ABSTRAK:
Tujuan
dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana peran dan cara
menerapkan model inkuiri dalam pembelajaran matematika. Model inkuiri merupakan
model pembelajaran yang dirancang untuk membimbing siswa bagaimana meneliti
masalah dan pertanyaan berdasarkan fakta. Model pembelajaran inkuiri memiliki 6
komponen yang dicampur menjadi satu bentuk pembelajaran. Komponen-komponen itu
terdiri dari 1) orientasi, 2) merumuskan masalah, 3) merumuskan hipotesis, 4)
mengumpulkan data, 5) menguji hipotesis, 6) merumuskan kesimpulan. Model
pembelajaran inkuiri tepat digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan
prestasi belajar dan sikap anak terhadap pelajaran khususnya kemampuan
pemahaman dan komunikasi matematis.
KATA
KUNCI: Model Pembelajaran, pembelajaran inkuiri
ABSTRACT. The purpose of this paper is to describe how the role
and how to apply the model of inquiry learning in mathematics. Inquiry model is a
learning model that is designed to teach students how to study the issues and
questions based on facts. Inquiry learning model has six components are blended
into one form of learning. These components consist of 1) orientation, 2)
formulate problems, 3) formulate hypotheses, 4) collect data, 5) test the
hypothesis, 6) formulate conclusions.
Proper inquiry learning model used in learning to improve learning achievement
and attitudes toward teaching children especially mathematical ability of
understanding and communication.
KEYWORDS: Learning Model, inquiry learning
Pendahuluan
Matematika adalah ilmu yang
mempelajari tentang sebuah besaran, struktur, bangun ruang dan
perubahan-perubahan yang terjadi pada suatu bilangan. Matematika sangat berguna
baik untuk pendidikan ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Sejak saat seseorang
manusia pada masa kanak-kanak atau ketika akan mulai menjalani pendidikan,
mereka telah menemukan hal-hal yang berkaitan dengan matematika. Matematika
adalah ilmu dasar yang mempunyai banyak kelebihan dibandingkan ilmu pengetahuan
lain, sifatnya yang lebih flexibel dan dinamis, matematika bukanlah merupakan
suatu hal yang asing terdengar ditelinga kita. Setiap saat kita akan selalu
menemukan atau dihadapkan dengan yang namanya matematika, semua cabang
pendidikan hampir pasti memerlukan perhitungan.
Istilah matematika berasal dari
bahasa Yunani “Mathein” atau “Manthenein” yang berarti mempelajari.
Dari definisi matematika dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu
logik, pola pikir manusia yang pasti kebenarannya untuk membantu dalam memahami
dengan menguasai permasalahan yang ada, sehingga siswa dapat mengaplikasikan
apa yang telah diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pembelajaran
matematika itu sendiri adalah bertahap atau berjenjang. Bahan kajian matematika
yang diajarkan secara berjenjang yaitu mulai dari hal yang konkret (nyata) jenjang
sekolah dasar dilanjutkan ke hal-hal yang abstrak, dari hal yang sederhana
hingga yang kompleks. menurut Sugi Hartono (2007:81) pembelajaran itu sendiri
adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan ilmu
pengetahuan, mengorganisir, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai
metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien
serta dengan hasil yang optimal. Sedangkan pembelajaran matematika itu sendiri
adalah sebuah proses interaksi antara guru dan siswa dimana melibatkan
pengemban pola pikir dan pengolahan logika pada lingkungan belajar yang sengaja
diciptakan oleh guru dengan berbagai metode dan model serta strategi agar
program belajar mengajar matematika tumbuh dan berkembang secara optimal. Dalam
kegiatan pembelajaran matematika terdapat juga berbagai permasalahan bahwa
sikap dan kemampuan berfikir matematika siswa masih dalam taraf rendah dan
masih belum memuaskan, diantaranya : matematika dianggap masih sulit dipahami
oleh siswa, soal matematika yang diberikan sulit untuk dikerjakan. Para siswa
banyak yang beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang
membosankan soal yang diberikan tidak berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Dari pernyataan tersebut sehingga tidak hanya rendah pada kemampuan aspek
mengerti matematika sebagai pengetahuan (cognitive)
tetapi juga aspek sikap terhadap pelajaran matematika itu sendiri belum bisa
dikatakan memuaskan. Hal ini mungkin karena pemikiran siswa yang beranggapan
bahwa matematika adalah pelajaran yang kurang mengasyikan. Sehingga berdampak
negatif terhadap proses pembelajaran siswa. Hal lain adalah karena matematika
bagi mereka adalah pelajaran yang sukar untuk dipahami terlebih jika ditambah
dengan cara penyampaian seorang guru dalam mengajar pelajaran tersebut. Dalam
proses belajar mengajar, pendukung keberhasilan seorang guru dalam pembelajaran
tidak hanya dari kemampuan dalam menguasai materi akan tetapi faktor lain
seperti penggunaan mode, metode ataupun strategi pembelajaran yang tepat. Hal
tersebut harus diperhatikan karena akan mempengaruhi pencapaian tujuan
pembelajaran. Permasalahan yang sering muncul dalam pembelajaran matematika
yang lain adalah berkaitan dengan prestasi siswa, praktek pembelajaran
matematika dikelas dan masih kurangnya kemampuan berfikir matematis tingkat
tinggi.
Dalam setiap kegiatan
pembelajaran tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan yang disebabkan oleh
beberapa faktor-faktor penyebabnya. Demikian halnya dengan pembelajaran
matematika. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya, yaitu : faktor guru, meliputi latar belakang pendidikan guru,
pengalaman mengajar dan pemanfaatan waktu oleh guru. Selanjutnya, faktor siswa
meliputi minat, dan perhatian , serta kebiasaan belajar siswa. Faktor fasilitas
pendidikan seperti alat peraga dan faktor lingkngan. Dari pendapat tersebut
bisa kita atasi dengan memperhatikan setiap faktor-faktor tersebut dan membuat
sebuah perubahan agar nantinya pembelajaran matematika tersebut dapat berjalan
optimal dan efektif.
Kegiatan
belajar mengajar disekolah sekarang tak hanya model pembelajaran satu arah.
Guru menerangkan dan murid mencatat serta mendengarkan. Tetapi pembelajaran yang
efektif harus melibatkan murid dalam proses pembelajaran tersebut atau biasa
disebut sebagai pembelajaran aktif. Sekarang sudah banyak sekali model
pembelajaran aktif yang bisa dipraktekkan di kelas. Salah satunya model
pembelajaran inkuiri. Pembelajaran ini membuat siswa lebih aktif dikelas untuk
menemukan sesuatu yang baru untuk dipelajari. Pembelajaran inkuiri biasa
disebut dengan model pembelajaran penemuan. Pembelajaran ini membuat siswa
untuk bisa mencari dan menyelidiki suatu masalah dengan cara yang sistematis,
logis dan dianalisis dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan tipe dan
karakteristik pelajaran matematika. Model pembelajaran ini akan membuat siswa
lebih banyak melakukan kegiatan berdiskusi untuk memecahkan masalah dan guru
hanya menjadi fasilitator (penyalur) pembimbing
siswa untuk menemukan permasalahan yang diberikan. Model pembelajaran
ini sangat baik dikembangkan dalam proses pembelajaran terlebih pelajaran
matematika yang hanya mengedepankan perkembangan intelektual siswa tetapi juga
perkembangan emosional dalam memecahkan masalah dalam kelompok.
Model pembelajaran inkuiri
tersebut memberikan tujuan yang sangat jelas bagi siswa dan memberikan pengaruh
yang cukup signifikan seperti belajar secara mandiri, pengembangan daya
kreatif, keterampilan memproses secara ilmiah (mengamati, mengumpulkan,
megorganisasi data, merumuskan, mengidentifikasi.
Berdasarkan uraian diatas,
penulis mengambil salah satu model pembelajaran yakni inkuiri untuk diterapkan
dan digunakan oleh para guru dalam kegiatan belajar mengajar, karena memilih
manfaat yang cukup berarti bagi peserta didik.
Model
Pembelajaran Inkuiri
Pengertian Pembelajaran
Inkuiri
Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta,
atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan
melakukan penyelidikan. Piaget (dalam Mulyasa, 2007:108) menyatakan inkuiri
adalah metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan
eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan
sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, serta
menghubungkan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan
yang ditemukan peserta didik lainnya.
Keterampilan
berpikir kritis dan berpikir deduktif sangat diperlukan pada waktu mengumpulkan
evidensi yang dihubungkan dengan hipotesis yang telah dirumuskan oleh kelompok.
Keuntungan para siswa dari pengalaman-pengalaman kelompok dimana mereka
berkomunikasi, berbagi tanggung jawab, dan bersama-sama mencari pengetahuan.
Kegiatan-kegiatan
belajar yang disajikan dalam semangat berbagi inkuiri dan diskoveri menambah
motivasi dan memajukan partisipasi aktif. (Oemar Hamalik, 2012:64).
Model inkuiri berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis,
sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri
(Gulo, 2002:84).
Kardi (2003: 3) mendefinisikan inkuiri adalah model
pembelajaran yang dirancang untuk membimbing siswa bagaimana meneliti masalah
dan pertanyaan berdasarkan fakta. Model inkuiri menekankan pada proses mencari
dan menemukan, peran siswa dalam model ini adalah mencari dan menemukan sendiri pemecahan masalah dalam suatu materi
pelajaran sedangkan guru sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk
belajar.
Dari definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri adalah sebuah kegiatan
pembelajaran yang kegiatannya berpusat pada siswa, melibatkan lebih banyak
siswa untuk berdiskusi secara kelompok dan mencari suatu jawaban atau solusi
dari pertanyaan atau masalah yang diberikan dan diharapkan mampu membangun
kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berfikir).
Langkah-langkah
Pelaksanaan dalam Model Pembelajaran Inkuiri
Selama melaksanakan pembelajaran
berbasis inkuiri, guru dapat menerapkan langkah-langkah berikut sebagai bentuk
model pembelajaran yang disebut model pembelajaran inkuiri. Sanjaya (2008:202)
menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut: 1) Orientasi: pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina
suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap
orientasi ini adalah: menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan
dapat dicapai oleh siswa, menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan
oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah
inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan-merumuskan
masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. Menjelaskan pentingnya topik dan
kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar
siswa, 2) Merumuskan masalah: merumuskan masalah merupakan langkah membawa
siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan
adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki
dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari
jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam
pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan
memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental
melalui proses berpikir, 3) Merumuskan hipotesis: hipotesis adalah jawaban
sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara,
hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru
untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah
dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat
merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan
kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji, 4) Mengumpulkan data: mengumpulkan
data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar,
akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berpikirnya, 5) Menguji hipotesis: menguji hipotesis adalah menentukan jawaban
yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan
berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya
berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan
dapat dipertanggungjawabkan, 6) Merumuskan kesimpulan: merumuskan kesimpulan
adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian
hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu
menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. Alasan rasional penggunaan
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah bahwa siswa akan mendapatkan
pemahaman yang lebih baik mengenai matematika dan akan lebih tertarik terhadap
matematika jika mereka dilibatkan secara aktif dalam “melakukan” penyelidikan.
Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung pembelajaran
dengan pendekatan inkuiri. Investigasi ini difokuskan untuk memahami
konsep-konsep matematika dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah
siswa. Sehingga diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses
berpikir ilmiah tersebut.
Pembelajaran dengan model inkuiri
yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa diharapkan dapat meningkatkan
prestasi belajar dan sikap anak terhadap pelajaran matematika, khususnya
kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa. Pembelajaran dengan model
inkuiri merupakan pendekatan pembelajaran yang berupaya menanamkan
dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran
ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam
memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar,
peranan guru dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah sebagai
pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu
disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa
masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah
menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah.
Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap
kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi.
Dalam mengembangkan sikap inkuiri
di kelas, guru mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan dan teman yang
kritis. Guru harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok
melalui tiga tahap: (1) Tahap problem
solving atau tugas; (2) Tahap pengelolaan kelompok; (3) Tahap pemahaman
secara individual, dan pada saat yang sama guru sebagai instruktur harus dapat
memberikan kemudahan bagi kerja kelompok, melakukan intervensi dalam kelompok
dan mengelola kegiatan pengajaran.
Kelebihan
dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri
a.
Kelebihan Model
Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inquiri dengan
metode Suchman menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa
sebagai alternative untuk prosedur
pengumpulan data. Inkuiri Suchnan seperti yang dikutip oleh Kardi (2003:10)
mempunyai 2 kelebihan yaitu : 1) Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu
periode pertemuan. Waktu yang singkat ini memungkinkan siswa dapat mengalami
siklus inkiri dengan cepat, dan dengan pelatihan mereka akan terampil melakukan
inkuiri, 2) lebih efektif dalam semua bidang di dalam kurikulum, 3) Model
pembelajaran ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang bersifat kognitif.
b.
Kelemahan Model
Pembelajaran Inkuiri
Kelemahannya ialah antara lain;
memakan waktu banyak (time consuming),
dan kalau kurang terpimpin dan terarah, dapat menjurus pada kekacauan dan
kekaburan atas materi yang dipelajarinya. (Rusyan ,1999 : 177-178).
Penerapan Model PembelajaranInkuiridalamMateriMenentukan Volume Kerucut
Tahap Pendahuluan
Guru
memberikan salam kepada siswa-siswinya, kemudian siswa serentak menjawab
pertanyaan guru, lalu guru meminta ketua kelas untuk memimpin berdoa menurut
agama dan kepercayaan masing-masing (apabila jam pertama) dan setelah itu
mengajak siswa untuk bersama-sama memeriksa kebersihan ruang kelas.
Guru
memeriksa kehadiran siswa-siswinya, dan menanyakan alasan siswa yang tidak
hadir dan siswa meresponnya dan menjelaskan keberadaan temannya yang tidak bisa
hadir
Guru
menjelaskan kepada siswa tentang pentingnya mempelajari materi ini, agar siswa
dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Materi kali ini akan membahas tentang bangun ruang sisi lengkung, materi ini adalah materi yang penting untuk dipelajari
karena banyak sekali manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu terdapat
dalam standar kompetensi lulusan. Pada
saat ini ada sebagian siswa yang benar-benar memperhatikan dan ada juga yang
sebagian yang tidak fokus. Untuk itu guru membuat cara agar siswa-siswinya
fokus terhadapnya.
Guru menunjukkan
sebuah botol (berbentuk
tabung), toples (berbentuk tabung), topi petani (kerucut). Kemudian menanyakan kepada siswa bentuk bangun apakah itu? Mereka antusias
serentak menjawabnya. Kemudian guru kembali menerangkan bahwa materi kali ini akan
membahas tentang menentukan volume bangun ruang tersebut. Sebelumnya, guru
menjelaskan kegiatan pembelajaran kali ini dengan model pembelajaran inkuiri.
Guru mengilustrasikan pembelajaran tersebut kepada siswa seperti: ibarat kita mempunyai
dua buah sepeda, satu hasil dari beli sendiri
dan satunya lagi
diberikan oleh orang lain. Ketika itu salah satu sepeda
tersebut harus dijual, manakah yang kita akan jual? Siswa serentak
menjawab dengan jawaban yang sama. Kemudian guru menambahkan jawaban
siswa-siswinya, ya tentu kita mempertahankan sepeda hasil beli sendiri karena
dengan susah payah dan kerja keras kita mendapatkannya. Begitu juga
pembelajaran kali ini, dengan menemukan sendiri siswa tidak mudah lupa (tidak mudah
melepaskan apa yang sudah diingat). Sedangkan jika rumus itu diberikan, siswa akan mudah lupa.
Guru
memberikan arahan mengenai tujuan pembelajaran yang akan dipelajari yakni: 1)
siswa dapat menemukan rumus volume kerucut dari
volume tabung,
2) siswa mengetahui dan memahami bahwa volume tabung berhubungan dengan volume
kerucut, 3) siswa dapat menggunakan konsep-konsep materi lain yang dipelajari
sebelumnya dalam penyelesaian masalah. 3) siswa dapat menjawab pertanyaan, 4)
siswa dapat menyampaikan pendapat atau idenya masing-masing.
Tahap Inti
Sebelum melanjutkan materi
pelajaran berikutnya, guru mengingatkan kembali materi sebelumnya yang
berhubungan dengan tabung dan menentukan volume tabung.
Barulah setelah selesai
mengingatkan materi sebelumnya, guru memulai pembelajaran. Siswa yang mengingat
materi sebelumnya antusias menjawab tetapi ada beberapa juga yang tak
mengingatnya, lalu akhirnya guru kembali mengulas sedikit materi sebelumnya.
(Fase 1:
Observasi untuk menemukan masalah/orientasi)
Selanjutnya, guru memberikan penjelasan tentang cara
belajar siswa (termasuk dalam kegiatan pembagian kelompok).Siswa
sebelumnya diberi tugas
untuk membawa alat
dan bahan yang diperlukan: dua buah kertas, lem
kertas, steples, gunting, penggaris dan
gula pasir/pasir. Guru
menanyakan apakah siswa-siswinya membawa apa yang telah diperintah oleh
gurunya. Ada sebagian siswa yang lupa membawanya dan guru meminta siswa yang
tidak membawa untuk bergabung dengan temannya yang membawa. Guru membagikan
lembar kerja siswa untuk diselesaikan dalam kelompok. Sebelumnya guru membentuk
kelompok kecil beranggotakan 3-4 orang (tidak terlalu banyak agar mereka semua
punya tugas masing-masing dan menghindari siswa tidak memiliki kegiatan). Tiap
kelompok diminta untuk menentukan ketua kelompok oleh guru, kemudian tiap
kelompok mereka berunding siapa yang cocok dan sanggup menjadi ketua. Lalu, setiap
kelompok mengerjakan lks untuk menemukan volume kerucut dengan
petunjuk lks yang
diberikan sebelumnya. Di lks tersebut berisi langkah-langkah proses kegiatan
pembelajaran dan permasalahan yang harus dipecahkan oleh tiap-tiap kelompok.
(Fase 2:
Merumuskan masalah)
Siswa saling berdiskusi bersama kelompok mereka
masing-masing, guru membimbing siswa untuk merumuskan masalah
apabila mereka menemukan kesulitan.
(Fase 3:
Mengajukan Hipotesis)
Setelah berdiskusi cukup lama siswa menemukan
petunjuk dan jawaban sementara atas permasalahan yang diberikan oleh gurunya.
Kemudian guru membimbing siswa membuat hipotesis terhadap masalah yang telah
dirumuskan.
(Fase 4: Merencanakan
pemecahan masalah)
Guru membimbing siswa untuk membuat rencana
pemecahan masalah. Guru menugaskan kepada masing-masing kelompok untuk berdiskusi
memecahkan masalah yang diberikan sesuai dengan lks.
(Fase 5:
Melakukan eksperimen)
Guru membimbing siswa selama proses eksperimen dan
berperan sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa agar aktif bekerja sama
dalam memecahkan masalah. Guru berkeliling mengamati kerja setiap kelompok dan
membantu kelompok jika ada yang mengalami kesulitan.
(Fase 6:
Melakukan pengamatan dan pengumpulan data)
Guru membantu siswa melakukan pengamatan tentang
hal-hal penting yang berhubungan dengan menentukan volume kerucut yang berkaitan dengan volume
tabung.
(Fase 7:
Analisis data)
Guru meminta perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerja mereka. Guru bersama siswa mengkaji kembali proses
pemecahan masalah yang digunakan siswa.
(Fase 8:
Penarikan kesimpulan)
Siswa diminta untuk merangkum (membuat
catatan-catatan penting) dari kegiatan belajar ini.
Tahap Penutup
Guru bersama siswa merefleksi
proses pembelajaran yang telah dilakukan. Selanjutnya, guru memberikan latihan
soal sebagai aplikasi
rumus yang sudah mereka dapatkan. Kemudian
siswa diberi post test.
Diakhir pembelajaran
siswa menuliskan refleksinya dalam kertas post-it.Mengenai
kegiatan pembelajaran kali ini.
Dan guru menginformasikan materi
selanjutnya (bangun ruang) yang akan dibahas pada pertemuan yang akan datang.
PENUTUP
Simpulan
Sasaran utama kegiatan
pembelajaran inkuiri adalah keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses
kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses
kegiatan belajar, mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang
ditemukan dalam proses inkuiri. Namun dalam penerapannya, pembelajaran inkuiri
ini memiliki kelemahan seperti adanya kesulitan dalam mengontrol siswa,
ketidaksesuaian kebiasaan siswa dalam belajar, kadang memerlukan waktu yang
panjang dalam pengimplementasiannya, dan sulitnya dalam implementasi yang
dilakukan oleh guru bila keberhasilan belajar bergantung pada siswa.
Model
pembelajaran inkuri mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi
tingkatannya, misalnya merumuskan problema
sendiri, merancang eksperimen sendiri, melakukan eksperimen sendiri,
mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap
obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya.
Saran
Berbicara mengenai model-model
pembelajaran, banyak sekali model-model pembelajaran yang dapat digunakan oleh
seorang guru, salah satunya adalah model inquiri. Penerapan model pembelajaran inkuiri
dianggap
sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar
adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Model pembelajaran ini sangat cocok digunakan dan diterapkan
pada kalangan Mahasiswa dan tingkat SMA/SMK serta SMP tetapi tidak menutup
kemungkinan juga untuk di terapkan pada siswa SD namun pada kelas yang agak
tinggi seperti kelas 4, 5 dan 6.
DAFTAR
PUSTAKA
Amien, M.
1987. Mengerjakan Ilmu Pengetahuan Alam IPA dengan Menggunakan Discovery dan Inkuiry .Jakarta: Depdikbud.
Anissatul, Mufarokah. 2009.Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Teras.
Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Indrawati. 1999. Model-model
Pembelajaran IPA. Bandung: Depdikbud Dirjen Pendidikan
Dasardan Menengah P3G IPA
Bandung.
Kardi dan Nur. 2003. Pengantar pada Pembelajaran dan Pengolahan Kelas. Surabaya: Uni
Press.
Mulyasa, E. 2007.Menjadi
Guru Professional atau Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan menyenangkan. Bandung:
Rosdakarya.
Rusyan A. Tabrani, dkk. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Remaja
Karya.
Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya,
Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Suchman, J.
R. 1962. The elementary School Training
Program in Scientific Inquiry. Urbana: University of Illinois.
Sugihartono,
dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta:
UNY Press.
W Gulo.
2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Grasindo.
No comments:
Post a Comment
you say