BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Teori Konseling Gestalt merupakan salah satu teori
konseling yang dipengaruhi oleh eksistensialis-fenomenologis. Dari dua pengaruh
tersebut, Perls menyimpulkan bahwa individu-individu harus menemukan jalan
hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka mengharapkan
kematangan.
Pendekatan konseling Gestalt berpandangan bahwa
manusia dalam kehidupannya selalu aktif. Bukan hanya gabungan dari beberapa
organ, akan tetapi manusia merupakan pribadi yang utuh dan terkoordinasi.
Setiap individu menerima bahwa dirinya memiliki tanggung jawab dan memiliki
dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan pada terbentuknya
suatu keutuhan pribadi atau integritas individu. Hakikat manusia menurut pendekatan
konseling ini adalah tidak dapat dipahami, kecuali dalam keseluruhan
konteksnya, merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam
kaitannya dengan lingkungannya itu, berpotensi untuk menyadari sepenuhnya
sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya, dapat memilih secara sadar dan
bertanggung jawab, dan mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.
Pendekatan konseling Gestalt menekankan pada saat “
disini dan sekarang”. Masa lalu sudah berlalu dan masa yang akan datang belum dijalani.
Sehingga kehidupan manusia adalah masa sekarang. Kecemasan dipandang sebagai
“kesenjangan antara saat sekarang dan kemudian”. Jika individu menyimpang dari
saat sekarang dan menjadi terlalu terpaku pada masa depan, maka mereka
mengalami kecemasan.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana perkembangan konseling Gestalt ?
2.
Bagaimana sistem teori konseling Gestalt ?
3.
Bagaimana hakikat manusia menurut teori konseling Gestalt ?
4.
Bagaimana karakter dasar konseling Gestalt
?
5.
Bagaimana hubungan konselor dan konseli
dalam konseling Gestalt ?
6.
Apa saja teknik konseling Gestalt ?
7.
Bagaimana proses konseling Gestalt ?
8.
Apa kelebihan dan kekurangan konseling
Gestalt ?
C. TUJUAN
1.
Mengetahui perkembangan konseling Gestalt.
2.
Memahami system teori konseling Gestalt.
3.
Mengetahui hakikat manusia menurut teori
konseling Gestalt.
4.
Memahami karaktek dasar konseling Gestalt.
5.
Memahami hubungan konselor dan konseli
dalam konseling Gestalt.
6.
Mengetahui apa saja teknik konseling
Gestalt.
7.
Memahami proses konseling Gestalt.
8.
Memahami kelebihan dan kekurangan
konseling Gestalt.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
Konseling Gestalt
Konseling Gestalt dicetuskan pertama kali oleh
Frederick Perls, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Fritz Perls
(1893-1970). Lahir di Berlin dari keluarga Yahudi kelas menengah bawah. Pada
awalnya Perls dikenal sebagai siswa yang agak malas di sekolah, namun ia berhasil meraih gelar doktor dalam bidang
psikiatri dan pindah ke Wina untuk belajar praktek psikoanalisa bersama dengan
beberapa murid Freud yang lain. Fritz juga belajar tentang penggunaan tubuh
untuk mendorong pemahaman dan perkembangan pribadi. Berdasarkan pengalaman
klinisnya, Perls menemukan bahwa kemandirian dan konfrontasi merupakan aspek
penting dalam terapi. Dari istrinya, Laura Posner, ia memperoleh anjuran untuk
menggunakan dukungan dan hubungan atau kontak. Penggunaan kata Gestalt
dimaksudkan untuk menegaskan bahwa Konseling Gestalt menekankan pada keutuhan,
kebulatan, dan integrasi. Dalam bahasa Jerman, Gestalt berarti utuh.
Di Berlin, Konseling Gestalt memiliki banyak penyokong
antara lain adalah Max Wertheimer, Kurt Koffka, dan Wolfgang Kohler.
Berdasarkan penelitian- penelitian yang telah dilakukannya, para ahli tersebut
memiliki keyakinan bahwa memahami pengetahuan dalam arti “unit and wholes, gestalten” adalah lebih berguna untuk
mengembangkan pengetahuan alih-alih memotong atau memisahkan bagian-bagian.
Mereka juga memandang manusia memiliki suatu kecenderungan dasar untuk mencapai
keseimbangan, dan kecenderungan ini mengarahkan manusia untuk berpikir dalam
arti keseluruhan.
Hasil kerja Fritz yang paling krusial adalah
penggunaan kursi kosong (empty chair)
dalam konseling yang dikenal juga dengan sebutan kursi panas. Teknik ini
diperkenalkan oleh Fritz ketika ia bekerja di Esalen Institute, Big Fur,
California, antara tahun 1962- 1969. Sejak saat itu ia menjadi populer dan
dipandang sebagai sosok yang inovatif dan kharismatik dalam bidang pengembangan
potensi manusia. Ketika popularitas Konseling Gestalt mengalami puncaknya pada
sekitar tahun 1970-an, Fritz meninggal dunia. Meskipun para ahli psikologi
Gestalt telah memberikan label dan premis dasar Konseling Gestalt, Perls
mengadopsi banyak sumber pengetahuan dalam mengembangkan system terapeutiknya,
termasuk di dalamnya psikoanalisa dan eksistensial, yang memiliki pengaruh
sangat kuat di daratan Eropa hingga awal abad ke-20. Pada awalnya, pandangan-pandangan
Perls dipengaruhi oleh psikoanalisis. Di samping ia mengakui pentingnya hasil
kerja Freud , ia juga dipengaruhi oleh para analis yang lain seperti Karen
Horney, Wilhelm Reich, dan Otto Rank.
B.
Sistem
Teori Konseling Gestalt
Berikut adalah penjelasan tentang garis besar
konsep-konsep utama dalam teori konseling gestalt.
a.
Keutuhan, Integrasi, dan Keseimbangan
Manusia adalah organisme total berfungsi sebagai
sebuah kesatuan, alih-alih serpihan entitas dalam dikotomi jiwa dan raga.
Manusia bukanlah jumlah dari bagian-bagian, tetapi lebih merupakan suatu
koordinasi dari keseluruhan bagian-bagian. Kebulatan pribadi merupakan kondisi
bagi tercapainya perilaku yang sehat. Banyak individu yang berkepribadian
terpolarisiasi/terfregmentasi dalam bagian-bagian yang tak terintegrasi.
Sehingga individu tersebut sering mengingkari hal-hal yang buruk pada dirinya.
Hal ini yang disebut dengan pribadi yang tidak utuh.
Manusia berkeinginan mencapai keseimbangan, menurut
pemikiran dasar manusia, untuk mencapai keseimbangan tersebut manusia perlu
untuk tidak mengakui kepribadian yang dianggap negatif. Karena lingkungan pasti
mengalami perubahan dan manusia juga akan mengalami kebutuhan yang baru,
kemungkinan manusia membutuhkan kepribadian yang diingkarinya tersebut.
b.
Saat
Sekarang
Bagi Perls, tidak ada yang “ada” kecuali
“sekarang”. Karena masa lampau telah berlalu dan masa depan beum dating, maka
sekarang lah yang perlu diperhatikan. Konseling Gestalt menekankan pada “disini
dan sekarang” serta belajar menghargai dan mengalami sepenuhnya saat ini.
Individu yang terlalu memikirkan masa depan merupakan individu yang tidak utuh,
karena ia akan mengerahkan energi untuk apa yang pernah dan mungkin akan
terjadi, sehingga pemanfaatan kekuatan untuk sekarang menjadi berkurang.
Perls menerangkan, kecemasan sebagai
“kesenjangan antara saat sekarang dan saat kemudian”, maksudnya, jika individu
terlalu focus dengan masa depan, maka ia akan mengalami kecemasan pada saat
sekarang.
Dalam Konseling Gestalt, untuk membantu
konseli dalam membuat kontak dengan sekarang, Perls mengajukan
pertanyaan-pertanyaan “apa” dan “bagaimana” ketimbang “mengapa”. Menurutnya,
pertanyaan-pertanyaan “mengapa” hanya akan mengarah pada
rasionalisai-rasionalisasi dan penipuan-penipuan diri dan menjauhkan individu
dari segera mengalami, serta mengarah pada pemikira yang tak berkesudahan
tentang masa lampau yang hanya akan membangkitkan penolakan terhadap masa
sekarang.
Dalam Konseling Gestalt, asosiasi bebas
tidak digunakan dalam terpai. Cerita-cerita tentang masa lalu akan membuat
konseli menjadi terpakudengan masa laludan susah untuk berada pada saat
sekarang. Pembicaraan tentang masalah hanya akan menjadi suatu permainan kata
tak berakhir yang menjurus pada diskusi dan eksplorasi yang tidak produktif
atas makna-makna yang tersembunyi. Apabila masa lalu memiliki kaitan yang
signifikan dengan tingkah laku individu sekarang, maka masa laluitu ditangani
dengan membawanya ke saat sekarang sebanyak mungkin dengan cara menjalaninya
kembali seakan-akan masa lampau itu hadir pada saat sekarang. Perls yakin,
bahwa orang-orang cenderung bergantung pada masa lalu untuk membenarkan
ketidaksediaannya dalam memikul tanggungjawab atas dirinya sendiri dan atas
pertumbuhannya.
c.
Kesadaran
Kesadaran merupakan elemen yang bermakna bagi kesehatan
emosional, karena kesadaran memiliki nilai menyembuhkan dan merupakan komponen
inti dari semua aspek pribadi yang sehat.
Kesadaran dapat dilakukan salah satunya dengan cara
melakukan kontak dengan lingkungan melalui panca inderanya. Orang yang
menghindari kontak dengan lingkungan mungkin merasa bahwa mereka melindungi
dirinya, tetapi sebenarnya mereka sedang membentuk hambatan pertumbuhan dan
aktualisasi diri.
Sadar berarti menyadari pengalaman hidup “sekarang dan
saat ini”, bukan masa lalu, atau masa yang akan datang. Konseli harus didorong
untuk menghayati pengalamannya pada situasi di sini dan sekarang karena masa
lalu sudah lewat dan masa depan belum datang. Jika pemusatan ditujukan di sini
dan sekarang, maka kita lebih mungkin kongruen dan terintegrasi. Sebaliknya
jika kita tak sadar sepenuhnya dengan kondisi sekarang dan masih terpengaruhi
oleh masa lalu atau terbayang-bayang oleh masa depan, maka kita cenderung
terpolarisasi/terfragmentasi.
Menurut konseling gestalt, hal yang tidak kalah
penting adalah tanggung jawab pribadi bagi kehidupannya. Dengan tanggung jawab
akan pribadinya, manusia tidak akan menyalahkan segala tindakan yang diambilnya
kepada orang lain. Untuk mencapai keseimbangan dan tindakan yang
bertanggungjawab, kita harus memiliki kesadaran.
d.
Karakteristik Gangguan Perilaku
Neurosis menurut
konseling gestalt adalah manusia yang mengalami gangguan perkembangan bukan
gangguan emosional. Orang yang neurosis adalah orang yang mengingkari atau
menolak aspek-aspek dirinya dan lingkungannya, tidak hidup pada saat sekarang,
tidak melakukan kontak dengan lingkungannya, kurang memiliki kesadaran, dan
kurang mengaktualisasi diri.
Gangguan perkembangan
dapat dialami oleh orang-orang yang membiarkan dirinya dikelilingi oleh banyak
masalah yang tak terselesaikan (unfinished
bisnis) atau mengalami kebuntuan. Masalah yang tak terselesaikan akan
menghambat perkembangan terutama emosi-emosi yang dipendam atau tidak
diekspresikan.
Tujuan konseling
gestalt adalah membantu individu untuk menyadari backlog (sesuatu yang belum dikerjakan) dari masalah yang tak terselesaikan yang dialaminya dan
kemudian mengungkapkannya, khususnya emosi-emosi terpendam sehingga mereka
mampu untuk mengalaminya secara penuh dalam keadaan di sini dan sekarang.
C.
Hakikat
Manusia Menurut Teori Konseling Gestalt
Fritz Perls adalah seorang humanis yang memiliki pandangan optimistic
tentang sifat dasar manusia. Setiap manusia bertujuan untuk mengaktualisasikan
diri. Dalam pandangan Gestalt, individu memiliki kesanggupan untuk bertanggung jawab
atas kehidupannya, dan manusia memiliki sifat dasar baik serta memiliki
kemampuan untuk menangani kehidupannya dengan berhasil, walaupun terkadang
mereka pasti butuh bantuan orang lain.
Dalam pandangan Gestalt, manusia mengalami gangguan kepribadian atau
perilaku dikarenakan manusia menolak mengakui satu atau lebih aspek-aspek yang
ada dalam dirinya (mengingkari sebagian hal dalam dirinya), atau membiarkan
dirinya menjadi terpecah belah, terpolarisasi/terfragmentasi atau terpisah
menjadi beberapa bagian-bagian. Sedangkan setiap manusia dapat menangani dengan
berhasil masalah dalam hidupnya jika mereka tahu siapa dirinya dan
mengorganisasikan (mengintegrasikan) semua kemampuannya kedalam suatu rajutan
tindakan-tindakan yang efektif.
Oleh karena itu, konselor perlu membantu individu mengembangkan kesadaran
(awareness), mengintegrasikan bagian-bagian dalam diri individu yang
terpolarisasi menjadi satu kesatuan yang utuh dan bermakna, membuat individu
menemukan dukungan dari dalam dirinya (inner support), serta mengembang
perasaan mampu (self-sufficiency)sehingga mereka mengakui bahwa sebenarnya
kemampuan yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan permasalahnnya terdapat
dalam dirinya sendiri bukan dari orang lain.
D.
Karakter
Dasar Konseling Gestalt
Karakter dasar konselor menurut teori konseling
gestalt adalah sebagai berikut :
a.
Penekanan Tanggung Jawab
Klien, konselor menekankan bahwa konselor bersedia membantu
klien tetapi tidak akan bisa mengubah klien, konselor menekankan agar klien
mengambil tanggung jawab atas tingkah lakunya.
b.
Orientasi Sekarang dan Di
Sini, dalam proses konseling konselor tidak merekonstruksi
masa lalu atau motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan keadaan sekarang.
Hal ini bukan berarti bahwa masa lalu tidak penting. Masa lalu hanya dalam
kaitannya dengan keadaan sekarang. Dalam kaitan ini pula konselor tidak pernah
bertanya “mengapa”.
c.
Orientasi Eksperiensial,
konselor meningkatkan kesadaran klien tentang diri sendiri dan
masalah-masalahnya, sehingga dengan demikian klien mengintegrasikan kembali
dirinya:
a.
Klien mempergunakan kata ganti personal. Klien mengubah
kalimat pertanyaan menjadi pernyataan;
b.
Klien mengambil peran dan tanggung jawab;
c.
Klien menyadari bahwa ada hal-hal positif dan/atau
negative pada diri atau tingkah lakunya.
E.
Hubungan
Konselor dan Konseli Pada Konseling Gestalt
Sebagai
terapi eksistensial, praktek terapi Gestalt yang efektif melibatkan hubungan
pribadi ke pribadi antara konselor dan konseli. Terapis secara aktif berbagi
persepsi – persepsi dan pengalaman – pengalaman saat sekarang ketika dia
menghadapi konseli disini dan sekarang. Konselor harus mengahadapi konseli
dengan reaksi – reaksi yang jujur dan langsung serta menantang manipulasi –
manipulasi klien tanpa menolak konseli sebagai pribadi. Konselor bersama
konseli perlu mengeksplorasi ketakutan – ketakutan, pengharapan – pengharapan
katastrofik, penghambatan – penghambatan, dan penolakan – penolakan konseli.
Perls
(1969a), Polster dan Polster (1973), dan Kempler (1973) kesemuanya menekankan
pentingnya kepribadian konselor, tidak hanya teknik – teknik yang mereka
miliki, sebagai bahan vital dalam proses terapi. Mereka menganjurkan penggunaan
tingkah laku konselor yang berlingkup luas, dan memperingatkan bahaya dari
tindakan mengidentikkan terapi dengan teknik – teknik yang berlingkup terbatas.
Mereka juga menganjurkan konselor untuk membangkitkan spontanitas diri dan
menggunakan hubungan dengan konseli sebagai teknik terapeutik. Kempler
(1979,hal 261) menyebut hubungan yang actual antara konselor dan konseli
sebagai inti dari proses terapeutik. Kempler menandaskan bahwa penggunaan
permainan peran bisa menjadi godaan bagi konselor untuk menjaga agar respon –
respon pribadinya tetap tersembunyi. Meskipun mungkin bisa menjadi cara yang
efektif, permainan peran itu bukanlah tujuan akhir terapi. Kempler juga
menyebutkan bahwa teknik – teknik sering menjadi alat bantu yang bernilai bagi
proses terapeutik, tetapi ia menekankan proses hubungan konselor dan konseli
dengan alasan bahwa kualitas hubungan konselor – konseli itu menentukan apa
yang terjadi pada keduanya.
F.
Teknik-Teknik
Konseling Gestalt
Berikut
merupakan teknik-teknik yang digunakan dalam Konseling Gestalt.
a.
Eksperimen
Eksperimen
berarti mendorong konseli untuk mengalami dan mencoba cara-cara baru. Konselor
membelajarkan konseli untuk mengalami dan menghayati kembali masalah-masalah
yang tak terselesaikan ke dalam situasi disini dan sekarang. Eksperimen
dilaksanan melalui prosedur bermain peran atau memberikan kegiatan yang harus
diselesaikan konseli pada tiap sesi.
b.
Penggunaan
Bahasa
Para ahli konselor gestalt meyakini bahwa bahasa
memilki peran penting dalam perkembangan. Dengan memilih kata yang tepat,
konselor dapat menciptakan suatu iklim lingkungan yang mendorong perubahan.
Bahasa-bahasa yang direkomendasikan antara lain :
·
Menggunakan pernyataan “apa” dan
“bagaimana” bukan “mengapa”. Contoh: “apa yang anda alami ketika hal itu
terjadi?” atau “bagaimana perasaan anda ketika gagal mencapai keinginan anda?”.
·
Menggunakan pernyataan “saya”. Konselor
mendorong konseli untuk memusatkan perhatian pada perasaan dan pengalaman
sendiri alih-alih membicarakan orang atau peristiwa lain. Contoh : konseli
didorong menyatakan seperti berikut “saya marah” daripada mengatakan “ibu telah
mebuat saya marah”.
·
Menekankan pernyataan. Meski pertanyaan
merupakan bagian penting tapi dianjurkan lebih banyak menganjurkan pernyataan.
Contoh, alih-alih membuat pertanyaan, “kemana saja kau?” lebih baik menggunakan
pernyataan “saya merasa kita jarang bertemu”.
·
Menyatakan pengalaman disini dan sekarang.
Jika konseli bercerita masa lampau, maka konselor harus segera mengarahkannya
untuk mengalaminya kembali saat sekarang. Ini akan mendorong kesadaran
disamping kontak yang benar dengan pengalaman-pengalaman konseli.
·
Mendorong tanggung jawab. Konselor
direkomendasikan menggunakan bentuk-bentuk frase atau bahasa yang mendorong
tanggung jawab pribadi dan tidak melempar kesalahan pada orang lain. Contoh,
konselor mendorong konseli mengatakan “saya bertanggung jawab atas hilangnya
dia”.
c.
Memaknakan
Impian
Konseling
gestalt memandang impian sebagai “jalan yang lebar menuju integrasi diri”.
Bagian dari impian dipandang merepresentasikan proyeksi atau aspek-aspek
individu. Dengan memahami impian, konseli lebih memperoleh kesadaran, mengambil
tanggung jawab dari impian-impiannya, melihat impiannya sebagai bagian dari
dirinya, memiliki perasaan integrasi yang lebih besar, dan lebih sadar tentang
pikiran dan emosi yang direfleksikan dalam impian tersebut.
d.
Fantasi
Fantasi
digunakan untuk membantu konseli meningkatlkan kesadaran diri. Fantasi
dipandang merepresentasikan proyeksi atau aspek-aspek pribadi klien. Teknik
ini, sebagai hal eksplorasi impian, membantu konseli untuk sadar tentang kontak
dengan perasaannya dan menjadi lebih mampu untuk mengekspresikan emosinya.
e.
Bermain
Peran
Salah
satu bentuk bermain peran yang paling awal digunakan adalah psikodrama. Namun
dalam perkembangannya psikodrama hampir tidak digunakan lagi. Bermain peran
jarang menggunakan orang lain karena dapat menyebabkan fragmentasi. Bermain
peran yang paling sering digunakan adalah “Kursi Kosong” (empthy chair) atau “kursi panas” untuk format konseling individual,
dan “berkeliling” (making arround)
untuk format konseling kelompok.
f.
Koreksi
Permainan Topdog/Underdog
Para
ahli konseling gestalt memiliki keyakinan bahwa kita terus menerus mengusik
diri kita sendiri dengan permainan atas bawah (Topdog/Underdog), yakni
menempatkan satu bagian diri untuk menceramahi, mendorong, dan mengancam bagian
diri yang lain menuju “perilaku yang baik”. Topdog
membuat penilaian dan mengatakan kepada underdog
tentang bagaimana seharusnya dia merasa, berpikir, atau bertindak. Topdog ibarat kata hati atau superego
dalam konsep psikoanalisa. Underdog
cenderung menurut dan senang minta maaf tapi tidak sungguh-sungguh berubah.
Teknik kursi kosong dapat digunakan untuk memunculkan kesadaran tentang
permainan Topdog/Underdog dan mendorong integrasi bagian-bagian diri di samping mendorong
perubahan.
g.
Melatih
Kepekaan terhadap Pesan Tubuh
Konselor
berusaha mendorong konseli untuk mencapai kesadaran tentang keutuhan (a sense of wholeness). Kesadaran ini
memungkinkan mereka untuk menemukan akses dan menyadari perasaan, pikiran dan
sensasi fisiknya.
h.
Kelompok
Praktek
dalam konseling ini dilaksanakan melalui format individual maupun kelompok.
Namun format kelompok dipandang lebih efisien. Umpan balik yang diterima
konselor maupun anggota kelompok dapat mempercepat kesadaran. Jika dilaksanakan
melalui format kelompok, maka menggunakan teknik keliling.
G.
Proses
Konseling Gestalt
Proses konseling Konseling Gestalt mula-mula diarahkan
untuk mendorong dan mengarahkan konseli mencapai kesadaran. Kesadaran ini akan
menjadi wahana bagi terjadinya perubahan. Dengan kata lain, perubahan perilaku
tidak akan terjadi sebelum konseli mencapai kesadaran. Jika konseli dapat
memperoleh kesadaran tentang masalah-masalah yang tak terselesaikan, kekuatan
dan sumber-sumber pribadinya, maka mereka akan menemukan jalan yang mudah
menuju pemecahan masalah dan mencapai perkembangan dan aktualisasi diri. Proses
membangkitkan kesadaran dapat dicapai dengan cara mengembangkan hubungan atau
aliansi teraupetik yang kondusif, manusiawi, dan menekankan pada aspek-aspek
personal konseli. Hubungan yang ditekankan pada proses Konseling Gestalt adalah
hubungan unik yang mereka sebut “ Saya dan Kamu “. Bentuk hubungan ini menuntut
konselor dan konseli untuk sepenuhnya menghayati keadaan pada tataran “Disini
dan Sekarang “. Konselor juga mendorong konseli untuk berperan aktif dalam
proses terapeutik dan mengambil tanggung jawab dalam membuat pilihan atau
keputusan berkenaan dengan informasi mana yang akan ia gunakan dari seluruh informasi
yang muncul dalam sesi-sesi konseling. Dalam hal ini konselor dianjurkan untuk
tidak menginterupsi upaya-upaya konseli dalam memecahkan masalahnya. Namun,
ketika konselor melihat konseli melakukan kesalahan atau menjadi tidak
konsisten, konselor dapat mengingatkan hal tersebut.
H.
Kelebihan
Dan Kekurangan Konseling Gestalt
Menurut
ringkasan Gudnanto (Pendekatan Konseling, 2012) dan buku Gerald Corey (Teori
dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, 1995). Kelebihan dan Kelemahan
pendekatan Gestalt adalah:
·
Kelebihan
a. Terapi Gestalt
menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa lampau yang relevan ke
saat sekarang.
b. Terapi Gestalt
memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan pesan-pesan tubuh.
c. Terapi Gestalt
menolak mengakui ketidak berdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah.
d. Terapi Gestalt
meletakkan penekanan pada konseli untuk menemukan makna dan
penafsiran-penafsiran sendiri.
e. Terapi Gestalt
menggairahkan hubungan dan mengungkapkan perasaan langsung menghindari
intelektualisasi abstrak tentang masalah konseli.
·
Kelemahan
a. Terapi Gestalt
tidak berlandaskan pada suatu teori yang kukuh.
b. Terapi Gestalt
cenderung antiintelektual dalam arti kurang memperhitungkan faktor-faktor
kognitif. Baik fungsi
perasaan maupun fungsi pemikiran, sangatlah penting dalam terapi. Pada terapis
Gestalt hanya menyisakan sedikit peluang bagi para klien untuk
mengkonseptualkan dan memikirkan tindakan mengalaminya.
c. Terapi Gestalt
menekankan tanggung jawab atas diri kita sendiri, tetapi mengabaikan tanggung
jawab kita kepada orang lain.
d. Teradapat
bahaya yang nyata bahwa terapis yang menguasai teknik-teknik Gestalt akan
menggunakannya secara mekanis sehingga terapis sebagai pribadi tetap
tersembunyi.
e. Para konseli
sering bereaksi negative terhadap sejumlah teknik Gestalt karena merasa dianggap
tolol. Sudah sepantasnya terapis berpijak pada kerangka yang layak agar tidak
tampak hanya sebagai muslihat-muslihat.
BAB
III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Manusia merupakan
pribadi yang utuh, terintregasi dan seimbang. Manusia dikatakan utuh,
terintregasi dan seimbang jika ia tidak tergolong orang yang neurosis. Neurosis
menurut konseling gestalt adalah manusia yang mengalami gangguan perkembangan
bukan gangguan emosional. Orang yang neurosis adalah orang yang mengingkari
atau menolak aspek-aspek dirinya dan lingkungannya, tidak hidup pada saat
sekarang, tidak melakukan kontak dengan lingkungannya, kurang memiliki
kesadaran, dan kurang mengaktualisasi diri.
Manusia diharapkan
dapat meninggalkan masa lalu dan tidak terlalu memikirkan masa depan, harus
fokus pada “di sini” dan “sekarang”. Manusia yang terlalu terbawa akan masa
lalunya dan terlalu takut untuk menghadapi masa depan, akan menimbulkan
kecemasan pada saat sekarang. Sehingga manusia tidak mengalami kesadaran akan
“di sini” dan “sekarang”.
Dengan terapi
konseling gestalt, diharapkan manusia lebih dapa menekankan pada kegiatan
sekarang.
B.
SARAN
Dalam mempelajari konseling gestalt,
konselor diharapkan mempelajari dengan optimal semua seluk beluk dan tata cara
konseling gestalt. Jika konselor hanya sekedar mengetahui dan tidak terlalu
memahami, proses konseling menggunakan teori gestalt tidak akan berjalan
maksimal. Karena konseling gestalt memerlukan pemahaman yang mendalam untuk
mengaplikasikan teori ini dalam suatu konseling. Namun jika pemahaman
didapatkan dengan sangat baik, maka konseling akan berlangsung dengan baik pula
dan mendapatkan hasil yang sangan memuaskan.
No comments:
Post a Comment
you say