IBX5A82D9E049639

Thursday, 16 March 2017

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

ABSTRAK: Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana peran dan cara menerapkan model inkuiri dalam pembelajaran matematika. Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk membimbing siswa bagaimana meneliti masalah dan pertanyaan berdasarkan fakta. Model pembelajaran inkuiri memiliki 6 komponen yang dicampur menjadi satu bentuk pembelajaran. Komponen-komponen itu terdiri dari 1) orientasi, 2) merumuskan masalah, 3) merumuskan hipotesis, 4) mengumpulkan data, 5) menguji hipotesis, 6) merumuskan kesimpulan. Model pembelajaran inkuiri tepat digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap pelajaran khususnya kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis.

KATA KUNCI: Model Pembelajaran, pembelajaran inkuiri

ABSTRACT. The purpose of this paper is to describe how the role and how to apply the model of inquiry learning in mathematics. Inquiry model is a learning model that is designed to teach students how to study the issues and questions based on facts. Inquiry learning model has six components are blended into one form of learning. These components consist of 1) orientation, 2) formulate problems, 3) formulate hypotheses, 4) collect data, 5) test the hypothesis, 6) formulate conclusions. Proper inquiry learning model used in learning to improve learning achievement and attitudes toward teaching children especially mathematical ability of understanding and communication.

KEYWORDS: Learning Model, inquiry learning

Pendahuluan
Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang sebuah besaran, struktur, bangun ruang dan perubahan-perubahan yang terjadi pada suatu bilangan. Matematika sangat berguna baik untuk pendidikan ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Sejak saat seseorang manusia pada masa kanak-kanak atau ketika akan mulai menjalani pendidikan, mereka telah menemukan hal-hal yang berkaitan dengan matematika. Matematika adalah ilmu dasar yang mempunyai banyak kelebihan dibandingkan ilmu pengetahuan lain, sifatnya yang lebih flexibel dan dinamis, matematika bukanlah merupakan suatu hal yang asing terdengar ditelinga kita. Setiap saat kita akan selalu menemukan atau dihadapkan dengan yang namanya matematika, semua cabang pendidikan hampir pasti memerlukan perhitungan.
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathein” atau “Manthenein” yang berarti mempelajari. Dari definisi matematika dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu logik, pola pikir manusia yang pasti kebenarannya untuk membantu dalam memahami dengan menguasai permasalahan yang ada, sehingga siswa dapat mengaplikasikan apa yang telah diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pembelajaran matematika itu sendiri adalah bertahap atau berjenjang. Bahan kajian matematika yang diajarkan secara berjenjang yaitu mulai dari hal yang konkret (nyata) jenjang sekolah dasar dilanjutkan ke hal-hal yang abstrak, dari hal yang sederhana hingga yang kompleks. menurut Sugi Hartono (2007:81) pembelajaran itu sendiri adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisir, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal. Sedangkan pembelajaran matematika itu sendiri adalah sebuah proses interaksi antara guru dan siswa dimana melibatkan pengemban pola pikir dan pengolahan logika pada lingkungan belajar yang sengaja diciptakan oleh guru dengan berbagai metode dan model serta strategi agar program belajar mengajar matematika tumbuh dan berkembang secara optimal. Dalam kegiatan pembelajaran matematika terdapat juga berbagai permasalahan bahwa sikap dan kemampuan berfikir matematika siswa masih dalam taraf rendah dan masih belum memuaskan, diantaranya : matematika dianggap masih sulit dipahami oleh siswa, soal matematika yang diberikan sulit untuk dikerjakan. Para siswa banyak yang beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang membosankan soal yang diberikan tidak berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Dari pernyataan tersebut sehingga tidak hanya rendah pada kemampuan aspek mengerti matematika sebagai pengetahuan (cognitive) tetapi juga aspek sikap terhadap pelajaran matematika itu sendiri belum bisa dikatakan memuaskan. Hal ini mungkin karena pemikiran siswa yang beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang kurang mengasyikan. Sehingga berdampak negatif terhadap proses pembelajaran siswa. Hal lain adalah karena matematika bagi mereka adalah pelajaran yang sukar untuk dipahami terlebih jika ditambah dengan cara penyampaian seorang guru dalam mengajar pelajaran tersebut. Dalam proses belajar mengajar, pendukung keberhasilan seorang guru dalam pembelajaran tidak hanya dari kemampuan dalam menguasai materi akan tetapi faktor lain seperti penggunaan mode, metode ataupun strategi pembelajaran yang tepat. Hal tersebut harus diperhatikan karena akan mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Permasalahan yang sering muncul dalam pembelajaran matematika yang lain adalah berkaitan dengan prestasi siswa, praktek pembelajaran matematika dikelas dan masih kurangnya kemampuan berfikir matematis tingkat tinggi.
Dalam setiap kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan yang disebabkan oleh beberapa faktor-faktor penyebabnya. Demikian halnya dengan pembelajaran matematika. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu : faktor guru, meliputi latar belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar dan pemanfaatan waktu oleh guru. Selanjutnya, faktor siswa meliputi minat, dan perhatian , serta kebiasaan belajar siswa. Faktor fasilitas pendidikan seperti alat peraga dan faktor lingkngan. Dari pendapat tersebut bisa kita atasi dengan memperhatikan setiap faktor-faktor tersebut dan membuat sebuah perubahan agar nantinya pembelajaran matematika tersebut dapat berjalan optimal dan efektif.
Kegiatan belajar mengajar disekolah sekarang tak hanya model pembelajaran satu arah. Guru menerangkan dan murid mencatat serta mendengarkan. Tetapi pembelajaran yang efektif harus melibatkan murid dalam proses pembelajaran tersebut atau biasa disebut sebagai pembelajaran aktif. Sekarang sudah banyak sekali model pembelajaran aktif yang bisa dipraktekkan di kelas. Salah satunya model pembelajaran inkuiri. Pembelajaran ini membuat siswa lebih aktif dikelas untuk menemukan sesuatu yang baru untuk dipelajari. Pembelajaran inkuiri biasa disebut dengan model pembelajaran penemuan. Pembelajaran ini membuat siswa untuk bisa mencari dan menyelidiki suatu masalah dengan cara yang sistematis, logis dan dianalisis dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan tipe dan karakteristik pelajaran matematika. Model pembelajaran ini akan membuat siswa lebih banyak melakukan kegiatan berdiskusi untuk memecahkan masalah dan guru hanya menjadi fasilitator (penyalur) pembimbing  siswa untuk menemukan permasalahan yang diberikan. Model pembelajaran ini sangat baik dikembangkan dalam proses pembelajaran terlebih pelajaran matematika yang hanya mengedepankan perkembangan intelektual siswa tetapi juga perkembangan emosional dalam memecahkan masalah dalam kelompok.

Model pembelajaran inkuiri tersebut memberikan tujuan yang sangat jelas bagi siswa dan memberikan pengaruh yang cukup signifikan seperti belajar secara mandiri, pengembangan daya kreatif, keterampilan memproses secara ilmiah (mengamati, mengumpulkan, megorganisasi data, merumuskan, mengidentifikasi.
Berdasarkan uraian diatas, penulis mengambil salah satu model pembelajaran yakni inkuiri untuk diterapkan dan digunakan oleh para guru dalam kegiatan belajar mengajar, karena memilih manfaat yang cukup berarti bagi peserta didik.

Model Pembelajaran Inkuiri
Pengertian Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Piaget (dalam Mulyasa, 2007:108) menyatakan inkuiri adalah metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lainnya.
Keterampilan berpikir kritis dan berpikir deduktif sangat diperlukan pada waktu mengumpulkan evidensi yang dihubungkan dengan hipotesis yang telah dirumuskan oleh kelompok. Keuntungan para siswa dari pengalaman-pengalaman kelompok dimana mereka berkomunikasi, berbagi tanggung jawab, dan bersama-sama mencari pengetahuan.
Kegiatan-kegiatan belajar yang disajikan dalam semangat berbagi inkuiri dan diskoveri menambah motivasi dan memajukan partisipasi aktif. (Oemar Hamalik, 2012:64).
Model inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Gulo, 2002:84).
Kardi (2003: 3)  mendefinisikan inkuiri adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membimbing siswa bagaimana meneliti masalah dan pertanyaan berdasarkan fakta. Model inkuiri menekankan pada proses mencari dan menemukan, peran siswa dalam model ini adalah mencari dan menemukan sendiri  pemecahan masalah dalam suatu materi pelajaran sedangkan guru sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri adalah sebuah kegiatan pembelajaran yang kegiatannya berpusat pada siswa, melibatkan lebih banyak siswa untuk berdiskusi secara kelompok dan mencari suatu jawaban atau solusi dari pertanyaan atau masalah yang diberikan dan diharapkan mampu membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berfikir).
Langkah-langkah Pelaksanaan dalam Model Pembelajaran Inkuiri
Selama melaksanakan pembelajaran berbasis inkuiri, guru dapat menerapkan langkah-langkah berikut sebagai bentuk model pembelajaran yang disebut model pembelajaran inkuiri. Sanjaya (2008:202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1) Orientasi: pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah: menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa, menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan-merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa, 2) Merumuskan masalah: merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir, 3) Merumuskan hipotesis: hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji, 4) Mengumpulkan data: mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya, 5) Menguji hipotesis: menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan, 6) Merumuskan kesimpulan: merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. Alasan rasional penggunaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai matematika dan akan lebih tertarik terhadap matematika jika mereka dilibatkan secara aktif dalam “melakukan” penyelidikan. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep matematika dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Sehingga diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berpikir ilmiah tersebut.
Pembelajaran dengan model inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap pelajaran matematika, khususnya kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa. Pembelajaran dengan model inkuiri merupakan pendekatan  pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peranan guru dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi.
Dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas, guru mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan dan teman yang kritis. Guru harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok melalui tiga tahap: (1) Tahap problem solving atau tugas; (2) Tahap pengelolaan kelompok; (3) Tahap pemahaman secara individual, dan pada saat yang sama guru sebagai instruktur harus dapat memberikan kemudahan bagi kerja kelompok, melakukan intervensi dalam kelompok dan mengelola kegiatan pengajaran.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri
a.       Kelebihan Model Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inquiri dengan metode Suchman menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa sebagai alternative untuk prosedur pengumpulan data. Inkuiri Suchnan seperti yang dikutip oleh Kardi (2003:10) mempunyai 2 kelebihan yaitu : 1) Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu yang singkat ini memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkiri dengan cepat, dan dengan pelatihan mereka akan terampil melakukan inkuiri, 2) lebih efektif dalam semua bidang di dalam kurikulum, 3) Model pembelajaran ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang bersifat kognitif.
b.       Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri
Kelemahannya ialah antara lain; memakan waktu banyak (time consuming), dan kalau kurang terpimpin dan terarah, dapat menjurus pada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajarinya. (Rusyan ,1999 : 177-178).

Penerapan Model PembelajaranInkuiridalamMateriMenentukan Volume Kerucut
Tahap Pendahuluan
          Guru memberikan salam kepada siswa-siswinya, kemudian siswa serentak menjawab pertanyaan guru, lalu guru meminta ketua kelas untuk memimpin berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing (apabila jam pertama) dan setelah itu mengajak siswa untuk bersama-sama memeriksa kebersihan ruang kelas.
          Guru memeriksa kehadiran siswa-siswinya, dan menanyakan alasan siswa yang tidak hadir dan siswa meresponnya dan menjelaskan keberadaan temannya yang tidak bisa hadir
          Guru menjelaskan kepada siswa tentang pentingnya mempelajari materi ini, agar siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Materi kali ini akan membahas tentang bangun ruang sisi lengkung, materi ini adalah materi yang penting untuk dipelajari karena banyak sekali manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu terdapat dalam standar kompetensi lulusan. Pada saat ini ada sebagian siswa yang benar-benar memperhatikan dan ada juga yang sebagian yang tidak fokus. Untuk itu guru membuat cara agar siswa-siswinya fokus terhadapnya.
Guru menunjukkan sebuah botol (berbentuk tabung), toples (berbentuk tabung), topi petani (kerucut). Kemudian menanyakan kepada siswa bentuk bangun apakah itu? Mereka antusias serentak menjawabnya. Kemudian guru kembali menerangkan bahwa materi kali ini akan membahas tentang menentukan volume bangun ruang tersebut. Sebelumnya, guru menjelaskan kegiatan pembelajaran kali ini dengan model pembelajaran inkuiri. Guru mengilustrasikan pembelajaran tersebut kepada siswa seperti: ibarat kita mempunyai dua buah sepeda,  satu hasil dari beli sendiri dan satunya lagi diberikan oleh orang lain. Ketika itu salah satu sepeda tersebut harus dijual, manakah yang kita akan jual? Siswa serentak menjawab dengan jawaban yang sama. Kemudian guru menambahkan jawaban siswa-siswinya, ya tentu kita mempertahankan sepeda hasil beli sendiri karena dengan susah payah dan kerja keras kita mendapatkannya. Begitu juga pembelajaran kali ini, dengan menemukan sendiri siswa tidak mudah lupa (tidak mudah melepaskan apa yang sudah diingat). Sedangkan jika rumus itu diberikan, siswa akan mudah lupa.
          Guru memberikan arahan mengenai tujuan pembelajaran yang akan dipelajari yakni: 1) siswa dapat menemukan rumus volume kerucut dari volume tabung, 2) siswa mengetahui dan memahami bahwa volume tabung berhubungan dengan volume kerucut, 3) siswa dapat menggunakan konsep-konsep materi lain yang dipelajari sebelumnya dalam penyelesaian masalah. 3) siswa dapat menjawab pertanyaan, 4) siswa dapat menyampaikan pendapat atau idenya masing-masing.

Tahap Inti
Sebelum melanjutkan materi pelajaran berikutnya, guru mengingatkan kembali materi sebelumnya yang berhubungan dengan tabung dan menentukan volume tabung.
Barulah setelah selesai mengingatkan materi sebelumnya, guru memulai pembelajaran. Siswa yang mengingat materi sebelumnya antusias menjawab tetapi ada beberapa juga yang tak mengingatnya, lalu akhirnya guru kembali mengulas sedikit materi sebelumnya.
(Fase 1: Observasi untuk menemukan masalah/orientasi)
Selanjutnya, guru memberikan penjelasan tentang cara belajar siswa (termasuk dalam kegiatan pembagian kelompok).Siswa sebelumnya diberi tugas untuk membawa alat dan bahan yang diperlukan: dua buah kertas, lem kertas, steples, gunting, penggaris dan gula pasir/pasir. Guru menanyakan apakah siswa-siswinya membawa apa yang telah diperintah oleh gurunya. Ada sebagian siswa yang lupa membawanya dan guru meminta siswa yang tidak membawa untuk bergabung dengan temannya yang membawa. Guru membagikan lembar kerja siswa untuk diselesaikan dalam kelompok. Sebelumnya guru membentuk kelompok kecil beranggotakan 3-4 orang (tidak terlalu banyak agar mereka semua punya tugas masing-masing dan menghindari siswa tidak memiliki kegiatan). Tiap kelompok diminta untuk menentukan ketua kelompok oleh guru, kemudian tiap kelompok mereka berunding siapa yang cocok dan sanggup menjadi ketua. Lalu, setiap kelompok mengerjakan lks untuk menemukan volume kerucut dengan petunjuk lks yang diberikan sebelumnya. Di lks tersebut berisi langkah-langkah proses kegiatan pembelajaran dan permasalahan yang harus dipecahkan oleh tiap-tiap kelompok.
(Fase 2: Merumuskan masalah)
Siswa saling berdiskusi bersama kelompok mereka masing-masing, guru membimbing siswa untuk merumuskan masalah apabila mereka menemukan kesulitan.
(Fase 3: Mengajukan Hipotesis)
Setelah berdiskusi cukup lama siswa menemukan petunjuk dan jawaban sementara atas permasalahan yang diberikan oleh gurunya. Kemudian guru membimbing siswa membuat hipotesis terhadap masalah yang telah dirumuskan.
(Fase 4: Merencanakan pemecahan masalah)
Guru membimbing siswa untuk membuat rencana pemecahan masalah. Guru menugaskan kepada masing-masing kelompok untuk berdiskusi memecahkan masalah yang diberikan sesuai dengan lks.
(Fase 5: Melakukan eksperimen)
Guru membimbing siswa selama proses eksperimen dan berperan sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa agar aktif bekerja sama dalam memecahkan masalah. Guru berkeliling mengamati kerja setiap kelompok dan membantu kelompok jika ada yang mengalami kesulitan.
(Fase 6: Melakukan pengamatan dan pengumpulan data)
Guru membantu siswa melakukan pengamatan tentang hal-hal penting yang berhubungan dengan menentukan volume kerucut yang berkaitan dengan volume tabung.
(Fase 7: Analisis data)
Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja mereka. Guru bersama siswa mengkaji kembali proses pemecahan masalah yang digunakan siswa.
(Fase 8: Penarikan kesimpulan)
Siswa diminta untuk merangkum (membuat catatan-catatan penting) dari kegiatan belajar ini.

Tahap Penutup
Guru bersama siswa merefleksi proses pembelajaran yang telah dilakukan. Selanjutnya, guru memberikan latihan soal sebagai aplikasi rumus yang sudah mereka dapatkan. Kemudian siswa diberi post test.
Diakhir pembelajaran siswa menuliskan refleksinya dalam kertas post-it.Mengenai kegiatan pembelajaran kali ini.
Dan guru menginformasikan materi selanjutnya (bangun ruang) yang akan dibahas pada pertemuan yang akan datang.

PENUTUP
Simpulan
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Namun dalam penerapannya, pembelajaran inkuiri ini memiliki kelemahan seperti adanya kesulitan dalam mengontrol siswa, ketidaksesuaian kebiasaan siswa dalam belajar, kadang memerlukan waktu yang panjang dalam pengimplementasiannya, dan sulitnya dalam implementasi yang dilakukan oleh guru bila keberhasilan belajar bergantung pada siswa.
Model pembelajaran inkuri mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema sendiri, merancang eksperimen sendiri, melakukan eksperimen sendiri, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya.

Saran
Berbicara mengenai model-model pembelajaran, banyak sekali model-model pembelajaran yang dapat digunakan oleh seorang guru, salah satunya adalah model inquiri. Penerapan model pembelajaran inkuiri dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Model pembelajaran ini sangat cocok digunakan dan diterapkan pada kalangan Mahasiswa dan tingkat SMA/SMK serta SMP tetapi tidak menutup kemungkinan juga untuk di terapkan pada siswa SD namun pada kelas yang agak tinggi seperti kelas 4, 5 dan 6.



DAFTAR PUSTAKA
Amien, M. 1987. Mengerjakan Ilmu Pengetahuan Alam IPA dengan Menggunakan Discovery dan Inkuiry .Jakarta: Depdikbud.
Anissatul, Mufarokah. 2009.Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Teras.
Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Indrawati. 1999. Model-model Pembelajaran IPA. Bandung: Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasardan Menengah P3G IPA Bandung.
Kardi dan Nur. 2003. Pengantar pada Pembelajaran dan Pengolahan Kelas. Surabaya: Uni Press.
Mulyasa, E. 2007.Menjadi Guru Professional atau Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan menyenangkan. Bandung: Rosdakarya.
Rusyan A. Tabrani, dkk. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Remaja Karya.
Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Suchman, J. R. 1962. The elementary School Training Program in Scientific Inquiry. Urbana: University of Illinois.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
W Gulo. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grasindo.




No comments:

Post a Comment

you say