IBX5A82D9E049639

Monday, 27 February 2017

Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan

Landasan Teori
Definisi Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan). 
Sumber Daya Manusia adalah potensimanusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkaneksistensinya. 
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai modal (nonmaterial/non financial ) di dalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi.
Manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan.
Menurut pedapat para ahli :
Sonny Sumarsono (2003), Sumber daya manusia atau human recources mengandung dua pengertian yang pertama adalah usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam produksi.Yang kedua SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut.Mampu melakukan kegiatan yang lebih ekonomis.
Mery Parker Follett, Sumber daya manusia adalah suatu seni untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan.
M.T.E Hariandja (2002), Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan di samping faktor lain selain modal, oleh karena itu sumber daya manusia harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi.
Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang karyawan bukan sebagai sumber daya belaka, melainkan lebih berupa modal atau aset bagi institusi atau organisasi. Karena itu kemudian muncullah istilah baru di luar H.R. (Human Resources), yaitu H.C. atau Human Capital. Di sini SDM dilihat bukan sekadar sebagai aset utama, tetapi aset yang bernilai dan dapat dilipatgandakan, dikembangkan (bandingkan dengan portfolio investasi) dan juga bukan sebaliknya sebagai liability (beban,cost). Di sini perspektif SDM sebagai investasi bagi institusi atau organisasi lebih mengemuka.[1]
Pengertian SDM dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengertian mikro dan makro. Pengertian SDM secara mikro adalah individu yang bekerja dan menjadi anggota suatu perusahaan atau institusi dan biasa disebut sebagai pegawai, buruh, karyawan, pekerja, tenaga kerja dan lain sebagainya. Sedangkang pengertian SDM secara makro adalah penduduk suatu negara yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang belum bekerja maupun yang sudah bekerja.
Secara garis besar, pengertian Sumber Daya Manusia adalah individu yang bekerja sebagai penggerak suatu organisasi, baik institusi maupun perusahaan dan berfungsi sebagai aset yang harus dilatih dan dikembangkan kemampuannya.
Terdapat enam fungsi operatif manajemen sumber daya manusia yaitu sebagai berikut [13]:
a.       Pengadaan tenaga kerja terdiri dari:
1)      Perencanaan sumber daya manusia
2)      Analisis Jabatan
3)      Penarikan Pegawai
4)      Penempatan Kerja
5)      Orientasi Kerja
b.      Pengembangan tenaga kerja mencakup:
1)      Pendidikan dan Pelatihan
2)      Pengembangan
3)      Penilaian prestasi kerja
c.       Pembelian balas jasa mencakup:
1)      Balas jasa langsung terdiri dari:
a)      gaji/upah
b)      insentif
2)      Balas jasa tak langsung terdiri dari:
a)      Keuntungan
b)      Pelayanan/Kesejahteraan
d.      Integrasi mencakup:
1)      Kebutuhan karyawan
2)      Motivasi kerja
3)      Kepuasan kerja
4)      Disiplin Kerja
5)      Partisipasi kerja
e.       Pemeliharaan tenaga kerja mencakup:
1)      Komunikasi kerja
2)      Kesehatan dan keselamatan kerja
3)      Pengendalian konflik kerja
4)      konseling kerja
f.       Pemisahan tenaga kerja mencakup:
  Pemberhentian karyawan
Manajemen sumber daya manusia merupakan pemanfatan sumber daya manusia agar mencapai tujuan organisasional, konsekuensinya manajermanajer pada semua jajaran menaruh perhatian pada sumber daya manusia. Pada hakekatnya manajer-manajer membuat segala sesuatu dilakukan melalui upaya orang-orang lain yang membutuhkan pengelolaan sumber daya manusia yang efektif. Manajemen sumber daya manusia yang baik mengharuskan anggota organisasi untuk mencapai tujuan. Para manajer harus mencapai kiat meningkatkan kepuasan karyawan, keterlibatannya dalam kehidupan organisasi, memperbaiki kualitas lingkungan kerja dan efisiensi produktivitas karyawan. manajemen sumber daya manusia yang efektif dapat meningkatkan efektivitas perusahaan.

Definisi Ketenagakerjaan
Tenaga Kerja adalah penduduk yang siap melakukan pekerjaan, penduduk yang telah memasuki usia kerja (working age population).
Pada dasarnya ketenagakerjaan dapat diklasifikasikan minimal menjadi tiga macam yakni tenaga kerja terdidik (skill labour), tenaga kerja terlatih (trainer labour), tenaga kerja tidak terlatih (unskill labour).
1. Tenaga kerja terdidik (skill labour)
Tenaga kerja terdidik (skill labour) adalah tenaga kerja yang pernah memperoleh pendidikan formal dalam bidang tertentu tetapi mereka belum pernah dilatih dalam bidang tersebut.
Tenaga kerja terdidik ini diidentikkan dengan tenaga kerja yang belum berpengalaman. Keuntungan di dalam memilih tenaga kerja yang belum berpengalaman ini antara lain:
Tenaga kerja yang belum berpengalaman relatif lebih murah harganya karena tidak mempunyai kekuatan posisi tawar yang tinggi terhadap balas jasa atau upah yang diinginkan.
Tenaga kerja yang belum berpengalaman relatif banyak tersedia di masyarakat sehingga perusahaan akan lebih leluasa memilih tenaga kerja yang dianggap memenuhi persyaratan dan berpotensi untuk bisa ikut memajukan perusahaan.
Tenaga kerja yang belum berpengalaman lebih mudah untuk dibentuk dan diarahkan sesuai dengan tujuan perusahaan.
Sedangkan kelemahannya adalah:
Perusahaan harus merencanakan membuat program pelatihan tertentu kepada tenaga kerja yang belum berpengalaman agar benar-benar terampil dan menguasai di bidangnya.
Perusahaan harus rela mengeluarkan sejumlah uang guna membiayai jalannya program pelatihan yang telah direncanakan.
Untuk menjadikan tenaga kerja terdidik menjadi terlatih memerlukan proses waktu yang lama sehingga hasil yang dicapai oleh perusahaan tentu tidak seperti ketika merekrut tenaga kerja terlatih.
2. Tenaga Kerja Terlatih (trained labour)
     Yang dimaksud tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang telah bekerja dan pernah mengikuti latihan sesuai dengan bidangnya, misalnya seorang yang telah menamatkan studinya dalam bidang akuntansi, maka mereka dapat digolongkan sebagai tenaga kerja terlatih.Tenaga kerja terlatih ini dapat disamakan dengan tenaga kerja yang sudah berpengalaman.
Keuntungan dalam memilih tenaga kerja yang sudah berpengalaman ini antara lain:
·       Tenaga kerja yang sudah berpengalaman mempunyai tingkat produktivitas tinggi sehingga dapat secara langsung memberikan sumbangan yang besar bagi perusahaan.
·       Tenaga kerja yang sudah berpengalaman ini tidak memerlukan pelatihan khusus dan hanya memerlukan penyesuaian-penyesuaian tertentu sehingga perusahaan tidak perlu membuat program pelatihan seperti yang terjadi pada tenaga kerja yang belum berpengalaman.
Sebagai akibatnya perusahaan tidak harus mengelurakan biaya untuk pelatihan khusus bagi tenaga kerja yang sudah berpengalaman tersebut.

Sedangkan kelemahannya adalah:
Tenaga kerja yang sudah berpengalaman ini pada dasarnya lebih sulit diperoleh atau didapat karena jumlahnya tidak banyak.
·       Tenaga kerja yang sudah berpengalaman mempunyai daya tawar tinggi terhadapa balas jasa atau upah yang diinginkan. Dengan demikian untuk mendapatkannya perusahaan harus siap memberikan imbalaan yang cukup besar.
·       Tenaga kerja yang sudah berpengalaman pada umumnya sudah terbentuk karakternya dan sudah jadi sehingga jika terjadi ketidaksesuaian dengan keinginan perusahaan biasanya sulit untuk diarahkan dan dibelokan.
3. Tenaga Kerja Tidak Terlatih (Unskill labour)
     Yang dimaksud tenaga kerja tidak terlatih adalah tenaga kerja di luar tenaga kerja terdidik dan juga tenaga kerja terlatih.Tenaga kerja tidak terlatih ini merupakan bagian terbesar dari seluruh tenaga kerja yang ada.
     Mereka umumnya hanya mengenyam pendidikan formal pada tataran tingkat bawah dan tidak mempunyai keahlian yang memadai karena memang belum ada pengalaman kerja, sehingga pekerjaan yang dikerjakannyapun umumnya tidak memerlukan keahlian secara spesifik.Misalnya seorang pelajar (Tingkat Sekolah Dasar, Tingkat Sekolah Menengah, Tingkat Sekolah Lanjut Atas) droup out, maka mereka dapat digolongkan pada tenaga kerja tidak terlatih.
Keuntungan di dalam memilih tenaga kerja yang tidak terlatih antara lain:
     Tenaga kerja yang tidak terlatih ini sangat murah harganya karena di samping tidak mempunyai pendidikan formal tingkat tinggi juga keterampilan yang dimiliki tidak ada.Dengan demikian posisi kekuatan tawar-menawar menjadi sangat lemah dibanding dengan tenaga kerja terdidik dan tenagara kerja terlatih.
     Tenaga kerja yang tidak terlatih ini paling banyak tersedia di masyarakat, bahkan melebihi dari kapasitas tenaga kerja yang dibutuhkan, sehingga perusahaan akan sangat leluasa sekali untuk memilih tenaga kerja yang dianggap benar-benar memenuhi persyaratan dan berkomitment untuk ikut mengembangkan persuahaan.
Tenaga kerja yang tidak terlatih ini sangat mudah untuk diarahkan sesuai tujuan perusahaan.
Sedangkan Kelemahannya adalah :
     Tenaga kerja yang tidak terlatih ini hanya dapat menjalankan pekerjaan yang bersifat umum dan tidak memerlukan keahlian.
     Tanaga kerja yang tidak terlatih ini hanya dapat menjalankan pekerjaan yang bersifat rutin dan umumnya tingkat inisiatif daya kreatifitasnya rendah sehingga bila terjadi kendala di lapangan mereka akan merasa kesulitan untuk mencari jalan keluarnya.
Tenaga kerja tidak terlatih ini kurang bisa menjalankan tugas dan tanggungjawabnya, sehingga perlu pengawasan yang lebih teratur dari pihak perusahaan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja
Menurut Sonny Sumarsono (2003:105) Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi, dimana faktor yang mempengaruhi penyerapan akan tenaga kerja adalah:
1. Tingkat Upah
Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan. Apabila digunakan asumsi bahwa tingkat upah naik, maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut: 
a. Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya priduksi perusahaan, yang selanjutnya akan meningkatkan pula harga per unit barang yang diproduksi. Biasanya para konsumen akan memberikan respon yang cepat apabila terjadi kenaikan harga barang, yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak lagi mau membeli barang yang bersangkutan. Akibatnya banyak barang yang tidak terjual, dan terpaksa produsen menurunkan jumlah produksinya. Turunnya target produksi, mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena pengaruh turunnya skala produksi disebut dengan efek skala produksi atau scale effect (Sonny Sumarsono, 2003:106).
b. Apabila upah naik (asumsi harga dari barang-barang modal lainnya tidak berubah), maka pengusaha ada yang lebih suka menggunakan teknologi padat modal untuk proses produksinya dan menggantikan kebutuhan akan tenaga kerja dengan kebutuhan akan barang-barang modal seperti mesin dan lainnya. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena adanya penggantian atau penambahan penggunaan mesin-mesin disebut dengan efek substitusi tenaga kerja (substitution effect).Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya dalam uraian diatas, Sudarsono (1988:35) menyatakan bahwa permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah.
2. Nilai Produksi
Nilai produksi adalah tingkat produksi atau keseluruhan jumlah barang yang merupakan hasil akhir proses produksi pada suatu unit usaha yang selanjutnya akan dijual atau sampai ke tangan konsumen. Naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan. Apabila permintaan hasil produksi perusahaan atau industri meningkat, produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut produsen akan menambah penggunaan tenaga kerjanya. Perubahan yang mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain: naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi, dan harga barang- barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi (Sudarsono, 1988:35).
Nilai output suatu daerah memperkirakan akan mengalami peningkatan hasil produksi dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang memproduksi barang yang sama. Para pengusaha akan membutuhkan sejumlah uang yang akan diperoleh dengan tambahan perusahaan tersebut, demikian juga dengan tenaga kerja. Apabila jumlah output dihasilkan oleh perusahaan yang jumlahnya lebih besar maka akan menghasilkan output yang besar pula, sehingga semakin banyak jumlah perusahaan/unit yang berdiri maka akan semakin banyak kemungkinan untuk terjadi penambahan output produksi (Matz, 1990:23).
Sudarsono (1988:35) menyatakan bahwa perubahan faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain: naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi, dan harga barang-barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi. Lain halnya dengan Payaman J. Simanjuntak (1985:87) yang menyatakan bahwa pengusaha memperkerjakan seseorang karena itu membantu memproduksi barang/jasa untuk dijual kepada konsumen. Oleh karena itu, kenaikan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang diproduksi.

3. Nilai Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. (Sadono Sukirno, 1997:107) Mesin digerakkan oleh tenaga kerja atau sumber- sumber serta bahan-bahan dokelola oleh manusia.Sedangkan menurut Dumairy (1998:81) investasi adalah penambahan barang modal secara neto positif. Seseorang yang membeli barang modal tetapi ditujukan untuk mengganti barang modal yang aus dalam proses produksi bukanlah merupakan investasi, tetapi disebut dengan pembelian barang modal untuk mengganti (replacement).
Pembelian barang modal ini merupakan investasi pada waktu yang akan datang. Nilai investasi ini ditetapkan atas dasar nilai atau harga dari kondisi mesin dan peralatan pada saat pembelian. Investasi ini menentukan skala usaha dari suatu industri kecil yang akan mempengaruhi kemampuan dari usaha tersebut dalam penggunaan faktor produksi yang dalam hal ini berhubungan dengan jumlah investasi yang dilakukan perusahaan yang pada akhirnya menentukan tingkat penyerapan tenaga kerja.

Dengan demikian besarnya nilai investasi akan menentukan besarnya penyerapan tenaga kerja. Secara teoritis, semakin besar nilai investasi pada Industri Kecil dimana investasi yang dilakukan bersifat padat karya, sehingga kesempatan kerja yang diciptakan semakin tinggi. 
Permasalahan lapangan kerja dan tenaga kerja di Indonesia :
a.              Rendahnya kualitas tenaga kerja
Kualitas tenaga kerja dalam suatu Negara dapat ditentukan dapat dilihat dari tingkat pendidikan tersebut.
b.              Jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja.
Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi oleh perluasan kerja akan membawa beban tersendiri bagi perekonomian.
c.              Persebaran tenaga kerja yang tidak merata
d.              Pengangguran
Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia banyak mengakibatkan industri di Indonesia mengalami gulung tikar.
e.              Problem gaji atau UMR
Rendahnya atau tidak sesuainya pendapatan gaji yang diperoleh dengan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta tanggungannya menjadi salah satu problem langsung menyentuh kaum buruh.
f.               Kurangnya keterampilan dan keahlian yang dimiliki tenaga kerja 
g.              Latar belakang pendidikan yang rendah 
h.              Lapangan kerja yang tidak sesuai 
i.               Kurangnya kesadaran akan enterpreneurship 
Sebab Terjadinya Pengangguran :
·       Angkatan kerja yang terus meningkat jumlahnya dan pertumbuhan kesempatan kerja tidak seimbang dengan pertumbuhan angkatan kerja. 
o   Angkatan kerja yang sedang mencari kerja tidak dapat memenuhi persyaratan-persyaratan yang diminta oleh dunia kerja.
o   Besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja. Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia.
o   Struktur lapangan kerja tidak seimbang.
o   Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang. 
o   Penyediaan dan pemanfaatan tenaga kerja antar daerah tidak seimbang. 
o   Jumlah angkatan kerja disuatu daerah yang lebih besar dari kesempatan kerjanya.

Beberapa Akibat Pengangguran, diantaranya :
o   Terjadinya bahaya kelaparan 
o   Tingkat pertumbuhan ekonomi rendah 
o   Pendapatan perkapita masyarakat rendah 
o   Angka kriminalitas tinggi 

Kebijakan Pemerintah Dalam Menanggulangi Pengangguran :
o   Mengadakan Program Padat Karya 
o   Pemberian Peminjaman Modal Bagi Wirausahawan 
o   Pemberian Keterampilan Kepada Usia Angkatan Kerja 
o   Pemberdayaan Unit Usaha Kerja Mikro 

Kendala Pemerintah Dalam Mengimplementasikan Kebijakan di Masyarakat :
o   Kurangnya kesadaran akan pentingnya pelatihan kerja dan pendidikan di kalangan masyarakat.
o   Kurangnya Kesadaran Enterpreneurship di Kalangan Masyarakat 
o   Penyaluran Dana yang Kurang Transparant di Instansi Terkait 
o   Rendahnya Tingkat Pendidikan di Kalangan Masyarakat 

Usaha Pemerintah Untuk Masalah Ketenagakerjaan Di Indonesia :
o   Memperluas kesempatan kerja.
o   Menurunkan jumlah angkatan kerja. Misalnya dengan diakannya pembatasan usia kerja minimum.
o   Meningkatkan kualitas kerja dari tenaga kerja yang ada, sehingga mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan keadaan. Misalnya dengan cara melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, kursus, dll. 
o   menyelenggarakan kursus-kursus keterampilan,baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat.
o   meningkatkan kualitas sumber daya manusia, melalui pelaksanaan wajib belajar 9 tahun.

Solusi permasalahan Ketenagakerjaan:
1) Jumlah Angkatan Kerja yang Besar:
Solusi Masalahnya:
            Jumlah Angkatan Kerja yang besar disebabkan karena tingginya tingkat kelahiran atau pertumbuhan penduduk. Maka solusi yang harus dilakukan pemerintah dalam menekan atau mengurangi tingginya tingkat pertumbuhan penduduk yaitu dengan memaksimalkan pelaksanakan program Keluarga Berencana (KB).
            Pemaksimalan program Keluarga Berencana dapat dilakukan dengan cara dan penyuluhan KB secara intens kepada masyarakat, khususnya kepada pasangan yang baru menikah. Sehingga semakin tumbuh kesadaran masyarakat akan pentingnya program Keluarga Berencana. Hal ini juga bisa dilakukan dengan membatasi usia nikah sehingga dapat menekan terjadinya pernikahan dini.
            Jika program KB berjalan baik, maka jumlah angka pertumbuhan atau kelahiran akan menurun, sehingga demikian pula angkatan kerja semakin berkurng. Apabila penurunan jumlah angkatan kerja yang berkurang ini, diikuti dengan peningkatan jumlah lapangan kerja, maka jumlah pengangguran juga berkurang.
2) Kualitas Tenaga Kerja Relatif Rendah
            Penyebab rendahnya kualitas tenaga kerja di Indonesia diantaranya karena rendahnya pendidikan, kurikulum pendidikan yang tidak sesuai dengan pekerjaan yang tersedia, kurangnya pelatihan dan pemagangan kerja.
Solusi masalahnya:
            Untuk mengatasi masalah rendahnya kualitas tenaga kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.     Melakukan Pelatihan Kerja
Pelatihan kerja ini merupakan kegiatan pengembangan keahlian dan keterampilan yang berhubung dengan pekerjaan dan persyaratan pekerjaan.Dengan demikian melalui pelatiahan kerja ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalitas kerja para tenaga kerja.Pelatihan kerja ini dapat dilakukan dengan mendirikan balai pelatihan kerja di berbagai daerah.
               2.   Pemagangan
Pemagangan ini sebenarnya merupakan bagian dari pelatihan kerja, namun pemagangan ini langsung dilangsungkan di tempat kerja.Tujuan pemagangan adalah untuk memantapkan profesionalitas tenaga kerja.Hal ini dapat diterapkan di sekolah-sekolah khususnya sekolah kejuruan (SMK), seperti yang dilakukan saat ini.Pemagangan harus dilakukan sesuai dengan jurusan atau jenis pekerjaan yang digelutinya.
Contohnya: SMK bidang keuangan hendaknya melakukan pemagangan di perusahaan yang berkaitan dengan keuangan.
3. Meningkatkan Kualitas Pendidikan Masyarakat melalui pendidikan formal maupun non formal.
Melalui pendidikan formal ini dapat dilakukan melalui program wajib belajar 9 tahun seperti saat ini  dilakukan, membenahi kurikulum pendidikan untuk mendapatkan sistem pendidikan yang sesuai dengan bursa tenaga kerja, seperti membuka Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di seluruh daerah.
Sedangkan melalui pendidikan non formal dapat dilakukan dengan memberikan kursus-kursus atau pelatihan-pelatihan kerja, pelatihan kewirausahaan untuk membuka lapangan kerja baru, dan lain sebagainya.
4.   Membenahi Upah dan Gaji Tenaga Kerja
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para tenaga kerja, sehingga memiliki efek yang positif pada peningkatan mutu dan produktivitas kerja. Hai ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan Upah Minimum Provinsi (UMP), mengikutkan pekerjaan dalam program asuransi jaminan sosial, meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan, dan perusahaan harus memenuhi hak-hak karyawan seperti hak cuti dan tunjuangan hari raya.
5.   Peningkatan Gizi dan Kesehatan
Kualitas atau Mutu Tenaga Kerja dapat juga dilakukan dengan program peningkatan gizi dan kesehatan. Dengan gizi yang baik, maka kesehatan tenaga kerja juga akan baik sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja.
3. Persebaran Tenaga Kerja Tidak Merata
Persebaran Tenaga Kerja Tidak Merata disebabkan karena terkonsentrasi (terpusatnya) penduduk Indonesia di Pulau Jawa.Hampir 60% penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa. Kondisi ini dapat menimbulkan dampak semakin banyaknya jumlah pengangguran di Pulau Jawa, sedangkan di luar Pulau Jawa, pembangunan akan terhambat karena kekurangan tenaga kerja untuk mengolah sumber daya yang ada.
Solusi masalahnya:
Untuk memcahkan maslah tersebut, Pemerintah juga telah mengeluarkan beberapa kebijakan dalam rangka pemerataan persebaran tenaga kerja. Berikut ini beberapa kebijakan yang dilakukan Pemerintah:
     1. Mengadakan Transmigrasi
         Usaha memeratakan penduduk dari daerah padat ke daerah yang masih sedikit penduduknya.
Contohnya: Memindahkan penduduk Pulau Jawa ke Pulau Kalimantan dengan membuka lapangan ( baru.
     2.  Pemberdayaan Tenaga Kerja
Hal ini dilakukan dengan caramengirim angkatan kerja dari daerah yang kelebihan tenaga kerja ke daerah yang kekurangan tenaga kerja ataupun ke negara lain yang kekurangan tenaga kerja.
     3. Pengembangan Usaha Sektor Informal di daerah, seperti usaha kerajinan misalnya usaha batik, anyaman tingkat, kerajinan kayu, dan lain-lain.
4. Kesempatan Kerja Masih Terbatas
     Kesempatan Kerja Masih Terbatas disebab karena jumlah angkatan kerja masih lebih besar dari peluang kerja atau kesempatan kerja yang tersedia.
Solusi masalahnya:
Untuk mengatasi terbatasnya kesempatan atau peluang kerja ini dapat dilakukan dengan cara pengembangan industry padat karya yang mampu menyerap tenaga kerja yang besar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan penanaman modal dalam negeri. Usaha lainya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah terbatasnya lapangan kerja ini adalah dengan pengembangan pekerjaan umum, seperti pengadaan proyek pembangunan jalan, pembuatan saluran air, irigasi, pembuatna jembatan, dan perbaikan jalan.
5. Pengangguran
     Pengangguran dapat ditekankan atau diperkecil bila keempat masalah (jumlah angkatan kerja yang besar, kualitas tenaga kerja, persebaran tenaga kerja, dan kesempatan kerja) juga sudah dapat diatasi.Pengangguran disebabkan oleh keempat masalah tersebut, bisa juga terjadi karena sering terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan ketergantungan angkatan kerja pada lowongan pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah dan perusahaan.Mereka lebih suka menunggu lowongan pekerjaan dibuka, jarang sekali angkatan kerja yang berkeinginan menciptakan lapangan kerja sendiri melalui kegiatan wirausaha.


Pengangguran
A. Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja/ mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
Menurut Sakernas (Survey Keadaan Angkatan Kerja Nasional), pengangguran didefinisikan sebagai berikut:
1.              mereka yang sedang mencari pekerjaan dan saat itu tidak bekerja;
2.              mereka yang mempersiapkan usaha yaitu suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka mempersiapkan suatu usaha/pekerjaan yang baru;
3.              mereka yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, disebut dengan penganggur putus asa; dan
4.              mereka yang sudah mempunyai pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.

B. Jenis – jenis Pengangguran

Pengangguran dapat dibagi menurut lama waktu kerja dan sebab-sebabnya. Kita dapat mengelompokan pengangguran berdasarkan sudut pandang kita. Berikut ini diuraikan jenis0jenis pengangguran.

Menurut lama waktu kerja bekerja, pengangguran dibedakan menjadi sebagai berikut.
1.     Pengangguran terselubung
Pengangguran terselubung merupakan tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena sesuatu alasan tertentu, misalnya :
-       Kurang terampil dalam pekerjaannya karena pendidikannya rendah.
-       Baru mulai bekerja atau kurang pengalaman dalam bekerja.
-       Keterpaksaan yang membuat orang bekerja tidak sesuai dengan bakat dan keterampilannya.

2.     Pengangguran terbuka
Pengangguran terbuka adalah tenaga kerja yang sungguh sungguh tidak mempunyai pekerjaan.
Penyebabnya antara lain :
-      Tidak tersedianya lapangan kerja.
-      Lapangan kerja yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
-      Tidak berusaha mencari pekerjaan secara keras karena memang malas.
3.     Setengah menganggur
Setengah pengangguran dapat dikelompokan menjadi setengah pengangguran kentara yakni mereka yang bekerja kurang dari jam normal (kurang dari 35 jam/minggu). Petani petani di Indonesia banyak yang termasuk sebagai setengah pengangguran kentara karena petani yang hanya memiliki lahan yang sempit biasanya bekerja kurang dari 35 jam/minggu dan setengah pengangguran tidak kentara atau pengangguran terselubung yaitu mereka yang produktivitas kerja renda dan pendapatannyab rendah.

Menurut sebab terjadinya, pengangguran dapat digolongkan menjadi sebagai berikut.
1.     Pengangguran struktural
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang terjadi karena perubahan dalam struktur perekonomian. Pada umumnya negara berupaya mengembangkan perekonomian dari pola agraris ke industri.

2.     Pengangguran friksional
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pencarian kerja dan lowongan kerja, yang disebabkan oleh kondisi geografis, informasi yang tidak sempurna, dan proses perekrutan yang lama.

3.     Pengangguran musiman
Pengangguran musiman yaitu pengangguran yang terjadi karena pergantian waktu/trend. Misalnya tuakng membuat kopiah, pada saat bulan puasa dan menjelang hari Idul Fitri, pesanan akan produk kopiah meningkat tajam. Sedangkan masa sesudah bulan puasa permintaan produk kopiah kembali turun sehingga dia harus menganggur lagi.

4.     Pengangguran teknologi
Pengangguran teknologi yaitu pengangguran yang disebabkan penggunaan teknologi seperti mesin-mesin modern, sehingga mengurangi penggunaan tenaga kerja manusia.

5.     Pengangguran konjungtur
Pengangguran konjungtur adalah pengangguran yang disebabkan oleh adanya siklus konjungtur(perubahan kegiatan perekonomian). Misalnya :pada masa 1960-1980an titik berat pembangunan nasional Indonesia ditekankan pada bidang pertanian, sehingga insinyur-insinyur pertanian mudah mendapatkan pekerjaan. Pada masa setelah itu kebijakan pemerintah btitik berat pembangunan bergeser ke bidang industry pengolahan dan manufaktur sehingga banyak insinyur-insinyur pertanian yang sulit mendapatkan pekerjaan/menganggur.

6.     Pengangguran yang disebabkan oleh isolasi geografis
Pengangguran ini dialami oleh masyarakat yang terpencil dari pusat kegiatan ekonomi. Pengangguran seperti ini biasanya akan menimbulkan urbanisasi.


C. Penyebab Pengangguran

Ada beberapa penyebab yang menimbulkan pengangguran yaitu sebagai berikut :
1.     Pertumbuhan penduduk yang cepat menciptakan banyak pengangguran karena meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja.
2.     Ketidak berhasilan sector industry. Pola investasi yang ada cenderung padat modal menyebabkan semakin kecil terjadinya penyerapan kerja.
3.     Angkatan kerja tidak dapat memenuhi kualifikasi persyaratan yang diminta noleh dunia kerja.
4.     Ketidakstabilan perekonomian, politik, dan keamanan Negara. Krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 juga menyebabkan terjadinya pengangguran sebanyak 15,4 juta orang.
5.     Pajak penghasilan (PPn) yang tinggi yang tidak(progresif) akan membuat orang cenderung mengurangi jam kerja.
6.     Perkembangan teknologi tinggi yang tidak diimbangi oleh keterampilan dan pendidikan dari pencari kerja.
7.     Tidak ada kecocokan upah, karena tidak semua perusahaan mampu dan bersedia mempekerjakan seorang pelamar dengan tingkat upah yang diminta pelamar.
8.     Tidak memiliki kemauan wirausaha. Orang yang tidak punya kemauan kerja tidak akan berusaha menciptakan lapangan kerja sehingga ia harus menunggu uluran tangan dari orang lain.
9.     Adanya diskriminasi ras, gender, orang cacat mengakibatkan timbulnya pengangguran.

D. Dampak Pengangguran
Pengangguran sangat berdampak pada kehidupan perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang menurun, dan bahkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang menurun adalah salah satu dampak pengangguran. Berikut ini beberapa dampak pengangguran terhadap perekonomian dan kehidupan social
1.       Menurunkan Aktivitas Perekonomian
Pengangguran menyebabkan turunnya daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat yang menurun menyebabkan turunnya permintaan terhadap barang dan jasa. Hal ini mengakibatkan para pengusaha dan investor tidak bergairah melakukan perluasan dan pendirian industri baru sehingga aktivitas perekonomian menjadi turun.

2.        Menurunkan Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Per Kapita
Orang yang tidak bekerja (menganggur) tidak akan menghasilkan barang dan jasa. Itu berarti semakin banyak orang yang menganggur maka PDB (Produk Domestik Bruto) yang dihasilkan akan menurun. PDB yang menurun akan menyebabkan turunnya pertumbuhan ekonomi sekaligus turunnya pendapatan per kapita.

3.        Meningkatkan Biaya Sosial
Pengangguran ternyata mengakibatkan meningkatnya biaya sosial. Karena, pengangguran mengharuskan masyarakat memikul biaya-biaya seperti biaya perawatan pasien yang stres (depresi) karena menganggur, biaya keamanan dan biaya pengobatan akibat meningkatnya tidak kriminalitas yang dilakukan oleh penganggur, serta biaya pemulihan dan renovasi beberapa tempat akibat demonstrasi dan kerusuhan yang dipicu oleh ketidakpuasan dan kecemburuan sosial para penganggur.

4.        Menurunkan Tingkat Keterampilan
Dengan menganggur, tingkat keterampilan sesepramg akan menurun. Semakin lama menganggur, semakin menurun pula tingkat keterampilan seseorang.
5.        Menurunkan Penerimaan Negara
Orang yang menganggur tidak memiliki penghasilan (pendapatan). Itu berarti semakin banyak orang yang menganggur, akan semakin turun pula penerimaan negara yang diperoleh dari pajak penghasilan.

B. Cara mengatasi penganguran

Secara umum cara mengatasi penganguran adalah dengan meningkatnya investasi, meningkatkan kualitas SDM, transfer teknologi dan penumuan eknologi baru, pembenahan hokum dalam bidang keternagakerjaan dan lain-lain, secara teknis kebijakan upaya-upaya ke arah itu dapat ditempuh dengan kebijakan misalnya:

1.     Menyelangarakan bursa pasar kerja
Bursa tenaga kerja adalah penyampaian informasi oleh perushaan-perusahaan atau pihak-pihak yang membutuhkan tenaga kerja kepda masyarakat luas. Tujuan kegitan ini adalah agar terjadi komunikasi yang baik antara perusahaan dan pencari kerja.

2.     Menggalakkan kegiatan ekonomi informal
Kebijakan yang memihak kepada pengembangan sector informal, dengan cara mengembangkan industry rumah tangga sehingga mampu menyerap tenaga kerja.

3.     Meningkatkan mutu pendidikan
Mendorong majunya pendidikan dengan pendidikan yang memadai meungkinkan seorang untuk memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik lagi. Dewasa ini sesuai dengan perinah undang-undang pemerintah diamatkan untuk mengalokasikan dana APBN sebesar 20% untuk bidang pendidikan nasional.

4.     Mendirikan pusat-pusat latihan kerja
Pusat-pusat latihan kerja perlu didirikan untuk melaksanakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi yang ada

5.     Meningkatkan petumbuhan ekonomi
Pemerintah perlu terus meningkatkan pertmbuhan ekonomi sehingga akan memberikan peluang bagi penciptaan kesempatan kerja.

6.     Mendorong investasi
Pemerintah perlu terus mendorong masuknya investasi baik dari dalam negri maupun untuk menciptakan kesempatan kerja di indonesia

7.     Meningkatkan transmigrasi
Transmigrasi merupakan langkah pemerintah meratakan jumlah penduduk pula yang berpenduduk padat ke pulau yang masih jarang penduduknya serta mengoptimlan sumber kekayaan alam yang ada.

8.     Melakukan deregulasi dan debirokrasi
Deregulasi dan debirokrasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru. Deregulasi artinya adalah perubahan pengaturan aturan main terhadap bidang-bidang tertentu. Debirokrasi artinya perubahan struktur aparat pemerintah yang menangani bidang-bidang tertentu.

9.     Memperluas lapangan kerja
Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industry-industri baru terutama yang bersifa padat karya. Denga adanya era perdagangan bebas secara regional dan internasional sebenarnya terbuka lapangan kerja yang semakin luas tidak saja di alam negri juga keluar negri. Ini tergantung pada kesiapan tenaga kerja untuk bersaing secara bebas di pasartenaga kerja internasional.

Contoh kasus ketenagakerjaan di Indonesia
Melambatnya pergerakan roda ekonomi membawa dampak bagi sektor ketenagakerjaan Indonesia.Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dalam kurun waktu satu tahun tingkat pengangguran di Indonesia mengalami pertambahan sebanyak 300 ribu jiwa.
     Kepala BPS Suryamin mengatakan jumlah pengangguran pada Februari 2015 mengalami peningkatan dibandingkan dengan Agustus 2014 sebanyak 210 ribu jiwa. Sementara jika dibandingkan dengan Februari tahun lalu bertambah 300 ribu jiwa.
     Suryamin menjelaskan jumlah pengangguran pada Februari 2015 mencapai 7,4 juta orang, dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang mengalami kenaikan untuk tingkat pendidikan tinggi.
Menurut Suryamin dalam konferensi pers di Jakarta,  ekonomi melambat, sehingga terjadi peningkatan pengangguran.
      Berdasarkan data BPS, pengangguran untuk lulusan strata satu (S1) pada Februari 2015 menjadi 5,34 persen dibanding Februari tahun lalu yang hanya 4,31 persen. Begitu juga lulusan diploma mengalami peningkatan pengangguran dari 5,87 persen menjadi 7,49 persen. Serta pengangguran lulusan SMK yang bertambah dari 7,21 persen menjadi 9,05 persen.
      Sementara untuk tingkat pendidikan SD, SMP, dan SMA mengalami penurunan, masing-masing yakni dari 3,69 persen menjadi 3,61 persen, 7,44 persen jadi 7,14 persen, dan 9,10 persen menjadi 8,17 persen.
      Pada Februari 2015, TPT terendah ada pada penduduk berpendidikan SD ke bawah dan tertinggi pada jenjang pendidikan SMK, diikuti diploma dan universitas.
      Secara persentase, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2015 sebesar 5,81 persen, meingkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 5,7 persen. Namun, angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan TPT Agustus 2014 yang sebesar 5,94 persen.
      Suryamin menjelaskan perubahan tingkat pengangguran di Indonesia terjadi selaras dengan bertambahnya jumlah angkatan kerja yang sebanyak 3 juta orang dibandingkan dengan Februari 2014 atau sebanyak 6,4 juta orang jika dibandingkan dengan posisi Agustus 2014. Sayangnya, angka serapan tenaga kerjanya jauh lebih rendah yakni hanya 1 juta jiwa selama periode Februari 2014-Februari 2015.
        Kendati pengangguran bertambah, Suryamin mengklaim jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2015 juga bertambah 6,2 juta orang dibanding keadaan Agustus 2014 atau bertambah 2,7 juta orang dibanding keadaan Februari 2014. JUmlah penduduk yang bekerja per Februari 2015 tercatat sebanyak 120,8 juta orang.



BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masalah ketenagakerjaan ialah masalah yang  menjadi masalah utama yang cukup kompleks khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Seperti halnya, masih banyaknya tenaga-tenaga kerja yang pendidikannya tidak sesuai dengan pekerjaan yang digelutinya, sehingga kualitas dari tenaga kerja belum mencapai maksimal.Selain masalah ketidaksesuaian pendidikan yang ditempuh dengan dunia kerjanya, masih terdapat masalah-masalah lain seperti tingkat pendidikan yang masih rendah, jumlah lapangan kerja yang tidak sesuai dengan jumlah angkatan kerja, kegiatan ekonomi yang tidak merata dan lain sebagainya.

B. SARAN
Untuk terciptanya tenakga kerja yang berkualitas Pemerintah supaya lebih memperhatikan masyarakat, lebih mengoptimalkan program belajar 12 tahun. Karena kebanyakan pengangguran terjadi disebabkan pendidikannya rendah atau hanya lulus sampai SD, memberikan bantuan pada anak yang tidak mampu misalkan memberikan beasiswa, memberikan sarana dan prasarana pendidikan misalkan gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium.Serta Pemerintah juga harus mengadakan penyuluhan pelatihan kerja yang menyeluruh kepada seluruh lapisan masyarakat.
Adapaun selain itu masyarakat juga harus mendukung atau ikut serta dalam setiap program yang diadakan oleh Pemerintah.Sehingga dapat tercapai tujuan dari semua harapan masyarakat dan Pemerintah inginkan.
  


DAFTAR PUSTAKA
Mulyani, Sri Nur dkk.2009. Ekonomi 1 :Untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Kelas X.Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
http://azanulahyan.blogspot.co.id/2014/04/pemecahan-masalah-ketenagakerjaan.html





                                                                                                                             

No comments:

Post a Comment

you say