Ketenagakerjaan
Landasan
Teori
Definisi
Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia
(SDM) adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi (disebut juga
personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan).
Sumber Daya Manusia
adalah potensimanusiawi sebagai penggerak organisasi dalam
mewujudkaneksistensinya.
Sumber Daya Manusia
(SDM) adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai modal
(nonmaterial/non financial ) di dalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan
menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan
eksistensi organisasi.
Manusia untuk
mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan
transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang
terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan
yang seimbang dan berkelanjutan.
Menurut pedapat para
ahli :
Sonny Sumarsono (2003),
Sumber daya manusia atau human recources mengandung
dua pengertian yang pertama adalah usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
produksi.Yang kedua SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan
jasa atau usaha kerja tersebut.Mampu melakukan kegiatan yang lebih ekonomis.
Mery Parker Follett,
Sumber daya manusia adalah suatu seni untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi
melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang
diperlukan.
M.T.E Hariandja (2002),
Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan
di samping faktor lain selain modal, oleh karena itu sumber daya manusia harus
dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi.
Dewasa ini, perkembangan terbaru
memandang karyawan bukan sebagai sumber daya belaka, melainkan lebih berupa
modal atau aset bagi institusi atau organisasi. Karena itu kemudian muncullah
istilah baru di luar H.R. (Human Resources), yaitu H.C. atau Human Capital. Di
sini SDM dilihat bukan sekadar sebagai aset utama, tetapi aset yang bernilai
dan dapat dilipatgandakan, dikembangkan (bandingkan dengan portfolio investasi)
dan juga bukan sebaliknya sebagai liability (beban,cost). Di sini perspektif
SDM sebagai investasi bagi institusi atau organisasi lebih mengemuka.[1]
Pengertian SDM dapat dibagi menjadi dua,
yaitu pengertian mikro dan makro. Pengertian SDM secara mikro adalah individu
yang bekerja dan menjadi anggota suatu perusahaan atau institusi dan biasa
disebut sebagai pegawai, buruh, karyawan, pekerja, tenaga kerja dan lain
sebagainya. Sedangkang pengertian SDM secara makro adalah penduduk suatu negara
yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang belum bekerja maupun
yang sudah bekerja.
Secara garis besar, pengertian Sumber
Daya Manusia adalah individu yang bekerja sebagai penggerak suatu organisasi,
baik institusi maupun perusahaan dan berfungsi sebagai aset yang harus dilatih
dan dikembangkan kemampuannya.
a. Pengadaan
tenaga kerja terdiri dari:
1) Perencanaan sumber daya manusia
2) Analisis Jabatan
3) Penarikan Pegawai
4) Penempatan Kerja
5) Orientasi Kerja
b. Pengembangan tenaga
kerja mencakup:
1) Pendidikan dan
Pelatihan
2) Pengembangan
3) Penilaian prestasi
kerja
c. Pembelian balas jasa mencakup:
1) Balas jasa langsung terdiri dari:
a) gaji/upah
b) insentif
2) Balas jasa tak langsung terdiri dari:
a) Keuntungan
b) Pelayanan/Kesejahteraan
d. Integrasi mencakup:
1) Kebutuhan karyawan
2) Motivasi kerja
3) Kepuasan kerja
4) Disiplin Kerja
5) Partisipasi kerja
e. Pemeliharaan
tenaga kerja mencakup:
1) Komunikasi kerja
2) Kesehatan dan
keselamatan kerja
3) Pengendalian konflik
kerja
4) konseling kerja
f. Pemisahan
tenaga kerja mencakup:
Pemberhentian karyawan
Manajemen sumber daya manusia merupakan pemanfatan sumber daya manusia agar
mencapai tujuan organisasional, konsekuensinya manajermanajer pada semua
jajaran menaruh perhatian pada sumber daya manusia. Pada hakekatnya
manajer-manajer membuat segala sesuatu dilakukan melalui upaya orang-orang lain
yang membutuhkan pengelolaan sumber daya manusia yang efektif. Manajemen sumber
daya manusia yang baik mengharuskan anggota organisasi untuk mencapai tujuan.
Para manajer harus mencapai kiat meningkatkan kepuasan karyawan,
keterlibatannya dalam kehidupan organisasi, memperbaiki kualitas lingkungan
kerja dan efisiensi produktivitas karyawan. manajemen sumber daya manusia yang
efektif dapat meningkatkan efektivitas perusahaan.
Definisi Ketenagakerjaan
Tenaga Kerja
adalah penduduk yang siap melakukan pekerjaan, penduduk yang telah memasuki
usia kerja (working age population).
Pada
dasarnya ketenagakerjaan dapat diklasifikasikan minimal menjadi tiga macam
yakni tenaga kerja terdidik (skill labour), tenaga kerja terlatih (trainer
labour), tenaga kerja tidak terlatih (unskill labour).
1.
Tenaga kerja terdidik (skill labour)
Tenaga kerja terdidik (skill
labour) adalah tenaga kerja yang pernah memperoleh pendidikan formal dalam
bidang tertentu tetapi mereka belum pernah dilatih dalam bidang tersebut.
Tenaga kerja
terdidik ini diidentikkan dengan tenaga kerja yang belum berpengalaman.
Keuntungan di dalam memilih tenaga kerja yang belum berpengalaman ini antara
lain:
Tenaga kerja
yang belum berpengalaman relatif lebih murah harganya karena tidak mempunyai
kekuatan posisi tawar yang tinggi terhadap balas jasa atau upah yang
diinginkan.
Tenaga kerja
yang belum berpengalaman relatif banyak tersedia di masyarakat sehingga
perusahaan akan lebih leluasa memilih tenaga kerja yang dianggap memenuhi
persyaratan dan berpotensi untuk bisa ikut memajukan perusahaan.
Tenaga kerja
yang belum berpengalaman lebih mudah untuk dibentuk dan diarahkan sesuai dengan
tujuan perusahaan.
Sedangkan kelemahannya adalah:
Perusahaan
harus merencanakan membuat program pelatihan tertentu kepada tenaga kerja yang
belum berpengalaman agar benar-benar terampil dan menguasai di bidangnya.
Perusahaan
harus rela mengeluarkan sejumlah uang guna membiayai jalannya program pelatihan
yang telah direncanakan.
Untuk
menjadikan tenaga kerja terdidik menjadi terlatih memerlukan proses waktu yang
lama sehingga hasil yang dicapai oleh perusahaan tentu tidak seperti ketika
merekrut tenaga kerja terlatih.
2. Tenaga Kerja Terlatih (trained labour)
Yang dimaksud tenaga kerja terlatih adalah
tenaga kerja yang telah bekerja dan pernah mengikuti latihan sesuai dengan
bidangnya, misalnya seorang yang telah menamatkan studinya dalam bidang
akuntansi, maka mereka dapat digolongkan sebagai tenaga kerja terlatih.Tenaga
kerja terlatih ini dapat disamakan dengan tenaga kerja yang sudah
berpengalaman.
Keuntungan
dalam memilih tenaga kerja yang sudah berpengalaman ini antara lain:
·
Tenaga kerja yang sudah berpengalaman mempunyai
tingkat produktivitas tinggi sehingga dapat secara langsung memberikan
sumbangan yang besar bagi perusahaan.
·
Tenaga kerja yang sudah berpengalaman ini tidak
memerlukan pelatihan khusus dan hanya memerlukan penyesuaian-penyesuaian
tertentu sehingga perusahaan tidak perlu membuat program pelatihan seperti yang
terjadi pada tenaga kerja yang belum berpengalaman.
Sebagai
akibatnya perusahaan tidak harus mengelurakan biaya untuk pelatihan khusus bagi
tenaga kerja yang sudah berpengalaman tersebut.
Sedangkan
kelemahannya adalah:
Tenaga kerja yang
sudah berpengalaman ini pada dasarnya lebih sulit diperoleh atau didapat karena
jumlahnya tidak banyak.
·
Tenaga kerja yang sudah berpengalaman mempunyai daya
tawar tinggi terhadapa balas jasa atau upah yang diinginkan. Dengan demikian
untuk mendapatkannya perusahaan harus siap memberikan imbalaan yang cukup
besar.
·
Tenaga kerja yang sudah berpengalaman pada umumnya
sudah terbentuk karakternya dan sudah jadi sehingga jika terjadi
ketidaksesuaian dengan keinginan perusahaan biasanya sulit untuk diarahkan dan
dibelokan.
3. Tenaga Kerja Tidak
Terlatih (Unskill labour)
Yang dimaksud tenaga kerja tidak terlatih
adalah tenaga kerja di luar tenaga kerja terdidik dan juga tenaga kerja
terlatih.Tenaga kerja tidak terlatih ini merupakan bagian terbesar dari seluruh
tenaga kerja yang ada.
Mereka umumnya hanya mengenyam pendidikan
formal pada tataran tingkat bawah dan tidak mempunyai keahlian yang memadai
karena memang belum ada pengalaman kerja, sehingga pekerjaan yang
dikerjakannyapun umumnya tidak memerlukan keahlian secara spesifik.Misalnya
seorang pelajar (Tingkat Sekolah Dasar, Tingkat Sekolah Menengah, Tingkat
Sekolah Lanjut Atas) droup out, maka mereka dapat digolongkan pada tenaga kerja
tidak terlatih.
Keuntungan di dalam memilih tenaga kerja yang tidak
terlatih antara lain:
Tenaga kerja
yang tidak terlatih ini sangat murah harganya karena di samping tidak mempunyai
pendidikan formal tingkat tinggi juga keterampilan yang dimiliki tidak
ada.Dengan demikian posisi kekuatan tawar-menawar menjadi sangat lemah
dibanding dengan tenaga kerja terdidik dan tenagara kerja terlatih.
Tenaga kerja
yang tidak terlatih ini paling banyak tersedia di masyarakat, bahkan melebihi
dari kapasitas tenaga kerja yang dibutuhkan, sehingga perusahaan akan sangat
leluasa sekali untuk memilih tenaga kerja yang dianggap benar-benar memenuhi
persyaratan dan berkomitment untuk ikut mengembangkan persuahaan.
Tenaga kerja yang tidak terlatih ini sangat mudah untuk
diarahkan sesuai tujuan perusahaan.
Sedangkan Kelemahannya adalah :
Tenaga kerja
yang tidak terlatih ini hanya dapat menjalankan pekerjaan yang bersifat umum
dan tidak memerlukan keahlian.
Tanaga kerja
yang tidak terlatih ini hanya dapat menjalankan pekerjaan yang bersifat rutin
dan umumnya tingkat inisiatif daya kreatifitasnya rendah sehingga bila terjadi
kendala di lapangan mereka akan merasa kesulitan untuk mencari jalan keluarnya.
Tenaga kerja tidak terlatih ini kurang bisa menjalankan
tugas dan tanggungjawabnya, sehingga perlu pengawasan yang lebih teratur dari
pihak perusahaan.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja
Menurut Sonny
Sumarsono (2003:105) Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga
yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi, dimana faktor yang mempengaruhi
penyerapan akan tenaga kerja adalah:
1. Tingkat Upah
Perubahan
tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan.
Apabila digunakan asumsi bahwa tingkat upah naik, maka akan terjadi hal-hal
sebagai berikut:
a. Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya
priduksi perusahaan, yang selanjutnya akan meningkatkan pula harga per unit
barang yang diproduksi. Biasanya para konsumen akan memberikan respon yang
cepat apabila terjadi kenaikan harga barang, yaitu mengurangi konsumsi atau
bahkan tidak lagi mau membeli barang yang bersangkutan. Akibatnya banyak barang
yang tidak terjual, dan terpaksa produsen menurunkan jumlah produksinya.
Turunnya target produksi, mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang
dibutuhkan. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena pengaruh
turunnya skala produksi disebut dengan efek skala produksi atau scale effect
(Sonny Sumarsono, 2003:106).
b. Apabila upah naik (asumsi harga dari
barang-barang modal lainnya tidak berubah), maka pengusaha ada yang lebih suka
menggunakan teknologi padat modal untuk proses produksinya dan menggantikan
kebutuhan akan tenaga kerja dengan kebutuhan akan barang-barang modal seperti
mesin dan lainnya. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena adanya
penggantian atau penambahan penggunaan mesin-mesin disebut dengan efek
substitusi tenaga kerja (substitution effect).Seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya dalam uraian diatas, Sudarsono (1988:35) menyatakan bahwa permintaan
tenaga kerja dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah.
2. Nilai Produksi
Nilai produksi
adalah tingkat produksi atau keseluruhan jumlah barang yang merupakan hasil
akhir proses produksi pada suatu unit usaha yang selanjutnya akan dijual atau
sampai ke tangan konsumen. Naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi
dari perusahaan yang bersangkutan. Apabila permintaan hasil produksi perusahaan
atau industri meningkat, produsen cenderung untuk menambah kapasitas
produksinya. Untuk maksud tersebut produsen akan menambah penggunaan tenaga
kerjanya. Perubahan yang mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain:
naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang
bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi, dan harga barang-
barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi
(Sudarsono, 1988:35).
Nilai output
suatu daerah memperkirakan akan mengalami peningkatan hasil produksi dengan
bertambahnya jumlah perusahaan yang memproduksi barang yang sama. Para
pengusaha akan membutuhkan sejumlah uang yang akan diperoleh dengan tambahan
perusahaan tersebut, demikian juga dengan tenaga kerja. Apabila jumlah output
dihasilkan oleh perusahaan yang jumlahnya lebih besar maka akan menghasilkan
output yang besar pula, sehingga semakin banyak jumlah perusahaan/unit yang
berdiri maka akan semakin banyak kemungkinan untuk terjadi penambahan output
produksi (Matz, 1990:23).
Sudarsono
(1988:35) menyatakan bahwa perubahan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
permintaan hasil produksi, antara lain: naik turunnya permintaan pasar akan
hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya
volume produksi, dan harga barang-barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang
digunakan dalam proses produksi. Lain halnya dengan Payaman J. Simanjuntak
(1985:87) yang menyatakan bahwa pengusaha memperkerjakan seseorang karena itu
membantu memproduksi barang/jasa untuk dijual kepada konsumen. Oleh karena itu,
kenaikan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari kenaikan
permintaan masyarakat akan barang yang diproduksi.
3. Nilai Investasi
Investasi dapat
diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman-penanaman modal atau
perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan
produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang
tersedia dalam perekonomian. (Sadono Sukirno, 1997:107) Mesin digerakkan oleh
tenaga kerja atau sumber- sumber serta bahan-bahan dokelola oleh
manusia.Sedangkan menurut Dumairy (1998:81) investasi adalah penambahan barang
modal secara neto positif. Seseorang yang membeli barang modal tetapi ditujukan
untuk mengganti barang modal yang aus dalam proses produksi bukanlah merupakan
investasi, tetapi disebut dengan pembelian barang modal untuk mengganti
(replacement).
Pembelian barang
modal ini merupakan investasi pada waktu yang akan datang. Nilai investasi ini
ditetapkan atas dasar nilai atau harga dari kondisi mesin dan peralatan pada
saat pembelian. Investasi ini menentukan skala usaha dari suatu industri kecil
yang akan mempengaruhi kemampuan dari usaha tersebut dalam penggunaan faktor
produksi yang dalam hal ini berhubungan dengan jumlah investasi yang dilakukan
perusahaan yang pada akhirnya menentukan tingkat penyerapan tenaga kerja.
Dengan demikian
besarnya nilai investasi akan menentukan besarnya penyerapan tenaga kerja.
Secara teoritis, semakin besar nilai investasi pada Industri Kecil dimana
investasi yang dilakukan bersifat padat karya, sehingga kesempatan kerja yang
diciptakan semakin tinggi.
Permasalahan lapangan kerja dan tenaga kerja di Indonesia :
a.
Rendahnya kualitas tenaga kerja
Kualitas tenaga kerja dalam
suatu Negara dapat ditentukan dapat dilihat dari tingkat pendidikan tersebut.
b.
Jumlah
angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja.
Meningkatnya jumlah angkatan
kerja yang tidak diimbangi oleh perluasan kerja akan membawa beban tersendiri
bagi perekonomian.
c.
Persebaran
tenaga kerja yang tidak merata
d.
Pengangguran
Terjadinya
krisis ekonomi di Indonesia banyak mengakibatkan industri di Indonesia
mengalami gulung tikar.
e.
Problem gaji atau UMR
Rendahnya
atau tidak sesuainya pendapatan gaji yang diperoleh dengan tuntutan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya serta tanggungannya menjadi salah satu problem
langsung menyentuh kaum buruh.
f.
Kurangnya
keterampilan dan keahlian yang dimiliki tenaga kerja
g.
Latar belakang pendidikan yang rendah
h.
Lapangan kerja yang tidak sesuai
i.
Kurangnya kesadaran akan enterpreneurship
Sebab Terjadinya Pengangguran :
· Angkatan kerja yang terus meningkat jumlahnya dan
pertumbuhan kesempatan kerja tidak seimbang dengan pertumbuhan angkatan
kerja.
o
Angkatan
kerja yang sedang mencari kerja tidak dapat memenuhi persyaratan-persyaratan
yang diminta oleh dunia kerja.
o
Besarnya
angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja. Ketidakseimbangan
terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja
yang tersedia.
o
Struktur
lapangan kerja tidak seimbang.
o
Kebutuhan
jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak
seimbang.
o
Penyediaan
dan pemanfaatan tenaga kerja antar daerah tidak seimbang.
o
Jumlah
angkatan kerja disuatu daerah yang lebih besar dari kesempatan kerjanya.
Beberapa
Akibat Pengangguran, diantaranya :
o
Terjadinya bahaya kelaparan
o
Tingkat pertumbuhan ekonomi rendah
o
Pendapatan perkapita masyarakat rendah
o
Angka kriminalitas tinggi
Kebijakan
Pemerintah Dalam Menanggulangi Pengangguran :
o
Mengadakan Program Padat Karya
o
Pemberian Peminjaman Modal Bagi Wirausahawan
o
Pemberian
Keterampilan Kepada Usia Angkatan Kerja
o
Pemberdayaan Unit Usaha Kerja Mikro
Kendala Pemerintah Dalam Mengimplementasikan
Kebijakan di Masyarakat :
o
Kurangnya
kesadaran akan pentingnya pelatihan kerja dan pendidikan di kalangan
masyarakat.
o
Kurangnya Kesadaran Enterpreneurship di Kalangan
Masyarakat
o
Penyaluran
Dana yang Kurang Transparant di Instansi Terkait
o
Rendahnya
Tingkat Pendidikan di Kalangan Masyarakat
Usaha
Pemerintah Untuk Masalah Ketenagakerjaan Di Indonesia :
o
Memperluas kesempatan kerja.
o
Menurunkan jumlah angkatan kerja. Misalnya dengan
diakannya pembatasan usia kerja minimum.
o
Meningkatkan kualitas kerja dari tenaga kerja yang
ada, sehingga mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan keadaan. Misalnya
dengan cara melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, kursus,
dll.
o
menyelenggarakan kursus-kursus keterampilan,baik
yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat.
o
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, melalui
pelaksanaan wajib belajar 9 tahun.
Solusi permasalahan Ketenagakerjaan:
1) Jumlah
Angkatan Kerja yang Besar:
Solusi
Masalahnya:
Jumlah Angkatan Kerja yang besar
disebabkan karena tingginya tingkat kelahiran atau pertumbuhan penduduk. Maka
solusi yang harus dilakukan pemerintah dalam menekan atau mengurangi tingginya
tingkat pertumbuhan penduduk yaitu dengan memaksimalkan pelaksanakan program
Keluarga Berencana (KB).
Pemaksimalan program Keluarga
Berencana dapat dilakukan dengan cara dan penyuluhan KB secara intens kepada
masyarakat, khususnya kepada pasangan yang baru menikah. Sehingga semakin
tumbuh kesadaran masyarakat akan pentingnya program Keluarga Berencana. Hal ini
juga bisa dilakukan dengan membatasi usia nikah sehingga dapat menekan
terjadinya pernikahan dini.
Jika program KB berjalan baik, maka
jumlah angka pertumbuhan atau kelahiran akan menurun, sehingga demikian pula
angkatan kerja semakin berkurng. Apabila penurunan jumlah angkatan kerja yang
berkurang ini, diikuti dengan peningkatan jumlah lapangan kerja, maka jumlah
pengangguran juga berkurang.
2) Kualitas
Tenaga Kerja Relatif Rendah
Penyebab rendahnya kualitas tenaga
kerja di Indonesia diantaranya karena rendahnya pendidikan, kurikulum
pendidikan yang tidak sesuai dengan pekerjaan yang tersedia, kurangnya
pelatihan dan pemagangan kerja.
Solusi
masalahnya:
Untuk mengatasi masalah rendahnya
kualitas tenaga kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Melakukan
Pelatihan Kerja
Pelatihan kerja ini merupakan kegiatan pengembangan
keahlian dan keterampilan yang berhubung dengan pekerjaan dan persyaratan
pekerjaan.Dengan demikian melalui pelatiahan kerja ini diharapkan dapat
meningkatkan profesionalitas kerja para tenaga kerja.Pelatihan kerja ini dapat
dilakukan dengan mendirikan balai pelatihan kerja di berbagai daerah.
2. Pemagangan
Pemagangan ini sebenarnya
merupakan bagian dari pelatihan kerja, namun pemagangan ini langsung
dilangsungkan di tempat kerja.Tujuan pemagangan adalah untuk memantapkan
profesionalitas tenaga kerja.Hal ini dapat diterapkan di sekolah-sekolah
khususnya sekolah kejuruan (SMK), seperti yang dilakukan saat ini.Pemagangan
harus dilakukan sesuai dengan jurusan atau jenis pekerjaan yang digelutinya.
Contohnya: SMK bidang keuangan hendaknya melakukan
pemagangan di perusahaan yang berkaitan dengan keuangan.
3. Meningkatkan Kualitas Pendidikan Masyarakat melalui pendidikan formal
maupun non formal.
Melalui pendidikan formal ini dapat dilakukan melalui program wajib belajar
9 tahun seperti saat ini dilakukan,
membenahi kurikulum pendidikan untuk mendapatkan sistem pendidikan yang sesuai
dengan bursa tenaga kerja, seperti membuka Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di
seluruh daerah.
Sedangkan melalui pendidikan non formal dapat dilakukan dengan memberikan
kursus-kursus atau pelatihan-pelatihan kerja, pelatihan kewirausahaan untuk
membuka lapangan kerja baru, dan lain sebagainya.
4. Membenahi Upah dan Gaji Tenaga
Kerja
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para tenaga kerja,
sehingga memiliki efek yang positif pada peningkatan mutu dan produktivitas
kerja. Hai ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan Upah Minimum Provinsi
(UMP), mengikutkan pekerjaan dalam program asuransi jaminan sosial,
meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan, dan perusahaan
harus memenuhi hak-hak karyawan seperti hak cuti dan tunjuangan hari raya.
5. Peningkatan Gizi dan Kesehatan
Kualitas atau Mutu Tenaga Kerja dapat juga dilakukan dengan program
peningkatan gizi dan kesehatan. Dengan gizi yang baik, maka kesehatan tenaga
kerja juga akan baik sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja.
3.
Persebaran Tenaga Kerja Tidak Merata
Persebaran Tenaga Kerja Tidak Merata disebabkan karena
terkonsentrasi (terpusatnya) penduduk Indonesia di Pulau Jawa.Hampir 60%
penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa. Kondisi ini dapat menimbulkan dampak
semakin banyaknya jumlah pengangguran di Pulau Jawa, sedangkan di luar Pulau
Jawa, pembangunan akan terhambat karena kekurangan tenaga kerja untuk mengolah
sumber daya yang ada.
Solusi
masalahnya:
Untuk
memcahkan maslah tersebut, Pemerintah juga telah mengeluarkan beberapa
kebijakan dalam rangka pemerataan persebaran tenaga kerja. Berikut ini beberapa
kebijakan yang dilakukan Pemerintah:
1. Mengadakan Transmigrasi
Usaha memeratakan penduduk dari daerah
padat ke daerah yang masih sedikit penduduknya.
Contohnya: Memindahkan penduduk Pulau Jawa ke Pulau
Kalimantan dengan membuka lapangan ( baru.
2. Pemberdayaan
Tenaga Kerja
Hal ini dilakukan dengan caramengirim angkatan kerja dari
daerah yang kelebihan tenaga kerja ke daerah yang kekurangan tenaga kerja
ataupun ke negara lain yang kekurangan tenaga kerja.
3. Pengembangan Usaha Sektor Informal di
daerah, seperti usaha kerajinan misalnya usaha batik, anyaman tingkat,
kerajinan kayu, dan lain-lain.
4.
Kesempatan Kerja Masih Terbatas
Kesempatan Kerja Masih Terbatas disebab karena jumlah angkatan
kerja masih lebih besar dari peluang kerja atau kesempatan kerja yang tersedia.
Solusi
masalahnya:
Untuk mengatasi terbatasnya kesempatan atau peluang kerja
ini dapat dilakukan dengan cara pengembangan industry padat karya yang mampu
menyerap tenaga kerja yang besar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
penanaman modal dalam negeri. Usaha lainya yang dapat dilakukan dalam mengatasi
masalah terbatasnya lapangan kerja ini adalah dengan pengembangan pekerjaan umum,
seperti pengadaan proyek pembangunan jalan, pembuatan saluran air, irigasi,
pembuatna jembatan, dan perbaikan jalan.
5.
Pengangguran
Pengangguran dapat ditekankan atau
diperkecil bila keempat masalah (jumlah angkatan kerja yang besar, kualitas
tenaga kerja, persebaran tenaga kerja, dan kesempatan kerja) juga sudah dapat
diatasi.Pengangguran disebabkan oleh keempat masalah tersebut, bisa juga
terjadi karena sering terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan
ketergantungan angkatan kerja pada lowongan pekerjaan yang disediakan oleh
pemerintah dan perusahaan.Mereka lebih suka menunggu lowongan pekerjaan dibuka,
jarang sekali angkatan kerja yang berkeinginan menciptakan lapangan kerja
sendiri melalui kegiatan wirausaha.
Pengangguran
A. Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari
pekerjaan atau mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari
pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan atau penduduk yang
tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja/ mempunyai pekerjaan
tetapi belum mulai bekerja.
Menurut Sakernas (Survey Keadaan Angkatan Kerja
Nasional), pengangguran didefinisikan sebagai berikut:
1.
mereka yang sedang mencari
pekerjaan dan saat itu tidak bekerja;
2.
mereka yang mempersiapkan usaha
yaitu suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka mempersiapkan suatu
usaha/pekerjaan yang baru;
3.
mereka yang tidak mencari
pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, disebut dengan
penganggur putus asa; dan
4.
mereka yang sudah mempunyai
pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.
B. Jenis – jenis Pengangguran
Pengangguran
dapat dibagi menurut lama waktu kerja dan sebab-sebabnya. Kita dapat
mengelompokan pengangguran berdasarkan sudut pandang kita. Berikut ini
diuraikan jenis0jenis pengangguran.
Menurut lama
waktu kerja bekerja, pengangguran dibedakan menjadi sebagai berikut.
1.
Pengangguran terselubung
Pengangguran terselubung merupakan tenaga kerja yang tidak bekerja secara
optimal karena sesuatu alasan tertentu, misalnya :
-
Kurang terampil dalam
pekerjaannya karena pendidikannya rendah.
-
Baru mulai bekerja atau kurang
pengalaman dalam bekerja.
-
Keterpaksaan yang membuat orang
bekerja tidak sesuai dengan bakat dan keterampilannya.
2.
Pengangguran terbuka
Pengangguran terbuka adalah
tenaga kerja yang sungguh sungguh tidak mempunyai pekerjaan.
Penyebabnya antara lain :
-
Tidak tersedianya lapangan kerja.
-
Lapangan kerja yang tidak sesuai
dengan latar belakang pendidikannya.
-
Tidak berusaha mencari pekerjaan
secara keras karena memang malas.
3.
Setengah menganggur
Setengah pengangguran dapat dikelompokan menjadi setengah
pengangguran kentara yakni mereka yang bekerja kurang dari jam normal (kurang
dari 35 jam/minggu). Petani petani di Indonesia banyak yang termasuk sebagai
setengah pengangguran kentara karena petani yang hanya memiliki lahan yang
sempit biasanya bekerja kurang dari 35 jam/minggu dan setengah pengangguran
tidak kentara atau pengangguran terselubung yaitu mereka yang produktivitas
kerja renda dan pendapatannyab rendah.
Menurut sebab terjadinya, pengangguran dapat digolongkan menjadi sebagai
berikut.
1.
Pengangguran struktural
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang
terjadi karena perubahan dalam struktur perekonomian. Pada umumnya negara
berupaya mengembangkan perekonomian dari pola agraris ke industri.
2.
Pengangguran friksional
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang
terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pencarian kerja dan
lowongan kerja, yang disebabkan oleh kondisi geografis, informasi yang tidak
sempurna, dan proses perekrutan yang lama.
3.
Pengangguran musiman
Pengangguran musiman yaitu pengangguran yang
terjadi karena pergantian waktu/trend. Misalnya tuakng membuat kopiah, pada
saat bulan puasa dan menjelang hari Idul Fitri, pesanan akan produk kopiah
meningkat tajam. Sedangkan masa sesudah bulan puasa permintaan produk kopiah
kembali turun sehingga dia harus menganggur lagi.
4.
Pengangguran teknologi
Pengangguran teknologi yaitu pengangguran yang
disebabkan penggunaan teknologi seperti mesin-mesin modern, sehingga mengurangi
penggunaan tenaga kerja manusia.
5.
Pengangguran konjungtur
Pengangguran konjungtur adalah pengangguran yang
disebabkan oleh adanya siklus konjungtur(perubahan kegiatan perekonomian). Misalnya :pada masa 1960-1980an titik berat
pembangunan nasional Indonesia ditekankan pada bidang pertanian, sehingga
insinyur-insinyur pertanian mudah mendapatkan pekerjaan. Pada masa setelah itu
kebijakan pemerintah btitik berat pembangunan bergeser ke bidang industry
pengolahan dan manufaktur sehingga banyak insinyur-insinyur pertanian yang
sulit mendapatkan pekerjaan/menganggur.
6. Pengangguran yang disebabkan oleh
isolasi geografis
Pengangguran
ini dialami oleh masyarakat yang terpencil dari pusat kegiatan ekonomi.
Pengangguran seperti ini biasanya akan menimbulkan urbanisasi.
C. Penyebab Pengangguran
Ada beberapa penyebab yang
menimbulkan pengangguran yaitu sebagai berikut :
1. Pertumbuhan penduduk yang cepat
menciptakan banyak pengangguran karena meningkatnya jumlah angkatan kerja yang
tidak diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja.
2. Ketidak berhasilan sector industry.
Pola investasi yang ada cenderung
padat modal menyebabkan semakin kecil terjadinya penyerapan kerja.
3. Angkatan kerja tidak dapat memenuhi
kualifikasi persyaratan yang diminta noleh dunia kerja.
4.
Ketidakstabilan perekonomian, politik,
dan keamanan Negara. Krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 juga
menyebabkan terjadinya pengangguran sebanyak 15,4 juta orang.
5.
Pajak penghasilan (PPn) yang
tinggi yang tidak(progresif) akan membuat orang cenderung mengurangi jam kerja.
6.
Perkembangan teknologi tinggi
yang tidak diimbangi oleh keterampilan dan pendidikan dari pencari kerja.
7.
Tidak ada kecocokan upah, karena
tidak semua perusahaan mampu dan bersedia mempekerjakan seorang pelamar dengan
tingkat upah yang diminta pelamar.
8.
Tidak memiliki kemauan wirausaha.
Orang yang tidak punya kemauan kerja tidak akan berusaha menciptakan lapangan
kerja sehingga ia harus menunggu uluran tangan dari orang lain.
9.
Adanya diskriminasi ras, gender,
orang cacat mengakibatkan timbulnya pengangguran.
D.
Dampak Pengangguran
Pengangguran sangat berdampak pada kehidupan perekonomian dan kehidupan
sosial masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang menurun, dan bahkan tingkat
kesejahteraan masyarakat yang menurun adalah salah satu dampak pengangguran. Berikut ini beberapa dampak pengangguran
terhadap perekonomian dan kehidupan social
1.
Menurunkan Aktivitas Perekonomian
Pengangguran menyebabkan turunnya daya beli
masyarakat. Daya beli masyarakat yang menurun menyebabkan turunnya permintaan terhadap
barang dan jasa. Hal ini mengakibatkan para pengusaha dan investor tidak
bergairah melakukan perluasan dan pendirian industri baru sehingga aktivitas
perekonomian menjadi turun.
2.
Menurunkan
Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Per Kapita
Orang yang tidak bekerja
(menganggur) tidak akan menghasilkan barang dan jasa. Itu berarti semakin
banyak orang yang menganggur maka PDB (Produk Domestik Bruto) yang dihasilkan
akan menurun. PDB yang menurun akan menyebabkan turunnya pertumbuhan ekonomi
sekaligus turunnya pendapatan per kapita.
3.
Meningkatkan Biaya Sosial
Pengangguran ternyata mengakibatkan meningkatnya biaya
sosial. Karena, pengangguran mengharuskan masyarakat memikul biaya-biaya
seperti biaya perawatan pasien yang stres (depresi) karena menganggur, biaya
keamanan dan biaya pengobatan akibat meningkatnya tidak kriminalitas yang
dilakukan oleh penganggur, serta biaya pemulihan dan renovasi beberapa tempat
akibat demonstrasi dan kerusuhan yang dipicu oleh ketidakpuasan dan kecemburuan
sosial para penganggur.
4.
Menurunkan Tingkat Keterampilan
Dengan menganggur, tingkat
keterampilan sesepramg akan menurun. Semakin lama menganggur, semakin menurun pula tingkat
keterampilan seseorang.
5.
Menurunkan Penerimaan Negara
Orang yang menganggur tidak memiliki penghasilan
(pendapatan). Itu berarti semakin banyak orang yang menganggur, akan semakin
turun pula penerimaan negara yang diperoleh dari pajak penghasilan.
B. Cara
mengatasi penganguran
Secara umum
cara mengatasi penganguran adalah dengan meningkatnya investasi, meningkatkan
kualitas SDM, transfer teknologi dan penumuan eknologi baru, pembenahan hokum
dalam bidang keternagakerjaan dan lain-lain, secara teknis kebijakan
upaya-upaya ke arah itu dapat ditempuh dengan kebijakan misalnya:
1.
Menyelangarakan bursa pasar kerja
Bursa tenaga
kerja adalah penyampaian informasi oleh perushaan-perusahaan atau pihak-pihak
yang membutuhkan tenaga kerja kepda masyarakat luas. Tujuan kegitan ini adalah
agar terjadi komunikasi yang baik antara perusahaan dan pencari kerja.
2.
Menggalakkan kegiatan ekonomi informal
Kebijakan
yang memihak kepada pengembangan sector informal, dengan cara mengembangkan
industry rumah tangga sehingga mampu menyerap tenaga kerja.
3.
Meningkatkan mutu pendidikan
Mendorong
majunya pendidikan dengan pendidikan yang memadai meungkinkan seorang untuk
memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik lagi. Dewasa ini sesuai dengan
perinah undang-undang pemerintah diamatkan untuk mengalokasikan dana APBN
sebesar 20% untuk bidang pendidikan nasional.
4.
Mendirikan pusat-pusat latihan kerja
Pusat-pusat
latihan kerja perlu didirikan untuk melaksanakan pelatihan tenaga kerja untuk
mengisi formasi yang ada
5.
Meningkatkan petumbuhan ekonomi
Pemerintah perlu terus meningkatkan pertmbuhan
ekonomi sehingga akan memberikan peluang bagi penciptaan kesempatan kerja.
6.
Mendorong investasi
Pemerintah perlu terus mendorong masuknya investasi
baik dari dalam negri maupun untuk menciptakan kesempatan kerja di indonesia
7.
Meningkatkan transmigrasi
Transmigrasi merupakan langkah pemerintah meratakan
jumlah penduduk pula yang berpenduduk padat ke pulau yang masih jarang
penduduknya serta mengoptimlan sumber kekayaan alam yang ada.
8.
Melakukan deregulasi dan
debirokrasi
Deregulasi dan debirokrasi di
berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru. Deregulasi
artinya adalah perubahan pengaturan aturan main terhadap bidang-bidang
tertentu. Debirokrasi artinya perubahan
struktur aparat pemerintah yang menangani bidang-bidang tertentu.
9.
Memperluas lapangan kerja
Perluasan kesempatan kerja dengan
cara mendirikan industry-industri baru terutama yang bersifa padat karya. Denga
adanya era perdagangan bebas secara regional dan internasional sebenarnya
terbuka lapangan kerja yang semakin luas tidak saja di alam negri juga keluar
negri. Ini tergantung pada kesiapan tenaga kerja untuk bersaing secara bebas di
pasartenaga kerja internasional.
Contoh kasus ketenagakerjaan di Indonesia
Melambatnya pergerakan roda ekonomi membawa dampak bagi sektor
ketenagakerjaan Indonesia.Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dalam kurun
waktu satu tahun tingkat pengangguran di Indonesia mengalami pertambahan
sebanyak 300 ribu jiwa.
Kepala BPS Suryamin mengatakan jumlah pengangguran pada Februari 2015 mengalami peningkatan dibandingkan dengan Agustus 2014 sebanyak 210 ribu jiwa. Sementara jika dibandingkan dengan Februari tahun lalu bertambah 300 ribu jiwa.
Suryamin menjelaskan jumlah pengangguran pada Februari 2015 mencapai 7,4 juta orang, dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang mengalami kenaikan untuk tingkat pendidikan tinggi.
Menurut Suryamin dalam konferensi pers di Jakarta, ekonomi melambat, sehingga terjadi peningkatan pengangguran.
Berdasarkan data BPS, pengangguran untuk lulusan strata satu (S1) pada Februari 2015 menjadi 5,34 persen dibanding Februari tahun lalu yang hanya 4,31 persen. Begitu juga lulusan diploma mengalami peningkatan pengangguran dari 5,87 persen menjadi 7,49 persen. Serta pengangguran lulusan SMK yang bertambah dari 7,21 persen menjadi 9,05 persen.
Sementara untuk tingkat pendidikan SD, SMP, dan SMA mengalami penurunan, masing-masing yakni dari 3,69 persen menjadi 3,61 persen, 7,44 persen jadi 7,14 persen, dan 9,10 persen menjadi 8,17 persen.
Pada Februari 2015, TPT terendah ada pada penduduk berpendidikan SD ke bawah dan tertinggi pada jenjang pendidikan SMK, diikuti diploma dan universitas.
Secara persentase, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2015 sebesar 5,81 persen, meingkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 5,7 persen. Namun, angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan TPT Agustus 2014 yang sebesar 5,94 persen.
Suryamin menjelaskan perubahan tingkat pengangguran di Indonesia terjadi selaras dengan bertambahnya jumlah angkatan kerja yang sebanyak 3 juta orang dibandingkan dengan Februari 2014 atau sebanyak 6,4 juta orang jika dibandingkan dengan posisi Agustus 2014. Sayangnya, angka serapan tenaga kerjanya jauh lebih rendah yakni hanya 1 juta jiwa selama periode Februari 2014-Februari 2015.
Kendati pengangguran bertambah, Suryamin mengklaim jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2015 juga bertambah 6,2 juta orang dibanding keadaan Agustus 2014 atau bertambah 2,7 juta orang dibanding keadaan Februari 2014. JUmlah penduduk yang bekerja per Februari 2015 tercatat sebanyak 120,8 juta orang.
Kepala BPS Suryamin mengatakan jumlah pengangguran pada Februari 2015 mengalami peningkatan dibandingkan dengan Agustus 2014 sebanyak 210 ribu jiwa. Sementara jika dibandingkan dengan Februari tahun lalu bertambah 300 ribu jiwa.
Suryamin menjelaskan jumlah pengangguran pada Februari 2015 mencapai 7,4 juta orang, dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang mengalami kenaikan untuk tingkat pendidikan tinggi.
Menurut Suryamin dalam konferensi pers di Jakarta, ekonomi melambat, sehingga terjadi peningkatan pengangguran.
Berdasarkan data BPS, pengangguran untuk lulusan strata satu (S1) pada Februari 2015 menjadi 5,34 persen dibanding Februari tahun lalu yang hanya 4,31 persen. Begitu juga lulusan diploma mengalami peningkatan pengangguran dari 5,87 persen menjadi 7,49 persen. Serta pengangguran lulusan SMK yang bertambah dari 7,21 persen menjadi 9,05 persen.
Sementara untuk tingkat pendidikan SD, SMP, dan SMA mengalami penurunan, masing-masing yakni dari 3,69 persen menjadi 3,61 persen, 7,44 persen jadi 7,14 persen, dan 9,10 persen menjadi 8,17 persen.
Pada Februari 2015, TPT terendah ada pada penduduk berpendidikan SD ke bawah dan tertinggi pada jenjang pendidikan SMK, diikuti diploma dan universitas.
Secara persentase, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2015 sebesar 5,81 persen, meingkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 5,7 persen. Namun, angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan TPT Agustus 2014 yang sebesar 5,94 persen.
Suryamin menjelaskan perubahan tingkat pengangguran di Indonesia terjadi selaras dengan bertambahnya jumlah angkatan kerja yang sebanyak 3 juta orang dibandingkan dengan Februari 2014 atau sebanyak 6,4 juta orang jika dibandingkan dengan posisi Agustus 2014. Sayangnya, angka serapan tenaga kerjanya jauh lebih rendah yakni hanya 1 juta jiwa selama periode Februari 2014-Februari 2015.
Kendati pengangguran bertambah, Suryamin mengklaim jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2015 juga bertambah 6,2 juta orang dibanding keadaan Agustus 2014 atau bertambah 2,7 juta orang dibanding keadaan Februari 2014. JUmlah penduduk yang bekerja per Februari 2015 tercatat sebanyak 120,8 juta orang.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masalah ketenagakerjaan ialah masalah yang
menjadi masalah utama yang cukup kompleks khususnya di negara berkembang
seperti Indonesia. Seperti halnya, masih banyaknya tenaga-tenaga kerja yang pendidikannya
tidak sesuai dengan pekerjaan yang digelutinya, sehingga kualitas dari tenaga
kerja belum mencapai maksimal.Selain masalah ketidaksesuaian pendidikan yang
ditempuh dengan dunia kerjanya, masih terdapat masalah-masalah lain seperti
tingkat pendidikan yang masih rendah, jumlah lapangan kerja yang tidak sesuai
dengan jumlah angkatan kerja, kegiatan ekonomi yang tidak merata dan lain
sebagainya.
B. SARAN
Untuk terciptanya tenakga kerja yang berkualitas Pemerintah supaya lebih
memperhatikan masyarakat, lebih mengoptimalkan program belajar 12 tahun. Karena
kebanyakan pengangguran terjadi disebabkan pendidikannya rendah atau hanya
lulus sampai SD, memberikan bantuan pada anak yang tidak mampu misalkan
memberikan beasiswa, memberikan sarana dan prasarana pendidikan misalkan gedung
sekolah, perpustakaan, laboratorium.Serta Pemerintah juga harus mengadakan
penyuluhan pelatihan kerja yang menyeluruh kepada seluruh lapisan masyarakat.
Adapaun selain itu masyarakat juga harus mendukung atau ikut serta dalam setiap
program yang diadakan oleh Pemerintah.Sehingga dapat tercapai tujuan dari semua
harapan masyarakat dan Pemerintah inginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyani,
Sri Nur dkk.2009. Ekonomi 1 :Untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
Kelas X.Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
http://azanulahyan.blogspot.co.id/2014/04/pemecahan-masalah-ketenagakerjaan.html
No comments:
Post a Comment
you say