IBX5A82D9E049639

Wednesday, 15 March 2017

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING MENGGUNAKAN KONSEP TANDUR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

ABSTRAK: Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan tentang penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dalam pembelajaran matematika dengan konsep yang lebih kreatif dan inovatif melalui aplikasi TANDUR. Quantum Teaching adalah konsep yang menguraikan cara-cara baru dalam memudahkan proses belajar mengajar, lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang di ajarkan. Quantum Teaching menjadikan segala sesuatu berarti dalam proses belajar mengajar, setiap kata, pikiran, tindakan asosiasi dan sampai sejauh mana mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran. Quantum Teaching mempunyai aplikasi yang dinamakan dengan TANDUR. TANDUR merupakan singkatan dari enam fase pengajaran yang meliputi Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. TANDUR ditujukan untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar sehingga proses penyampaian materi dapat berjalan dengan baik.

KATA KUNCI: Model Pembelajaran Quantum Teaching, Konsep TANDUR, Penerapan TANDUR dalam Matematika.

Pendahuluan
Pada era ini pendidikan bukan hanya menjadi suatu kewajiban melainkan telah menjadi suatu kebutuhan mutlak yang harus di penuhi oleh setiap individu. Dengan adanya kebutuhan maka manusia akan berusaha untuk mencapainya agar semua kebutuhan itu terpenuhi, sama halnya dengan pendidikan. Pendidikan merupakan suatu usaha disengaja dalam rangka mencapai suatu tujuan yang diselenggarakan oleh suatu lembaga tertentu baik formal maupun non-formal dengan upaya dapat mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing dengan kehidupan yang penuh akan pengembangan ilmu pengetahuan.
Pendidikan merupakan suatu proses yang melibatkan unsur-unsur yang di harapkan dapat meningkatkan pendidikan menjadi berkualitas. Guru sebagai unsur pokok penanggung jawab terhadap pelaksanaan dan pengembangan proses belajar mengajar, diharapkan dapat meningkatkan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan transformasi ilmu pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Untuk mencapai efektifitas dan efisiensi tersebut, maka diperlukan adanya strategi yang tepat dalam mencapai tujuan belajar mengajar yang diharapkan.
Dalam pembelajaran diperlukan suatu konsep pemahaman yang tepat. Oleh karena itu guru hendaknya menanamkan konsep yang tepat kepada para peserta didiknya, dengan metode yang kreatif dan inovatif. Sehingga peserta didik dengan mudah mencerna pengetahuan yang telah diberikan. Namun dalam kenyataanya pemahaman konsep sulit ditanamkan kepada peserta didik terutama dalam pembelajaran matematika.
Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 297) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan, pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Matematika menurut kurikulum 2006 merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam disiplin ilmu dan memajukan pola pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Pelajaran mulai dari yang sederhana menuju yang kompleks, mulai dari yang konkrit ke yang abstrak, dan mulai dari lingkungan yang terdekat ke yang lebih luas. Jika siswa mengalami kesulitan pada awalnya, maka diperlukan adanya kebutuhan belajar pada setiap tahapan proses belajar mengajar, yaitu dilakukan melalui pembelajaran secara bertahap dan berkesinambungan.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal matematika diantaranya yaitu rendahnya minat belajar siswa terhadap matematika, kurangnya pemahaman materi, serta penggunaan metode dan model pembelajaran yang kurang menarik ataupun proses belajar dan mengajar yang kurang inovatif dapat berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Rendahnya hasil pembelajaran tersebut juga dikemukakan oleh Sriyanto (2007: 17) depdiknas merilis bahwa pada tahun 2005 sekitar 815.527 siswa tingkat SLTP/SLTA dinyatakan tidak lulus, angka ini meningkat 8,25% dari tahun 2004 yang hanya 403.872 siswa. Lebih lanjut diuraikan bahwa dari jumlah tersebut siswa yang tidak lulus untuk jenjang SMP/MTS adalah 407.065 siswa, SMA/MA 261.750 siswa dan SMK 146.712 siswa. Sementara menurut data yang dirilis Depdiknas pada tahun 2006 sekitar 9% siswa SMA gagal dalam ujian nasional.
Rendahnya hasil belajar tersebut juga dapat disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang ada dalam matematika yang dipandang merupakan seperangkat fakta yang harus dihapal, oleh karena itu guru harus mencari cara yang dapat membuat siswa tertarik dalam mempelajari matematika sedangkan faktor lain yang mempunyai andil yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar matematika adalah pemilihan model pembelajaran yang tepat. Pada umumnya pembelajaran yang masih sering dipakai saat ini adalah pembelajaran tradisional, dimana guru yang selalu aktif sedangkan siswa pasif. Menurut Soedjana (dalam kertiasa, 2008: 1) menyatakan dalam model mengajar tradisional, seorang guru dianggap sebagai sumber ilmu, guru bertindak otoriter dan mendominasi kelas. Guru langsung mengajar materi matematika, membuktikan semua dalil-dalilnya dan memberikan contoh-contohnya. Sebaliknya murid harus duduk dengan rapi mendengarkan dengan tenang dan berusaha meniru cara-cara guru, membuktikan dalil dan cara guru mengerjakan soal-soal. Peserta didik pada umumnya kurang diberikan kesempatan untuk berinisiatif, mencari jawaban sendiri, merumuskan dalil-dalil. Peserta didik pada umumnya dihadapkan pada pertanyaan ‘bagaimana menyelesaikan soal’ bukan kepada ‘mengapa menyelesaikannya demikian’. Oleh karena itu guru harus berperan aktif untuk membangkitkan kembali minat dan semangat belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Untuk dapat mewujudkan hal ini guru tidak cukup hanya dengan memberikan pengetahuan, melainkan juga mengkondisikan peserta didik untuk mau bertanya, memperhatikan, mengamati dan menemukan konsep sendiri sehingga peserta didik tidak merasa bosan dan termotivasi untuk belajar lebih giat.
Penggunaan model merupakan cara yang ditempuh guru untuk menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dalam rangka peningkatan pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang menyenangkan dan menyebabkan siswa aktif adalah dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching. Model pembelajaran ini menekankan kegiatannya pada pengembangan potensi manusia secara optimal melalui cara-cara yang sangat manusiawi, yaitu: mudah, mentenangkan dan memberdayakan. Setiap anggota komunitas belajar dikondisikan untuk saling mempercayai dan saling mendukung. Siswa dan guru berlatih dan bekerja sebagai pemain tim guna mencapai kesuksesan bersama dalam konteks ini, sukses guru adalah suskses siswa, dan sukses siswa adalah sukses guru. Quantum Teaching menerapkan model pembelajaran kedalam aplikasi TANDUR. Aplikasi dari TANDUR sangat jelas manfaatnya ketika dimanfaatkan dalam kelas yang dimiliki siswa dengan tingkat antusiasme belajar yang rendah. TANDUR merupakan singkatan dari enam fase pengajaran meliputi Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. TANDUR ditujukan untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar sehingga proses penyampaian materi dapat berjalan dengan baik.

Model Pembelajaran Quantum Teaching
Pengertian model pembelajaran Quantum Teaching
Quantum Teaching pertama kali dipakai oleh Deporter. Mulai di praktekkan pada tahun 1992. Dengan teorema yang terkenal dalam fisika kuantum yaitu masa kali percepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Dari rumusan itulah dapat didefinisikan bahwa kuantum adalah sebuah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Dengan demikian, Quantum Teaching berarti pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansannya yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar dalam kelas. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Sehingga dapat mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Segala hal yang dilakukan dalam kerangka Quantum Teaching yaitu setiap interaksi dengan siswa, setiap rancangan kurikulum, dan metode intruksional dibangun diatas prinsip “Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Hal ini mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama mendapatkan hak sebagai pengajar.
Quantum Teaching di ciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intelligences (Gardner), Neuro-Linguistic programming (Grinder dan Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson dan Johnson) dan elements of effective interaction (Hunter). Quantum Teaching merangkaikan yang paling baik dari yang terbaik menjadi sebuah paket multisensorik, multi kecerdasan dan kompatibel dengan otak, yang pada akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami dan kemampuan murid untuk berprestasi.
Untuk menjadi seorang Quantun Teacher maka seorang guru harus mampu mengorkestrasi pembelajaran sesuai dengan modalitas dan gaya para pengajarnya. Quantum Teacher juga harus mampu mengajarkan keterampilan hidup ditengah-tengah keterampilan akademis, mencetak atribut mental/fisik/spiritual para siswanya. Karena Quantum Teacher harus dapat mendahulukan interaksi dalam lingkungan belajar, memperhatikan kualitas interaksi antar pelajar, antara pelajar dan guru dan antara pelajar dan kurikulum. Selain itu Quantum Teacher juga diharapkan mampu menjalankan tujuh pedoman untuk presentasi yang sukses saat dalam proses pembelajaran. Diantaranya, adalah memahami secara spesifik apa yang guru inginkan terjadi dalam setiap bagian proses belajar, membangun kredibilitas dan membina hubungan yang baik dengan siswa, menyesuaikan pelajaran dengan kebutuhan mereka, mengubah keadaan siswa hingga mencapai keadaan target, melibatkan modalitas siswa, memanfaatkan ruangan dengan baik, dan menyampaikan pesan yang terbuka, jujur dan adil secara tulus dan kongruen.
Model ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran pada semua jenjang dan jenis pendidikan, hanya saja diantaranya disesuaikan dengan siapa yang menjadi peserta didik dan apa mata pelajarannya. Model ini merupakan proses pembelajaran yang akrab dan menyenangkan baik bagi peserta didik maupun pendidik dalam proses pembelajaran. Oleh Karena itu, proses pembelajaran ini sangat membutuhkan guru yang menguasai materi ajar dan mempunyai sifat peramah bukan pemarah.
Selain itu Quantum Teaching juga memiliki lima prinsip, atau kebenaran tetap. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1)    Segalanya berbicara.
Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, dari alat bantu mengajar sampai alat peraga, semuanya mengirim pesan tentang belajar.
2)    Segalanya bertujuan.
Semua yang terjadi dalam pengubahan kita, mempunyai tujuan. Oleh karena itu, Kathy Wagone membuat istilah yang memotivasi: “Tetapkanlah sasaran tersebut agar bisa berprestasi setiap harinya”.
3)    Pengalaman sebelum pemberian nama.
Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakan rasa ingin tahu, oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum memperoleh kesimpulan dari apa yang mereka pelajari.
4)    Akui setiap usaha.
Belajar matematika jelas mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan, maka mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
5)    Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
Perayaan adalah serapan pelajaran sukses, perayaan atau pemberian penguatan akan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan emosi positif dalam belajar matematika. Sehubungan dengan itu, Dryden berpesan bahwa ingatlah selalu untuk merayakan setiap keberhasilan.

Strategi Pembelajaran Quantum
1)    Mengorkestrasikan suasana yang menggairahkan.
Suasana kelas adalah penentu psikologi utama yang mempengaruhi belajar akademis menurut Walberg dan Greenberg. Adapun kunci untuk membangun suasana tersebut adalah :
a)     Kekuatan terpendam ( NIAT ).
Niat guru atau kekuatan akan kemampuan sangat berpengaruh pada kemampuan itu sendiri untuk dapat memotivasi peserta didik pandangan guru akan lebih cepat.
b)    Jalinan rasa simpati dan saling pengertian.
Dengan membangun jalinan rasa simpati dan saling pengertian dapat membangun jembatan menuju kehidupan dunia baru mereka, mengetahui minat kuat mereka dan berbicara dengan bahasa hati mereka.
c)     Keriangan dan ketakjuban.
Keriangan dan ketakjuban dapat membawa siswa siap belajar dan lebih mudah dan bahkan mengubah sikap negatif. Bentuk keriangan atau kegembiraan yang biasa digunakan adalah : tepuk tangan, tiga kali hore, wuus, jentikan jari, poster umum, catatan pribadi, persekongkolan, pengakuan kekuatan, kejutan, pujian pada teman sebangku, pernyataan afirmasi dan “wow”.
d)    Rasa saling memiliki.
Rasa saling memiliki akan mempercepat proses pengajaran dan meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik misalnya : tepuk, wow, sebelum memulai belajar, menepuk segmen, mengakhiri segmen tertentu.
e)     Keteladanan.
Memberi teladan adalah salah satu cara ampuh untuk membangun hubungan dan memahami orang lain serta akan menambahkan kekuatan kedalam pembelajaran.
2)    Mengorkestrasikan landasan yang kukuh.
a)     Tujuan yang sama.
Tujuan yang sama yaitu mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran, menjadi pelajar yang lebih baik dan berinteraksi sebagai pemain tim.
b)    Prinsip-prinsip dan nilai yang sama.
Satu set prinsip tersebut adalah 8 kunci keunggulan yaitu : 1) Integritas (kejujuran), 2) kegagalan awal kesuksesan, 3) bicaralah dengan baik, 4) hidup disaat ini, 5) komitmen, 6) tanggung jawab, 7) sikap luwes, 8) kesinambungan.
c)     Keyakinan akan kemampuan pelajar, belajar dan mengajar.
Seorang guru harus yakin dengan kemampuan belajar siswanya. Mulailah mengajar dari sudut pandang bahwa guru biasa menjadi luar biasa, maka akan berpengaruh pada orang-orang disekitar khususnya peserta didik.
d)    Kesepakatan, kebijakan, prosedur dan peraturan.
Kesepakatan: lebih informal daripada peraturan, dan konkret untuk melancarkan jalannya pelajaran.
Kebijakan: mendukung komunitas belajar.
Prosedur: memberitahu peserta didik apa yang diharapkan dan tindakan apa yang diambil.
3)    Mengorkestrasikan lingkungan yang mendukung.
a)     Lingkungan sekeliling.
Gunakan poster ikon (simbol), poster afirmasi (motivasi dan gunakan warna).
b)    Alat bantu yakni benda yang mewakili gagasan.
c)     Pengaturan bangku.
Misalkan mengatur bangku menjadi bentuk setengah lingkaran untuk diskusi kelompok besar yang dipimpin oleh seorang fasilitator.
d)    Tumbuhan, aroma, hewan peliharaan dan unsur organik lain dikondisikan dengan serasi.
e)     Musik.
Musik membantu pelajar bekerja lebih baik dan mengingat lebih banyak, merangsang, meremajakan, dan memperkuat belajar baik secara sadar maupun tidak sadar.
4)    Mengorkestrasikan perencanaan pengajaran yang dinamis.
a)     Dari dunia mereka ke dunia kita.
Maksudnya seorang guru harus mampu menjembatani jurang antara dunia siswa dengan dunia gurunya. Hal ini memudahkan guru membangun jalinan antara guru dengan siswa.
b)    Modalitas Vak ( Visual Auditorial Kinestik ).
a.     Visual, ciri-ciri: Teratas, memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan, mengingat dengan gambar, lebih suka membaca daripada dibacakan, membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh untuk meningkatkan daya serap membutuhkan untuk dilihat dan diamati senang.
b.     Auditorial, ciri-ciri: Perhatian mudah pecah, berbicara dengan pola berirama, belajar dengan cara mendengarkan, dan bersuara saat membaca untuk meningkatkan daya serat menggunakan suara seperti nyanyian, puisi bahkan diskusi.
c.     Kinestik, ciri-ciri: mudah Mengingat dan ungkapan wajah banyak bergerak / belajar langsung dengan mengerjakan, senang dengan kegiatan fisik untuk meningkatkan daya serap, menggunakan media, senang dengan kegiatan fisik untuk meningkatkan daya serap, menggunakan media yang dapat dipegang dan disentuh langsung.
d.     Model kesuksesan dari sudut pandang.
Ada dua faktor utama yang membantu menentukan kesuksesan siswa yakni kesulitan pelajaran dan derajat resiko pribadi. Hal-hal yang dapat dilakukan guru untuk kesuksesan siswanya yakni, saat memperkenalkan isi pelajaran selalu meyakinkan dengan menggunakan unsur V-A-K, sering melakukan pengulangan, membuat kelompok kecil untuk memantapkan belajar dan menyelesaikan secara perorangan.
c)     Kecerdasan berganda bertemu Slum-n-Bil.
Kecerdasan yang dimaksud di sini adalah spesial visual, linguistik verbal, interpersonal, musikal ritmik, naturalis badan kinestik dan logika matematika. Tetapi seorang guru harus keluar dari zona nyaman dalam mengajar dan merancang pengajaran siswa harus diberi kesempatan mengatur kecerdasan sesuai dengan potensinya.
d)    Penggunaan metafora, perumpamaan dengan sugesti.
Metafora dapat membantu menghidupkan konsep-konsep yang dapat terlupakan memunculkannya ke dalam otak secara mudah dan cepat. Perumpamaaan akan memudahkan siswa untuk lebih mengerti sugesti memiliki kekuatan mendalam.

Karakteristik Model
1)    Sintakmatik.
Agar proses pembelajaran dengan model Quantum Teaching ini dapat benar-benar sedinamis mungkin. Maka, perlu melalui tahap-tahapan di bawah ini yang sering dikenal sebagai kerangka rancangan Quantum Teaching TANDUR yaitu :
a)     Tahap pertama: Tumbuhkan.
Pada langkah ini guru harus menumbuhkan motivasi dan semangat belajar siswa. Dan memberi tahu siswa bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas pendidikan mereka sendiri, mengaitkan pelajarn dengan masa depan dan berguna dalam dunia nyata. Sehingga mereka tahu apa manfaat dari apa yang sedang mereka pelajari bagi diri mereka biasannya dikenal dengan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku).
b)    Tahap Kedua: Alami.
Guru memberikan pengalaman kepada siswa dan memanfaatkan hasrat  alami otak untuk menjelajah. Karena pengalaman membangun keingintahuan siswa dan dapat menciptakan beberapa pertanyaan dalam benak mereka. Saat pengalaman terbentang, guru mengumpulkan informasi untuk memaknai pengalaman tersebut. Informasi ini membuat yang abstrak menjadi konkrit.
c)     Tahap Ketiga: Namai.
Setelah membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman mereka, maka penamaan dapat memuaskan keingintahuan siswa. Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan. Penamaan merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya. Guru menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi dan sebuah masukan.
d)    Tahap Keempat: Demonstrasi.
Guru diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Guru memberikan peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran yang lain dalam kehidupan mereka serta mampu memperagakan tingkat kecakapan mereka dengan pengetahuan yang baru saja mereka miliki.
e)     Tahap Kelima: Ulangi.
Siswa diberi kesempatan untuk mengajarkan pengetahuan baru mereka kepada orang lain. Tentunya, dengan menggunakan cara yang berbeda dari asalnya. Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Dan tentunya menunjukan pelajar cara-cara mengulang materi yang telah dibahas.
f)     Tahap Keenam: Rayakan.
Pada langkah terakhir ini, saatnya untuk memberikan penghormatan atas usaha, keberhasilan dan ketekunan yang dilakukan dengan perayaan. Hal ini akan memperkuat kesuksesan dan memberi motivasi siswa. Perayaan disini dapat dilakukan dengan memberikan pujian, bernyanyi, bermain tepuk, pesta kelas dll.
2)    Sistem social.
Sistem sosial model ini menghendaki guru berangkat dari asumsi bahwa guru hanya sebagai fasilitator dan reflektor saja, yang lebih di utamakan adalah keaktifan siswa. Karena siswa bertanggung jawab penuh atas pendidikan mereka sendiri. Peran guru lebih dari sekedar pemberi ilmu pengetahuan, tetapi guru adalah rekan belajar, model, pembimbing dan mengubah kesuksesan siswa. Artinya, kewenagan dibagi antara siswa dan guru. Norma yang berlaku terletak pada kebebasan berfikir dan berpeilaku saat dalam proses pembelajaran. Ganjaran yang dipakai tidak bersifat hukuman namun perayaan. Karena perayaan dapat memperkuat kesuksesan dan motivasi siswa. Misalnya, berupa pujian,tepuk tangan, empati dari guru dll. Dan untuk menata suasana hati siswa, dapat digunakan musik saat proses pembelajaran.
Guru menanamkan nilai dan keyakinan yang positif dalam diri siswa. Mengutamakan keberagaman dan kebebasan sebagai kunci interaksi dan bersifat humanistik. Guru juga menyeimbangkan ketermpilan akademis, keterampilan hidup dan prestasi material siswanya. Serta mengintegrasikan totalitas tubuh dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran bisa berlangsung nyaman dan hasilnya optimal.
3)    Prinsip-prinsip reaksi.
Prinsip-prinsip reaksi dalam model pembelajaran ini diantaranya adalah:
a)     Guru mendekati siswa dan menciptakan AMBAK (Apa Manfaatnya BagiKu) dan memupuk sikap juara pada siswa. Sehingga siswa memahami bahwa kegagalan itu keberhasilan yang tertunda.
b)    Guru memberikan lingkungan belajar yang tepat agar siswa mampu berinteraksi.
c)     Memberikan kesempatan siswa untuk memanfaatkan keterampilan yang mereka miliki dan berpikir kreatif dalam segala situasi.
d)    Guru harus mengetahui karakteristik masing-masing siswanya baik itu visual auditorial atau kinestetik. Agar pembelajaran dapat diterima baik oleh siswa meski mereka mempunyai karakteristik yang berbeda.
e)     Merayakan keberhasilan yang telah dilakukan oleh siswa saat mereka mampu menyelesaikan tugasnya. Hal ini akan memacu motivasi dan kepercayaan diri siswa.
4)     Sistem pendukung.
Sarana yang dibutuhkan dalam model pembelajaran ini berbeda-beda, tergantung pada fungsi dari pembelajaran itu sendiri. Jika pembelajaran itu berhubungan dengan kontra akademik, maka sumber-sumber yang sesuai harus tersedia. Namun jika pembelajaran itu berbicara tentang penyuluhan terhadap masalah perilaku, maka tidak diperlukan sumber, tapi cukup dengan keterampilan guru dalam menyuluh.
            Berdasarkan dua kasus tersebut, maka untuk mengatasinya diperlukan adanya susunan ruang yang memungkinkan untuk pelaksanaan pembelajaran dengan metode ini. Sehingga kapanpun siswa dapat mengubah posisi duduk mereka sesuai dengan kondisi. Dan hal ini akan memudahkan siswa untuk merealisasikan masalah secara tepat dan memadai tanpa diburu-buru oleh waktu. Selain itu, alunan musik juga dapat mendukung konnsentrasi siswa dalam belajar. Serta membuat siswa lebih rileks saat menerima pelajaran.
5)    Dampak intruksional dan penyerta.
Model pembelajaran Quantum Teaching memberikan dampak intruksional pada siswa yaitu :
a)     Kemapuan verbal adalah kemampuan untuk mengungkapan pengetahuan dalam bentuk bahasa lisan ataupun verbal.
b)    Kemampuan keterampilan intelektual adalah kepekaan yang berhubungan dengan lingkungan serta mempresentasikan konsep dan lambang.
c)     Kemampuan kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan kognitifnya sendiri, kemampuaan ini meliputi konsep dan kaidah memecahkan masalah.
d)    Keterampilan motorik adalah kemampuan serangkaian jasmani antara koordinasi otak dengan tubuh.
e)     Kemampuan sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasar penelitian terhadap objek tersebut.
Disamping itu terdapat pula dampak penyerta, yaitu: menimbulkan semangat kreativitas pada siswa, memupuk solidaritas antar siswa dan menambah nilai dan prestasi belajar siswa.

Kelebihan dan kekuran model pembelajaran
1)    Kelebihan model pembelajaran :
a)     Dapat membimbing peserta didik kearah berfikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.
b)    Karena Quantum Teaching lebih melibatkan siswa, maka saat proses pembelajaran perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti.
c)     Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak.
d)    Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.
e)     Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan dapat mencoba melakukannya sendiri.
f)     Karena model pembelajaran Quantum Teaching membutuhkan kreativitas dari seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan siswa untuk belajar, maka secara tidak langsung guru terbiasa untuk berfikir kreatif setiap harinya.
g)    Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti oleh siswa.
2)    Kekurangan Model Pembelajaran
a)     Model ini memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.
b)    Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.
c)     Karena dalam metode ini ada perayaan untuk menghormati usaha seseorang siswa baik berupa tepuk tangan, jentikan jari, nyanyian dll. Maka dapat mengganggu kelas lain.
d)    Banyak memakan waktu dalam hal persiapan.
e)     Model ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang hal itu, proses pembelajaran tidak akan efektif.
f)     Agar belajar dengan model pembelajaran ini mendapatkan hal yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran. Namun kadang-kadang ketelitian dan kesabaran itu diabaikan. Sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya.

Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching dalam Materi Permutasi dan Kombinasi
Penggunaan model pembelajaran dalam pelajaran matematika sangatlah diperlukan, mengingat matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Hal ini disebabkan karena penggunaan model pembelajaran dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar lebih menyenangkan dan efeknya peserta didik akan lebih mudah menyerap materi yang diajarkan. Terkait dengan pembelajaran yang menyenangkan model Quantum Teaching dinilai sebagai model pembelajaran yang sangat efektif. Matematika sangat penting dalam kehidupan manusia seperti halnya permutasi dan kombinasi yang merupakan bagian dari ilmu peluang. Di dalam materi permutasi dan kombinasi peserta didik terkadang keliru bahkan kesulitan membedakan antara soal permutasi dan kombinasi. Di dalam penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dalam materi permutasi dan kombinasi penulis menggunakan metode inquiri, ekspositori, diskusi dan tanya jawab dan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching, dengan jumlah siswa kurang lebih 20 dan menggunakan media kartu sebagai media pendukung model, berikut ini adalah langkah-langkah penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dalam materi Permutasi dan Kombinasi yang terdiri dari tiga tahap yaitu 1) tahap pendahuluan, 2) tahap inti, 3) tahap penutup.

Tahap pendahuluan: guru memasuki ruang kelas dan siswa duduk rapi ditempat duduk masing-masing. Guru mengucapkan salam dan siswa menjawab salam. Ketika sudah mengucapkan salam guru menunjuk ketua kelas untuk memimpin doa dan ketua kelas menertibkan anggotanya dan memimpin doa. Setelah berdoa selesai guru menanyakan kabar siswa-siswanya dan siswa menjawab, hal ini dapat menciptakan keakraban didalam kelas. Setelah menyapa siswanya guru mengabsen siswa dan siswa yang di absen mengacungkan tangan sambil mengucapkan “Hadir”, ketika ada siswanya yang tidak hadir guru menanyakan kepada ketua kelas alasan siswa tidak hadir dan ketua kelas memberikan keterangan. Sebelum pembelajaran dimulai guru memutarkan musik yang bertujuan untuk mengkondusifkan suasana belajar agar menjadi ceria, rileks tidak membosankan dan dapat membuat pikiran siswa menjadi bersemangat untuk belajar dan siswa mendengarkan tetapi tetap terfokus pada materi yang akan di ajarkan. Guru berkata bahwa musik ini dapat menyeimbangkan otak kanan dan kiri siswa menjawab siap. Setelah semuanya siap guru memberi tahu materi yang akan dipaparkan yaitu “Permutasi dan Kombinasi”, setelah memberi tahu materi guru menjelaskan tujuan pembelajarannya yaitu: 1) peserta didik mampu memliki motivasi internal, kemampuan bekerja sama, konsisten dan disiplin, 2) peserta didik mampu menerapkan dan mendeskripsikan berbagai konsep dan prinsip permutasi dan kombinasi dengan baik, 3) peserta didik mampu mengidentifikasi masalah nyata dan menerapkan aturan perkalian, permutasi dan kombinasi dengan tepat. Dan siswa mendengarkan. Setelah memaparkan tujuan pembelajaran guru memberikan motivasi kepada siswanya berupa video motivasi yang dapat menggerakkan hati siswa agar dapat bangkit dan mempunyai tekad yang kuat dan semangat yang tinggi untuk belajar, karena belajar dapat mengantarkan kita ke gerbang kesuksesan, dan siswa menonton video, setelah video diputar guru memberikan pertanyaan kepada siswanya mengenai makna dari video yang di putar, setelah beberapa saat guru menunjuk siswa, dan siswa yang di tunjuk menjawab pertanyaan guru.
Tahap inti: sebelum memberikan materi guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok setiap kelompok berisi siswa dengan tingkat kecerdasan yang heterogen, yang terdiri dari 5-6 siswa, dan siswa yang namanya tercantum dalam kelompok harus berkumpul dengan anggota kelompok masing-masing dengan posisi duduk yang sudah diatur dan siswa berkumpul dengan kelompoknya. Guru menginstruksikan kepada ketua kelompok untuk maju kedepan, dan mengambil kartu yang berisikan nama kelompok yaitu 1) komputer, 2) kata sandi, 3) RPG game; 4) bahasa pemograman, dan ketua kelompok mengambil kartu yang ada di depan secara acak tanpa mengetahui nama kelompoknya. Setelah itu guru mempersilahkan ketua kelompok untuk kembali ke kelompoknya, ketua kelompok kembali ke kelompok masing-masing. Guru menginstruksikan kepada setiap kelompok untuk membuka kartu yang didapatnya dan siswa membukanya. Setelah mengetahui nama kelompok guru menginstruksikan kepada masing-masing kelompok untuk mendeskripsikan/membuat kalimat yang berhubungan dengan nama kelompok dengan waktu satu menit dan setiap kelompok membuat kalimat dengan waktu satu menit. Setelah satu menit berlalu guru menunjuk setiap kelompok untuk mengutarakan kalimat yang telah dibuat oleh masing-masing kelompok, masing-masing kelompok menunjuk salah satu perwakilannya untuk menjawab. Setelah semuanya menjawab guru menjelaskan maksud dari nama-nama kelompok yang berkaitan dengan materi, dan siswa merespon bingung dan bertanya antara hubungan karti itu dengan materi permutasi dan kombinasi, guru mulai menjelaskan hubungan antara nama dan materi yaitu berupa manfaat dari pembelajaran permutasi dan kombinasi antara lain: 1) untuk mencari persamaan logika yang rasional yang dapat diterjemahkan kedalam komputer melalui bahasa pemograman, 2) komputer dapat melakukan perhitungan logika rasional sistematis secara cepat dan tepat, 3) keterbatasan komputer dapat diatasi dengan logika matematis, sedangkan persoalan matematis dapat dikomputerisasikan layaknya menghitung banyaknya pasir dalam  timbangan, 4) penerapan pada ilmu enskripsi atau keamanan kode (kata sandi) dimana dalam beberapa algoritma enskripsi seperti Rijndael dan Serpent, 5) penerjemahan didalam bahasa komputer, dimana dengan mengimplementasikan permutasi pada complier bahasa pemrograman bisa lebih efisien, 6) dalam permainan acak kata atau scrabble adalah salah satu implementasi permutasi dalam algoritma permainan 7) teknik sistem dan hukum peluang dalam aplikasi, 8) system critical change dan evade chance dalam permainan game khususnya game RPG, 9) permutasi (dan kombinasi) merupakan cabang dari matematika diskrit yang merupakan dasar untuk mempelajari dalam bidang ilmu komputer. Dengan diberitahukannya manfaat dari pembelajaran maka diharapkan siswa dapat lebih bersemanagat lagi dan merasa antusias bahwa mereka harus mempelajari materi ini, ketika guru memaparkan manfaat belajar permutasi siswa mendengarkan dan memperhatikan apa yang disampaikan guru. Setelah memaparkan manfaat guru melanjutkan dengan memberikan materi permutasi dan kombinasi berdasarkan pada penerapan di kehidupan sehari-hari dan siswa mendengarkan. Berikut contoh materi permutasi dan kombinasi:
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menghadapi masalah pengaturan suatu obyek yang terdiri dari beberapa unsur, baik yang disusun dengan mempertimbangkan urutan sesuai dengan posisi yang diinginkan maupun yang tidak. Misalnya menyusun kepanitiaan yang terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara dimana urutan untuk posisi tersebut dipertimbangkan atau memilih beberapa orang untuk mewakili sekelompok orang dalam mengikuti suatu kegiatan yang dalam hal ini urutan tidak menjadi pertimbangan. Dalam matematika, penyusunan obyek yang terdiri dari beberapa unsur dengan mempertimbangkan urutan disebut dengan permutasi, sedangkan yang tidak mempertimbangkan urutan disebut dengan kombinasi.

Permutasi
Permutasi adalah penyusunan kumpulan angka/objek  dalam berbagai urutan-urutan yang berbedatanpa ada pengulangan. Dalam permutasi urutan diperhatikan, untuk menghitung banyak permutasi n unsur jika disusun berdasarkan k unsur k kita dapat menggunakan rumus :

dimana k≤n.
contoh :
1.     Di kantor pusat sebuah perusahaan besar terdapat 3 orang staff yang dicalonkan untuk mengisi kekosongan 2 kursi pejabat eselon IV. Tentukan banyak cara yang dapat dipakai untuk mengisi jabatan tersebut?
jawab : Permutasi P (3,2), dengan n =3 (banyaknya staff) dan k =2 (jumlah posisi yang akan diisi)

2.     Misalkan terdapat 5 angka 3,4,5,6, dan 7. Tentukan berapa banyak bilangan lebih dari 400 yang dapat dibentuk untuk membuat angka yang terdiri dari 3 digit dan tidak berulang?
Jawab :
  • karena bilangannya lebih dari 400 maka kotak pertama dapat diisi dengan 4 angka yaitu 4,5,6, dan 7
  • karena tidak boleh berulang maka kotak kedua dan ketiga masing-masing dapat diisi diisi 4 angka dan 3 angka
  •  jadi total angka yang lebih dari 400 ada 4 x 4 x 3 = 48 angka

Permutasi Unsur-Unsur yang Sama
Jumlah suatu permutasi jika terdapat unsur-unsur yang sama dapat dihitung menggunakan rumus :

contoh :
1.     Tentukan berapa banyak susunan kata yang dapat dibentuk dari kata MATEMATIKA tanpa perulangan?
Jawab : kata MATEMATIKA terdapat 10 unsur dimana unsur yang sama terdapat pada M=2 T=2 A=3, sehingga kata yang dapat dibentuk dari kata MATEMATIKA tanpa adanya pengualangan yaitu terdapat 10!/2! 2! 3!=151.200 cara.
Permutasi Siklis
Permutasi Siklis merupakan permutasi yang dibuat  dengan menyusun unsur secara melingkar menurut arah putaran tertentu. Rumus yang biasa digunakan untuk menghitung permutasi siklis yaitu (n-1)!
contoh :
1.     Terdapat 5 orang calon presiden di tahun 2014 sedang berdiskusi, mereka duduk disebuah meja berbentuk lingkaran. Tentukan terdapat berapa cara untuk menyusun kursi para calon presiden tersebut?
Jawab: Cara untuk menyusun kursi para calon presiden yaitu (5-1)!=4!=4x3x2x1=24 cara
2.     Jika terdapat 5 buah kelereng yang disusun melingkar, berapa banyak cara susunan melingkar dari kelereng tersebut tanpa adanya pengulangan?
Jawab: Cara untuk menyusun kelereng secara melingkar yaitu (5-1)!/2=24/2=12 (permutasi objek-objek yang sejenis).
Kombinasi
Kombinasi sama halnya dengan permutasi, yang menjadikan mereka berbeda yaitu pada permutasi memperhatikan urutan sedangkan pada kombinasi tidak memperhatikan urutan. Misalnya saja terdapat 5 buah baju dengan warna yang berbeda yaitu merah, kuning, hijau, biru, hitam ketika kita diminta memilih 3 dari 5 baju yang tersedia tersebut. Ketika kita memilih baju warna hitam, merah dan kuning akan sama halnya jika kita memilih biru, merah dan kuning. Disinilah perbedaan kombinasi dan permutasi, untuk menentukan kombinasi kita dapat menggunakan rumus :

contoh :
1.     Seorang koki telah menyiapkan 20 jenis masakan untuk menjamu pemilik restaurant tempat dia bekerja yang akan berkunjung. Dari 20 menu dia akan memilih 11 menu yang akan disajikan, tentukan terdapat berapa banyak cara pemilihan menu yang akan digunakan untuk menjamu pemilih restaurant? (tidak memperhatikan urutan)
Jawab:
2.     Pada sebuah acara silaturahmi dihadiri oleh 60 orang, terdapat berapa jumlah jabat tangan yang terjadi?
jawab:
Ketika 60 orang tersebut saling berjabat tangan maka satu orang akan berjabat tangan dengan 59 orang. Akan tetapi jika A berjabat tangan dengan B akan sama halnya jika B berjabat tangan dengan A maka harus dibagi 2 sehingga jumlah jabat tangannya yaitu 59×60/2=1770 jabat tangan.

Setelah guru selesai menyampaikan materi guru membagi lembar kerja kepada masing-masing kelompok. Masing-masing kelompok mendiskusikan permasalahan dengan diiringi musik instrumental. Guru mengontrol dan membimbing kerja kelompok. Siswa/kelompok yang belum paham bertanya kepada guru dan guru menjelaskan. Ketika waktu diskusi telah berakhir guru meminta kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi masing-masing kelompok. Masing-masing kelompok menunjuk salah satu perwakilan anggota untuk mempresentasikan hasil diskusi. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lai  untuk mengajukan pertanyaan, kelompok lain mengajukan pertanyaan dan kelompok yang mendapat pertanyaan harus menjawab pertanyaan itu dengan dibantu semua anggota kelompok. Setelah hasil diskusi selesai guru mengevaluasi hasil diskusi tiap kelompok dan guru memberikan penghargaan untuk kelompok yang mempresentasikan dengan baik.

Tahap penutup: guru memberikan pertanyaan mengenai apa yang telah dipelajari hari ini, dengan menunjuk salah satu siswa, siswa yang ditunjuk menjawab pertanyaan guru ketika jawaban siswa tidak sesuai dengan pertanyaan maka guru tetap memberikan pujian terhadap siswa yang telah menjawab. Guru menunjuk beberapa siswa lainnya, setelah mendapatkan jawaban dari siswanya guru menarik kesimpulan tentang materi yang telah di pelajari, guru memberikan tugas sebagai PR dan siswa mecatat, setelah selesai guru mengakhiri pembelajaran dengan menggunakan salam penutup dan siswa menjawab.

PENUTUP
Simpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa: Quantum Teaching merupakan konsep dari Quantum Learning yang mempunyai motto membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan. Dari konsep Quantum Learning yang akan diterapkan dalam dunia bisnis maka dibuatlah Quantum Bisnis. Begitu pula konsep Quantum Learning yang akan diterapkan dalam interaksi belajar maka dirancanglah konsep Quantum Teaching. Quantum Teaching merupakan sebuah strategi untuk mempraktikan Quantum Learning diruang-ruang kelas, berusaha memberikan kiat-kiat, petunjuk dan seluruh proses yang menghemat waktu, mempertajam pemahaman dan daya ingat serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Berdasarkan dari tujuan proses belajar mengajar, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa untuk dapat mendapatkan wawasan luas, pembentukan sikap, dan memberikan keterampilan konsep Quantum Teaching inilah langkah atau strategi yang komprehesif untuk meraih suatu pembelajaran yang inovatif. Quantum Teaching menerapkan model pembelajaran kedalam aplikasi TANDUR. Aplikasi dari TANDUR sangat jelas manfaatnya ketika dimanfaatkan dalam kelas yang dimiliki siswa dengan tingkat antusiasme belajar yang rendah. TANDUR merupakan singkatan dari enam fase pengajaran meliputi Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. TANDUR ditujukan untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar sehingga proses penyampaian materi dapat berjalan dengan baik.

Saran
1.     Agar penggunaan model Quantum Teaching ini dapat berjalan, maka diperlukan kreatifitas yang tinggi bagi seorang guru.
2.     Sebaiknya penggunaan model harus sesuai dengan materi yang diajarkan.
3.     Guru harus mampu melibatkan semua siswa saat proses belajar mengajar. Maka, yang harus dilakukan adalah merubah posisi tempat duduk siswa.
4.     Bila diperlukan gunakan music untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa dan mendukung lingkungan belajar. Karena music membantu pelajar bekerja lebih baik dan mengingat lebih banyak.



DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Deporter, Bobbi, dkk. 2005. Mempraktikan Quantum Learning di Ruang Kelas. Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka.
Dimyati, dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. PT. Rineka Cipta dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Dwi Apik Sriyanto. 2007. Hasil Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusa Media.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

No comments:

Post a Comment

you say