IBX5A82D9E049639

Saturday, 2 December 2017

pengaruh strategi pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz terhadap sikap dan kemampuan pemecahan masalah matematika

                                                                             1.         BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Kompleksnya permasalahan yang terjadi dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat yang mengglobal, menuntut  sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu religius, cerdas, terampil dan mandiri. Untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dan unggul tersebut diperlukan pendidikan (Nurhayati, 2011: 3).
Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia terbesar yang memiliki nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan dan kejayaan suatu bangsa di dunia ditentukan oleh pembangunan di bidang pendidikan (Fauzi, 2014:1). Menurut Sanjaya (2008: 2) pendidikan adalah hal mendasar yang harus dimiliki setiap bangsa. Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk menghasilkan generasi muda berilmu, tetapi juga dapat menjadikan manusia berakhlak mulia serta memiliki keterampilan untuk bekal hidup dalam bermasyarakat. Sarbini (2011: 12) mengatakan bahwa pendidikan adalah sebuah sistem yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Pendidikan adalah suatu proses pengubahan sikap masa depan bangsa, untuk menyikapinya maka kehadiran seorang guru dalam dunia pendidikan sangat diperlukan.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat (1) tentang Sistem Pendidikan Nasional (Fokusindo, 2012: 2) Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia, mulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah. Secara umum tujuan diberikannya mata pelajaran matematika di sekolah adalah untuk mempersiapkan peserta didik agar bisa menghadapi perubahan kehidupan dan dunia yang selalu berkembang dan sarat perubahan, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional dan kritis (Masykur dan Abdul, 2007: 36).
Pembelajaran matematika pada umumnya didominasi oleh guru yang pengelolaan kelasnya kurang variatif cenderung menggunakan metode pembelajaran konvensional dan latihan-latihan yang diberikan kepada siswa. Dengan hal ini siswa kurang memiliki kesempatan untuk berperan aktif dalam pembelajaran.
Proses pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor: faktor guru, kurikulum, tujuan yang ingin dicapai, sarana, lingkungan, dan siswa itu sendiri. Dari sekian banyak faktor ini, faktor guru mempunyai peranan yang lebih menentukan daripada faktor yang lain, tanpa mengurangi faktor kondisi siswa yang dihadapi. Faktor yang menyebabkan siswa tidak menyukai mata pelajaran matematika diantaranya adalah suasana pembelajaran dikelas, sikap guru terhadap siswa, dan cara mengajar guru di dalam kelas. Ketiga faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap siswa. Guru harus mampu menciptakan suasana yang membuat siswa menyenangi pembelajaran matematika. Dalam hal ini dapat dilihat kualitas guru dalam mengajar di kelas apabila mendapatkan siswa yang antusiasselama belajar maka dapat dikatakan kualitas mengajarnya baik dan begitu pun sebaliknya.
Guru memegang peran penting dalam proses pembelajaran, guru dapat dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran apabila siswa terlihat antusias selama proses pembelajaran berlangsung. Terutama pada mata pelajaran matematika, banyak siswa yang tidak menyukai matematika sehingga bermalas-malasan ketika belajar.
Belajar bermakna bagi siswa ditentukan oleh sejauh mana guru dapat mengolah kelas dan dapat memilih dan mengembangkan model pembelajaran yang membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini keaktifan siswa yang dimaksud adalah aktif dalam bernalar dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, mengomunikasikan hasil nalarnya, lalu menuliskan hasil nalar tersebut sehingga guru dapat mengetahui proses nalar siswa tersebut.
Strategi pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz adalah strategi pemecahan masalah yang dicetuskan oleh Wankat dan Oreovocz. Dalam strategi pemecahan masalahnya kita dapat mengetahui sikap siswa dalam belajar matematika. Karena dalam strategi tersebut siswa berperan penting dalam proses pembelajaran dan guru hanya sebagai pemberi stimulus agar siswa dapat merespon dan memandang positif terhadap pembelajaran matematika.
Sikap siswa terhadap matematika merupakan bagian penting dan tidak dapat diabaikan dalam proses pembelajaran matematika. Seorang peserta didik yang tidak memiliki rasa suka (sikap negatif) terhadap pelajaran tertentu, maka akan mengalami kesulitan dalam mencapai ketuntasan belajarnya secara maksimal. Sebaliknya peserta didik yang memiliki rasa suka (sikap positif) terhadap pelajaran tertentu, maka akan mengalami kemudahan dalam mencapai ketuntasan belajarnya secara maksimal. Dengan sikap positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, maka akan lebih mudah diberi motivasi, sehingga akan lebih mudah menyerap materi pelajaran (Jihad & Haris, 2008: 102).
Menurut hasil wawancara dengan salah satu guru di MTs N Babakan Ciwaringin, pembelajaran matematika yang berjalan selama ini lebih cenderung hanya menggunakan komunikasi satu arah dari guru kepada siswa. Bahkan ketika guru memberikan beberapa masalah untuk diselesaikan, beberapa siswa hanya menunggu guru untuk membahas penyelesaian masalah tersebut tanpa berusaha untuk menyelesaikannya sendiri terlebih dahulu. Siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru dan hanya beberapa siswa yang antusias ketika proses pembelajaran berlangsung. Sehingga lebih banyak siswa yang bersikap negatif terhadap matematika dibandingkan dengan yang bersikap positif terhadap matematikadan hal ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
Pemecahan masalah merupakan hal yang penting dalam pembelajaran matematika. Pemecahan masalah merupakan kompetensi strategi yang ditunjukkan siswa dalam memahami memilih pendekatan dan strategi pemecahan dan menyelesaikan model untuk menyelesaikan masalah. Pemecahan masalahakan menjadi hal yang akan sangat menentukan keberhasilan pendidikan matematika, sehingga pengintegrasian pemecahan masalah (problem solving) selama proses pembelajaran berlangsung hendaknya menjadi suatu keharusan (Shadiq, 2004: 16).
Kemampuan siswa dalam pemecahan masalah yang terjadi di MTsN Babakan Ciwaringin terbilang rendah, menurut hasil observasi guru mata pelajaran matematika kelas VII dari 46 siswa yang mengikuti proses pembelajaran hanya 5 siswa atau 10,87% saja yang dapat menyelesaikan secara mandiri permasalahan atau soal yang diberikan oleh guru. Sedangkan siswa yang lain 89,13%hanya menunggu guru membahas soal yang diberikan kepada mereka tanpa berusaha maksimal terlebih dahulu.
Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti perlu melakukan penelitian agar mengetahui bahwa di dalam proses belajar diperlukan strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika, tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai dengan sikap dari para siswanya. maka untuk mendapat data yang lebih akurat mengenai permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Strategi Wankat dan Oreovocz terhadap Sikap dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika”.
                                                
1.2    Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang muncul, yaitu sebagai berikut:
1.   Dalam proses pembelajaran guru kurang variatif dalam menggunakan metode pembelajaran.
2.   Proses pembelajaran yang menggunakan komunikasi satu arah dari guru kepada siswa.
3.   Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
4.   Sikap positif siswa dalam pembelajaran matematika masih kurang.
5.   Kemampuan Pemecahan Masalah pada siswa masih rendah.

1.3    Pembatasan Masalah
Untuk mengantisipasi kesimpangsiuran dalam permasalahan penulisan penelitian ini, maka diuraikan beberapa pembatasan masalah, sebagai berikut:
1.   Strategi pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz merupakan metode pembelajaran yang memiliki 7 tahap, yaitu sebagai berikut: Saya mampu/bisa (I can), mendefinisikan (define), mengeksplorasi (explore), merencanakan (plan), mengerjakan (do it), mengoreksi kembali (check), Generalisasi (generalize). (Wena, 2014: 57)
2.   Sikap yang dimaksud adalah sikap positif siswa dalam pembelajaran matematika. Siswa cenderung memberikan sikap positif apabila guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
3.   Kemampuan pemecahan masalah yang dimaksud adalah mampunya siswa dalam mengerjakan 8 butir soal essay tanpa dibimbing oleh guru.
4.   Siswa yang akan menjadi objek penelitian adalah siswa kelas VII MTsN Babakan Ciwaringin.


1.4    Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka diuraikan beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1.   Seberapa baik respon siswa terhadap strategi pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz?
2.   Seberapa positif sikap siswa terhadap matematika?
3.   Seberapa mampu siswa dalam memecahkan masalah matematika?
4.   Seberapa besar pengaruh strategi pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz terhadap sikapsiswa pada matematika?
5.   Seberapa besar pengaruh strategi pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa?
6.   Seberapa besar pengaruh strategi pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz terhadap sikap dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa?

1.5    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.   Untuk mengetahui seberapa baik respon siswa terhadap strategi pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz.
2.   Untuk mengetahui seberapa positif sikap siswa terhadap matematika.
3.   Untuk mengetahui seberapa mampu siswa dalam memecahkan masalah matematika.
4.   Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh strategi pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz terhadap sikapsiswa pada matematika.
5.   Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh strategi pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
6.   Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh strategi pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz terhadap sikap dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

1.6    Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian terdiri dari dua macam, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun hasil penelitian ini nantinya diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1.6.1  Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pendukung atau referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis atau penelitian lanjutan.
1.6.2  Manfaat Praktis
a)     Bagi Siswa
Siswa dapat berperan aktif dalam belajar matematika dan mempengaruhi sikap siswa terhadap pembelajaran matematika.
b)    Bagi Guru
Hasil penelitian ini akan dapat dijadikan acuan dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran di MTs N Babakan Ciwaringin
c)     Bagi Penulis
Penulis dapat mengaplikasikan teori-teori yang didapat selama proses perkuliahan.
d)    Bagi Lembaga
Hasil penelitian ini merupakan rangka meningkatkan mutu pendidikan pada lembaga yang menjadi objek penelitian ke ranah yang lebih baik, terutama pada bidang studi matematika.




BAB II
ACUAN TEORETIK
2.1    Deskripsi Teori
2.1.1  Strategi Pemecahan Masalah Wankat dan Oreovocz
1.   Strategi Pemecahan Masalah
Menurut N.Sudirman (1987: 146) Metode Problem Solving (pemecahan masalah) adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawaban oleh siswa. Sedangkan Menurut Polya dan Pasmep dalam Fadjar Shadiq (2004: 13) beberapa strategi pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
a.     Mencoba-coba
Strategi mencoba-coba (Trial and error) ini tidak selalu berhasil, adakalanya gagal.  Proses mencoba coba ini memerlukan daya analisis yang tajam untuk mendapatkan jawaban yang tepat.
b.     Membuat diagram
Strategi ini menggunakan cara membuat gambar. Untuk menuangkan apa yang ada dalam bayangan ke atasa kertas. Agar lebih mudah untuk mendapatkan gambaran umum untuk menyelesaikan permasalahannya.
c.     Mencobakan pada soal yang lebih sederhana
Strategi ini menggunakan contoh-contoh dengan permasalahan yang sama namun lebih mudah dan lebih sederhana. Sehingga gambaran untuk menyelesaikan masalah akan lebih mudah untuk dianalisa dan lebih mudah ditemukan jawabannya.
d.     Membuat tabel
Strategi ini digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan dan jalan pikiran, dan dituangkan dalam entuk tabel tidak hanya dibayangkan saja.
e.     Menemukan pola
Strategi ini digunakan untuk mencari keteraturan dan keterkaitan. Keteraturan dan keterkaitan akan memudahkan untuk menemukan penyelesaian masalahnya.


f.      Memecah tujuan
Strategi ini berkaitan dengan pemecahan tujuan umum yang hendak dicapai. Tujuan pada bagian ini dapat digunakan sebagai batu loncatan untuk mencapai tujuan yang sebenarnya.
g.     Memperhitungkan setiap kemungkinan
Strategi ini menggunakan penalaran dan aturan yang dibuat sendiri oleh objek yang melakukan pemecahan masalah.
h.     Berpikir logis
Strategi ini menggunakan nalar dan penarikan kesimpulan yang sah dan valid dari berbagai sumber informasi atau data yang ada
i.      Bergerak dari belakang
Strategi ini memulai proses pemecahan masalahnya dengan menganalisis apa yang ditanyakan lalu bergerak menuju apa yang diketahui untuk mencapai pemecahan masalahnya.
j.      Mengabaikan hal yang tidak mungkin
Dalam strategi ini setelah memahami masalah, apa yang diketahui lalu dan apa yang ditanyakan. Bila ditemukan hal yang tidak berhubungan dengan masalah yang akan dipecahkan sebaiknya diabaikan.

2.   Strategi Pemecahan Masalah Wankat dan Oreovocz
Terdapat berbagai macam strategi pemecahan masalah, strategi pemecahan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pemecahan masalah yang dikembangkan oleh Wankat dan Oreovocz.
Strategi pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz adalah metode pembelajaran yang berorientasi pada siswa, dimana siswa dibimbing untuk memecahkan masalah hanya dengan beberapa tahapan.
a.   Tahap-tahap pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz
Wankat dan Oreovocz (1995) mengemukakan dalam (Wena, 2014: 57) bahwa tahap-tahap strategi operasional dalam pemecahan masalah sebagai berikut:
                                      1.        Saya mampu/bisa (I can): tahap membangkitkan motivasi dan membangun/ menumbuhkan keyakinan diri siswa.
                                      2.        Mendefinisikan (Define): membuat daftar hal yang diketahui dan tidak diketahui, menggunakan gambar grafis untuk memperjelas permasalahan.
                                      3.        Mengeksplorasi (Explore): merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan membimbing untuk menganalisis dimensi-dimensi permasalahan yang dihadapi.
                                      4.        Merencanakan (Plan): mengembangkan cara berpikir logis siswa untuk menganalisis masalah dan menggunakan flowchart untuk menggambarkan permasalahan yang dihadapi.
                                      5.        Mengerjakan (Do it): membimbing siswa secara sistematis untuk memperkirakan jawaban yang mungkin untuk memecahkan masalah yang akan dihadapi.
                                      6.        Mengoreksi kembali (Check): membimbing siswa untuk mengecek kembali jawaban yang dibuat, mungkin ada beberapa kesalahan yang dilakukan.
                                      7.        Geleralisasi (Generalize): membimbing siswa untuk mengajukan pertanyaan apa yang telah saya pelajari dalam pokok bahasan ini. Bagaimanakah agar pemecahan masalah yang dilakukan bisa lebih efisien? Jika pemecahan masalah masih kurang benar, apa yang harus saya lakukan? Dalam hal ini dorong siswa untuk melakukan umpan balik / refleksi dan mengoreksi kembali kesalahan yang mungkin ada.

b.   Kelebihan dan Kelemahan Strategi Pemecahan Masalah Wankat dan Oreovocz
Semua metode pembelajaran pasti terdapat kelebihan dan kekurangannya, begitupun dengan strategi pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz. Kelebihan strategi pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz adalah sebagai berikut:
·     Strategi pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz meningkatkan aktivitas belajar siswa. menyelesaikan masalah yang diberikan guru oleh siswa sendiri.
·     Merangsang rasa ingin tahu siswa.
·     Strategi pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz cocok untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berpikir.
Selain kelebihannya, strategi pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz juga memiliki kelemahan, yaitu sebagai berikut:
·     Dikhawatirkan siswa tidak paham sama sekali konsepnya
·     Membutuhkan waktu yang cukup lama.

2.1.2   Konsep Sikap terhadap Matematika
1.   Sikap (Attitude)
a.   Pengertian Sikap
Sikap adalah kecondongan evaluatif terhadap suatu objek atau subjek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan objek sikap. Tekanannya pada kebanyakan penelitian dewasa ini adalah perasaan atau emosi (Hawkins, 1996: 106)
Purwanto (1997: 141) Sikap atau yang dalam bahasa Inggris disebut attitude adalah suatu cara tertentu terhadap suatu perangsang atau (stimulus). Suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi, baik mengenai orang, benda-benda atau situasi-situasi yang mengenai dirinya. Sikap siswa dalam belajar sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Siswa akan bersikap positif terhadap apa yang dianggapnya penting, dan akan bersikap negatif terhadap sesuatu yang dianggapnya tidak penting atau merugikan bagi dirinya.
Menurut Ahmadi (2007: 151), sikap adalah kesiapan merespon yang bersifat positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap adalah respon positif atau negatifnya objek yang dipengaruhi oleh beberapa hal terhadap stimulus yang diberikan.
b.   Fungsi Sikap
Menurut Katz dalam Azwar (2005: 53) fungsi sikap bagi manusia terbagi menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut:
1.   Fungsi Instrumental
Fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat. Fungsi ini menjelaskan bahwa setiap individu dengan sikapnya berusaha untuk meminimalkan segala sesuatu yang tidak diinginkan dan berusaha untuk memaksimalkan segala sesuatu yang diharapkan atau diinginkannya.
2.  Fungsi Pertahanan Ego
Fungsi Sikap dalam hal ini adalah untuk merefleksikan masalah kepribadian yang tidak terselesaikan.
3.  Fungsi Pernyataan Nilai
Nilai adalah konsep dasar mengenal apa yang dilihat baik dan tidak baik. Dengan fungsi pernyataan nilai ini, maka individu sering kali mengembangkan sikap tertentu untuk memperoleh nilai sesuai dengan penilaian pribadi dan konsep dirinya.
4.  Fungsi Pengetahuan
Menurut fungsi ini, manusia memiliki dorongan untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya.
c.   Struktur sikap
Menurut Azwar (2012:23) struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang yaitu:
                                      1.    Komponen kognitif
Komponen kognitif berupa kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
                                      2.    Komponen afektif
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap.
                                      3.    Komponen perilaku/konatif
Komponen perilaku atau konatif dalam struktur sikap menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
Ketiga komponen sikap ini memiliki keterkaitan. Dengan mengetahui perasaan suatu objek sikap tertentu, maka akan dapat diketahui pula kecenderungan perilakunya. Dan ketiga komponen dari sikap memiliki keterkaitan dengan kecenderungan objek dalam berperilaku. Tetapi, lama kelamaan disadari banyak kejadian di mana perilaku tidak didasarkan pada sikap.
d.   Perubahan Sikap
Menurut Sarwono (2009 : 203), sikap dapat terbentuk atau berubah melalui empat cara yaitu:
1.   Adopsi
Adopsi yaitu kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
2.   Diferensiasi
Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang sebelumnya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.
3.   Integrasi
Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut.
4.   Trauma
Trauma adalah pengalaman yang terjadi secara tiba-tiba dan menegangkan yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis juga menyebabkan perubahan sikap.
Menurut Kelman dalam Azwar (2012: 55) ada tiga proses yang berperan dalam proses perubahan sikap yaitu :
                                      1.    Kesediaan (Compliance)
Terjadinya proses yang disebut kesediaan adalah ketika individu bersedia menerima pengaruh dari orang lain atau kelompok lain dikarenakan ia berharap untuk memperoleh reaksi positif, seperti pujian, dukungan, simpati, dan semacamnya sambil menghindari hal-hal yang dianggap negatif. Tentu saja perubahan perilaku yang terjadi dengan cara seperti itu tidak akan dapat bertahan lama dan biasanya hanya tampak selama pihak lain diperkirakan masih menyadari akan perubahan sikap yang ditunjukkan.
                                      2.    Identifikasi (Identification)
Proses identifikasi terjadi apabila individu meniru perilaku atau sikap seseorang atau sikap sekelompok orang dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang dianggapnya sebagai bentuk hubungan menyenangkan antara lain dengan pihak yang dimaksud. Pada dasarnya proses identifikasi merupakan sarana atau cara untuk memelihara hubungan yang diinginkan dengan orang atau kelompok lain dan cara menopang pengertiannya sendiri mengenai hubungan tersebut.
                                      3.    Internalisasi (Internalization)
Internalisasi terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang ia percaya dan sesuai dengan sistem nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, maka isi dan hakikat sikap yang diterima itu sendiri dianggap memuaskan oleh individu. Sikap demikian itulah yang biasanya merupakan sikap yang dipertahankan oleh individu dan biasanya tidak mudah untuk berubah selama sistem nilai yang ada dalam diri individu yang bersangkutan masih bertahan.
2.   Sikap Siswa terhadap Matematika
Sikap siswa terhadap matematika sangat beragam, dan dipengaruhi banyak sumber seperti orang tua, guru, atau temannya. Sikap dapat terbentuk di lingkungan yang berbeda pula, seperti dirumah, disekolah, dan di lingkungan siswa itu bersosialisasi. Sikap yang terbentuk di lingkungan rumah tentu saja sangat berkaitan dengan orang tua. Namun ketika siswa berada di lingkungan sekolah, gurulah yang menjadi objek tiruan sikap oleh siswa tersebut. Apabila guru bersikap baik dan simpatik maka siswa akan menirunya, maka guru sebaiknya bersikap positif dan simpatik agar murid meniru sikap yang dilakukan oleh guru. Selanjutnya sikap yang terbentuk di lingkungan tempat dimana siswa itu bersosialisasi, siswa memiliki waktu berada diluar sekolah dan di luar rumah. Di lingkungan inilah siswa dipengaruhi sikapnya oleh teman sekelompoknya.
Sikap siswa terhadap matematika merupakan salah satu bagian yang tidak dapat diabaikan dalam pembelajaran matematika. Sikap positif siswa sangat diperlukan dalam proses pembelajaran matematika karena ketikasiswa menyukai pembelajaran matematika atau bersikap positif terhadap matematika maka siswa cenderung akan memperhatikan dan menaruh minat pada matematika. Dalam hal ini, ada beberapa hal yang dapat menentukan sikap siswa dalam mempelajari matematika diantaranya: Paham dan yakin akan pentingnya tujuan dan isi matematika, Kemauan untuk mempelajari dan menerapkan materi matematika, keseriusan dalam mempelajari matematika, senang membaca atau mempelajari dari buku, pandangan siswa terhadap cara mengajar guru, interaksi siswa dengan guru, upaya memperdalam mata pelajaran matematika.

2.1.3   Kemampuan Pemecahan Masalah
1.   Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya yang dalam situasi baru yang belum dikenal. Kemampuan pemecahan masalah merupakan sesuatu yang sangat penting yang harus dimiliki siswa. karena hampir dalam setiap kegiatan atau hal apapun diperlukan suatu pemecahan masalah, entah itu pemecahan masalah terhadap soal ataupun kehidupan sehari-hari.
Menurut Sumarno (2005: 21) pemecahan masalah sebagai kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain. Selain itu, menurut Ruseffendi (2001 : 337) suatu persoalan itu merupakan masalah bagi seseorang jika: pertama, persoalan itu tidak dikenalnya. Kedua, siswa harus mampu menyelesaikannya, baik kesiapan mentalnya maupun pengetahuan siapnya, terlepas apakah akhirnya ia sampai atau tidak kepada jawabannya. Ketiga, sesuatu itu merupakan pemecahan masalah baginya, bila ia ada niat untuk menyelesaikannya. Untuk mengatasi hal ini, guru disarankan untuk mengenalkan masalah yang harus diselesaikan oleh siswa dan manfaatnya apabila siswa tersebut dapat menyelesaikannya, guru juga harus pandai menggunakan strategi agar siswa antusias atau bersikap positif terhadap soal yang diberikan sehingga siswa memiliki niat untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
2.   Kemampuan Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin (TIM MKPBM, 2001: 83).
Pemecahan merupakan kemampuan memproseskan informasi untuk membuat keputusan dalam memecahkan masalah (Sumiati & Asra, 2008: 139) dan menurut Polya yang dikutip oleh Firdaus (2004: 19) bahwa pemecahan masalah merupakan suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai. Indikator yang menunjukkan keberhasilan pemecahan masalah antara lain adalah (Shadiq, 2009: 14):
a)     Menunjukkan pemahaman masalah.
b)    Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah.
c)     Menyajikan masalah secara matematika dalam berbagai bentuk.
d)    Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secaratepat.
e)     Mengembangkan strategi pemecahan masalah.
f)     Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah.
g)    Menyelesaikan masalah yang tidak rutin.

2.2    Penelitian yang Relevan
Dari beberapa hasil penelusuran untuk menghindari adanya kesamaan dengan penelitian-penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan permasalahan yang diteliti, ditemukan beberapa hasil penelitian yang memiliki kemiripan dengan masalah yang akan diteliti, yaitu:
1.      Penelitian yang berjudul “Pengaruh Kemampuan Berpikir Aljabar terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika (Studi Kasus di Kelas VIII SMP Negeri 1 Kaliwedi Kabupaten Cirebon)”. Penelitian ini dilakukan oleh Winda Sari, mahasiswa Jurusan Tadris Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon untuk kepentingan Skripsi. Dari tes yang diberikan kepada siswa diperoleh data bahwa kemampuan berpikir aljabar siswa termasuk kategori sedang dengan nilai rata-rata 62,50 dan untuk kemampuan pemecahan masalah matematikanya memiliki nilai rata-rata 63,06. Hasil tersebut menunjukkan bahwa setiap ada peningkatan kemampuan berpikir aljabar, maka akan mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematika sebesar 0,630.
Persamaan dalam penelitian tersebut dengan penelitian penulis yaitu terletak pada jenis penelitiannya yang menggunakan metode kuantitatif dan juga pada variabel Y yaitu kemampuan pemecahan masalah. Namun perbedaannya terletak pada variabel X, Winda Sari menggunakan variabel X yaitu kemampuan berpikir aljabar sedangkan penulis menggunakan variabel X yaitu Strategi Pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz.
2.     Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Matematika Berbasis Problem Open Ended Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah (Studi Kasus di Kelas VII MTs Sunan Kalijaga Siwuluh Kabupaten Brebes”. Penelitian ini dilakukan oleh Anisatul Fitri, mahasiswa Jurusan Tadris Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon untuk kepentingan Skripsi. Dari hasil penelitiannya, berdasarkan perhitungan analisis regresi, disimpulkan bahwa pengaruh penerapan pembelajaran matematika berbasis problem Open Ended terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada sub pokok bahasan bangun datar segiempat sebesar 20,1% dan selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain. Oleh karena nilai thitung > ttabel (3,055 > 2,024) artinya respon peserta didik mengenai penerapan pembelajaran matematika berbasis problem Open Ended mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah dalam matematika sub pokok bahasan bangun datar segiempat. Adapun persamaan regresinya adalah Ŷ = 31,744 + 0,601 X. Persamaan ini memiliki koefisien arah regresi linier (b) =0,601 bertanda positif artinya jika respon siswa naik satu satuan maka hasil kemampuan pemecahan masalah akan meningkat 0,601 kali.
Persamaan dalam penelitian tersebut dengan penelitian penulis yaitu terletak pada jenis penelitiannya yang menggunakan metode kuantitatif dan juga pada variabel Y yaitu kemampuan pemecahan masalah. Namun perbedaannya terletak pada variabel X, Anisatul Fitri menggunakan variabel X yaitu pembelajaran matematika berbasis problem Open Ended sedangkan penulis menggunakan variabel X yaitu Strategi Pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz dan jumlah variabel yang digunakan juga berbeda, karena penulis menggunakan tiga variabel dengan adanya dua variabel Y.
3.     Penelitian yang berjudul “Pengaruh Sikap Siswa Pada Matematika terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMPN 2 Lemahabang Pokok Bahasan Bangun Ruang”. Penelitian ini dilakukan oleh Rohman A, mahasiswa Jurusan Tadris Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon untuk kepentingan Skripsi dari angket yang diberikan kepada siswa diperoleh data bahwa rata-rata sikap siswa pada matematika yang termasuk kriteria baik yaitu sebesar 68,96%. Sikap siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa sebesar 46% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan antara sikap siswa terhadap matematika dengan hasil belajar matematika siswa. Jika sikap siswa meningkat satu satuan maka hasil belajar matematika siswa akan meningkat sebesar 0,781.
Persamaan dalam penelitian tersebut dengen penelitian yang akan diteliti oleh penulis adalah jenis penelitiannya yang menggunakan metode kuantitatif dan meneliti tentang sikap. namun perbedaannya terletak pada setiap variabelnya, Rohman menggunakan variabel X yaitu sikap siswa pada matematika namun penulis meletakkan sikap pada variabel Y.

2.3    Kerangka Pemikiran
Seorang guru harus mampu mengelola kelas dengan baik, agar tujuan dalam pembelajaran tercapai sesuai yang diharapkan. Dan untuk mengelola kelas tersebut diharapkan guru paham tentang strategi pembelajaran dan penerapannya dalam kelas, terutama dalam proses pembelajaran guru harus tepat dalam menerapkan strategi pembelajaran dengan materi yang diajarkan untuk membangkitkan antusias belajar siswa agar tingkat keberhasilan belajarnya tinggidan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi yang diajarkan.
Strategi Wankat dan Oreovocz adalah salah satu dari sekian banyak strategi pemecahan masalah lain. Namun bedanya dengan strategi pemecahan masalah yang lain adalah strategi pemecahan masalah ini memiliki tujuh tahap, yaitu: Saya mampu/bisa (I can), mendefinisikan (define), mengeksplorasi (explore), merencanakan (plan), mengerjakan (do it), mengoreksi kembali (check), generalisasi (generalize). Guru memberikan kesempatankepada siswa agar dapat menyelesaikan masalah matematikanya dengan mandiri dan guru hanya sebagai pemberi stimulus dan fasilitator yang bertujuan agar siswa mampu berdiskusi dengan siswa yang lain dan tidak hanya bergantung dan menunggu guru menjawab soal yan dibagikan seperti yang biasanya terjadi.
Strategi pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz yang menjadikan siswa sebagai tokoh utama dalam pembelajaran dan membuat siswa belajar secara mandiri diharapkan dapat meningkatkan sikap positif siswa terhadap pembelajaran matematika. Karena sikap positif siswa dalam pembelajaran akan berpengaruh pada proses pembelajaran yang akan ditunjukkan dengan antusias siswa dan cenderung memperhatikan ketika proses pembelajaran.
Sikap siswa terhadap matematika dapat dinilai dari beberapa pertanyaan pada angket yang akan diajukan oleh peneliti dan kemampuan pemecahan masalah dapat dinilai dari beberapa soal tes yang akan diberikan yang berbentuk 10 butir soal essay. Apabila bernilai bagus maka dengan strategi Wankat dan Oreovocz dinilai berpengaruh dalam proses pembelajaran untuk membentuk sikap positif dan berpengaruh juga terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa dalam mata pelajaran matematika.
Secara grafis, peneliti menggambarkan kerangka berpikir pada penelitian ini sebagai berikut:

Proses Belajar Mengajar
Strategi Wankat dan Oreovocz (X1)
Sikap Siswa (Y1)
Kemampuan Pemecahan Masalah (Y2)
Angket
Tes
Terdapat pengaruh yang signifikan antara strategi  Wankat dan Oreovocz terhadap sikap dan kemampuan pemecahan masalah matematika
 

2.4    Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis yang diajukan dan diuji kebenarannya adalah: “Terdapat pengaruh yang signifikan antara strategi  Wankat dan Oreovocz terhadap sikap dan kemampuan pemecahan masalah matematika”.



No comments:

Post a Comment

you say