ABSTRAK: Tujuan dari penulisan ini adalah untuk
mendeskripsikan tentang penerapan model pembelajaran Quantum Teaching
dalam pembelajaran matematika dengan konsep yang lebih kreatif dan inovatif
melalui aplikasi TANDUR. Quantum Teaching adalah konsep yang menguraikan
cara-cara baru dalam memudahkan proses belajar mengajar, lewat pemaduan unsur
seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang di
ajarkan. Quantum Teaching menjadikan segala sesuatu berarti dalam proses
belajar mengajar, setiap kata, pikiran, tindakan asosiasi dan sampai sejauh
mana mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran. Quantum
Teaching mempunyai aplikasi yang dinamakan dengan TANDUR. TANDUR merupakan
singkatan dari enam fase pengajaran yang meliputi Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. TANDUR ditujukan untuk
meningkatkan minat siswa dalam belajar sehingga proses penyampaian materi dapat
berjalan dengan baik.
KATA KUNCI: Model Pembelajaran Quantum Teaching, Konsep
TANDUR, Penerapan TANDUR dalam Matematika.
Pendahuluan
Pada era ini pendidikan bukan hanya menjadi
suatu kewajiban melainkan telah menjadi suatu kebutuhan mutlak yang harus di
penuhi oleh setiap individu. Dengan adanya kebutuhan maka manusia akan berusaha
untuk mencapainya agar semua kebutuhan itu terpenuhi, sama halnya dengan
pendidikan. Pendidikan merupakan suatu usaha disengaja dalam rangka mencapai
suatu tujuan yang diselenggarakan oleh suatu lembaga tertentu baik formal
maupun non-formal dengan upaya dapat mengembangkan kualitas sumber daya manusia
yang mampu bersaing dengan kehidupan yang penuh akan pengembangan ilmu
pengetahuan.
Pendidikan merupakan suatu proses yang
melibatkan unsur-unsur yang di harapkan dapat meningkatkan pendidikan menjadi
berkualitas. Guru sebagai unsur pokok penanggung jawab terhadap pelaksanaan dan
pengembangan proses belajar mengajar, diharapkan dapat meningkatkan proses
belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan
transformasi ilmu pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Untuk mencapai
efektifitas dan efisiensi tersebut, maka diperlukan adanya strategi yang tepat
dalam mencapai tujuan belajar mengajar yang diharapkan.
Dalam pembelajaran diperlukan suatu konsep
pemahaman yang tepat. Oleh karena itu guru hendaknya menanamkan konsep yang
tepat kepada para peserta didiknya, dengan metode yang kreatif dan inovatif.
Sehingga peserta didik dengan mudah mencerna pengetahuan yang telah diberikan.
Namun dalam kenyataanya pemahaman konsep sulit ditanamkan kepada peserta didik
terutama dalam pembelajaran matematika.
Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono
(1999: 297) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional
untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar. Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang
tidak sepenuhnya dapat dijelaskan, pembelajaran secara sederhana dapat
diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan
pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari
seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan
sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Matematika menurut kurikulum 2006 merupakan
ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran
penting dalam disiplin ilmu dan memajukan pola pikir manusia. Perkembangan
pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh
perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori
peluang dan diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan
diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Pelajaran mulai dari yang sederhana menuju
yang kompleks, mulai dari yang konkrit ke yang abstrak, dan mulai dari lingkungan
yang terdekat ke yang lebih luas. Jika siswa mengalami kesulitan pada awalnya,
maka diperlukan adanya kebutuhan belajar pada setiap tahapan proses belajar
mengajar, yaitu dilakukan melalui pembelajaran secara bertahap dan
berkesinambungan.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya
kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal matematika diantaranya yaitu
rendahnya minat belajar siswa terhadap matematika, kurangnya pemahaman materi,
serta penggunaan metode dan model pembelajaran yang kurang menarik ataupun
proses belajar dan mengajar yang kurang inovatif dapat berpengaruh terhadap
hasil pembelajaran. Rendahnya hasil pembelajaran tersebut juga dikemukakan oleh
Sriyanto (2007: 17) depdiknas merilis bahwa pada tahun 2005 sekitar 815.527
siswa tingkat SLTP/SLTA dinyatakan tidak lulus, angka ini meningkat 8,25% dari
tahun 2004 yang hanya 403.872 siswa. Lebih lanjut diuraikan bahwa dari jumlah
tersebut siswa yang tidak lulus untuk jenjang SMP/MTS adalah 407.065 siswa,
SMA/MA 261.750 siswa dan SMK 146.712 siswa. Sementara menurut data yang dirilis
Depdiknas pada tahun 2006 sekitar 9% siswa SMA gagal dalam ujian nasional.
Rendahnya hasil belajar tersebut juga dapat
disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang ada dalam
matematika yang dipandang merupakan seperangkat fakta yang harus dihapal, oleh
karena itu guru harus mencari cara yang dapat membuat siswa tertarik dalam
mempelajari matematika sedangkan faktor lain yang mempunyai andil yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan belajar matematika adalah pemilihan model
pembelajaran yang tepat. Pada umumnya pembelajaran yang masih sering dipakai
saat ini adalah pembelajaran tradisional, dimana guru yang selalu aktif
sedangkan siswa pasif. Menurut Soedjana (dalam kertiasa, 2008: 1) menyatakan
dalam model mengajar tradisional, seorang guru dianggap sebagai sumber ilmu,
guru bertindak otoriter dan mendominasi kelas. Guru langsung mengajar materi
matematika, membuktikan semua dalil-dalilnya dan memberikan contoh-contohnya. Sebaliknya
murid harus duduk dengan rapi mendengarkan dengan tenang dan berusaha meniru
cara-cara guru, membuktikan dalil dan cara guru mengerjakan soal-soal. Peserta
didik pada umumnya kurang diberikan kesempatan untuk berinisiatif, mencari
jawaban sendiri, merumuskan dalil-dalil. Peserta didik pada umumnya dihadapkan
pada pertanyaan ‘bagaimana menyelesaikan
soal’ bukan kepada ‘mengapa menyelesaikannya demikian’. Oleh karena itu guru harus berperan aktif
untuk membangkitkan kembali minat dan semangat belajar siswa dalam pembelajaran
matematika. Untuk dapat mewujudkan hal ini guru tidak cukup hanya dengan
memberikan pengetahuan, melainkan juga mengkondisikan peserta didik untuk mau
bertanya, memperhatikan, mengamati dan menemukan konsep sendiri sehingga
peserta didik tidak merasa bosan dan termotivasi untuk belajar lebih giat.
Penggunaan model
merupakan cara yang ditempuh guru untuk menciptakan proses pembelajaran yang
menyenangkan dalam rangka peningkatan pembelajaran. Salah satu strategi
pembelajaran yang menyenangkan dan menyebabkan siswa aktif adalah dengan
menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching. Model
pembelajaran ini menekankan kegiatannya pada pengembangan potensi manusia
secara optimal melalui cara-cara yang sangat manusiawi, yaitu: mudah,
mentenangkan dan memberdayakan. Setiap anggota komunitas belajar dikondisikan
untuk saling mempercayai dan saling mendukung. Siswa dan guru berlatih dan
bekerja sebagai pemain tim guna mencapai kesuksesan bersama dalam konteks ini,
sukses guru adalah suskses siswa, dan sukses siswa adalah sukses guru. Quantum Teaching menerapkan model
pembelajaran kedalam aplikasi TANDUR. Aplikasi dari TANDUR sangat jelas
manfaatnya ketika dimanfaatkan dalam kelas yang dimiliki siswa dengan tingkat
antusiasme belajar yang rendah. TANDUR merupakan singkatan dari enam fase
pengajaran meliputi Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan
Rayakan. TANDUR ditujukan untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar sehingga
proses penyampaian materi dapat berjalan dengan baik.
Model Pembelajaran
Quantum Teaching
Pengertian model
pembelajaran Quantum Teaching
Quantum Teaching pertama kali dipakai oleh Deporter. Mulai di praktekkan pada tahun 1992.
Dengan teorema yang terkenal dalam fisika kuantum yaitu masa kali percepatan cahaya
kuadrat sama dengan energi. Dari rumusan itulah dapat didefinisikan bahwa kuantum
adalah sebuah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Dengan demikian, Quantum
Teaching berarti pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansannya
yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan
momen belajar dalam kelas. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk
belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Sehingga dapat mengubah
kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi
mereka sendiri dan orang lain. Segala hal yang dilakukan dalam kerangka Quantum
Teaching yaitu setiap interaksi dengan siswa, setiap rancangan kurikulum,
dan metode intruksional dibangun diatas prinsip “Bawalah dunia mereka ke
dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Hal ini mengingatkan
kita pada pentingnya memasuki dunia
murid sebagai langkah pertama mendapatkan hak sebagai pengajar.
Quantum Teaching di ciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intelligences (Gardner),
Neuro-Linguistic programming (Grinder dan Bandler), Experiential
Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning
(Johnson dan Johnson) dan elements of effective interaction
(Hunter). Quantum Teaching merangkaikan yang paling baik dari yang
terbaik menjadi sebuah paket multisensorik, multi
kecerdasan dan kompatibel dengan otak, yang pada akhirnya
akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami
dan kemampuan murid untuk berprestasi.
Untuk menjadi seorang Quantun Teacher maka seorang guru harus mampu mengorkestrasi
pembelajaran sesuai dengan modalitas dan gaya para pengajarnya. Quantum
Teacher juga
harus mampu mengajarkan keterampilan hidup
ditengah-tengah keterampilan akademis, mencetak atribut mental/fisik/spiritual
para siswanya. Karena Quantum Teacher harus dapat mendahulukan
interaksi dalam lingkungan belajar, memperhatikan kualitas interaksi antar
pelajar, antara pelajar dan guru dan antara pelajar dan kurikulum. Selain itu Quantum
Teacher juga diharapkan mampu menjalankan tujuh pedoman untuk presentasi
yang sukses saat dalam proses pembelajaran. Diantaranya, adalah memahami secara
spesifik apa yang guru inginkan terjadi dalam setiap bagian proses belajar,
membangun kredibilitas dan membina hubungan yang baik dengan siswa,
menyesuaikan pelajaran dengan kebutuhan mereka, mengubah keadaan siswa hingga
mencapai keadaan target, melibatkan modalitas siswa, memanfaatkan ruangan
dengan baik, dan menyampaikan pesan yang terbuka, jujur dan adil secara tulus dan kongruen.
Model ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran
pada semua jenjang dan jenis pendidikan, hanya saja diantaranya disesuaikan
dengan siapa yang menjadi peserta didik dan apa mata pelajarannya. Model ini
merupakan proses pembelajaran yang akrab dan menyenangkan baik bagi peserta
didik maupun pendidik dalam proses pembelajaran. Oleh Karena itu, proses
pembelajaran ini sangat membutuhkan guru yang menguasai materi ajar dan
mempunyai sifat peramah bukan pemarah.
Selain itu Quantum Teaching juga memiliki
lima prinsip, atau kebenaran tetap. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1)
Segalanya berbicara.
Segalanya dari
lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga
rancangan pelajaran, dari alat bantu mengajar sampai alat peraga, semuanya
mengirim pesan tentang belajar.
2)
Segalanya bertujuan.
Semua yang terjadi
dalam pengubahan kita, mempunyai tujuan. Oleh karena itu, Kathy Wagone membuat
istilah yang memotivasi: “Tetapkanlah sasaran tersebut agar bisa berprestasi
setiap harinya”.
3)
Pengalaman sebelum pemberian nama.
Otak kita berkembang
pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakan rasa ingin tahu,
oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah
mengalami informasi sebelum memperoleh kesimpulan dari apa yang mereka
pelajari.
4)
Akui setiap
usaha.
Belajar matematika
jelas mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan, maka
mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
5)
Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
Perayaan adalah serapan pelajaran
sukses, perayaan atau pemberian penguatan akan memberikan umpan balik mengenai
kemajuan dan meningkatkan emosi positif dalam belajar matematika. Sehubungan
dengan itu, Dryden berpesan bahwa ingatlah selalu untuk merayakan setiap
keberhasilan.
Strategi
Pembelajaran Quantum
1)
Mengorkestrasikan suasana yang menggairahkan.
Suasana kelas adalah penentu psikologi utama yang mempengaruhi belajar
akademis menurut Walberg dan Greenberg. Adapun kunci untuk membangun suasana
tersebut adalah :
a)
Kekuatan terpendam ( NIAT ).
Niat guru atau kekuatan akan kemampuan sangat berpengaruh pada kemampuan
itu sendiri untuk dapat memotivasi peserta didik pandangan guru akan
lebih cepat.
b)
Jalinan rasa simpati dan saling pengertian.
Dengan membangun jalinan rasa simpati dan saling
pengertian dapat membangun jembatan menuju kehidupan dunia baru mereka,
mengetahui minat kuat mereka dan berbicara dengan bahasa hati mereka.
c)
Keriangan dan ketakjuban.
Keriangan dan ketakjuban dapat membawa siswa
siap belajar dan lebih mudah dan bahkan mengubah sikap negatif. Bentuk
keriangan atau kegembiraan yang biasa digunakan adalah : tepuk
tangan, tiga kali hore, wuus, jentikan jari, poster umum, catatan pribadi,
persekongkolan, pengakuan kekuatan, kejutan, pujian pada teman sebangku,
pernyataan afirmasi dan “wow”.
d)
Rasa saling memiliki.
Rasa saling memiliki akan mempercepat proses
pengajaran dan meningkatkan rasa tanggung jawab
peserta didik misalnya : tepuk, wow, sebelum
memulai belajar, menepuk segmen, mengakhiri segmen tertentu.
e)
Keteladanan.
Memberi teladan adalah salah satu cara ampuh
untuk membangun hubungan dan memahami orang lain serta akan menambahkan
kekuatan kedalam pembelajaran.
2) Mengorkestrasikan
landasan yang kukuh.
a) Tujuan yang sama.
Tujuan yang sama yaitu mengembangkan kecakapan
dalam mata pelajaran, menjadi pelajar yang lebih baik dan
berinteraksi sebagai pemain tim.
b) Prinsip-prinsip dan nilai yang
sama.
Satu set prinsip tersebut adalah 8 kunci keunggulan yaitu : 1) Integritas
(kejujuran), 2) kegagalan awal kesuksesan, 3) bicaralah dengan baik, 4) hidup
disaat ini, 5) komitmen, 6) tanggung jawab, 7) sikap luwes, 8) kesinambungan.
c) Keyakinan akan kemampuan pelajar,
belajar dan mengajar.
Seorang guru harus yakin dengan kemampuan belajar siswanya. Mulailah
mengajar dari sudut pandang bahwa guru biasa menjadi luar biasa, maka akan
berpengaruh pada orang-orang disekitar khususnya peserta didik.
d) Kesepakatan,
kebijakan, prosedur dan peraturan.
Kesepakatan: lebih
informal daripada peraturan, dan konkret untuk melancarkan jalannya pelajaran.
Kebijakan: mendukung
komunitas belajar.
Prosedur: memberitahu
peserta didik apa yang diharapkan dan tindakan apa yang diambil.
3) Mengorkestrasikan
lingkungan yang mendukung.
a) Lingkungan
sekeliling.
Gunakan poster ikon (simbol),
poster afirmasi (motivasi dan gunakan warna).
b) Alat
bantu yakni benda yang mewakili gagasan.
c) Pengaturan
bangku.
Misalkan mengatur bangku menjadi bentuk setengah
lingkaran untuk diskusi kelompok besar yang dipimpin oleh seorang fasilitator.
d) Tumbuhan, aroma, hewan peliharaan dan unsur organik lain
dikondisikan dengan serasi.
e) Musik.
Musik membantu pelajar bekerja lebih baik dan
mengingat lebih banyak, merangsang, meremajakan, dan memperkuat belajar baik
secara sadar maupun tidak sadar.
4) Mengorkestrasikan
perencanaan pengajaran
yang dinamis.
a) Dari
dunia mereka ke dunia kita.
Maksudnya seorang guru harus mampu menjembatani
jurang antara dunia siswa dengan dunia gurunya. Hal ini memudahkan guru
membangun jalinan antara guru dengan siswa.
b) Modalitas
Vak ( Visual Auditorial Kinestik ).
a. Visual,
ciri-ciri: Teratas, memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan, mengingat
dengan gambar, lebih suka membaca daripada dibacakan, membutuhkan gambaran dan
tujuan menyeluruh untuk meningkatkan daya serap membutuhkan untuk dilihat dan
diamati senang.
b. Auditorial,
ciri-ciri: Perhatian mudah pecah, berbicara dengan pola
berirama, belajar dengan cara mendengarkan, dan bersuara saat membaca untuk
meningkatkan daya serat menggunakan suara seperti nyanyian, puisi bahkan diskusi.
c. Kinestik, ciri-ciri: mudah
Mengingat dan ungkapan wajah banyak bergerak / belajar langsung dengan
mengerjakan, senang dengan kegiatan fisik untuk meningkatkan daya serap, menggunakan
media, senang dengan kegiatan fisik untuk meningkatkan daya serap, menggunakan media
yang dapat dipegang dan disentuh langsung.
d. Model
kesuksesan dari sudut pandang.
Ada dua faktor utama yang membantu menentukan kesuksesan siswa yakni
kesulitan pelajaran dan derajat resiko pribadi. Hal-hal yang dapat dilakukan
guru untuk kesuksesan siswanya yakni, saat memperkenalkan isi pelajaran selalu
meyakinkan dengan menggunakan unsur V-A-K, sering melakukan pengulangan,
membuat kelompok kecil untuk memantapkan belajar dan menyelesaikan secara
perorangan.
c) Kecerdasan
berganda bertemu Slum-n-Bil.
Kecerdasan yang dimaksud di sini adalah spesial visual, linguistik verbal,
interpersonal, musikal ritmik, naturalis badan kinestik dan logika matematika. Tetapi seorang guru harus keluar
dari zona nyaman dalam mengajar dan merancang pengajaran siswa harus diberi kesempatan mengatur kecerdasan sesuai dengan
potensinya.
d) Penggunaan
metafora, perumpamaan dengan sugesti.
Metafora dapat membantu menghidupkan
konsep-konsep yang dapat terlupakan memunculkannya ke dalam otak secara mudah dan cepat. Perumpamaaan akan memudahkan siswa
untuk lebih mengerti sugesti memiliki kekuatan mendalam.
Karakteristik Model
1) Sintakmatik.
Agar proses pembelajaran dengan
model Quantum Teaching ini dapat benar-benar sedinamis mungkin. Maka,
perlu melalui tahap-tahapan di bawah ini yang sering dikenal sebagai kerangka
rancangan Quantum Teaching TANDUR yaitu :
a) Tahap
pertama: Tumbuhkan.
Pada langkah ini guru harus menumbuhkan motivasi
dan semangat belajar siswa. Dan memberi tahu siswa bahwa merekalah yang
bertanggung jawab atas pendidikan mereka sendiri, mengaitkan pelajarn dengan
masa depan dan berguna dalam dunia nyata. Sehingga mereka tahu apa manfaat dari
apa yang sedang mereka pelajari bagi diri mereka biasannya
dikenal dengan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku).
b) Tahap
Kedua: Alami.
Guru memberikan pengalaman kepada siswa dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Karena
pengalaman membangun keingintahuan siswa dan dapat menciptakan beberapa
pertanyaan dalam benak mereka. Saat pengalaman terbentang, guru mengumpulkan
informasi untuk memaknai pengalaman tersebut. Informasi ini
membuat yang abstrak menjadi konkrit.
c) Tahap
Ketiga: Namai.
Setelah membuat siswa penasaran,
penuh pertanyaan mengenai pengalaman mereka, maka penamaan dapat memuaskan keingintahuan
siswa. Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas,
mengurutkan, dan mendefinisikan. Penamaan merupakan informasi, fakta, rumus,
pemikiran, tempat dan sebagainya. Guru menyediakan kata
kunci, konsep, model, rumus, strategi dan sebuah masukan.
d) Tahap
Keempat: Demonstrasi.
Guru diharapkan dapat memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Guru memberikan
peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam
pembelajaran yang lain dalam kehidupan mereka serta mampu memperagakan tingkat kecakapan mereka dengan
pengetahuan yang baru saja mereka miliki.
e) Tahap
Kelima: Ulangi.
Siswa diberi kesempatan untuk mengajarkan
pengetahuan baru mereka kepada orang lain. Tentunya, dengan menggunakan cara yang berbeda dari asalnya. Pengulangan
memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”.
Dan tentunya menunjukan pelajar cara-cara mengulang materi yang telah dibahas.
f) Tahap Keenam: Rayakan.
Pada langkah terakhir ini, saatnya untuk
memberikan penghormatan atas usaha, keberhasilan dan
ketekunan yang dilakukan dengan perayaan. Hal ini akan memperkuat kesuksesan
dan memberi motivasi siswa. Perayaan disini dapat dilakukan dengan memberikan
pujian, bernyanyi, bermain tepuk, pesta kelas dll.
2) Sistem social.
Sistem sosial model
ini menghendaki guru berangkat dari asumsi bahwa guru hanya sebagai fasilitator
dan reflektor saja, yang lebih
di utamakan adalah keaktifan siswa. Karena siswa bertanggung jawab penuh atas pendidikan
mereka sendiri. Peran guru lebih dari sekedar pemberi ilmu pengetahuan, tetapi
guru adalah rekan belajar, model, pembimbing dan mengubah kesuksesan siswa.
Artinya, kewenagan dibagi antara siswa dan guru. Norma yang berlaku terletak
pada kebebasan berfikir dan berpeilaku saat dalam proses pembelajaran. Ganjaran
yang dipakai tidak bersifat hukuman namun perayaan. Karena perayaan dapat
memperkuat kesuksesan dan motivasi siswa. Misalnya, berupa pujian,tepuk tangan,
empati dari guru dll. Dan untuk menata suasana hati
siswa, dapat digunakan musik saat
proses pembelajaran.
Guru menanamkan nilai dan keyakinan yang positif
dalam diri siswa. Mengutamakan keberagaman dan kebebasan sebagai kunci
interaksi dan bersifat humanistik. Guru juga
menyeimbangkan ketermpilan akademis, keterampilan hidup dan
prestasi material siswanya. Serta mengintegrasikan totalitas tubuh dalam
proses pembelajaran, sehingga pembelajaran bisa berlangsung nyaman dan hasilnya
optimal.
3) Prinsip-prinsip
reaksi.
Prinsip-prinsip reaksi dalam model pembelajaran ini diantaranya adalah:
a) Guru mendekati siswa dan
menciptakan AMBAK (Apa Manfaatnya BagiKu) dan memupuk sikap juara pada siswa. Sehingga siswa memahami bahwa kegagalan itu
keberhasilan yang tertunda.
b) Guru
memberikan lingkungan belajar yang tepat agar siswa mampu berinteraksi.
c) Memberikan kesempatan siswa untuk memanfaatkan
keterampilan yang mereka miliki dan berpikir
kreatif dalam segala situasi.
d) Guru
harus mengetahui karakteristik masing-masing siswanya baik itu visual auditorial atau kinestetik. Agar pembelajaran
dapat diterima baik oleh siswa meski mereka mempunyai karakteristik yang
berbeda.
e) Merayakan
keberhasilan yang telah dilakukan oleh siswa saat mereka mampu menyelesaikan
tugasnya. Hal ini akan memacu motivasi dan kepercayaan diri siswa.
4) Sistem pendukung.
Sarana yang dibutuhkan dalam model pembelajaran
ini berbeda-beda, tergantung pada fungsi dari pembelajaran itu sendiri. Jika
pembelajaran itu berhubungan dengan kontra akademik, maka sumber-sumber yang sesuai harus tersedia. Namun jika pembelajaran itu
berbicara tentang penyuluhan terhadap masalah perilaku, maka tidak diperlukan
sumber, tapi cukup dengan keterampilan guru dalam menyuluh.
Berdasarkan dua kasus
tersebut, maka untuk mengatasinya diperlukan adanya susunan ruang yang
memungkinkan untuk pelaksanaan pembelajaran dengan metode ini. Sehingga kapanpun siswa dapat mengubah posisi
duduk mereka sesuai dengan kondisi. Dan hal ini akan memudahkan siswa untuk
merealisasikan masalah secara tepat dan memadai tanpa diburu-buru oleh waktu.
Selain itu, alunan musik juga dapat mendukung konnsentrasi siswa dalam
belajar. Serta membuat siswa lebih rileks saat menerima pelajaran.
5) Dampak
intruksional dan penyerta.
Model pembelajaran Quantum Teaching
memberikan dampak intruksional pada siswa yaitu :
a) Kemapuan
verbal adalah kemampuan untuk mengungkapan pengetahuan dalam bentuk bahasa
lisan ataupun verbal.
b) Kemampuan
keterampilan intelektual adalah kepekaan yang berhubungan dengan lingkungan
serta mempresentasikan konsep dan lambang.
c) Kemampuan kognitif adalah
kemampuan menyalurkan dan mengarahkan kognitifnya sendiri, kemampuaan ini
meliputi konsep dan kaidah memecahkan masalah.
d) Keterampilan motorik adalah
kemampuan serangkaian jasmani antara koordinasi otak dengan tubuh.
e)
Kemampuan sikap adalah kemampuan menerima atau
menolak objek berdasar penelitian terhadap objek tersebut.
Disamping
itu terdapat pula dampak penyerta, yaitu: menimbulkan
semangat kreativitas pada siswa, memupuk
solidaritas antar siswa dan menambah nilai dan
prestasi belajar siswa.
Kelebihan dan kekuran model pembelajaran
1) Kelebihan
model pembelajaran :
a) Dapat
membimbing peserta didik kearah berfikir yang sama dalam satu saluran pikiran
yang sama.
b) Karena Quantum
Teaching lebih melibatkan siswa, maka saat proses pembelajaran perhatian
murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting
oleh guru, sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti.
c) Karena
gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan
yang banyak.
d) Proses pembelajaran menjadi lebih
nyaman dan menyenangkan.
e) Siswa dirangsang untuk aktif
mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan dapat mencoba
melakukannya sendiri.
f) Karena model pembelajaran Quantum
Teaching membutuhkan kreativitas dari seorang guru untuk merangsang
keinginan bawaan siswa untuk belajar, maka secara tidak langsung guru terbiasa
untuk berfikir kreatif setiap harinya.
g) Pelajaran yang diberikan oleh
guru mudah diterima atau dimengerti oleh siswa.
2) Kekurangan
Model Pembelajaran
a)
Model ini memerlukan kesiapan dan perencanaan
yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin
terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.
b)
Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya
yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.
c)
Karena dalam metode ini ada perayaan untuk
menghormati usaha seseorang siswa baik berupa tepuk tangan, jentikan jari,
nyanyian dll. Maka dapat mengganggu kelas lain.
d)
Banyak memakan waktu dalam hal persiapan.
e)
Model ini memerlukan keterampilan guru secara
khusus, karena tanpa ditunjang hal itu, proses pembelajaran tidak akan efektif.
f)
Agar belajar dengan model pembelajaran ini
mendapatkan hal yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran. Namun
kadang-kadang ketelitian dan kesabaran itu diabaikan. Sehingga apa yang
diharapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya.
Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching dalam Materi Permutasi
dan Kombinasi
Penggunaan model pembelajaran dalam pelajaran matematika sangatlah
diperlukan, mengingat matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam
dunia pendidikan. Hal ini disebabkan karena penggunaan model pembelajaran dapat
menciptakan kegiatan belajar mengajar lebih menyenangkan dan efeknya peserta
didik akan lebih mudah menyerap materi yang diajarkan. Terkait dengan
pembelajaran yang menyenangkan model Quantum Teaching dinilai sebagai
model pembelajaran yang sangat efektif. Matematika sangat penting dalam
kehidupan manusia seperti halnya permutasi dan kombinasi yang merupakan bagian
dari ilmu peluang. Di dalam materi permutasi dan kombinasi peserta didik
terkadang keliru bahkan kesulitan membedakan antara soal permutasi dan
kombinasi. Di dalam penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dalam
materi permutasi dan kombinasi penulis menggunakan metode inquiri, ekspositori,
diskusi dan tanya jawab dan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching,
dengan jumlah siswa kurang lebih 20 dan menggunakan media kartu sebagai media
pendukung model, berikut ini adalah langkah-langkah penerapan model
pembelajaran Quantum Teaching dalam materi Permutasi dan Kombinasi yang terdiri
dari tiga tahap yaitu 1) tahap pendahuluan, 2) tahap inti, 3) tahap penutup.
Tahap pendahuluan: guru memasuki ruang kelas dan siswa duduk rapi ditempat duduk
masing-masing. Guru mengucapkan salam dan siswa menjawab salam. Ketika sudah
mengucapkan salam guru menunjuk ketua kelas untuk memimpin doa dan ketua kelas
menertibkan anggotanya dan memimpin doa. Setelah berdoa selesai guru menanyakan
kabar siswa-siswanya dan siswa menjawab, hal ini dapat menciptakan keakraban
didalam kelas. Setelah menyapa siswanya guru mengabsen siswa dan siswa yang di
absen mengacungkan tangan sambil mengucapkan “Hadir”, ketika ada siswanya yang
tidak hadir guru menanyakan kepada ketua kelas alasan siswa tidak hadir dan
ketua kelas memberikan keterangan. Sebelum pembelajaran dimulai guru memutarkan
musik yang bertujuan untuk mengkondusifkan suasana belajar agar menjadi ceria,
rileks tidak membosankan dan dapat membuat pikiran siswa menjadi bersemangat
untuk belajar dan siswa mendengarkan tetapi tetap terfokus pada materi yang
akan di ajarkan. Guru berkata bahwa musik ini dapat menyeimbangkan otak kanan
dan kiri siswa menjawab siap. Setelah semuanya siap guru memberi tahu materi
yang akan dipaparkan yaitu “Permutasi dan Kombinasi”, setelah memberi tahu
materi guru menjelaskan tujuan pembelajarannya yaitu: 1) peserta didik mampu
memliki motivasi internal, kemampuan bekerja sama, konsisten dan disiplin, 2) peserta
didik mampu menerapkan dan mendeskripsikan berbagai konsep dan prinsip
permutasi dan kombinasi dengan baik, 3) peserta didik mampu mengidentifikasi
masalah nyata dan menerapkan aturan perkalian, permutasi dan kombinasi dengan
tepat. Dan siswa mendengarkan. Setelah memaparkan tujuan pembelajaran guru
memberikan motivasi kepada siswanya berupa video motivasi yang dapat menggerakkan
hati siswa agar dapat bangkit dan mempunyai tekad yang kuat dan semangat yang
tinggi untuk belajar, karena belajar dapat mengantarkan kita ke gerbang
kesuksesan, dan siswa menonton video, setelah video diputar guru memberikan
pertanyaan kepada siswanya mengenai makna dari video yang di putar, setelah
beberapa saat guru menunjuk siswa, dan siswa yang di tunjuk menjawab pertanyaan
guru.
Tahap inti: sebelum memberikan
materi guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok setiap kelompok berisi
siswa dengan tingkat kecerdasan yang heterogen, yang terdiri dari 5-6 siswa,
dan siswa yang namanya tercantum dalam kelompok harus berkumpul dengan anggota
kelompok masing-masing dengan posisi duduk yang sudah diatur dan siswa
berkumpul dengan kelompoknya. Guru menginstruksikan kepada ketua kelompok untuk
maju kedepan, dan mengambil kartu yang berisikan nama kelompok yaitu 1) komputer,
2) kata sandi, 3) RPG game; 4) bahasa pemograman, dan ketua kelompok mengambil
kartu yang ada di depan secara acak tanpa mengetahui nama kelompoknya. Setelah
itu guru mempersilahkan ketua kelompok untuk kembali ke kelompoknya, ketua
kelompok kembali ke kelompok masing-masing. Guru menginstruksikan kepada setiap
kelompok untuk membuka kartu yang didapatnya dan siswa membukanya. Setelah
mengetahui nama kelompok guru menginstruksikan kepada masing-masing kelompok
untuk mendeskripsikan/membuat kalimat yang berhubungan dengan nama kelompok dengan
waktu satu menit dan setiap kelompok membuat kalimat dengan waktu satu menit.
Setelah satu menit berlalu guru menunjuk setiap kelompok untuk mengutarakan
kalimat yang telah dibuat oleh masing-masing kelompok, masing-masing kelompok
menunjuk salah satu perwakilannya untuk menjawab. Setelah semuanya menjawab
guru menjelaskan maksud dari nama-nama kelompok yang berkaitan dengan materi,
dan siswa merespon bingung dan bertanya antara hubungan karti itu dengan materi
permutasi dan kombinasi, guru mulai menjelaskan hubungan antara nama dan materi
yaitu berupa manfaat dari pembelajaran permutasi dan kombinasi antara lain: 1) untuk mencari persamaan logika yang rasional yang
dapat diterjemahkan kedalam komputer melalui bahasa pemograman, 2) komputer
dapat melakukan perhitungan logika rasional sistematis secara cepat dan tepat,
3) keterbatasan komputer dapat diatasi dengan logika matematis, sedangkan
persoalan matematis dapat dikomputerisasikan layaknya menghitung banyaknya
pasir dalam timbangan, 4) penerapan pada
ilmu enskripsi atau keamanan kode (kata sandi) dimana dalam beberapa algoritma
enskripsi seperti Rijndael dan Serpent, 5) penerjemahan didalam bahasa
komputer, dimana dengan mengimplementasikan permutasi pada complier
bahasa pemrograman bisa lebih efisien, 6) dalam permainan acak kata atau scrabble
adalah salah satu implementasi permutasi dalam algoritma permainan 7) teknik
sistem dan hukum peluang dalam aplikasi, 8) system critical change dan evade
chance dalam permainan game khususnya game RPG, 9) permutasi (dan
kombinasi) merupakan cabang dari matematika diskrit yang merupakan dasar untuk
mempelajari dalam bidang ilmu komputer. Dengan diberitahukannya manfaat dari
pembelajaran maka diharapkan siswa dapat lebih bersemanagat lagi dan merasa
antusias bahwa mereka harus mempelajari materi ini, ketika guru memaparkan
manfaat belajar permutasi siswa mendengarkan dan memperhatikan apa yang
disampaikan guru. Setelah memaparkan manfaat guru melanjutkan dengan memberikan
materi permutasi dan kombinasi berdasarkan pada penerapan di kehidupan
sehari-hari dan siswa mendengarkan. Berikut contoh materi permutasi dan
kombinasi:
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering
menghadapi masalah pengaturan suatu obyek yang terdiri dari
beberapa unsur, baik yang disusun dengan mempertimbangkan urutan sesuai dengan posisi yang diinginkan maupun
yang tidak. Misalnya menyusun kepanitiaan
yang terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara
dimana urutan untuk posisi tersebut dipertimbangkan atau memilih beberapa orang untuk mewakili sekelompok orang
dalam mengikuti suatu kegiatan yang dalam
hal ini urutan tidak menjadi pertimbangan. Dalam matematika, penyusunan obyek yang terdiri dari beberapa unsur dengan
mempertimbangkan urutan disebut dengan
permutasi, sedangkan yang tidak mempertimbangkan
urutan disebut dengan kombinasi.
Permutasi
Permutasi adalah penyusunan kumpulan angka/objek
dalam berbagai urutan-urutan yang berbedatanpa ada pengulangan. Dalam
permutasi urutan diperhatikan, untuk menghitung banyak permutasi n unsur jika
disusun berdasarkan k unsur k kita dapat menggunakan rumus :
dimana k≤n.
contoh :
1. Di kantor pusat sebuah perusahaan
besar terdapat 3 orang staff yang dicalonkan untuk mengisi kekosongan 2 kursi
pejabat eselon IV. Tentukan banyak cara yang dapat dipakai untuk mengisi
jabatan tersebut?
jawab : Permutasi P (3,2), dengan n =3 (banyaknya staff) dan k =2 (jumlah
posisi yang akan diisi)
2. Misalkan terdapat 5 angka
3,4,5,6, dan 7. Tentukan berapa banyak bilangan lebih dari 400 yang dapat
dibentuk untuk membuat angka yang terdiri dari 3 digit dan tidak berulang?
Jawab :
Jawab :
- karena
bilangannya lebih dari 400 maka kotak pertama dapat diisi dengan 4 angka
yaitu 4,5,6, dan 7
- karena
tidak boleh berulang maka kotak kedua dan ketiga masing-masing dapat diisi
diisi 4 angka dan 3 angka
- jadi
total angka yang lebih dari 400 ada 4 x 4 x 3 = 48 angka
Permutasi Unsur-Unsur yang Sama
Jumlah suatu permutasi jika terdapat unsur-unsur yang sama dapat dihitung
menggunakan rumus :
contoh :
1.
Tentukan berapa banyak susunan kata yang dapat dibentuk dari kata
MATEMATIKA tanpa perulangan?
Jawab : kata MATEMATIKA terdapat 10 unsur dimana unsur yang sama terdapat
pada M=2 T=2 A=3, sehingga kata yang dapat dibentuk dari kata MATEMATIKA tanpa
adanya pengualangan yaitu terdapat 10!/2! 2! 3!=151.200 cara.
Permutasi Siklis
Permutasi Siklis merupakan permutasi yang dibuat dengan menyusun
unsur secara melingkar menurut arah putaran tertentu. Rumus yang biasa
digunakan untuk menghitung permutasi siklis yaitu (n-1)!
contoh :
1. Terdapat 5 orang calon presiden
di tahun 2014 sedang berdiskusi, mereka duduk disebuah meja berbentuk
lingkaran. Tentukan terdapat berapa cara untuk menyusun kursi para calon
presiden tersebut?
Jawab: Cara untuk
menyusun kursi para calon presiden yaitu (5-1)!=4!=4x3x2x1=24 cara
2. Jika terdapat 5 buah kelereng
yang disusun melingkar, berapa banyak cara susunan melingkar dari kelereng
tersebut tanpa adanya pengulangan?
Jawab: Cara untuk menyusun
kelereng secara melingkar yaitu (5-1)!/2=24/2=12 (permutasi objek-objek yang
sejenis).
Kombinasi
Kombinasi sama halnya dengan permutasi, yang menjadikan mereka berbeda
yaitu pada permutasi memperhatikan urutan sedangkan pada kombinasi tidak
memperhatikan urutan. Misalnya saja terdapat 5 buah baju dengan warna yang
berbeda yaitu merah, kuning, hijau, biru, hitam ketika kita diminta memilih 3 dari
5 baju yang tersedia tersebut. Ketika kita memilih baju warna hitam, merah dan
kuning akan sama halnya jika kita memilih biru, merah dan kuning. Disinilah
perbedaan kombinasi dan permutasi, untuk menentukan kombinasi kita dapat
menggunakan rumus :
contoh :
1.
Seorang koki telah menyiapkan 20 jenis masakan untuk menjamu pemilik
restaurant tempat dia bekerja yang akan berkunjung. Dari 20 menu dia akan
memilih 11 menu yang akan disajikan, tentukan terdapat berapa banyak cara
pemilihan menu yang akan digunakan untuk menjamu pemilih restaurant? (tidak
memperhatikan urutan)
Jawab:
2.
Pada sebuah acara silaturahmi dihadiri oleh 60 orang, terdapat berapa
jumlah jabat tangan yang terjadi?
jawab:
Ketika 60 orang tersebut saling berjabat tangan maka satu orang akan berjabat
tangan dengan 59 orang. Akan tetapi jika A berjabat tangan dengan B akan sama
halnya jika B berjabat tangan dengan A maka harus dibagi 2 sehingga jumlah
jabat tangannya yaitu 59×60/2=1770 jabat tangan.
Setelah guru selesai menyampaikan materi
guru membagi lembar kerja kepada masing-masing kelompok. Masing-masing kelompok
mendiskusikan permasalahan dengan diiringi musik instrumental. Guru mengontrol
dan membimbing kerja kelompok. Siswa/kelompok yang belum paham bertanya kepada
guru dan guru menjelaskan. Ketika waktu diskusi telah berakhir guru meminta
kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi masing-masing
kelompok. Masing-masing kelompok menunjuk salah satu perwakilan anggota untuk
mempresentasikan hasil diskusi. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok
lai untuk mengajukan pertanyaan,
kelompok lain mengajukan pertanyaan dan kelompok yang mendapat pertanyaan harus
menjawab pertanyaan itu dengan dibantu semua anggota kelompok. Setelah hasil
diskusi selesai guru mengevaluasi hasil diskusi tiap kelompok dan guru
memberikan penghargaan untuk kelompok yang mempresentasikan dengan baik.
Tahap penutup: guru memberikan
pertanyaan mengenai apa yang telah dipelajari hari ini, dengan menunjuk salah
satu siswa, siswa yang ditunjuk menjawab pertanyaan guru ketika jawaban siswa
tidak sesuai dengan pertanyaan maka guru tetap memberikan pujian terhadap siswa
yang telah menjawab. Guru menunjuk beberapa siswa lainnya, setelah mendapatkan
jawaban dari siswanya guru menarik kesimpulan tentang materi yang telah di
pelajari, guru memberikan tugas sebagai PR dan siswa mecatat, setelah selesai
guru mengakhiri pembelajaran dengan menggunakan salam penutup dan siswa
menjawab.
PENUTUP
Simpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa: Quantum Teaching merupakan konsep dari Quantum Learning
yang mempunyai motto membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan. Dari konsep Quantum
Learning yang akan diterapkan dalam dunia bisnis maka dibuatlah Quantum
Bisnis. Begitu pula konsep Quantum Learning yang akan diterapkan dalam
interaksi belajar maka dirancanglah konsep Quantum Teaching. Quantum
Teaching merupakan sebuah strategi untuk mempraktikan Quantum Learning
diruang-ruang kelas, berusaha memberikan kiat-kiat, petunjuk dan seluruh proses
yang menghemat waktu, mempertajam pemahaman dan daya ingat serta membuat
belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Berdasarkan dari
tujuan proses belajar mengajar, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa untuk
dapat mendapatkan wawasan luas, pembentukan sikap, dan memberikan keterampilan
konsep Quantum Teaching inilah langkah atau strategi yang komprehesif
untuk meraih suatu pembelajaran yang inovatif. Quantum Teaching
menerapkan model pembelajaran kedalam aplikasi TANDUR. Aplikasi dari TANDUR sangat
jelas manfaatnya ketika dimanfaatkan dalam kelas yang dimiliki siswa dengan
tingkat antusiasme belajar yang rendah. TANDUR merupakan singkatan dari enam
fase pengajaran meliputi Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan
Rayakan. TANDUR ditujukan untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar sehingga
proses penyampaian materi dapat berjalan dengan baik.
Saran
1.
Agar penggunaan model Quantum Teaching ini dapat berjalan, maka
diperlukan kreatifitas
yang tinggi bagi seorang guru.
2.
Sebaiknya penggunaan model harus sesuai dengan materi yang diajarkan.
3.
Guru harus mampu melibatkan semua siswa saat proses belajar mengajar. Maka,
yang harus
dilakukan adalah merubah posisi tempat duduk siswa.
4.
Bila diperlukan gunakan music untuk menata suasana hati, mengubah keadaan
mental siswa dan mendukung lingkungan belajar. Karena music membantu pelajar
bekerja lebih baik dan mengingat lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2006.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Deporter, Bobbi, dkk. 2005. Mempraktikan Quantum
Learning di Ruang Kelas. Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka.
Dimyati, dan Mudjiono. 1999. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta. PT. Rineka Cipta dan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Dwi Apik Sriyanto.
2007. Hasil Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusa Media.
Sanjaya, Wina.
2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media.
Sudjana,
Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
No comments:
Post a Comment
you say