PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemajuan teknologi modern
khususnya yang berkaitan dengan kemajuan komputer merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi pembaharuan dalam dunia pendidikan. Dalam bidang pendidikan,
pemerintah dan masyarakat umum telah memberikan perhatian yang mendalam tentang
kemajuan teknologi modern ini. Teknologi dapat membantu mencapai sasaran dan
tujuan pendidikan sehingga proses belajar mengajar akan lebih berkesan dan
bermakna (Asra, 2009). Teknologi informasi turut berkembang sejalan dengan
perkembangan peradaban manusia. Perkembangan teknologi informasi meliputi
perkembangan infrastruktur teknologi informasi, seperti hardware, software,
teknologi penyimpanan data (storage), dan teknologi komunikasi (Laudon,
2006 dalam Noviari).
Kemajuan media komputer
memberikan beberapa kelebihan untuk kegiatan produksi audio visual. Pada
tahun-tahun belakangan komputer mendapat perhatian besar karena kemampuannya
yang dapat digunakan dalam bidang kegiatan pembelajaran. Ditambah dengan
teknologi jaringan dan internet, komputer seakan menjadi primadona dalam
kegiatan pembelajaran (Putranti, 2007). Media pembelajaran memberikan penekanan
pada posisi media sebagai wahana penyalur pesan atau informasi belajar untuk
mengkondisikan seseorang untuk belajar. Dengan kata lain, pada saat kegiatan
belajar berlangsung bahan belajar (learning matterial) yang diterima
siswa diperoleh melalui media (Asra, 2009)
Media pengajaran yang sedang
berkembang untuk saat ini yaitu multimedia. Penggunaan multimedia merupakan
kombinasi dari grafik, teks, suara, video, dan animasi. Objek dan keadaan yang
sebenarnya, yang tidak dapat dilihat langsung, dapat digantikan dengan
penggunaan mutimedia yang berupa penayangan teks, grafik, suara, video, dan
animasi. Salah satu kesimpulan dari hasil penelitian tentang pengajaran
multimedia didapatkan bahwa guru maupun siswa menyatakan opini mereka bahwa
film motion dan gambar diam yang diproyeksikan telah mendorong pengalaman
belajar (Wilkinson, 1984). Media pembelajaran dapat digunakan untuk
meningkatkan pengalaman belajar ke arah yang lebih konkret. Pembelajaran dengan
menggunakan multimedia tidak hanya menggunakan kata-kata atau simbol-simbol
verbal tetapi melibatkan teks, grafik, suara, video, dan animasi sehingga dapat
kita harapkan hasil pengalaman belajar yang diperoleh lebih berarti bagi siswa.
Multimedia sebagai media pengajaran dapat mempermudah guru dalam penyampaian
materi. Multimedia sebagai inovasi pembelajaran dengan teknologi komputer dapat
membuat materi yang disampaikan lebih menarik, sehingga siswa mudah memahami
pelajaran yang disampaikan (Wiryokusumo, 2002).
Media animasi yang merupakan
kumpulan gambar yang diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan gerakan dan
dilengkapi dengan audio sehingga berkesan hidup serta menyimpan pesan-pesan
pembelajaran. Kehadiran media animasi dalam pembelajaran biologi sangat
mendukung proses penyampaian berbagai informasi dari guru ke siswa.
Proses-proses biologis yang kompleks dapat dengan mudahnya dijelaskan kepada
siswa, seperti proses fotosintesis, respirasi aerob dan berbagai proses dalam
sistem organ manusia. Pentingnya animasi sebagai media pembelajaran adalah
memiliki kemampuan untuk memaparkan sesuatu yang rumit atau komplek serta sulit
dijelaskan dengan hanya gambar atau kata-kata saja. Media animasi pembelajaran
dapat digunakan untuk menjelaskan materi yang secara nyata tidak dapat terlihat
oleh mata (India, 2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Radita (2010) didapatkan bahwa
perencanaan penggunaan media pembelajaran dalam silabus dan RPP belum sesuai
dengan realisasinya. Media pembelajaran yang sering digunakan terdiri dari 2-3
jenis media antara lain media visual yaitu charta; media benda yaitu model dan
media cetak yaitu LKS. Hanya beberapa guru yang mencantumkan penggunaan media
komputer dalam RPP dan silabus. Kendala dalam merealisasikan penggunaan media
komputer adalah kurangnya kreativitas guru. Padahal menurut penelitian
Puryaningsih (dalam India 2010) menunjukkan penggunaan media animasi dalam
pembelajaran biologi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar
siswa.
SMA Negeri 3 Rantau Utara adalah salah satu SMA yang terdapat di Labuhanbatu.
SMA ini memiliki ruang multimedia yang didalamnya terdapat komputer dan LCD
yang bisa menunjang proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan peneliti, ruang
multimedia ini hanya digunakan oleh guru mata pelajaran komputer. Sedangkan
guru mata pelajaran lain jarang sekali menggunakan ruang multimedia ini.
Berdasarkan uraian diatas, maka
dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang penggunaan media animasi
dalam pembelajaran biologi di kelas XI SMA Negeri 3 Rantau Utara. Oleh karena
itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian
”Pengaruh Media Animasi terhadap Penguasaan Konsep Sistem Sirkulasi pada Siswa
Kelas XI IPA SMA Negeri 3 Rantau Utara”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
pengaruh media animasi terhadap penguasaan konsep sistem sirkulasi siswa kelas
XI IPA SMA SMA Negeri 3 Rantau Utara.
Batasan Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi
pada penggunaan animasi dengan menggunakan software Microsoft Power
Point pada proses penyampaian pembelajaran terhadap penguasaan konsep sistem
sirkulasi pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3 Rantau Utara
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah
diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media
animasi terhadap penguasaan konsep sistem sirkulasi pada siswa kelas XI SMA
Negeri 3 Rantau Utara.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah
agar :
Informasi tentang pengaruh media
animasi terhadap penguasaan konsep sistem sirkulasi siswa kelas XI IPA SMA
Negeri 3 Rantau Utara.
Bagi guru, dapat memberikan masukan
cara atau metode yang cocok dalam menyajikan materi agar mampu merangsang siswa
untuk belajar. Serta dapat mengetahui sukses tidaknya penerapan pengajaran
dengan menggunakan multimedia khususnya animasi terhadap pemahaman siswa dalam
mempelajari biologi.
Bagi sekolah, agar lebih
memperhatikan pengadaan media pendidikan bagi menunjang lancarnya pelaksanaan
proses belajar mengajar.
TINJAUAN PUSTAKA
Media Pengajaran
Pengertian Media Pengajaran
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium
atau medius yang secara harfiahnya berarti tengah, perantara atau pengantar.
Media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Menurut
Gerlach, media apabila dipahami secara garis besar adalah, manusia, materi,
atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
keterampilan, pengetahuan, dan sikap. Menurut AECT (Association of Education
& Communication Technology) memberi batasan tentang media sebagai segala
bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi
(Arsyad, 2003).
Media pengajaran merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan
oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta
didik (Danim, 1994). Dapat pula diartikan bahwa media pembelajaran adalah
komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional
di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Gagne dalam
Sardiman (1994) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar, sementara Brigss
berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan
serta merangsang siswa untuk belajar. Menurut Hamidjojo dalam Arsyad
(2003) menyatakan bahwa media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan
oleh manusia untuk menyampaikan ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan
sampai kepada penerima yang dituju.
Media pendidikan oleh Arsyad (2003) dapat diartikan sebagai berikut: a). Media
pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware
yaitu sebagai suatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan
panca indera. b). Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal
sebagai sofware (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam
perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
Jenis dan Fungsi Media
Pembelajaran
Menurut Bahri (1995), media tidak hanya terdiri dari dua jenis. Klasifikasi
dari macam-macam media pengajaran bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya,
dari bahannya dan dari caranya. 1). Dilihat dari jenisnya, media terbagi
menjadi: a). Media auditif atau Audio, adalah media yang mengandalkan suara
saja. Contohnya radio. b). Media Visual, adalah media yang mengandalkan indra
penglihatan. Contohnya film bisu, gambar, lukisan, simbol dan slide. c). Media
Audiovisual, adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis
ini mempunyai kemampuan yang lebih baik dari dua sebelumnya. 2). Dilihat dari
daya liputnya, media terbagi menjadi: a). Media dengan daya liput luas dan
serentak, penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat
menjangkaujumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama seperti radio dan
televisi serta internet. b). Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang
dan tempat, media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang
khusus seperti film sound slides film rangkai, yang harus menggunakan empat
tertutupdan gelap. 3). Dilihat dari bahan pembuatannya, media terbagi kedalam:
a). Media Sederhana, adalah media yang bahan dasarnya mudah diperoleh, harganya
murah, cara pembuatannya mudah dan penggunaannya mudah. b). Media Kompleks,
adalah media dengan bahan dan alat pembuatan yang sulit diperoleh dan mahal
harganya. Penggunaan jenis ini memerlukan keterampilan memadai.
Sudjana dalam Bahri,(1995)
merumuskan fungsi media pengajaran dalam pendidikan menjadi 6 kategori, yaitu:
a). Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan fungsi tambahan,
tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi
belajar mengajar yang efektif. b). Penggunaan media pengajaran adalah bagian
yang integral dari totalitas mengajar. Jadi media merupakan salah satu unsur
yang harus dikembangkan guru. c). Media pengajaran dalam pengajaran,
penggunaannya integral dengan tujuan dari isi pelajaran. Fungsi ini mengandung
pengertian bahwa penggunaan media pengajaran harus melihat kepada tujuan dan
bahan pelajaran. d). Penggunaan media dalam pengajaran bukan alat hiburan,
dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses proses mengajar supaya
lebih menarik perhatian siswa. e). Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan
untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa menangkap
pengertian yang diberikan guru. f). Penggunaan media dalam pengajaran
diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.
Fungsi media menurut Levie & Lentz (Arsyad, 2003) yaitu terdapat 4 fungsi
sebagai berikut: 1). Fungsi Atensi, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian
siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna
visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. 2). Fungsi Afektif,
dapat dilihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (membaca) teks
bergambar. 3). Fungsi Kognitif, terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan
untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4). Fungsi Kompensatoris, terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual
yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam
membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Animasi Komputer
Komputer menjadi suatu teknologi
penting dalam masyarakat, karena banyak digunakan dalam kegiatan bisnis, di
sekolah dan di rumah. Banyak materi pelajaran yang dapat disampaikan melalui
komputer jika siswa memiliki kemampuan menggunakan komputer. Materi tersebut
terkait dengan tujuan pendidikan. Oleh karena itu harus dijadikan ukuran dalam
kurikulum di sekolah menengah. Pengajaran dasar-dasar pemprograman dan
pemecahan masalah dengan komputer adalah perluasan daripada computer
literacy. Hal ini berkenaan dengan pengajaran bahasa komputer dan
melaksanakannya pada beberapa hal untuk mata pelajaran (Hamalik, 2001). Menurut
Hamalik (2001), kompu ter adalah suatu medium interaktif. Siswa memiliki
kesempatan untuk berinteraksi dalam bentuk mempengaruhi atau mengubah urutan
yang disajikan dalam program komputer sehingga dapat berfungsi sesuai yang
diinginkan. Komputer merupakan mesin yang dapat memecahkan berbagai masalah
bagi manusia dengan memberikan instruksi-instruksi kepada mesin itu. Dari
definisi di atas maka komputer baru dapat bekerja atau memberikan informasi
setelah ada program.
Pada dasarnya bahasa yang dapat
dimengerti oleh komputer adalah sinyal-sinyal elektromagnetis yang mendasar
pada konsep hidup dan mati. Bahasa komputer secara umum dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu bahasa mesin, bahasa rakitan dan bahasa tingkat tinggi. Bahasa
mesin adalah bahasa dasar dari komputer dan bersifat unik. Bahasa rakitan
bersifat neumonic yaitu berupa simbol-simbol dan kode-kode tetapi
lebih tinggi dari bahasa mesin yang banyak digunakan para pembuat bahasa
komputer. Bahasa tingkat tinggi adalah bahasa–bahasa yang digunakan oleh
programer aplikasi yang mencoba memecahkan berbagai masalah (Adjie, 2005).
Menurut Adjie (2005), animasi adalah suatu perubahan yang terjadi pada objek,
dalam jarak dan waktu yang tertentu. Perubahan dapat berupa perubahan posisi,
bentuk, dan warna
Media animasi dalam biologi
Media pembelajaran animasi yang
merupakan kumpulan gambar yang diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan
gerakan dan dilengkapi dengan audio sehingga berkesan hidup serta menyimpan
pesan-pesan pembelajaran. Media animasi pembelajaran ini dapat dijadikan
sebagai perangkat ajar yang siap kapan saja digunakan untuk menyampaikan materi
pelajaran. Kehadiran media animasi dalam pembelajaran biologi sangat mendukung
proses penyampaian berbagai informasi dari guru ke siswa. Proses-proses
biologis yang kompleks dapat dengan mudahnya dijelaskan kepada siswa, seperti
proses fotosintesis, respirasi aerob dan berbagai proses dalam sistem organ
manusia. Pentingnya animasi sebagai media pembelajaran adalah memiliki
kemampuan untuk memaparkan sesuatu yang rumit atau komplek serta sulit
dijelaskan dengan hanya gambar atau kata-kata saja. Media animasi pembelajaran
dapat digunakan untuk menjelaskan materi yang secara nyata tidak dapat terlihat
oleh mata (India, 2010).
Media animasi yang digunakan
dalam proses pembelajaran biologi ternyata dapat meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa. Hasil penelitian Marzuki (dalam India, 2010) menjelaskan
bahwa penggunaan animasi multimedia dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan materi pokok
sistem peredaran darah. Penguasaan materi pokok sistem peredaran darah pada
siswa dengan penggunaan animasi lebih tinggi dibanding tanpa menggunakan
animasi multimedia. Puryaningsih (dalam India, 2010) dalam hasil
penelitiannya juga menunjukkan penggunaan media animasi yang ditinjau dari
motivasi berprestasi dan kemampuan awal dalam pembelajaran biologi umum
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa, serta
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan media
animasi lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan tanpa menggunakan media
animasi. Penggunaan media animasi, prestasi belajar mahasiswa lebih baik dari
pada menggunakan modul. Penelitian membuktikan bahwa ada interaksi antara
motivasi dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar biologi umum (India, 2010).
Nilai dan Manfaat Media Pengajaran
Sudjana dalam Bahri (1995) mengumukakan nilai-nilai praktis media
pengajaran adalah: a). Dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir,
b). Dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar. c). Dapat
meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah
mantap. d). Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan. e).
Membantu tumbuhnya pemikiran dan kemampuan berbahasa. f). Memberikan pengalaman
yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi
dan pengalaman belajar yang lebih sempurna. g). Bahan pengajaran lebih jelas
dan dipahami maknanya oleh siswa, sehingga memungkinkan tujuan pengajaran
menjadi lebih baik. h). Metode mengajar akan lebih bervariasi. i). Siswa lebih
banyak melakukan aktivitas belajar seperti mendengarkan uraian guru, mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
Menurut Sudjana (2009) ada
beberapa manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa yaitu: a.).
Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar. b). Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan
pengajaran. c). Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak
bosan dan guru tidak kehabisan tenaga. d). Siswa dapat lebih banyak melakukan
kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga
aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan memerankan.
Menurut Seels & Richey
(Arsyad, 2003) berdasarkan perkembangan teknologi, media pengajaran
dikelompokkan dalam empat kelompok yaitu: a). Media hasil teknologi cetak
seperti buku. b). Media teknologi audio-visual. Teknologi audio-visual adalah
cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin
mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual misalnya
VCD. c). Media hasil teknologi yang berdasarkan computer. Teknologi berbasis komputer
merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan
sumber-sumber yang berbasis mikroprosesor. d). Media hasil gabungan teknologi
cetak dan komputer. Teknologi hasil gabungan adalah cara untuk menghasilkan dan
menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang
dikendalikan komputer.
Hakikat Belajar
Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang penting.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan
maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya
atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi karena siswa
memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Slameto (1995)
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar adalah
suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi positif
dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan (Winkel,
1996). Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi karena adanya
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Belajar dapat terjadi kapan
saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar
adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang disebabkan oleh
terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.
Interaksi yang terjadi selama proses belajar dipengaruhi oleh lingkungannya,
yang antara lain terdiri atas murid, guru, sumber belajar dan fasilitas (proyektor
overhead, radio, komputer, dan perpustakaan) (Arsyad, 2003).
Aktivitas Belajar
Mengajar adalah membimbing siswa melakukan kegiatan belajar. Aktivitas siswa
sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar sebab siswa sebagai subjek
didik adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar. Jadi,
aktivitas belajar merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi
belajar. Menurut Sardiman (1994) aktivitas perlu ada dalam belajar, sebab pada
prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada belajar
karena tidak ada aktivitas. Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar
tidak hanya mengenai aktivitas fisik tetapi juga berkaitan dengan aktivitas
mental siswa.
Sardiman (1994) membagi belajar menjadi aktivitas fisik dan mental. Dalam
aktivitas fisik peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu,
bermain atau bekerja. Ia tidak hanya duduk, mendengarkan, melihat atau hanya
pasif. Dalam aktivitas mental daya jiwa siswa bekerja sebanyak-banyaknya atau
berfungsi dalam pembelajaran. Pada kegiatan pembelajaran kedua aktivitas harus
berkaitan.
Menurut Usman (1995) aktivitas belajar dapat digolongkan dalam beberapa hal
sebagai berikut. a). Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca,
menulis, melakukan eksperimen, dan demonstrasi. b). Aktivitas lisan (oral
activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi dan
menyanyi. c). Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti
mendengarkan penjelasan guru, ceramah dan pengarahan. d). Aktivitas menulis (writing
activities) seperti mengarang, merangkum materi dan membuat makalah.
Penguasaan Konsep
Penguasaan adalah kemampuan yang
mengharapkan pebelajar mampu menguasai arti atau konsep, situasi serta fakta
yang diketahuinya. Dalam hal ini pebelajar tidak hanya hafal secara
verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan
(Purwanto, 2006). Penguasaan merupakan aspek yang mengacu pada kemampuan
memahami makna materi yang dipelajari. Pada umumnya unsur penguasaan ini menyangkut
kemampuan menangkap makna suatu konsep, yang ditandai dengan kemampuan
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan berkreasi.
Untuk mencapai tujuan dalam tingkatan penguasaan ini dituntut keaktifan belajar
murid yang lebih banyak (Ibrahim, 2010).
Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri
yang sama. Belajar konsep merupakan salah satu cara belajar dengan pemahaman
dan dikenal dengan concept formation. Orang dapat belajar konsep melalui
benda-benda, gambar-gambar, dan penjelasan verbal (Winkel, 1996). Siswa telah
mengetahui suatu konsep apabila: a). Dapat menyebutkan nama contoh-contoh
konsep; b). Dapat menyebutkan ciri-ciri konsep tersebut; c). Dapat memilih,
membedakan antara contoh-contoh maupun yang bukan contoh; d). Mampu memecahkan
masalah yang berkenaan dengan konsep tersebut (Hamalik, 2004).
Sistem Sirkulasi
Sistem
sirkulasi adalah materi ajar untuk SMA kelss XI IPA yang tersusun dalam standar
kompetensi (SK) 3 yaitu menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan
tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada
salingtemas. Sistem sirkulasi masuk kedalam KD 3.2. yaitu, Menjelaskan
keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/penyakit yang
dapat terjadi pada sistem peredaran darah. Sistem sirkulasi memiliki beberapa
materi pokok yaitu, struktur dan fungsi darah, struktur alat peredaran darah,
proses peredaran darah manusia, kelainan/penyakit pada sistem peredaran darah,
teknologi ilmu yang berkaitan dengan sistem peredaran darah, dan peredaran
darah hewan. Materi-materi dalam sistem sirkulasi ini terdiri dari beberapa
sifat yaitu, faktual, konseptual, prinsipal, dan prosedural. Dalam materi ini
banyak konsep yang bersifat abstrak. Oleh karena itu, peneliti mengambil materi
sistem sirkulasi untuk diajarkan dengan bantuan media animasi.
Hipotesis Penelitian
Ho : Tidak terdapat
pengaruh media animasi terhadap penguasaan konsep sistem sirkulasi pada siswa
kelas XI IPA SMA
Negeri 3 Rantau Utara.
Ha :
Terdapat pengaruh media animasi terhadap penguasaan konsep sistem sirkulasi
pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri
3 Rantau Utara.
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari
dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya
adalah media animasi, dan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep.
Definisi Operasional Variabel
Variabel dalam penelitian ini
terdiri dari dua variabel, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel
bebasnya adalah media. Media yang digunakan adalah animasi yang merupakan suatu
media pembelajaran yang menggunakan berbagai kombinasi antara teks, grafik,
gambar, dan suara yang memudahkan proses pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan penguasaan konsep sistem sirkulasi siswa.
Penguasaan konsep siswa dinilai
dalam bentuk skor atau angka yang dicapai siswa setelah diberikan tes pada
konsep tertentu, yang disusun untuk penelitian ini.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di
SMA Negeri 3 Rantau Utara pada bulan Nopember – Desember 2015.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3 Rantau Utara tahun ajaran
2015/2016.
Sampel Penelitian
Sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah dua kelas dari kelas XI IPA SMA Negeri 3 Rantau Utara
tahun ajaran 2015/2016 yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas
lagi sebagai kelas kontrol yang kemudian dilakukan rotasi pada pertemuan
selanjutnya.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan
metode eksperimen semu (quasi eksperimen) dengan desain penelitian sebagai
berikut:
Kelompok
|
Pretest
|
Variabel Terikat
|
Postest
|
Eksperimen
|
Y1
|
X
|
Y2
|
Kontrol
|
Y1
|
–
|
Y2
|
Keterangan:
Y1 :
Tes awal atau pretest
X
: Pemberian perlakuan
Y2
: Tes akhir atau posttest
Prosedur Kerja
Persiapan
Membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen dan pembanding
Menentukan kelas eksperimen dan
kelas pembanding sebagai sampel penelitian.
Mempertahankan kondisi-kondisi
kedua kelompok tetap sama, kecuali satu hal yaitu kelompok eksperimen dikenai
variabel eksperimental (Penyampaian materi dengan media animasi komputer yang
ditampilkan dengan menggunakan laptop dan LCD).
Pelaksanaan
Tabel 2. Kegiatan Pembelajaran
Kelas Eksperimen dan Kelas Pembanding
Kelas Eksperimen
|
Kelas Pembanding
|
1. Pendahuluan (15 menit)
a.
Guru memberikan tes awal (10 menit)
b.
Guru memerikan apersepsi (3 menit)
c.
Guru menyampaikan indkator (2 menit)
2. Kegiatan inti (60 menit)
a.
Melaksanakan pembelajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab dengan
menggunakan alat bantu laptop dan LCD yang menampilkan slide dan animasi (45
menit)
Guru mereview sedikit materi
yang telah diajarkan (10 menit)
c.
Guru membimbing siswa membuat kesimpulan (5 menit)
3. Penutup (15 menit)
a.
Memberikan tes akhir (10 menit)
b.
Memberitahukan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya (5
menit).
|
1. Pendahuluan (15 menit)
a.
Guru memberikan tes awal (10 menit)
b.
Guru memberikan apersepsi (3 menit)
c.
Guru Menyampaikan indikator (2 menit)
2. Kegiatan Inti (60 menit)
Melaksanakan pembelajaran dengan
metode ceramah dan tanya jawab dengan menggunakan alat bantu laptop dan LCD
yang menampilkan slide dan gambar (45 menit)
Guru mereview sedikit materi
yang telah diajarkan (10 menit)
Guru membimbing siswa untuk
membuat kesimpulan (5 menit)
3. Penutup (15 menit)
a.
Memberikan tes akhir (10 menit)
b.
Memberitahukan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya (5
menit).
|
Catatan :
Setelah selesai satu kompetensi
dasar dilakukan ulangan harian.
Penyelesaian Penelitian
Melakukan analisis data dan
pembahasan
Merumuskan kesimpulan dari hasil
analisis
Teknik Pengumpulan Data
Tes
Tes sebagai instrumen pengumpul
data adalah serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampilan
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu dan
kelompok (Riduwan, 2003).
Kuesioner (Angket)
Angket adalah daftar pertanyaan
yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden)
sesuai permintaan pengguna (Riduan, 2003). Angket digunakan pada penelitian ini
untuk mengukur minat siswa terhadap animasi yang telah disampaikan oleh
peneliti. Validitas isi angket diuji dengan bertanya kepada ahli (dosen).
Pelaksanaan pengambilan data (pengisian angket) dilakukan sebanyak 2 kali
pertemuan, pertemuan pertama pengisian angket siswa sebelum menggunakan media
pembelajaran dan petemuan kedua pengisian angket setelah penggunaan media
pembelajaran. Skala pengukuruan angket dalam penelitian ini menggunakan skala
Likert.
Tabel Skor pernyataan Tanggapan
Pernyataan
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
Skor
|
4
|
3
|
2
|
1
|
(Sudjana, 1999)
Teknik Analisa Data
Analisa data tes
Sebelum digunakan dalam
penelitian soal yang akan digunakan sebagai alat uji dianalisis terlebih
dahulu. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui validitas dan realibilitas soal
tersebut.
Uji Validitas
Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
(instrumen) dalam mengukur suatu data.
Untuk mengetahui validitas suatu instrumen dilakukan dengan teknik korelasi
product momen (r), dengan rumus sebagai berikut:
(Riduwan, 2003)
Keputusan uji:
Bila rhitung > rteori,
maka instrumen dinyatakan valid (diterima)
Bila rhitung < rteori,
maka instrumen dinyatakan tidak valid (ditolak)
Reliabilitas
Reliabelitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat pengukuran
yang sama.
Pengujian reliabelitas soal
menggunakan rumus Kader Richadson-20 (KR-20) sebagai berikut.
(Riduwan, 2003)
Keterangan:
r11
= koefisien reliabilitas tes
n
= butir item yang dikeluarkan dalam tes 1
∑pq =
jumlah skor proporsi
St2
= varian total
Sedangkan untuk membuktikan perbedaan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
digunakan perhitungan statistik yaitu uji-t dengan taraf kepercayaan 95%. Untuk
mengetahui, apakah hipotesis ditolak atau diterima, maka dilakukan uji
hipotesis. Uji hipotesis menggunakan uji t-tes. Sebelum dilakukan uji t,
terlebih dahulu dilakukan uji narmalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas
untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal dan uji homogenitas dilakukan
untuk mengetahui homogen atau tidaknya kecenderungan sebaran data untuk
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Uji normalitas
Tabel distribusi yang dibuat diatas
uji kenormalannya dengan menggunakan rumus kemencengan sebagai berikut:
(Sudjana, 1999)
Keterangan:
Mo
= Modus
S
= Simpangan baku
X
= Nilai rata-rata
Km
= Kemencengan kurva
Kedua sampel dikatakan terdistribusi normal bila harga kemencengan terletak
diantara (-1) dan (+1) dan bila harga kemencengan nol (0) maka simetrik.
Uji Homogenitas
Suatu varian dikatakan homogen
jika harga F hitung < F tabel dan heterogen bila harga F hitung > F
tabel. Untuk menguji homogenitas varians (S2) digunakan rumus:
(Sudjana, 1999)
Uji-t
Uji-t dilakukan untuk mengetahui
signifikansi data pre-test dan post-test atau untuk menguji perbedaan dua mean,
bila data yang diperoleh normal dan homogen maka di uji-t dengan taraf nyata
0.05 dengan rumus:
Keterangan :
Md
: mean dari deviasi (d) antara post-test dan pre-test.
Xd
: perbedaan deviasi dengan mean deviasi.
N
: banyaknya subjek.
Df
: atau db adalah N – 1
(Arikunto,
2006)
Kemudian untuk mengambil
kesimpulan dilakukan dengan melihat nilai t dengan kriteria sebagai berikut :
Jika thitung ≤ ttabel berarti
tidak ada pengaruh media animasi terhadap pemahaman konsep biologi
Jika thitung > ttabel berarti
ada pengaruh media animasi terhadap pemahaman konsep biologi.
Kategorisasi terhadap nilai
indeks gain yang diperoleh siswa dilakukan untuk mengetahui tingkat efektivitas
pembelajaran yang telah dilangsungkan dengan penghitungan sebagai berikut:
n
Tabel 5. Kategorisasi Indeks Gain
Nilai Indeks Gain
|
Kategori
|
> 0,7
|
Penguasaan konsep tinggi
|
0,3 – 0,7
|
Penguasaan konsep sedang
|
< 0,3
|
Penguasaan konsep rendah
|
Analisis Data Angket
Uji hasil angket dapat dianalisis
dengan menggunakan skala likert yaitu menganalisis jawaban pada angket yang
telah diisi, menghitung skor jawaban, mencari letak dari jumlah skor yang
diperoleh dengan melihat pada rentang, kemudian menarik kesimpulan dengan
menjumlahkan persentase pada pernyataan.
Skor antara 0-50 berarti sangat
tidak setuju
Skor antara 51-100 berarti tidak
setuju
Skor antara 101-150 berarti
setuju
Skor antara 151-200 berarti
sangat setuju
Persentase dari skor yang
diperoleh, dianalisis dengan rumus:
(Riduwan, 2003)
DAFTAR PUSTAKA
Adjie, S. 2005. Macromedia
Flash Profsional 8. Lampung: Dian Rakyat.
Arsyad, A. 2003. Media
Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Bahri, Syaiful dan Zain,Aswan.
1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Dahlan, M. 1994. Kamus
Modern Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Arkola.
Danim, S. 1994. Media
Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Asra; Darmawan, D; Riana,C.
2009. Komputer dan Media Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat
Jendral Pendid ikan Tinggi.
Hamalik, O. 2001. Media
Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
…………….. 2004. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta :Bumi Aksara.
Ibrahim, R., Syaodih S., Nana.
2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
India, 2010. “Penggunaan Animasi
dalam Pelajaran Biologi”. http://biosman11.blogspot.com/2010/03/penggunaan-animasi-dalam-pembelajaran.html.
Diakses tanggal 23 Mei 2010.
Noviari, Naniek. 2009. “Pengaruh
Kemajuan Teknologi Informasi terhadap Perkembangan Akuntansi”. Skripsi.
Bali. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/naniek%20noviari(1).pdf.
Diakses tanggal 30 Mei 2010.
Purwanto, Ngalim. 2006. Prinsip-Prinsip
dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Putantri, Nutirta. 2007. Komputer
Sebagai Alat Bantu Pembelajaran. http://nuritaputranti.wordpress.com/2007/08/23/komputer-sebagai-alat-bantu-pembelajaran/#comment-3333.
Diakses tanggal 23 Mei 2010.
Radita, Ai’. 2010. Kajian
Implementasi Penggunaan Media Pembelajaran dalam Pembelajaran Biologi di SMA
Kelas XI di Kabupaten Ogan Ilir. Skripsi. Indralaya: FKIP Universitas
Sriwijaya.
Riduan. 2003. Metodologi
Penelitian Untuk Pemula. Jakarta: Alphabeta.
Sardiman. 1994. Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grapindo.
Sudjana, N. 1999. Metode
Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana, N dan Rivai, A.
2009. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Slameto. 1995. Belajar dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Usman, M.U. 1995. Menjadi
Guru Profesional. Bandung: Renaja Rosdakarya.
Wilkinson, G.L. 1984. Media
Dalam Pembelajaran. Jakarta: Rajawali & Pustekkom.
Winkel. 1996. Psikologi
Pengajaran. Jakarta: Grapindo.
Wiryokusumo, I. 2002. “Inovasi
Pendidikan Sebagai Usaha Menciptakan Manusia Belajar”. Makalah Seminar
Pendidikan HMJ TEP Universitas Negeri Malang.
No comments:
Post a Comment
you say