TEAM BUILDING LEARNING PARTNERSHIP
Makalah diajukan untuk mengikuti mata kuliah metode pembelajaran matematika
DISUSUN OLEH:
KELAS: R
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TEKNIK MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2015
Pengembangan Model Pembelajaran TEAM BUILDING LEARNING PARTNERSHIP
1. Analisis Kebutuhan
Minat terhadap matematika dalam diri seseorang merupakan modal utama untuk menumbuhkan keinginan dan memupuk kesenangan belajar matematika. Tanpa benih minat yang baik dalam diri seseorang, akan sulit tercipta suasana belajar yang memadai. Akibat adanya minat tersebut, diharapkan muncul kecenderungan bersikap positif terhadap matematika. Ini menjadi penting sebab, sikap positif terhadap matematika berkorelasi positif dengan prestasi belajar (Begle, 1979).
Terdapat keterkaitan antara sikap dengan proses pembelajaran matematika, seperti dijelaskan Ruseffendi (1988) bahwa untuk menumbuhkan sikap positif terhadap matematika, pembelajaran harus menyenangkan, mudah dipahami, tidak menakutkan, dan ditunjukkan kegunaannya. Hal tersebut dapat diwujudkan antara lain bila matematika diajarkan sesuai dengan lingkungan dan pengetahuan siswa.
Pada materi pertidaksamaan, tidak jarang siswa mengeluhkan sulit dalam menyelesaikan soal karena hal-hal berikut.
a) Materi dasar aljabar belum dikuasai secara baik pada tingkat menengah pertama.
b) Adanya variabel-variabel yang membuat mereka bingung dalam operasi perhitungannya.
c) Membuat garis bilangan untuk menentukan daerah himpunan penyelesaian.
d) Penentuan nilai diskriminan dan pertidaksamaan harga mutlak.
e) Penentuan batas-batas nilai x yang memenuhi persamaan.
Adapun tanggapan siswa terhadap proses kegiatan belajar mengajar matematika adalah kecenderungan guru yang beranggapan bahwa pembelajaran matematika harus dijelaskan secara serius, penanam konsep yang selalu dipaksakan, dan kurangnya inovasi proses belajar telah menempatkan pembelajaran sebagai juara untuk pembelajaran yang paling membosankan. Kecendrungan seorang guru untuk menjelaskan konsep matematika berdasarkan cara buku menjelaskan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan matematika itu sulit. Fungsi seorang guru adalah membantu siswa untuk memahami konsep matematika yang ada pada buku paket. Jika pada kenyataannya guru yang bersangkutan menjelaskan konsep yang ada berdasarkan bahasa buku tanpa menggunakan kemampuan mereka untuk membuat penyampaian lebih ringan tentunya hal ini tidak membantu siswa memahami konsep, tetapi membantu siswa membaca buku.
2. Identifikasi Karakteristik Awal Siswa
Kegiatan menganalisis perilaku dan karakteristik awal siswa merupakan proses untuk mengetahui perilaku yang dikuasai siswa sebelum mengikuti pembelajaran. Aspek-aspek yang perlu diketahui pendidik pada karakteristik siswa yaitu: bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir yang telah dimilikinya. Karakteristik seseorang dapat terbentuk melalui proses melihat, mendengar, dan mengikuti. Tujuan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa adalah untuk menentukan garis batas antara perilaku yang tidak perlu diajarkan dan perilaku yang harus diajarkan kepada peserta didik serta memberikan informasi penting kepada pendidik dalam pemilihan strategi instruksional yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran yang efektif yang sesuai dengan karakteristik perseorangan siswa sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Masing-masing siswa memiliki karakteristik yang berbeda, ragam karakteristik ini mempengaruhi bagaimana hasil implementasi desain pembelajaran. Dalam hal ini ada empat identifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa, yaitu :
1) Kemampuan dasar, dalam hal ini bagaimana siswa mampu untuk me-review pelajaran yang telah lalu.
2) Latarbelakang pengalaman dalam menghadapi soal-soal.
3) Latarbelakang sosial menjadi salah satu faktor penentu dalam mengamati karakter siswa dalam kegiatan belajar, apabila ia berada di lingkungan yang kurang motivasi, maka ia akan kurang antusias dalam menghadapi pembelajaran.
4) Perbedaan individual, hal ini merupakan cara pandang mereka terhadap materi pembelajaran. Sering kali mereka menyimpulkan sulit dikarenakan cerita pengalaman dari para seniornya, pada usia tersebut anak cenderung mudah percaya sehingga menjadikan kesulitan itu benar adanya.
3. Analisis Instruksional
- Standar Kompetensi Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi, persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan kuadrat.
- Kompetensi Dasar : Menggunakan sifat dan aturan tentang pertidaksamaan kuadrat.
- Tujuan Pembelajaran : Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sifat dan aturan tentang pertidaksamaan kuadrat.
1) Tentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan dari 2 x 4x 45 0 adalah....
Penyelesaian:
Faktorkanlah bentuk persamaannya menjadi agar dapat diketahui
berapa nilai x.
Diperoleh
Buatlah garis bilangan dan uji coba nilai x untuk memperoleh daerah hasil.
Uji x = 0 (0+9)(0-5)= -45 (-)
x= 6 (6+9)(6-5) = 15 (+)
Hp :x x -9 atau x 5
2) Himpunan nilai-nilai yang memenuhi pertidaksamaan
adalah...
Penyelesaian:
3) Nilai x yang memenuhi persamaan adalah...
Penyelesaian:
= , syarat
a b
Himpunan Penyelesaian:
-1 1
1
-9 5
+ - + +
Himpunan Penyelesaian:
4) Himpunan penyelesaian pertidaksamaan kuadrat 9
≤
adalah...
Penyelesaian:
9
≤
(: 8)
= (x-1) (x-4)
Himpunan Penyelesaian: 1 ≤ x ≤ 4
5) Tentukan batas-batas nilai x yang memenuhi pertidaksamaan
adalah...
Penyelesaian:
... (1)
syarat akar
... (2)
... (3)
-3
-1
4
6
kedua ruas dikuadratkan
3
3
6
Himpunan Penyelesaian:
5. Menyusun Model Pembelajaran
a. Media pembelajaran: Square Card Question
b. Pendekatan pembelajaran: Problem Solving
c. Strategi pembelajaran: Exposition-Discovery Learning
d. Metode pembelajaran: Kooperatif
e. Langkah model pembelajaran:
1. Tahap 1 (Persiapan Pembelajaran)
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai;
b) Guru menjelaskan proses permainan;
2. Tahap 2 (Penyajian Materi)
a) Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai;
3. Tahap 3 (Penentuan Penilaian Awal dan Pembentukan Kelompok)
Skor dasar dapat diperoleh dari tes kemampuan atau tes pengetahuan awal dari materi yang telah disajikan sebelumnya, pada tahap ini tes awal sekaligus digunakan untuk pembagian kelompok, dengan langkah:
a) Find your partner, guru membagi atau memasang alat dan bahan permainan, dalam model ini, guru memberikan masing-masing peserta didik sebuah kartu yang telah berisikan materi yang telah dijelaskan untuk menemukan teman kelompoknya dalam kartu lain;
b) Maping group, guru membuat pemetaan kelompok dari masing-masing pasangan kartu, 1 kelompok terdiri dari 4-6 orang;
4. Tahap 4 (Proses Kegiatan Belajar dan Permainan dengan Square Card Question)
a) Mintalah peserta didik membuat kotak 9,16 atau 25 buah pada sebuah kartu kosong yang telah dibagikan sesuai dengan kebutuhan. Kemudian setiap kotak diisi angka sesuai dengan dengan nomor yang ditentukan guru;
b) Guru membaca soal secara acak dan peserta didik menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan, lalu langsung didiskusikan secara berkelompok;
c) Guru memberikan waktu sebanyak 3-5 menit untuk menjawab setiap soal.
5. Tahap 5 (Pemeriksaan terhadap Hasil Belajar Kelompok)
a) Guru dan peserta didik mendiskusikan soal yang telah diberikan, perwakilan tiap kelompok diminta untuk menuliskan jawaban di depan kelas dengan nomor pertanyaan yang telah ditentukan oleh guru;
b) Guru melakukan koreksi terhadap jawaban yang kurang tepat, dan memperbaikinya, jika jawaban kelompok benar maka diisi tanda benar (√), sedangkan bila salah diisi tanda silang (×);
c) Kelompok yang sudah mendapat tanda (√) harus meneriakan yel-yel yang telah dibuat sebelumnya;
6. Tahap 6 (Tes Penilaian Individu dengan Response Card)
Pada tahap ini setiap peserta didik harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal tes sesuai dengan kemampuannya. Pertanyaan-pertanyaan tidak datang dari guru, melainkan dari teman kelompok masing-masing. Cara ini adalah cara yang tidak menakutkan untuk mendorong pertanyaan di antara peserta. (Silberman, 2010: 155) Cara ini dilaksanakan dengan menggunakan kartu tanggapan (Response Card), hal ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana peserta memahami soal-soal dalam materi tersebut. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a) Guru membagikan sebuah kartu kosong kepada setiap individu;
b) Mintalah kepada peserta didik untuk menuliskan sebuah pertanyaan mengenai materi yang diajarkan dengan merahasiakan nama;
c) Kumpulkan kartu-kartu yang telah berisikan pertanyaan, kemudian kocok dan mintalah tiap individu untuk megambil satu kartu (kecuali jika orang tersebut adalah pemilik kartu yang diterimanya);
d) Jawablah pertanyaan dari kartu yang telah didapat.
7. Tahap 7 (Penghargaan Kelompok)
a) Nilai siswa dihitung dari jawaban benar atau jumlah “yel-yel” yang diperoleh;
b) Guru memberikan reward pada peserta didik yang memperoleh nilai tinggi atau kelompok yang paling banyak meneriakan yel-yelnya.
8. Tahap 8 (Penutup - High Fives)
Siberman memberikan contoh kasus dalam bukunya 101 Cara Pelatihan dan Pembelajaran Aktif, yaitu pada akhir kegiatan tim, di mana peserta didik telah
bekerjasama untuk meraih beragam tujuan kelompok, para peserta berbaris untuk melakukan high fives. Selain menerima high fives dari teman satu kelompok, mereka juga mencari cara untuk secara bersamaan memberi selamat satu sama lain atas keberhasilan proses kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Alfa, M. Januar dan Irwan Arbi. 2014. Buku Lengkap Cerdas Pintar Matemetika SMA/MA KELAS 10, 11, 12. Yogyakarta: Pena Mas Publisher.
Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Liberna, Hawa dan Yogi Wiratomo. 2014. Metode Pembelajaran Matematika. Jakarta: Mitra Abadi.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Silberman, Mel. 2010. 101 Cara Pelatihan dan Pembelajaran Aktif. Jakarta: PT Indeks.
Sujono. 1988. Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Handayani, Suci. 2014. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”. Pdf.
Praniyati, Nita. 2010. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division”. Pdf.
No comments:
Post a Comment
you say