METODE KOOPERATIF TIPE TGT
(TEAM GAMES TOURNAMENT)
Landasan
Teori Psikologi Pembelajaran
Landasan
psikologis mengandung makna norma dasar pendidikan yang bersumber dari
hukum-hukum dasar perkembangan peserta didik.
Hukum-hukum
dasar perkembangan peserta didik sejak proses terjadinya konsepsi sampai mati
manusia akan mengalami perubahan karena bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan
itu bersifat jasmaniah maupun kejiwaannya. Jadi sepanjang kehidupan manusia
terjadi proses pertumbuhan yang terus-menerus. Proses perubahan itu terjadi
secara teratur dan terarah, yaitu ke arah kemajuan, bukan kemunduran. Tiap
tahap kemajuan pertumbuhan ditandai dengan meningkatnya kemampuan dan cara baru
yang dimiliki. Pertumbuhan merupakan peralihan tingkah laku atau fungsi
kejiwaan dari yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi.
Perubahan-perubahan yang selalu terjadi itu dimaksudkan agar orang didalam
kehidupannya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Lingkungan
manusia terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik
adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak yang non manusia; sedangkan
lingkungan sosial adalah semua orang yang ada didalam kehidupan anak, yakni
orang yang bergaul dengan anak, melakukan kegiatan bersama atau bekerja sama.
Tugas
pendidikan yang terutama adalah memberikan bimbingan agar pertumbuhan anak
dapat berlangsung secara wajar dan optimal. Oleh karena itu, diperlukan
pngetahuan tentang hukum-hukum dasar perkembangan kejiwaan manusia agar
tindakan pendidikan yang dilaksanakan berhasil guna dan berdaya guna. Beberapa
hukum dasar yang perlu kita perhatikan dalam membimbing anak dalam proses
pendidikan.
Dilihat dari landasan psikologi
belajar, pembelajaran koperatif banyak dipengaruhi oleh psikologi belajar
kognitif holistik yang menekankan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses
berpikir. Namun demikian, psikologi humanistik juga mendasari strategi
pembelajaran ini. Dalam pembelajaran kooperatif,pengembangan kemampuan kognitif
harus diimbangi dengan perkembangan pribadi secara utuh melalui kemampuan
hubungan interpersonal.
Dalam pengembangan model pengajaran,
teori kontruktivisme paling banyak memberi sumbangan terhadap pengembangan
model pembelajaran kooperatif (kooperatif learning). Model cooperative Learning
yang sarat dengan bentuk aktifitas siswa tentunya menekankan pentingnya siswa
membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar
mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada
teacher centered. Sehingga siswa diharapkan yang sedang belajar adalah siswa
yang sengaja dan sadar sedang mengembangkan konsep yang sudah dimilikinya,dengan
kata lain siswa telah memiliki modal pemahaman sebagai konsep awal atau
prasyarat pengetahuan.
Menurut Roger dan David Johnson (Lie
2008) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperative
learning),yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip
ketergantungan positif (positive independence),yaitu dalam pembelajaran
kooperatif,keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang
dilakukan oleh kelompok tersebut.
2. Tanggung
jawab perseoranagn (individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok
sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya.
3.
Interaksi tatap
muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas
kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan
diskusi.
4.
Partisipasi dan
komunikasi (participation communication) yaitu melatih siswa untuk
berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembalajaran.
5.
Evaluasi proses
kelompok yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerja
sama secara lebih efektif.
Prosedur atau langkah-langkah dalam
pmbelajaran kooperatif pada prinsipnya
terdiri dari empat tahap:
1. Penjelasan
materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran
sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuannya adalah pemahaman siswa terhadap
pokok materi pelajaran.
2. Belajar
kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberi penjelasan materi, siswa
bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
3. Penilaian,
penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis,
yang dilakukan secara individu atau kelompok.
4. Pengakuan
tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim yang paling
berprestasi untuk kemudian diberikan
pengahgaan atau hadiah dengan harapan dapat memotivasi tim untuk
berprestasi lebih baik lagi.
Analisa
SWOT (strength,weakness,opportunities,threats)
Strength
(kekuatan):
a. Para
siswa di dalam kelas-kelas menggunakan TGT memperoleh teman yang secara
signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka daripada siswa yang ada
dalam kelas tradisional.
b. Meningkatkan
perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang yang mereka peroleh tergantung dari
kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
c. TGT
meningkatkan harga diri social pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri
akademik mereka.
d. TGT
meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerjasama verbal dan non
verbal, kompetisi yang lebih sedikit).
e. Keterlibatan
siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih
banyak.
f. TGT
meningkatkan kehadiran siswa disekolah pada remaja- remaja dengan gangguan
emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
Weakness
(kelemahan):
Kelemahan dari model pembelajaran TGT
adalah sebagai berikut:
a. Bagi
Guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang
mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat
diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam
menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa
cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat
diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
b. Bagi
Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang
terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi
kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa ynag mempunyai
kemampuan akdemik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada
sisiwa yang lain.
Opportunities
(peluang):
TGT dapat digunakan
dalam berbagai macam mata pelajaran dari ilmu-ilmu eksak, ilmu social, maupun
bahasa dari jenjang pendidikan dasar (SD,SMP) hingga perguruan tinggi.
TGT sangat cocok untuk
mengajar tujuan pembalajaran yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar.
TGT juga dapat
diadaptasi untuk digunakan untuk tujuan yang dirumuskan dengan kurang tajam
dengan menggunakan penilaian yang bersifat terbuka, misalnya esai atau kinerja
Dapat memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengembangkan rasa percaya diri, saling
menghargai,menghormati perbedaan status, saling bekerjasama dalam tim
Threats
(ancaman):
1.
Yang harus
diperhatikan guru dalam pembelajaran TGT adalah nilai kelompok tidak
mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian guru harus merancang alat
penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara
individual.
2.
Peserta didik
yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya
diskusi.
3.
Apabila ada dari
anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota
kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban untuk menjelaskannya,
sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.
Pengertian
Teams Games Tournament (TGT)
Menurut
Saco 2006 dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain
untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun
guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang
berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).
TGT
adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam
kelompok- kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang
memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda.
Model
pembelajaran kooperatif tipe TGT atau pertandingan permainan tim ,dikembangkan
secara asli oleh David De Vries dan Keath Edward (1995). Pada model ini siswa
memainkan permainan dengan anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin
untuk skor tim mereka.
Pembelajaran
kooperatif TGT adalah salah satu tipe
atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh
siswa tanpa harus ada perbedaan status. Model pembelajaran ini melibatkan peran
siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan
semangat belajar dan mengandung reinforcement.aktifitas belajar dengan
permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan
siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab,
kejujuran, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.
Guru
menyajikan materi dan siswa belajar dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam
kerja kelompok, guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Apabila ada dari
anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, anggota
kelompok lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya,
sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Akhirnya, untuk memastikan
bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, seluruh siswa akan
diberikan permainan akademik.
Dalam
permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja- meja turnamen yang terdiri
dari 5- 6 orang yang merupakan wakil dari kelompok yang masing- masing. Dalam
setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari
kelompok yang sama. Siswa dikelompokan dalam satu meja turnamen secara homogeny
dari segi kemampuan akdemik. Artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap
peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai
yang mereka peroleh pada saat pretest.
Skor
yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar
pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor yang
diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok
tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa
sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.
Langkah-
langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Menurut
Slavin, pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 tahapan , yaitu tahap
penyajian kelas (class presentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament),
dan penghargaan kelompok (team recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan
oleh Slavin, model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki langkah- langkah
(sintaks) sebagai berikut:
1.
Tahap penyajian
kelas (class presentation)
Bahan
ajar dalam TGT mula- mula diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi
ini paling sering menggunakan pengajaran langsung atau suatu ceramah- diskusi
yang dilakukan oleh guru. Namun, presentasi dapat meliputi presentasi audio-
visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada kegiatan ini siswa bekerja terlebih dahulu untuk menemukan
informasi atau mempelajari konsep- konsep atas upaya mereka sendiri.
Presentasi
kelas dalam TGT berbeda dari biasa sebab
dalam presentasi tersebut harus jelas- jelas focus pada unit TGT tersebut.
Dengan cara ini, siswa menyadari bahwa mereka haus sungguh-sungguh memerhatikan
presentasi kelas tersebut. Dengan demikian, akan membantu mereka dalam
turnamen/ pertandingan dengan baik dan skor turnamen mereka menentukan skor
timnya.
2.
Belajar dalam
kelompok (teams)
Siswa
ditempatkan dalam kelompok- kelompok belajar yang memiliki kemampuan, jenis
kelamin, dan suku atau ras yang berrbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota
kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar siswa
yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai
materi peajaran. Fungsi utama tim adalah untuk memastikan bahwa semua anggota
tim itu belajar. Secara lebih spesifik, tujuannya adalah untuk mempersiapkan
semua anggota tim agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.
Setelah
guru mempresentasikan bahan ajar, tim tersebut berkumpul untuk mempelajari LKS
atau bahan lain. LKS dapat diperoleh dengan dari hasil penelitian dan
pengembangan sebuah pusat, lembaga atau proyek yang telah punya LKS siap pakai
atu dapat dibuat sendiri oleh guru. Ketika siswa mendiskusikan masalah bersama
dan membandingkan jawaban, kerja tim yang paling sering dilakukan adalah
membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila teman sesama tim membuat
kesalahan.
Kerja
tim tersebut merupakan cirri terpenting TGT. Pada setiap saat, penekanan
diberikan kepada anggota tim agar
melakukan yang terbaik untuk timnya, dan pada tim sendiri agar melakukan yang
terbaik untuk membantu anggotanya. Tim tersebut menyadiakan dukungan teman
sebaya untuk kinerhja akademik yang memiliki pengaruh berarti pada
pembelajaran, dan tim yang menunjukan saling peduli dan hormat. Hal itulah yang
memiliki pengaruh yang berarti pada hasil belajar.
3.
Games Tournament
Tujuan
dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah
menguasai materi. Oleh karena itu, pertanyaan- pertanyaan yang diberikan berhubungan
dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok. Dalam permainan
ini, setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang
mewakili kelompoknya, masing- masing ditempatkan dalam meja-meja tournament.
Tiap meja turnamen ditempati 5-6 orang peserta dan diusahakn agar tidak ada
peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen
diusahakn setiap peserta homogen.
Permainan
ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu, permainan
dimulai dengan membagikan kartu soal untuk bermain ( kartu soal dan kunci
diletakan terbalik di ats meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca).
Permainan pada tiap meja turnament dilakukan dengan aturan sebagai berikut:
Pertama,
setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang
pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian menngambil kartu
undian berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal
akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain.
Selanjutnya, soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal.
Setelah
waktu untuk mengerjakan soal selesai, pemain akan membacakan hasil pekerjaannya
yang akn ditanggapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu, pembaca soal
akan membuka kunci jawaban dan skor
hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang kali
pertama memberikan jawaban benar.
Jika
semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan
pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu
soal habis dibacakan. Disamping
itu, posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam saatu
meja turnamen dapat berperan sebagai pambaca soal, pemain, dan penantang.
Disini, permainan dapat dilakukan berkali-kali
dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesepatan yang sama
sebagai pemain, penantang dan pembaca soal. Dalam permainan ini pembaca soal
hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban , tidak boleh ikut
menjawab atau memberiakn jawaban pada
peserta lain.
Setelah
semua kartu selasai terjawab, setriap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan
menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.
Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang yang diperoleh kepada
ketua kelompok. Ketua kelomppok memasukan poin yang diperoleh anggota
kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria pengahargaan yang diterima oleh kelompooknya.
4.
Penghargaan
Kelompok ( Team Recognition)
Langkah
pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rata- rata
skor kelompok. Untuk memilih rata- rata skor kelompok dilakukan dengan cara
menjumlahkan skor yang diperoleh oleh
masing- masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota
kelompok. Pemberian pengahargaan didasarkan atas rata-rata poin yang diadapat
oleh kelompok tersebut. Penentuan poin yang diperoleh oleh masing- masing
anggota kelompok didasarkan pada jumalh kartu yang diperoleh oleh seperti
ditunjukan pada tabel berikut.
Tabel
2.1 Perhitungan Poin Permainan untuk Emapat Pemain
Pemain dengan
|
Poin bila jumlah kartu yang diperoleh
|
Top Scorer
|
40
|
High middle Scorer
|
30
|
Low Middle Scorer
|
20
|
Low Scorer
|
10
|
Tabel
2.2 Perhitungan Poin Permainan untuk Tiga Pemain
Pemain dengan
|
Poin bila jumlah
kartu yang diperoleh
|
Top Scorer
|
60
|
Middle Scorer
|
40
|
Low Scorer
|
20
|
Dengan
keterangan sebagai berikut:
Top Scorer (skor tertinggi), High Middle
Scorer( skor tinggi), Low Middle Scorer ( skor terrendah).
Tabel
2.3 Kriteria Penghargaan Kelompok
Kriteria (rerata
kelompok)
|
Predikat
|
30-39
|
Tim Kurang Baik
|
40-44
|
Tim Baik
|
45-49
|
Tim Baik Sekali
|
50 keatas
|
Tim Istimewa
|
Sementara
itu, pelaksanaan games dalam bentuk turnamen dilakukan dengan dengan prosedur
sebagai berikut:
a.
Guru menentukan
nomor urut siswa dan menempatkan siswa pada meja turnamen (3 orang, kemampuan
setara). Setiap meja terdapat satu lembar permainan, 1 lembar jawaban, 1 kotak
kartu nomor dan 1 lembar skor permainan.
b.
Siswa mencabut
kartu untuk menentukan pembaca 1 (nomor tertinggi) dan yang lain menjadi
penantang I dan II.
c.
Pembaca 1
membaca soal sesuai omor pada kartu dan mencoba menjawabnya. Jika jawaban salah,
tidak ada sanksi dan kartu dikembalikan. Jika benar kartu disimpan sebagai
bukti skor.
d.
Jika penantang I
dan II memillliki jawaban yang berbeda, mereka dapat mengajukan jawaban secara
bergantian.
e.
Jika jawaban
penantang salah,dia dikenakan denda mengembalikan kartu jawaban yang benar
(jika ada).
f.
Selanjutnya,
siswa berganti posisi (sesuai urutan) dengan prosedur yang sama.
g.
Setelah selesai,
siswa menghitung kartu dan skor mereka dan diakumulasi dengan semua tim.
h.
Penghargaan
sertifikat, Tim Super untuk kriteria atas, Tim Sangat Baik, dan Tim Baik
(kriteria bawah). Untuk melanjutkan turnamen, guru dapat melakukan pergeseran
tempat siswa berdasarkan prestasi meja turnamen.
Secara umum
implementasi TGT terdiri dari empat komponen utama,yaitu:
1.
Presentasi guru
(sama dengan STAD)
2.
Kelompok belajar
(sama dengan STAD)
3.
Turnamen
4.
Pengenalan
kelompok
1)
Guru menyiapkan
:
· Kartu
soal
· Lembar
kerja siswa
· Alat/bahan
2)
Siswa dibagi
atas beberapa kelompok(tiap kelompok anggotanya 5 orang)
3)
Guru mengarahkan
aturan permainannya
Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut. Seperti pada metode STAD pada TGT siswa
ditempatkan dalam metode belajar beranggotakan 4 orang yang merupakan campuran
menurut tingkat prestasi,jenis kelamin dan suku. Guru menyiapkan pelajaran,dan
kemudian siswa bekerja didalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh
anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai
kuis, pada waktu kuis ini mereka tidak dapat saling membantu.
Daftar
Pustaka
Ibnu
Badar,Trianto.2014.Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum 2013(Kurikulum Tematik Intregatif/ TKI).Jakarta:
Prenadamedia Group.
Fathurrohman,Muhammad.2015.Model- model Pembelajaran Inovatif:
Alternatif Desain Pembelajaran yang Menyenangkan.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Rusman.2010.Model- model Pembelajaran: Mengembangkan
Profesionalisme Guru.Jakarta: Rajawali Pres.
Hasbulah
& Wiratomo, Yogi.2015.Metode,Model,
Pengembangan Model Pembelajaran Matematika.Jakarta: Unindra Press.
Tirtahardja,Umar.2008.Pengantar Pendidikan.Jakarta: PT Rineka
Cipta.
No comments:
Post a Comment
you say