IBX5A82D9E049639

Monday, 27 February 2017

METODE KOOPERATIF TIPE TGT

METODE KOOPERATIF TIPE TGT

(TEAM GAMES TOURNAMENT)
Landasan Teori Psikologi Pembelajaran
         
Landasan psikologis mengandung makna norma dasar pendidikan yang bersumber dari hukum-hukum dasar perkembangan peserta didik.
Hukum-hukum dasar perkembangan peserta didik sejak proses terjadinya konsepsi sampai mati manusia akan mengalami perubahan karena bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan itu bersifat jasmaniah maupun kejiwaannya. Jadi sepanjang kehidupan manusia terjadi proses pertumbuhan yang terus-menerus. Proses perubahan itu terjadi secara teratur dan terarah, yaitu ke arah kemajuan, bukan kemunduran. Tiap tahap kemajuan pertumbuhan ditandai dengan meningkatnya kemampuan dan cara baru yang dimiliki. Pertumbuhan merupakan peralihan tingkah laku atau fungsi kejiwaan dari yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Perubahan-perubahan yang selalu terjadi itu dimaksudkan agar orang didalam kehidupannya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Lingkungan manusia terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak yang non manusia; sedangkan lingkungan sosial adalah semua orang yang ada didalam kehidupan anak, yakni orang yang bergaul dengan anak, melakukan kegiatan bersama atau bekerja sama.
Tugas pendidikan yang terutama adalah memberikan bimbingan agar pertumbuhan anak dapat berlangsung secara wajar dan optimal. Oleh karena itu, diperlukan pngetahuan tentang hukum-hukum dasar perkembangan kejiwaan manusia agar tindakan pendidikan yang dilaksanakan berhasil guna dan berdaya guna. Beberapa hukum dasar yang perlu kita perhatikan dalam membimbing anak dalam proses pendidikan.
          Dilihat dari landasan psikologi belajar, pembelajaran koperatif banyak dipengaruhi oleh psikologi belajar kognitif holistik yang menekankan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses berpikir. Namun demikian, psikologi humanistik juga mendasari strategi pembelajaran ini. Dalam pembelajaran kooperatif,pengembangan kemampuan kognitif harus diimbangi dengan perkembangan pribadi secara utuh melalui kemampuan hubungan interpersonal.
          Dalam pengembangan model pengajaran, teori kontruktivisme paling banyak memberi sumbangan terhadap pengembangan model pembelajaran kooperatif (kooperatif learning). Model cooperative Learning yang sarat dengan bentuk aktifitas siswa tentunya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada teacher centered. Sehingga siswa diharapkan yang sedang belajar adalah siswa yang sengaja dan sadar sedang mengembangkan konsep yang sudah dimilikinya,dengan kata lain siswa telah memiliki modal pemahaman sebagai konsep awal atau prasyarat pengetahuan.


          Menurut Roger dan David Johnson (Lie 2008) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning),yaitu sebagai berikut:
1.     Prinsip ketergantungan positif (positive independence),yaitu dalam pembelajaran kooperatif,keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.
2.     Tanggung jawab perseoranagn (individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya.
3.     Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi.
4.     Partisipasi dan komunikasi (participation communication) yaitu melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembalajaran.
5.     Evaluasi proses kelompok yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama secara lebih efektif.
    Prosedur atau langkah-langkah dalam pmbelajaran  kooperatif pada prinsipnya terdiri dari empat tahap:
1.     Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuannya adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.
2.     Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberi penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
3.     Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok.
4.     Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim yang paling berprestasi untuk kemudian diberikan  pengahgaan atau hadiah dengan harapan dapat memotivasi tim untuk berprestasi lebih baik lagi.





Analisa SWOT (strength,weakness,opportunities,threats)

Strength (kekuatan):
a.     Para siswa di dalam kelas-kelas menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka daripada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
b.     Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
c.     TGT meningkatkan harga diri social pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
d.     TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerjasama verbal dan non verbal, kompetisi yang lebih sedikit).
e.     Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
f.      TGT meningkatkan kehadiran siswa disekolah pada remaja- remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
Weakness (kelemahan):
Kelemahan dari model pembelajaran TGT adalah sebagai berikut:
a.     Bagi Guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
b.     Bagi Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa ynag mempunyai kemampuan akdemik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada sisiwa yang lain.

Opportunities (peluang):
TGT dapat digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran dari ilmu-ilmu eksak, ilmu social, maupun bahasa dari jenjang pendidikan dasar (SD,SMP) hingga perguruan tinggi.
TGT sangat cocok untuk mengajar tujuan pembalajaran yang dirumuskan dengan tajam dengan satu  jawaban benar.
TGT juga dapat diadaptasi untuk digunakan untuk tujuan yang dirumuskan dengan kurang tajam dengan menggunakan penilaian yang bersifat terbuka, misalnya esai atau kinerja
Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan rasa percaya diri, saling menghargai,menghormati perbedaan status, saling bekerjasama dalam tim

Threats (ancaman):
1.     Yang harus diperhatikan guru dalam pembelajaran TGT adalah nilai kelompok tidak mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.
2.     Peserta didik yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.
3.     Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban untuk menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.


Pengertian Teams Games Tournament (TGT)
            Menurut Saco 2006 dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).      
TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok- kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT atau pertandingan permainan tim ,dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keath Edward (1995). Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.
Pembelajaran kooperatif  TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Model pembelajaran ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat  belajar dan mengandung reinforcement.aktifitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.
Guru menyajikan materi dan siswa belajar dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok, guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, anggota kelompok lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Akhirnya, untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, seluruh siswa akan diberikan permainan akademik.
Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja- meja turnamen yang terdiri dari 5- 6 orang yang merupakan wakil dari kelompok yang masing- masing. Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokan dalam satu meja turnamen secara homogeny dari segi kemampuan akdemik. Artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pretest.
Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.

Langkah- langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Menurut Slavin, pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 tahapan , yaitu tahap penyajian kelas (class presentation), belajar dalam kelompok (teams),  permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki langkah- langkah (sintaks) sebagai berikut:
1.     Tahap penyajian kelas (class presentation)
Bahan ajar dalam TGT mula- mula diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi ini paling sering menggunakan pengajaran langsung atau suatu ceramah- diskusi yang dilakukan oleh guru. Namun, presentasi dapat meliputi presentasi audio- visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada kegiatan ini  siswa bekerja terlebih dahulu untuk menemukan informasi atau mempelajari konsep- konsep atas upaya mereka sendiri.
Presentasi kelas dalam TGT berbeda dari  biasa sebab dalam presentasi tersebut harus jelas- jelas focus pada unit TGT tersebut. Dengan cara ini, siswa menyadari bahwa mereka haus sungguh-sungguh memerhatikan presentasi kelas tersebut. Dengan demikian, akan membantu mereka dalam turnamen/ pertandingan dengan baik dan skor turnamen mereka menentukan skor timnya.
2.     Belajar dalam kelompok (teams)
Siswa ditempatkan dalam kelompok- kelompok belajar yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berrbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi peajaran. Fungsi utama tim adalah untuk memastikan bahwa semua anggota tim itu belajar. Secara lebih spesifik, tujuannya adalah untuk mempersiapkan semua anggota tim agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.
Setelah guru mempresentasikan bahan ajar, tim tersebut berkumpul untuk mempelajari LKS atau bahan lain. LKS dapat diperoleh dengan dari hasil penelitian dan pengembangan sebuah pusat, lembaga atau proyek yang telah punya LKS siap pakai atu dapat dibuat sendiri oleh guru. Ketika siswa mendiskusikan masalah bersama dan membandingkan jawaban, kerja tim yang paling sering dilakukan adalah membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila teman sesama tim membuat kesalahan.
Kerja tim tersebut merupakan cirri terpenting TGT. Pada setiap saat, penekanan diberikan kepada  anggota tim agar melakukan yang terbaik untuk timnya, dan pada tim sendiri agar melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya. Tim tersebut menyadiakan dukungan teman sebaya untuk kinerhja akademik yang memiliki pengaruh berarti pada pembelajaran, dan tim yang menunjukan saling peduli dan hormat. Hal itulah yang memiliki pengaruh yang berarti pada hasil belajar.
3.     Games Tournament
Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi. Oleh karena itu, pertanyaan- pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok. Dalam permainan ini, setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing- masing ditempatkan dalam meja-meja tournament. Tiap meja turnamen ditempati 5-6 orang peserta dan diusahakn agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakn setiap peserta  homogen.
Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu, permainan dimulai dengan membagikan kartu soal untuk bermain ( kartu soal dan kunci diletakan terbalik di ats meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada  tiap meja turnament  dilakukan dengan aturan sebagai berikut:
Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian menngambil kartu undian berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan  membacakan soal sesuai dengan  nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya, soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal.
Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akn ditanggapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu, pembaca soal akan membuka kunci jawaban  dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang kali pertama memberikan jawaban benar.
Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu  soal  habis dibacakan. Disamping itu, posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam saatu meja turnamen dapat berperan sebagai pambaca soal, pemain, dan penantang. Disini, permainan dapat dilakukan berkali-kali  dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesepatan yang sama sebagai pemain, penantang dan pembaca soal. Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban , tidak boleh ikut menjawab  atau memberiakn jawaban pada peserta lain.
Setelah semua kartu selasai terjawab, setriap pemain dalam satu meja  menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan  melaporkan poin yang yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelomppok memasukan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria  pengahargaan yang diterima oleh kelompooknya.
4.     Penghargaan Kelompok ( Team Recognition)
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rata- rata skor kelompok. Untuk memilih rata- rata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh  masing- masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian pengahargaan didasarkan atas rata-rata poin yang diadapat oleh kelompok tersebut. Penentuan poin yang diperoleh oleh masing- masing anggota kelompok didasarkan pada jumalh kartu yang diperoleh oleh seperti ditunjukan pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Perhitungan Poin Permainan untuk Emapat Pemain
Pemain dengan
Poin bila jumlah kartu yang diperoleh
Top Scorer
40
High middle Scorer
30
Low Middle Scorer
20
Low Scorer
10

Tabel 2.2 Perhitungan Poin Permainan untuk Tiga Pemain
Pemain dengan
Poin bila jumlah kartu yang diperoleh
Top Scorer
60
Middle Scorer
40
Low Scorer
20
Dengan keterangan sebagai berikut:
      Top Scorer (skor tertinggi), High Middle Scorer( skor tinggi), Low Middle Scorer ( skor terrendah).
Tabel 2.3 Kriteria Penghargaan Kelompok
Kriteria (rerata kelompok)
Predikat
30-39
Tim Kurang Baik
40-44
Tim Baik
45-49
Tim Baik Sekali
50 keatas
Tim Istimewa

Sementara itu, pelaksanaan games dalam bentuk turnamen dilakukan dengan dengan prosedur sebagai berikut:
a.     Guru menentukan nomor urut siswa dan menempatkan siswa pada meja turnamen (3 orang, kemampuan setara). Setiap meja terdapat satu lembar permainan, 1 lembar jawaban, 1 kotak kartu nomor dan 1 lembar skor permainan.
b.     Siswa mencabut kartu untuk menentukan pembaca 1 (nomor tertinggi) dan yang lain menjadi penantang I dan II.
c.     Pembaca 1 membaca soal sesuai omor pada kartu dan mencoba menjawabnya. Jika jawaban salah, tidak ada sanksi dan kartu dikembalikan. Jika benar kartu disimpan sebagai bukti skor.
d.     Jika penantang I dan II memillliki jawaban yang berbeda, mereka dapat mengajukan jawaban secara bergantian.
e.     Jika jawaban penantang salah,dia dikenakan denda mengembalikan kartu jawaban yang benar (jika ada).
f.      Selanjutnya, siswa berganti posisi (sesuai urutan) dengan prosedur yang sama.
g.     Setelah selesai, siswa menghitung kartu dan skor mereka dan diakumulasi dengan semua tim.
h.     Penghargaan sertifikat, Tim Super untuk kriteria atas, Tim Sangat Baik, dan Tim Baik (kriteria bawah). Untuk melanjutkan turnamen, guru dapat melakukan pergeseran tempat siswa berdasarkan prestasi meja turnamen.

Secara umum implementasi TGT terdiri dari empat komponen utama,yaitu:
1.     Presentasi guru (sama dengan STAD)
2.     Kelompok belajar (sama dengan STAD)
3.     Turnamen
4.     Pengenalan kelompok
                                                       
1)    Guru menyiapkan :
·       Kartu soal
·       Lembar kerja siswa
·       Alat/bahan
2)    Siswa dibagi atas beberapa kelompok(tiap kelompok anggotanya 5 orang)
3)    Guru mengarahkan aturan permainannya
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut. Seperti pada metode STAD pada TGT siswa ditempatkan dalam metode belajar beranggotakan 4 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi,jenis kelamin dan suku. Guru menyiapkan pelajaran,dan kemudian siswa bekerja didalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis, pada waktu kuis ini mereka tidak dapat saling membantu.






Daftar Pustaka


Ibnu Badar,Trianto.2014.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum 2013(Kurikulum Tematik Intregatif/ TKI).Jakarta: Prenadamedia Group.
Fathurrohman,Muhammad.2015.Model- model Pembelajaran Inovatif: Alternatif Desain Pembelajaran yang Menyenangkan.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Rusman.2010.Model- model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.Jakarta: Rajawali Pres.
Hasbulah & Wiratomo, Yogi.2015.Metode,Model, Pengembangan Model Pembelajaran Matematika.Jakarta: Unindra Press.
Tirtahardja,Umar.2008.Pengantar Pendidikan.Jakarta: PT Rineka Cipta.




No comments:

Post a Comment

you say