Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) adalah pendekatan pembelajaran untuk memahami, menjelaskan dan mengkomunikasikan konsep-konsep yang terkandung dalam suatu sajian melalui proses pemodelan matematika (Permana, 2010:34). Sejalan dengan itu. Widyastuti (2010:11) menjelaskan bahwa pembelajaran MEAs didasarkan pada situasi kehidupan nyata siswa, bekerja dalam kelompok kecil, dan menyajikan sebuah model matematis sebagai solusi.
MEAs terbentuk pada pertengahan tahun 1970-an untuk memenuhi kebutuhan pengguna kurikulum. MEAs dibuat oleh pendidik matematika, professor dan lulusan di Amerika dan Australia, untuk digunakan oleh guru matematika. Mereka mengharapkan siswa dapat membentuk sebuah model matematis berupa sistem konseptual yang membuat siswa merasakan beragam pengalaman matematis tertentu. Jadi, siswa tidak hanya sekedar menghasilkan model matematis tetapi juga diharapkan mengerti konsep-konsep yang digunakan dalam pembentukan model matematis dari permasalahan yang diberikan. Pada awalnya MEAs diciptakan untuk siswa kelas menengah. Adaptasi MEAs terjadi dari pendidikan menengah hingga pendidikan dasar dan pendidikan tinggi.
Lesh dan Diefes-Dux, et al, (Chamberlin dan Moon, 2005) menyatakan enam prinsip desain MEAs, yaitu: ‘The personal meaningfulness principle, The model construction principle, The self-evaluation principle, The model-documentation principle, The simple prototype principle, dan The model generalisation principle’. Chamberlin dan Moon (2005) memamparkan keenam prinsip tersebut sebagai berikut:
1. Prinsip realitas
Prinsip ini disebut prinsip keberartian. Prinsip ini menyatakan bahwa masalah yang disajikan sebaiknya realitas dan dapat terjadi dalam kehidupan siswa. Prinsip ini bertujuan untuk meningkatkan minat siswa dalam mensimulasikan aktivitas yang nyata. Permasalahan yang realistis lebih memungkinkan solusi kreatif dari siswa.
2. Prinsip konstruksi model
Prinsip ini menyatakan bahwa respon yang sangat baik dari tuntutan permasalahan adalah penciptaan sebuah model. Sebuah model adalah sebuah sistem yang terdiri atas elemen-elemen, hubungan antar elemen, operasi yang menggambarkan interaksi antar elemen, dan pola atau aturan yang diterapkan pada hubungan-hubungan dan operasi-operasi. Menurut Chamberlin dan Moon (Widyastuti, 2010:16), ‘penciptaan model matematis membutuhkan suatu konsep yang kuat tentang pemahaman masalah sehingga dapat membantu siswa menjelmakan pemikiran mereka’. Keuntungan menciptakan model matematis adalah dapat memberikan pemahaman mendalam dan memungkinkan siswa untuk mentransfer respon mereka kepada situasi serupa untuk melihat apakah model dapat digeneralisasikan.
3. Prinsip Self-Assessment
Prinsip Self-Assessment menyatakan bahwa siswa harus mampu mengukur kelayakan dan kegunaan solusi tanpa bantuan guru. Prinsip Self-Assessment terjadi saat kelompok-kelompok mencari jawaban yang tepat.
4. Prinsip konstruksi dokumentasi
Prinsip ini menyatakan bahwa siswa harus mampu menyatakan pemikirannya mereka sendiri selama bekerja dalam MEAs dan bahwa proses berpikir mereka harus didokumentasikan dalam solusi. Tuntutan dokumentasi solusi melibatkan teknis penulisan.
5. Prinsip Effective Prototype
Prinsip ini menyatakan bahwa model yang dihasilkan harus dapat ditafsirkan oleh orang lain. Prinsip ini membantu siswa belajar bahwa solusi kreatif yang diterapkan pada permasalahan matematis berguna dan dapat digeneralisasikan. Solusi terbaik dari masalah matematis harus cukup kuat untuk diterapkan pada situasi berbeda dan mudah dipahami.
6. Prinsip konstruksi Shareability dan Reusability
Prinsip ini menyatakan bahwa model harus dapat digunakan pada situasi serupa. Jika model yang dikembangkan dapat digeneralisasi pada situasi serupa, maka respon siswa dikatakan sukses.
Dalam bahasa Inggris, eliciting berasal dari kata elicit yang berarti mendatangkan, mendapatkan atau memperoleh(Echols, 1993:209), sehingga dapat dikatakan bahwa MEAs merupakan pendekatan yang mendukung aktifitas siswa dalam mendatangkan, mendapatkan atau memperoleh solusi dari masalah yang diberikan melalui proses berfikir siswa untuk menciptakan sebuah model matematika sebagai solusinya.
Permana (2010:13) menjelaskan bahwa MEAs merupakan pendekatan pembelajaran untuk memahami, menjelaskan dan mengkomunikasikan konsep-konsep yang terkandung dalam suatu masalah melalui tahapan proses pemodelan matematika. Menurut NCTM (Permana, 2010:35), terdapat tahap-tahap dasar dalam proses pemodelan matematis meliputi:
1. Mengidentifikasi dan menyederhanakan (simplikasi) situasi masalah dunia nyata.
Siswa mengidentifikasi masalah untuk dipecahkan dalam situasi dunia nyata dan menyatakannya dalam bentuk yang setepat mungkin. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara observasi, bertanya, dan diskusi, mereka berpikir tentang informasi apa yang penting atau tidak dalam situasi yang diberikan. Jadi, mereka menyederhanakan situasi dengan pertama-tama mengabaikan informasi yang kurang penting.
2. Membangun model matematika.
Siswa membuat representasi matematis tentang komponen spesifik dari masalah dan hubungan diantara mereka. Pada tahap ini, siswa mendefinisikan variabel, membuat notasi, dan secara eksplisit mengidentifikasi beberapa bentuk dari hubungan dan struktur matematis, membuat grafik, atau menuliskan persamaan. Semua usaha matematis ini akhirnya mendorong siswa membangun model matematika.
3. Mentransformasi dan memecahkan model.
Siswa menganalisa dan memanipulasi model untuk menemukan solusi yang secara matematika signifikan terhadap masalah yang teridentifikasi. Tahap ini biasanya familier bagi siswa. Model dari tahap kedua dipecahkan, dan jawaban dipahami dalam konteks masalah. Siswa mungkin perlu menyederhanakan model lebih lanjut jika model tersebut tidak dapat dipecahkan.
4. Menginterpretasi model.
Siswa membawa solusi matematis mereka yang dicapai dalam konteks model matematis kembali ke situasi masalah yang spesifik (atau terformula).
Selama pelaksanaan MEAs, siswa membuat kesan tentang situasi-situasi bermakna, menemukan, dan memperluas konstruksi matematis mereka sendiri (Carlson, et al., dalam Chamberlin dan Moon, 2008). Salah satu tujuan dari pembelajaran MEAs adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengontrol pembelajaran mereka sendiri dengan pengarahan proses. Menciptakan model matematis merupakan salah satu cara mencapai self-directed learning. Garfield pun dalam artikelnya mengatakan bahwa MEAs memiliki potensi untuk membantu siswa belajar lebih dalam, mempertahankan apa yang mereka pelajari, danmentransfer belajar mereka dengan konteks masalah lainnya.
No comments:
Post a Comment
you say