IBX5A82D9E049639

Thursday, 23 February 2017

Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah
Pelopor Kajian Islam Yang Kritis

Riwayat Hidup Dan Latar Belakang Pemikiran Ibn Taimiyah

Nama Panjangnya adalah Ahmad Taqi al-Din Abu al-'Abbas Ahmad ibn 'Abd al-Halim ibn 'Abd al-Salam ibn Abi al-Qasim ibn Muhammad ibn Taimiyah al-Harrani al-Dimasyqi.
Nama Ibn Taimiyah dihubungkan kepada neneknya yang bernama Taimiyah. Penamaan Taimiyah kepada neneknya mempunyai cerita tersendiri. Ketika kakeknya yang bernama Muhammad ibn Khudr melakukan ibadah haji dan melewati sebuah jalan yang bernama Taima’, beliau melihat gadis kecil sedang menelusuri jalan yang sama. Saat kembali ke pemukimannya, ia mendapatkan isterinya melahirkan seorang anak permpuan. Karena gembira bercampur haru, secara spontan ia teringat anak yang dijumpainya di jalan Taima’, ia pun memanggilnya “Hai Taimiyah” (Hai anak perempuan Taima’). Akhirnya anak perempuannya dinamakan Taimiyah Kamil Uwaidah, Taqi al-Din Ahmad Ibn Taimiyah,.
Para sejarawan menyebutkan bahwa Ibn Taimiyah bukan dari suku (Kabilah) Arab, sebab tidak seorang ulama pun yang menyatakan beliau dari suku Arab, tetapi hanya dihubungkan dengan kota kelahirannya, Harran. Dan para sejarawan berasumsi bahwa beliau berasal dari suku Kurdi, di mana hal ini Nampak dari sifatnya yang keras dan keberanian dalam membela ajaran Islam. Suku Kurdi dikenal sebagai barisan depan tentara Muslim dalam perang Salib pada abad ke 6 dan 7 Hijriyah.
Ibn Taimiyah lahir dalam keluarga ulama yang bermadzhab Hanbali (Madzhab ini berafiliasi kepada Ahmad ibn Hanbal 780-855. Ia adalah murid dari al-Syafi’I, pendiri madzhab Syafi’i. Ibn Hanbal adalah yang paling konservatif diantara keempat madzhab Sunni. Ia membatasi ahli hukum hanya kepada Al-Qur’an dan al-Sunnah dalam mengambil keputusan hukum. Madzhab ini juga menerima penggunaan pemikiran dengan analogi (qiyas) hanya bila al-Qur’an, jima, dan bahkan hadits dha’if, tidak terdapat. Di luar ketentuan ini).  Halim Ibn Abdi al-Salam ibn Abdillah Ibn Taimiyah adalah seorang ulama ahli hadits dan fikih. Sewaktu tinggal di Damaskus ia memiliki jadwal mengajar di Mesjid Umayah. Ia juga kemudian menjabat sebagai kepala para ulama (masyikhah) di Dar al-Hadits al-Sukriyah, di tahun 628 H/1284 M.
Dari latar belakang keluarga bermadzhab Hanbali inilah Ibn Taimiyah memulai awal pendidikan dan perjalanan intelektualnya yang kelak memperngaruhi metodologinya dalam memahami sumber-sumber ajaran Islam. Meskipun, sebagaimana akan dibahas nanti cukup sulit untuk menentukan apakah IBn Taimiyah mendapatkan pengaruh dari para pendahulunya (dari madzhab Hanbali) dalam hal antusiasmenya yang begitu tinggi untuk melakukan reformasi sosial dan agama dalam masyarakat Muslim dan juga sikap antipatinya terhadap para teolog, filosofi dan kaum sufi.

Tiga Fase Kehidupan Ibn Taimiyah
            Kehidupan Ibn Taimiyah dapat dibagi menjadi tiga fase yang berbeda, yang masing-masingnya merepresentasikan sebuah fase yang signifikan dalam perkembangannya sebagai seorang pemikir dan pembaru. Fase pertama berlangsung dari masa kelahirannya hinga tahun 1304 M. Selama masa ini ia menerima pendidikan sebagai seorang sarjana dan terlibat dalam upaya mempertahankan Damaskus dari serangan Mongol. Fase kedua mulai dari tahun 1304 M hingga tahun 1312 M, yaitu selama ia berada di Mesir. Periode ini ditandai dengan kontroversinya dengan mistisisme kaum sufi dan juga keterlibatan dengan konflik politik dimasa Sultan al-Nasir Muhammad ibn al-Qalawun yang tengah mengkonsolidasikan kekuatan. Di masa ini Ibn Taimiyah menghabiskan waktunya dalam persidangan dan penjara, demi membendung fatwa-fatwa keagamaannya. Fase ketiga dimulai ketika ia kembali ke Damaskus pada tahun 1312 M dan berakhir hingga wafatnya pada tahun 1328 M. ini merupakan periode pematangan ide-idenya dan merupakan waktu yang paling subur, dan menghasilkan tulisan-tulisannya yang signifikan. Walaupun pada tahun-tahun ini relative sepi dari kontroversi, namun di akhir hidupnya Ibn Taimiyah mengalami konflik dengan otoritas agama dan pemerintah atas isu-isu doctrinal dan hukum. Ibn Taimiyah wafat dalam penjara Damaskus setelah dilarah berhubungan dengan semua anggota keluarganya, da juga dilarang menulis surat-surat dan esay-esay, khususnya tentang hukum.

Fase Pertama: Masa Kelahiran Hingga menetap di Damaskus (1263-1304)

          Ibn Taimiyah, lahir di Harran pada 10 Rabiul awal 661 H/22 Januari 1263 M. Ia lahir dalam keluarga yang terdidik dalam madzhab Hanbali. Dan dalam madzhab ini telah terdapat dua orang sarjana yang terkenal, yaitu pamannya sendiri Fakhr al-Din (w.622 H/1225M) dan kakeknya Majd al-Din ‘Abu al-Barakat Abd al-Salam ibn Abdillah ibn Taimiyah al-Harrani (w.653 H/1255 M), Penulis kitab Muntaqa al-Akhbar yang dikomentari oleh al-Syaukani (hal ini dalakukan atas permintaannya kepada al-Syaukani, Nail al-Autbar Syarh Muntaqa al-Akhbar) dengan kitab Nailu al-Authar. Pada usia tujuh tahun, Ibn Taimiyah terpaksa meninggalkan kota kelahirannya pada tahun 667 H/1269 M sebelum datangnya serangan Mongol dan ia berlindung di Damaskus bersama ayahnya Syihab al-Din ‘Abd al-Halim (w.628/1284 M) dan tiga orang saudaranya. Di Damaskus, ayahnya menjadi kepala madrasah al-Sukriyyah, yang kemudian menjadi tempat Ibn Taimiyah belajar.
            Ibn Taimiyah pun mendapatkan penedidikan yang terbaik dari ayahnya. Ia berkesempatan mendalami berbagai disiplin ilmu yang umumnya diajarkan saat itu, seperti al-Qur’an, hadits, tafsir, fikih, ushul fikih, faraid, bahasa, matematika, logika dan filsafat. Pendidikan ini telah dimulainyha sejak masa kecil. Karena itu Ibn Taimiyah dapat menghafalkan al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi. Al-Qur’an ia hafalkan saat berusia tujuh tahun. Kitab Musnad Ahmad ibn Hanbal dan Mu’jam al-Thabrani juga sanggup ia hafalkan. Ia juga mendalami ilmu fikih dan bahasa Arab. Di bawah asuhan Syaikh Abd al-Qawi, Hanbal dan kitab-kitab Sibawaih dalam ilmu Nahwu. Ibn Taimiyah telah belajar bersama lebih dari dua ratus ulama ahli hadits, yang empat orang diantaranya adalah wanita. Ia juga belajar di bawah bimbingan Ali ibn Abd al-Qawi dan Sibawaih seorang ahli tata bahasa Arab yang terkenal.

No comments:

Post a Comment

you say