompok umpan balik akan lebih banyak dan beragam" (Tompkins, 1994:63).
Karangan yang sudah direvisi disalin kembali secara lengkap pada kertas yang lain dan siap diedit. Dalam editing anak dapat memperhalus bahasa, ejaan dan memperkirakan audien yang akan membaca tulisannya. Hasil tulisan dapat dipajang di papan pajangan atau dibacakan di muka kelas. Pujian yang disertai tepuk tangan sangat penting disamping saran-saran dan komentar.
Di bawah ini penulis ungkapkan garis besar tahapan rencana kegiatan, sebagai berikut:
1.      Pembelajaran mini
a.    Guru menjelaskan langkah-langkah dalam membuat sebuah karangan.
b.   Guru menggali ide dari berbagai siswa tentang tempat-tempat yang menarik dan pada akhirnya menentukan tema sentral. Tema dapat diperkirakan atau ditentukan sebelumnya oleh guru atau muncul pada saat brainstorming dengan anak.
c.    Murid dapat memilih topiknya sendiri dan dapat juga menerima saran dari temannya atau gurunya.
2.      Menulis bebas, anak menulis berdasarkan 5 langkah menulis. Tempat duduk diatur secara bebas dan menyenangkan. Anak boleh duduk di bangku, di lantai, berkelompok atau sendiri-sendiri. Guru memantau pelaksanaan.
3.    Tahap revisi, anak melakukan sharing dengan teman sekelas atau konferensi dengan guru.
4.    Publikasi, anak menempelkan hasil karangannya pada papan pajangan atau membacanya di depan kelas. Siswa yang lain dapat memberi aplusan dan komentar.





D.     Metode Pembelajaran Menulis
Ada beberapa metode pembelajaran menulis menurut Djauzak, antara lain:
a.       Metode Eja
Metode eja di dasarkan pada pendekatan harfiah, artinya belajar membaca dan menulis dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan menjadi suku kata. Oleh karena itu pengajaran dimulai dari pengenalan huruf-huruf. Demikian halnya dengan pengajaran menulis di mulai dari huruf lepas, dengan langka-langkah sebagai berikut:
1)    Menulis huruf lepas
2)    Merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata
3)    Merangkaikan suku kata menjadi kata
4)    Menyusun kata menjadi kalimat.
b.    Metode kata lembaga
Metode kata lembaga di mulai mengajar dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)    Mengenalkan kata
2)    Merangkaikan kata antar suku kata
3)    Menguraikan suku kata atas huruf-hurufnya
4)    Menggabungkan huruf menjadi kata
c.    Metode Global
Metode global memulai pengajaran membaca dan menulis permulaan dengan membaca kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar. Menguraikan kalimat dengan kata-kata, menguraikan kata-kata menjadi suku kata.
d.    Metode SAS
Metode SAS menurut Supriyadi adalah suatu pendekatan cerita di sertai dengan gambar yang di dalamnya terkandung unsur analitik sintetik. Metode SAS menurut Djauzak adalah suatu pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampil cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa. Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat, sementara sebagian siswa mencari huruf, suku kata dan kata, guru dan sebagian siswa menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti.
Proses operasional metode SAS mempunyai langkah-lagkah dengan urutan sebagai berikut:
1.      Struktur yaitu menampilkan keseluruhan.
2.      Analitik yatu melakukan proses penguraian.
3.      Sintetik yaitu melakukan penggalan pada struktur semula.
Demikian langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pembelajaran menulis permulaan dengan metode SAS, sehingga hasil belajar itu benar-benar menghasilkan struktur analitik sintetik.

E.      Tujuan Pembelajaran Menulis di SD Kelas Rendah dan Kelas Tinggi
Tujuan pembelajaran menulis di SD kelas rendah dapat dilihat pada Hasil Belajar dan Kompetensi Dasar apa yang akan dikembangkan. Hasil Belajar dan Kompetensi Dasar untuk menulis di SD kelas rendah dapat dilihat pada sumbernya, yaitu Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Adapun hasil belajar atau tujuan pembelajaran menulis yang ingin dicapai di kelas I SD adalah (a) bersikap dengan benar menulis garis putus-putus, garis lurus, garis lengkung, lingkaran, garis pembentuk huruf; (b) menjiplak dan menebalkan (gambar, lingkaran, dan bentuk lurus); (c) menyalin (huruf, kata, kalimat, angka arab, kalimat atau beberapa kalimat); (d) menulis huruf, kata, dan kalimat sederhana dengan huruf lepas; (e) menulis beberapa kalimat sederhana (terdiri atas 3-5 kata) dengan huruf sambung dan menuliskannya dengan benar; dan (g) menulis rapi kalimat dengan huruf sambung.
Hasil belajar atau tujuan pembelajaran menulis di kelas 2 adalah (a) menuliskan pengalaman menggunakan kalimat sederhana dengan huruf sambung, (b) menuliskan kalimat yang didiktekan guru dalam huruf sambung dengan benar (penggunaan ejaan dan tanda baca), (c) melengkapi cerita dengan kata yang tepat, (d) menulis karangan pendek tentang kegiatan anggota keluarga, dan (e) menulis cerita sederhana tentang kesukaan dan ketidaksukaan.
Dalam praktiknya pembelajaran menulis di SD kelas I guru tidak banyak mengalami kesulitan karena siswa kelas I SD sebagian besar sudah dibekali dengan menulis dan membaca permulaan di Taman Kanak-kanak.
Tujuan Pembelajaran Menulis di SD Kelas Tinggi Hasil belajar atau tujuan pembelajaran menulis di SD kelas tinggi adalah berikut ini.
Kelas 3
a.     Menulis karangan dari pikiran sendiri dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat.
b.     Menulis karangan berdasarkan rangkaian gambar seri menggunakan kalimat yang makin kompleks.
c.     Membuat ringkasan dari teks narasi cerita dalam beberapa kalimat menggunakan kata-kata sendiri.
d.     Menulis petunjuk membuat mainan dan menjelaskan cara memainkannya.
e.     Menulis surat undangan ultah.
f.      Menuliskan kembali cerita yang dibaca atau didengar dengan bahasanya sendiri.
Kelas 4
a.       Memahami isi percakapan dan melengkapi percakapan.
b.       Menulis deskripsi tentang benda di sekitar atau seseorang dengan bahasa yang runtut.
c.       Mengisi formulir dengan benar.
d.       Memahami isi cerita dan melengkapi cerita.
e.       Menulis surat untuk teman sebaya tentang pengalaman atau cita-cita dengan bahasa yang komunikatif.
f.        Menyusun paragraf dengan bahan yang tersedia.
g.       Menulis cerita berdasarkan pengalaman.
h.       Menulis pengumuman dengan bahasa yang komunikatif.
i.        Menulis cerita rekaan berdasarkan pengalaman dengan bahasa yang runtut dan menggunakan EYD yang tepat.
j.        Membuat pantun sederhana.
Kelas 5
a.    Menulis karangan berdasarkan gambar seri yang diacak.
b.    Menulis karangan dengan bahan yang tersedia.
c.    Menyusun karangan dengan menggunakan kerangka karangan.
d.    Menulis alamat surat pada kartu pos dengan benar.
e.    Menulis surat pribadi untuk berbagai tujuan dengan kalimat yang efektif.
f.     Menyusun laporan melalui tahapan yang benar.
g.    Menulis secara ringkas isi buku pengetahuan dari cerita dalam beberapa kalimat dengan kata-kata sendiri.
h.    Menulis kejadian penting dalam buku harian dengan ragam bahasa yang sesuai.
i.     Menuangkan ide/gagasan dalam bentuk poster sederhana dengan bahasa yang komunikatif.
j.     Menulis pengalaman pribadi dalam bentuk prosa sederhana.
k.    Menuangkan gagasan dalam bentuk puisi.
Kelas 6
a.    Mengisi daftar riwayat hidup dengan benar.
b.    Menyusun naskah pidato/sambutan dengan bahasa yang komunikatif dan santun.
c. Menyampaikan informasi dalam bentuk iklan dengan bahasa yang komunikatif.
d.    Menulis wesel pos dengan benar.
e.    Membuat ringkasan dari teks yang dibaca atau didengar.
f.     Menyusun rangkuman dari berbagai teks bacaan yang memiliki kesamaan tema.
g.    Menulis surat resmi dengan memperhatikan pilihan kata sesuai dengan yang dituju.
h.    Mengubah puisi ke dalam bentuk prosa dengan tetap mempertahankan makna puisi.
i.     Menyusun percakapan berdasarkan ilustrasi gambar.

F.      Faktor Penyebab Kesulitan Menulis
Kesulitan menulis ialah dimana anak belum mampu menulis sesuai dengan persyaratan menulis secara jelas seperti menulis dengan karakter-karakter huruf yang jelas dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Faktor-faktor penyebab kesulitan  menulis menurut Hildreth (1985) ialah sebagai berikut:
1.      Kesulitan dalam Motorik Halus (fine motor problems). Menyebabkan anak tidak bisa menulis dengan benar karena huruf-huruf yang ditulisnya tidak jelas, walaupun anak dapat mengeja huruf dengan baik. Akibat yang ditimbulkan dari kesulitan bidang inis ialah (1) lambat dalam menulis, (2) menulis huruf atau angka dengan kemiringan yang beragam, (3) tulisan terlalu tebal karena terlalu ditekan atau terlalu tipis karena tekanan tangan pada waktu menulis sangat sedikit.
2.      Kesulitan Persepsi Visual -Motor . Kesulitan dalam bidang inimenyebabkan anak kesulitan dalam menulis seperti: (1) tulisan keluar, ke bawah, atau ke atas garis, (2) menulis dengan huruf yang terbalik seperti huruf b ditulis d, huruf m ditulis w, angka 6 ditulis 9.
3.      Kesulitan Visual Memory (visual memory problems). Kesulitan dalam bidang ini menyebabkan anak sukar untuk mengingat bentuk huruf yang akan menjadi bahan tulisannya. Hal ini menyebabkan anak menjadi lambat dalam melakukan aktivitas menulisnya.





BAB III
PENUTUP


A.     Kesimpulan
Menulis merupakan suatu proses yang berisi serangkaian kegiatan mulai dari menyusun rencana (perencanaan, pramenulis), menulis draf (pengedrafan), memperbaiki draf (perbaikan), menyunting draf (penyuntingan), dan mempublikasikan hasil tulisan (pemublikasian).
Lima tahap proses menulis yang teridentifikasi melalui penelitian yang dimaksud meliputi: pramenulis, penyusunan konsep, perbaikan, penyutingan, dan penerbitan.
Salah satu cara menumbuhkembangkan keterampilan menulis anak Sekolah Dasar dapat dilakukan dengan pendekatan Writers Workshop, yaitu:
a.       Tujuan, membiarkan pengalaman anak berproses sendiri, belajar menulis dengan menulis dan kegiatan menulis berawal dari dirinya sendiri.
b.       Topik, anak-anak memilih topik mereka sendiri dan anak-anak sering memilih bahan tulisan tentang kejadian-kejadian, sesuatu yang dialami dalam kehidupan sendiri, hobi mereka dan hal-hal yang menarik bagi mereka.
c.       Waktu, anak-anak memerlukan 60-90 menit setiap hari dalam Writers Workshop.
d.       Skedul (rencana pengajaran) menulis bagian skedul biasa dan terus menerus pada hari-hari sekolah.
e.       Organisasi, Writers Workshop meliputi minilesson (pengajaran mini), waktu menulis bebas, dan sharing (diskusi).
Ada beberapa metode pembelajaran menulis menurut Djauzak, antara lain: Metode eja, metode kata lembaga, metode global, metode SAS

B.      Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi kita sebagai calon guru. Agar upaya menumbuhkembangkan keterampilan menulis anak Sekolah Dasar dapat efektif dan efisien maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut:
1.                     Hendaknya guru SD mulai menggunakan pembelajaran inovatif dan meninggalkan pembelajaran tradisional dalam pengajaran Bahasa Indonesia khususnya pokok bahasan keterampilan menulis.
2.                     Untuk membuktikan dalam menumbuhkembangkan keterampilan menulis anak Sekolah Dasar seyogyanya guru SD mencoba dan mengaplikasikan pengajaran Bahasa Indonesia pokok bahasan keterampilan menulis melalui pendekatan Writers Workshop




DAFTAR PUSTAKA
Rofi’uddin, Ahmad. 1997. Pengajaran Membaca dan Menulis Permulaan. Malang: IKIP Malang
Suwignyo, Hery.1997. Pembentukan Keruntutan Karangan Murid Kelas V Sekolah Dasar Berdasarkan Pembelajaran Proses Menulis. Malang: Tesis

Pendidikanpgsd. (2008). Pengembangan Keterampilan Menulis. Online. Tersedia:
Restu. (2012). Mengembangkan Kemampuan Menulis di SD. Online. Tersedia:
https://restu89.wordpress.com/2012/08/30/mengembangkan-kemampuan-menulis-di-sd/


No comments:

Post a Comment

you say