Data dan informasi ilmiah yang
termaktub dalam khasanah pengetahuan dan ilmu semata-mata merupakan hasil
rekayasa manusia yang semula diawali kekaguman manusia terhadap lingkungan di
sekitarnya . Kekaguman ini menimbulkan keinginan manusia untuk mengetahui dan
selanjutnya bagaimana alam dapat dikuasai manusia. Fenomena dan kejadian alam dapat dipelajari
karena lazimnya hal-hal yang terjadi secara alamiah akan berlangsung menurut
hukum keteraturan dan konsistensi.
Lazimnya suatu "Ilmu" disusun
berdasarkan pengalaman manusia dari hasil pengamatan manusia terhadap alam,
semula menghubungkan satu fenomena satu dengan lainnya yang bilamana diketahui
manusia disebut pengetahuan (knowledge). Pengamatan adalah suatu tindakan
manusia dalam usaha memahami suatu kejadian (gejala), dan dari hasil pengamatannya
manusia berusaha menarik kesimpulan umum (generalisasi). Pada prinsipnya ada dua pokok kegiatan mental
manusia yang memungkinkan tersusunnya ilmu pengetahuan, yaitu (1) pengamatan,
dan (2) inferensia. Keduanya merupakan komponen dari metoda penelitian ilmiah
(scientific research).
Scientific
research:
kegiatan manusia yang membutuhkan kecer dikan (astute), pengamatan atau
persepsi obyektif dan dan daya evaluasi dan generalisasi yang tajam. Tujuan
dari penelitian ilmiah adalah untuk memperoleh pengertian terhadap suatu
fenomena atau proses dalam penyelidikan spesifik untuk dapat memprediksikan
dengan akurat mengenai apa yang terjadi dalam proses itu sendiri atau memodifikasikan
proses atau dalam mengembangkan proses baru seperti metoda produksi
(teknologi) yang lebih efisien. Dilihat dari segi metodologi, seluruh ilmu
pengetahuan didasarkan pada:
(1). Pengamatan
dan pengalaman manusia yang terus menerus; dan pengumpulan data yang
sistematis.
(2). Analisis
yang digunakan dalam bentuk berbagai cara, antara lain: (a). Analisis langsung
(direct analysis), (b). Analisis perbandingan (comparative analysis), (c).
Analisis matematis dengan meng gunakan model matematis.
(3). Penyusunan
model-model atau teori, serta pemuatan peramalan-peramalan dengan menggunakan
model itu.
(4). Penelitian-penelitian
untuk menguji ramalan-ramalan tersebut, hasilnya mungkin benar atau mungkin
salah.
Proses penelitian juga dapat diartikan
sebagai usaha manusia yang dilakukan secara sadar dan terencana dengan pentahapan
proses secara sistematik untuk : (1) memecahkan masalah dan menjawab
pertanyaan praktis di lapang, atau (2) menambah khasanah ilmu penge tahuan,
baik berupa penemuan teori-teori baru atau penyempurnaan yang sudah ada.
Dengan demikian penelitian juga dapat
digunakan sebagai tolok ukur kemajuan suatu negara, karena melalui penelitian
inilah ilmu pengetahuan dan teknologi baru dapat dihasilkan. Secara umum penelitian (research), dalam
pengertian umum dapat dibedakan antara survai (survey) atau studi kasus (case
study) di satu pihak dan penelitian (experiment) di pihak lain. Untuk dapat melaksanakan penelitian secara
baik, diperlukan penguasaan yang memadai
tentang metode penelitian itu sendiri, baik yang menyangkut pengetahuan teoritikal,
ketrampilan dalam praktek dan juga pengalaman-pengalaman. Lebih dari itu, cara
pelaksanaan penelitian yang baik saja sering dirasa belum mencukupi bila kita
tidak berhasil menyebar luaskan dan meyakinkan akan kegunaan hasil penelitian tersebut kepada
masyarakat, melalui publikasi-publikasi dan pertemuan ilmiah.
Sementara orang seringkali
mencampur-adukkan pengertian "metode penelitian" dan "metodologi
penelitian". Metodologi penelitian
membahas konsep teoritik berbagai
metode, kelebihan dan kelemahannya, serta pemilihan metode yang akan digunakan
dalam suatu penelitian. Sedangkan "metode penelitian" mengemukakan secara teknis tentang
metode-metod yang dipakai dalam suatu penelitian.
Seringkali metodologi penelitian
diperkenalkan dalam maknanya yang teknis belaka, misalnya langsung membahas
tentang populasi, teknik sampling, merumuskan masalah, mendisain dan merancang
instrumen kuantifikasi data, dan sebagainya. Selain itu, banyak peneliti telah
tenggelam pada berbagai teknik sampling, teknik instrumentasi, teknik analisis,
tanpa menyadari bahwa dia telah menjadi penganut filsafat ilmu tertentu. Pengguna metodologi seperti biasnaya akan
cenderung menolak cara-cara kerja lainnya sebagai spekulatif, subyektif, dan
sebagainya. Sebaliknya para penganbut filsafat ilmu yang berbeda memberi cap
"bohong", "munafik" pada lanbgkah-langkah kerja penelitian
yang memulai tulisannya dengan "alasan pemilihan judul", dan
lainnya. Mereka ini lupa atau tidak tahu
bahwa ada metodologi penelitian berbeda yang menggunakan dasar filsafat ilmu
yang lain, yang memang menuntut langkah kerja seperti itu.
Berdasarkan uraian di atas maka
seyogyanya seorang peneliti mengetahui dan menyadari bahwa dia menggunakan
landasan filsafat ilmu yang mana untuk metodologi penelitian yang digunakannya;
sehingga dia menyadari kelebihan dan
kelemahan metodologi yang digunakannya, dan sadar pula bahwa ada metodologi
epenelitian lain yang menggunakan landasan filsafat ilmu yang berbeda.
Metodologi penelitian merupakan ilmu
yang mempelajari metode-metode penelitian, ilmu tentang alat-alat untuk
penelitian. Di lingkungan filsafat,
logika dikenal sebagai ilmu tentang alat untuk mencari kebenaran, dan kalau
disusun secara sistematis, metodologi penelitian merupakan bagian dari
logika. Kita mengenal lima macam model logika, yaitu (1) logika formal
Aristoteles, (2) Logika matematika deduktif, (3) Logika matematika induktif,
(4) Logika matematik probabilistik, dan (5) Logika reflektif.
Logika formal Aristoteles berupaya
menyusun struktur hubungan antara sejumlah proposisi. Untuk membuat
generalisasi, logika Aristoteles mengaksentuasikan pada prinsip-prinsip relasi
formal antar proposisi. Proposisi
merupakan penegasan tentang relasi antar jenis , proposisi juga dapat
dimaknakan sebagai hubungan antar konsep.
Logika matematika deduktif membangun
konstruksi pembuktian kebenaran mendasarkan pada proposisi-proposisi kategorik
seperti Logika tradisional Aristoteles.
Bedanya ialah kalau Logika Aristoteles mendasarkan pada kebenaran formalnya, sedangkan Lohgika
Matematik deduktif mendasrakan pada kebenaran materiil. Logika Aristoteles
menguji kebenaran formal dari proposisi khusus (yang disebut sebagai premis
minor) berdasar kebenaran proposisi
universal (disebut sebagai premis mayor). Kontradiksi antar keduanya berarti
premis minor ditolak. Konstruksi keseluruhan pembuktiannya menggunakan
silogisme: bahwa kalau a termasuk dalam b dan b dalam c, maka a termasuk dalam
c. Logika matematik deduktif menguji
kebenaran materiil kasus berdasarkan dalil, hukum, teori, atau proposisi umum
universal lain. Logika Aristoteles
menuntut dipenuhi syarat formal, logika matematika deduktif melihat kebenaran
materiil. Proposisi universal dikenal dengan nama-nama: asumsi, aksioma,
postulat, teori, dan tesis. Asumsi
merupakan proposisi universal yang "self evident" benar dan tidak
memerlukan pembuktian. Aksioma merupakan
pernyataan tentang sejumlah sesuatu yang mempunyai hubungan tertentu dan benar;
kebenaran ini kalau perlu dapat dibuktikan. Setara dengan "aksioma",
dalam ilmu-ilmu sosial dikenal istilah "postulat". Tesis merupakan pernyataan yang telah diuji
kebenarannya lewat evidensi, mungkin berlandaskan empoiris, atau berdasarkan
argumentasi tergantung pada teori yang dianut.
"Teori" merupakan suatu konstruksi pernyataan yang integratif
yang didalamnya terkandung asumsi, aksioma/postulat, sejumlah tesis, dan
sejumlah proposisi. Teori yang valid memuat lebih banyak tesis daripada
proposisi.
Logika matematik induktif dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu logika matematika induktif kategorik dan logika
matematik probabilistik. Keduanya
membangun generalisasi secara induktif berdasarkan empiri. Logika kategorik menetapkan kebenaran dengan penetapan yang implisit dan eksplisit
terhadap ketegorisasi yang ditetapkan;
sedangkan Logika probabilistik menamplkan proposisi universal relatif yang
memberi peluang atas kemungkinan benar dan salah dalam proposisinya.
Untuk menguji dan memperoleh kebenaran
logika reflektif bergerak mondar-mandir antara induksi dan deduksi. Untuk hal-hal yang deterministik digunakan
logika reflektif kategorik, sedngkan untuk hal-hal yang indeterministik digunakan
logika reflektif probabilistik.
Populasi dan Sample
Dalam suatu penelitian survei, sumber informasi diperlukan untuk
menjawab permasalahan penelitian. Sumber
informasi ini dapat dibedakan menjadi
sumber informasi utama (primair) dan sumber informasi pendukung
(sekunder). Sumber informasi utama
lazimnya juga dikenal sebagai "POPULASI". Dalam konteks ini "populasi"
diartikan sebagai himpunan semua hal yang ingin diketahui, dan biasanya juga
disebut sebagai "universum'.
Populasi ini dapat berupa lembaga, individu, kelompok, dokumen, atau
konsep. Dalam penentuan populasi ada
empat faktor yang harus diperhatikan, yaitu (a) Isi, (b) satuan, (c) cakupan
(skope), dan (d) waktu.
Populasi juga dapat diartikan sebagai
jumlah keseluruhan unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga (akan
dianalisis). Dalam konteks ini dapat
dibedakan antara POPULASI TARGET dan POPULASI SURVEI. Populasi target adalah populasi yang telah kita tentukan sesuai
dengan permasalahan penelitian, dan hasil penelitian dari populasi ini akan
disimpulkan. Populasi survei merupakan
populasi yang terliput dalam penelitian.
Secara ideal kedua populasi ini sehatrusnya identik, tetapi pada
kenyataannya seringkali berbeda.
SAMPEL atau CONTOH adalah sebagian dari populasi yang diteliti/diobservasi dan
dianggap dapat menggambarkan keadaan atau ciri populasi. Dalam teknik penarikan sampel dikenal dua
jenis, yaitu penarikan sampel probabilita dan non probabilita. Sampel
probabilita adalah teknik poenarikan sampel dimana setiap anggota populasi
diberi/disediakan kesempatan yang sama untuk dapat dipilih menjadi sampel.
1.
Sampel Probabilita
Ada empat macam cara yang lazim:
(1). Penarikan sampel Secara Acak Sederhana
(Simple Random Sampling)
Sampel
acak sederhana adalah sampel ayang diambil sedemikian rupa sehingga anggota
populasi mempunyai kesempatan/peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
(2). Penarikan Sampel Sistematis (Systematic
Random Sampling)
Metode pengambilan sampel dimana anggota sampel
dipilih secara sistematis dari daftar populasi. Daftar populasi harus berada
dalam keadaan acak atau membaur.
(3). Penarikan Sampel Stratifikasi (Stratified
Random Sampling)
Apabila
kita akan mengkaji hubungan antar variabel, atau kita melibatkan variabel bebas
dan variabel tidak bebas (terikat), maka diperlukan metode penarikan sampel
berlapis atau berstrata. Suatu kriteria yang
jelas harus ditetapkan untuk membatasi strata.
Penarikan sampel dari setiap strata dapat dilakukan secara pro porsional
atau tidak proporsional. Keuntungan dari
cara penarikan sampel ini adalah (a) semua ciri populasi yang heterogen dapat
terwakili, (b) dapat dikaji hubungan antar strata, atau memban dingkannya.
(4). Penarikan Sampel Secara Bergerombol (Cluster
Sampling)
Dalam
praktek seringkali kita tidak mempunyai daftar populasi yang lengkap. Dalam kondisi seperti ini diperlukan
"POPULASI MINI" yang sifat dan karakternya sama dengan seluruh
POPULASI. Populasi mini seperti ini disebut CLUSTER atau GEROMBOL. Setelah cluster ditetapkan, barulah memilih
sampel secara acak. Kelemahan cara ini
adalah sulit mengetahui bahwa setiap gerombol menggambarkan sifat populasi
secara tuntas.
2.
Sampel Tidak Probabilita
(1).
Penarikan Sampel Secara Kebetulan
(Accidental Sampling)
Peneliti
dapat memilih orang atau responden yang terdekat dengannya, atau yang pertama
kali dijumpainya dan seterusnya.
(2).
Penarikan Sampel Secara Sengaja
(Purposive Sampling)
Peneliti
telah menentukan responden menjadi sampel penelitiannya dengan anggapan atau
menurut pendapatnya sendiri.
(3).
Penarikan Sampel Jatah (Quota Sampling)
Populasi
dibagi menjadi ebberapa strata sesuai dengan fokus pene litian. Penarikan sampel jatah dilakukan kalau peneliti tidak mengetahui jumlah yang rinci
dari setiap strata populasinya. Dalam kondisi ini peneliti menentukan jatah
untuk setiap strata yang kurang-lebih seimbang.
(4).
Penarikan Sampel Bola Salju (Snowball
Sampling)
Bola
salju dibuat dengan menggulung salju yang bertebaran di atas rumput, dari
sedikit menjadi banyak dan besar.
Pertama kali ditentukan satu atau
beberapa responden untuk diwawancarai, sehingga berperan sebagai titik awal penarikan sampel. Responden selanjutnya ditetapkan berdasarkan
petunjuk dari responden sebelumnya. Cara
ini sering digunakan dalam penelitian-penelitian pemasaran.
Preposisi Penelitian
Konsep dan Variabel
KONSEP adalah merupakan ide-ide,
penggambaran hal-hal atau benda-benda atau gejala sosial, yang dinyatakan dalam
istilah atau kata. Konsep dapat dibentuk
dengan jalan abstraksi atau generalisasi.
ABSTRAKSI adalah proses
menarik intisari dari ide-ide, hal-hal, benda-benda, atau gejala sosial. Sedangkan GENERALISASI adalah menarik kesimpulan umum dari sejumlah ide- ide,
hal-hal, benda-benda, atau gejala sosial yang khusus. Ciri dari suatu konsep adalah bersifat
umum. Contoh yang mudah dipahami adalah
konsep “tanaman”, “ternak”, "meja", "kursi",
"masyarakat", "organisasi", "asimilasi",
"kebahagiaan" dan lainnya. Konsep ber-fungsi untuk menyederhanakan
pemikiran terhadap ide-ide, hal-hal, benda-ben-da, atau gejala sosial. Dalam konteks ini konsep harus didefinisikan
dengan jelas dan tegas.
Definisi merupakan pernyataan yang
dapat mengartikan atau memberi makna suatu istilah atau konsep tertentu. Tiga
hal pokok dalam membuat definisi adalah (1) apa yang mendefinisikan sebaiknya
tidak mengandung istilah atau konsep yang didefinisikan, atau mengandung
istilah sinonim, atau istilah yang erat bergantung pada apa yang
didefinisikan; (2) definisi tidak dirumuskan dalam kalimat negatif, dan (3)
definisi sebaiknya dalam bahasa yang sederhana dan jelas serta terperinci agar
mudah dimengerti oleh orang lain dan komunikatif.
Dalam
penelitian empiris, konsep yang abstrak harus dapat diubah menjadi suatu konsep
yang lebih konkrit agar dapat diamati dan diukur. Konsep yang lebih konkrit ini
lazim dikenal sebagai VARIABEL, yaitu suatu konsep yang mempunyai variasi
nilai. Misalnya konsep
"BADAN" dan variabel
"BERAT BADAN".
2.
Jenis Preposisi
Preposisi
adalah suatu pernyataan yang terdiri dari satu atau lebih dari satu konsep atau
variabel. Preposisi yang hanya terdiri
atas satu konsep atau variebal disebut UNIVARIAT. Preposisi yang menyangkut
hubungan antara dua konsep atau variabel
disebut BIVARIAT, dan lebih dari dua konsep atau variabel disebut
MULTIVARIAT. Beberapa jenis preposisi
yang lazim digunakan adalah Aksioma, Postulasi, Teori, Hipotesis, dan
Generalisasi Empiris.
3.
Teori dan Jenis Teori
Suatu teori berusaha untuk menjawab
pertanyaan "mengapa" dan "bagaimana". Teori adalah
serangkaian konsep dalam bentuk preposisi-preposisi yang saling berkaitan,
bertujuan memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu gejala. Untuk melihat apakah suatu teori dirumus kan
secara baik dapat dievaluasi melalui hal-hal (a) dapat diuji, (b) satuan
analisis, (c) kesederhanaan, (d) dapat menjelaskan atau memprediksi suatu
gejala.
4.
Sekala Variabel
Ciri-ciri atau karakteristik dari nilai
variabel pada dasarnya dapat dibedakan menjadi empat tingkatan skala, yaitu
SEKALA NOMINAL, SEKALA ORDINAL, SEKALA INTERVAL, dan SEKALA RASIO.
Sekala Nominal hanya sekedar membedakan satu kategori dengan
kategori lainnya dari suatu variabel.
Dasar perbedaannya adalah penggo longan yang tidak saling tumpang tindih
antar kategori. Sekala ordinal mempunyai
sifat membedakan dan mencerminkan
adanaya tingkatan. Misalnya jenjang kepangkatan meliter "Mayor",
"Kapten", "Letnan". Sekala interval mempunyai sifat
membedakan, mempunyai tingkatan dan mempunyai jarak yang pasti antara satu
kategori dengan kategori lainnya.
Misalnya variabel "umur". Sekala rasio mempunyai sifat membedakan,
mempunyai tingkatan dan jarak, dan setiap nilai variabel diukur dari suatu
keadaan atau titik yang sama (titik nol mutlak). Misalnya variabel "berat badan",
keadaan tanpa bobot dapat dipakai sebagai titik nol mutlaknya.
Dalam penelitian, selain
"sekala" kita lazim mengenal istilah "indeks", yaitu
ukuran gabungan untuk suatu
variabel. Dari beberapa variabel kita
mengga-bungkannya dengan cara etertentu untuk megukur suatu variabel atau
konsep baru. Dalam proses penggabungan ini dapat digunakan pembobot yang sama
atau berbeda untuk setiap variabel yang digabungkan. Dalam penggabungan ini
dapat digunakan cara (1) Summated Rating, (2) Sekala Likert, dan (3) Sekala
Guttman.
Summated Rating: yaitu suatu cara
pengelompokkan variabel dengan sekedar menjumlahkan skor dari nilai sejumlah
variabel yang akan dikelompokkan. Sekala Guttman atau Sekalogram: sekala yang
bersifat unidimensional dan pernyataan/pertanyaan/variabel yang tercakup dalam
sekala ini mempunyai bobot yang berbeda. Sekala Likert: suatu ukuran gabungan
yang berusaha untuk mengurangi akibat
dari ukuran yang multidimensional, dengan tujuan untuk memperoleh ukuran yang
unidimensional.
5.
Pengukuran Variabel
Indikator adalah hal-hal yang digunakan
sebagai kriteria untuk menunjukkan dan mengukur suatu konsep. Misalnya konsep
"status sosial ekonomi" mempunyai indikatro-indikator
"pendidikan", "peker-jaan", dan "penghasilan".
Operasionalisasi konsep: upaya untuk men-jabarkan pengertian suatu konsep yang
abstrak dengan menu-runkannya pada tingkatan yang lebih konkrit, dengan
bantuan beberapa variabel sebagai
indikator yang dapat menunjukkan dan mengukur konsep tersebut.
Definisi operasional merupakan petunjuk
tentang suatu variabel yang diukur, sangat membantu dalam komunikasi antara
peneliti. Misalnya, "Penduduk yang tergolong
miskin adalah mereka yang mempunyai tingkat pengeluaran senilai kurang dari 320
kg beras per kapita per tahun untuk penduduk pedesaan dan 480 kg untuk
perkotaan."
6.
Hubungan antar variabel
Hubungan antara variabel berdasarkan
sifat hubungannya dapat dibedakan menjadi hubungan simetris dan hubungan
asimetris; berdasar kan jumlah variabel yang terlibat menjadi bivariat dan
multivariat; berdasar kan bentuk hubungannya menjadi linear dan tidak linear;
berdasarkan kondisi hubungannya menjadi hubungan yang perlu, hubungan yang
cukup dan hubungan yang perlu dan cukup.
Variabel kontrol: variabel yang
berperan mengontrol hubungan antara dua variabel, yaitu hubungan semu atau
sejati. Hubungan semu adalah hubungan
antara dua variabel yang hanya ada dalam data, tetapi secara logika sebenarnya
tidak ada hubungan. Hubungan ini ada karena terdapat variabel ke tiga yang
berhubungan secara positif dengan kedua
variabel.
7.
Validitas (Keabsahan) dan Reliabilitas (keterandalan)
Dalam usaha untuk memperoleh kejelasan
tentang konsep atau hubungan antar konsep yang sedang diteliti, langkah penting
yang harus dilakukan adalah mengadakan pengukuran. Dalam konteks pengukuran
inilah muncul masalah keabsahan dan keterandalan.
"Apakah anda betul mengukur apa
yang hendak anda ukur?" Suatu penelitian disebut valid (absah)
apabila peneliti memang menukur konsep yang digunakan dalam penelitiannya
sesuai dengan apa yang hendak diukur dan konsep itu diukur secara tepat. Dengan kata lain keabsahan menyatakan tingkat
kesesuaian antara konsep dan hasil pengukuran atau antara konsep dengan
kenyataan empiris.
Keterandalan mencerminkan kecepatan dan
kemantapan alat ukur dalam mengukur suatu konsep, sehingga yang dipermasalahkan
adalah kesesuaian antara hasil-hasil pengukuran
di tingkatan kenyataan empiris.
Rancangan Penelitian:
Rumusan Permasalahan, Tujuan dan Kegunaan, Kerangka Teori dan Konsepsi, Hipotesis
1.
Pendahuluan
Jika peneliti ingin usulan yang ditulis
dapat bersaing maka ikutilah petunjuk format penulisan proposal yang
diberlakukan. Mengapa harus diikuti ? Karena usul penelitian itu akan
dievaluasi, yang pertama dinilai apakah format telah sesuai; jika tidak sesuai
maka usul penelitian akan gagal memasuki babak penilaian akademis berikutnya
yang menilai mengenai isi usul penelitian.
Beberapa hal penting dalam penyusunan
usul penelitian ialah (1) Rumusan permasalahan, (2) tujuan dan kegunaan, (3)
kerangka teori dan konseptual dan (4) Hipotesis. Outline usul penelitian
secara umum adalah sbb: judul, latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan, kerangka teori dan konseptual, hipotesa, metodologi: teknik
pengambilan contoh, instrumen penelitian (untuk survey) - rancangan percobaan
(untuk experimen), metoda analisis - kalau ada model statistik. Urutan itu tidak baku, tetapi
komponen-komponen itu harus ada. Para calon peneliti dan peneliti hendaknya
menyadari bahwa penyusunan rancangan penelitian bukan hanya berguna bagi diri
peneliti sendiri. Akan tetapi, juga bermanfaat bagi orang lain baik untuk
memperoleh masukan, atau meyakinkan pihak pemberi dana. Rancangan penelitian yang diusulkan pada
pihak lain, disebut usulan penelitian (research proposal).
Sampai sejauh manakah kelengkapan
penulisan rancangan penelitian ? A good research proposal is a final report
minus data. Dalam keinginan
yang ideal ini, berarti segala kegiatan dari tahapan penelitian harus ada
dikemukakan dalam rancangan penelitian. Dari rancangan penelitian, pembaca
dapat memprakirakan hasil dan kualitas penelitian yang akan dihasilkan. Hal
ini tidak berarti rancangan penelitian tidak dapat dirubah, penyesuaian atau
revisi rancangan dalam pelaksanaan penelitian selalu dapat dilakukan, demi
tercapainya tujuan penelitian.
Adalah tidak dapat dibenarkan apabila
seorang peneliti beranggapan, model atau konsep analisis data itu tidak perlu
dicantumkan dalam usul (proposal) penelitian . Analisis data itu adalah urusan
belakang, nanti pasti akan dilakukan jika data telah terkumpul. Bilamana hal
ini dilakukan oleh peneliti, seringkali penyelesaian laporan penelitian
terlambat, karena (i) peneliti masih mereka-reka bagaimana menganalisa data, (ii) karena
tidak mantap dalam konsep analisis, maka
kurang rinci pula data yang dikumpulkan.
Seringkali tujuan akan tidak tercapai karena setelah sampai pada
analisis - ternyata data yang dikumpulkan tidak memadai.
2.
Hakekat Penelitian
IPTEK, ilmu pengetahuan atau sains dan
teknologi adalah hasil dari kegiatan penelitian. Dengan demikian, penelitian
itu pada hakekatnya adalah untuk menghasilkan sains dan teknologi. Kejadian
alam dapat kita pelajari karena kejadian itu beraturan. Dari hasil mengamati kejadian alamiah ini
timbullah apa yang disebut pengetahuan. Jadi pengetahuan lahir sebagai hasil
pengalaman manusia.
Ilmu pengetahuan (scientific knowledge)
yang sering disebut sains (science) terdiri dari pengetahuan-pengetahuan
ilmiah. Pengetahuan manusia yang telah tersusun dalam suatu kumpulan
pengetahuan yang sistimatis disebut ilmu atau science. Pengetahuan pada
hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang sesuatu obyek atau
fenomena tertentu. Tidak semua pengetahuan disebut pengetahuan ilmiah. Sesuatu pengetahuan dapat disebut ilmiah jika
telah dapat diterangkan terjadinya fenomena itu. Bilamana sesuatu kejadian
belum diketahui penyebabnya, bukan berarti fenomena itu terjadi tanpa sebab,
melainkan manusia belum mengetahui. Ketidaktahuan itu selalu menjadi tantangan
bagi peneliti. Oleh karena itu, seni, agama,
misalnya tidak tergolong pengetahuan ilmiah, karena kepercayaan, seni
itu tidak dapat diterangkan dengan logika
teori dan fakta.
Bagi kita di Indonesia yang masih belum
banyak mampu berperan dalam menghasilkan sains dan teknologi, masih dijumpai
banyak hambatan dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Beberapa kelemahan yang ada pada staf
akademik, antara lain kemampuan untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan kedua tidak cukup waktu untuk mencurahkan waktunya dalam mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan.
Syarat peneliti yang baik, yaitu
memiliki bekal teori cukup yang berkaitan dengan problematik
penelitian ialah : (1) Kesungguhan dan kejujuran, dan berbudaya
akademik; dan (2) Pengalaman
melaksanakan penelitian. Dengan demikian, belajar meneliti tidak mungkin hanya
dengan membaca buku teori metoda penelitian, atau "pertemuan di dalam kelas", belajar meneliti akan jauh lebih
efektif jika melaksanakan "praktek meneliti".
Para peneliti seringkali dalam menyusun
rancangan atau melakukan penelitian tidak membaca hasil penelitian orang
lain. Hal ini menyebabkan, penelitian
yang ia laksanakan seolah-olah tidak pernah dilaksanakan orang lain. Bagaimana mungkin seorang peneliti akan
mampu memberikan sumbangan pada tumpungan IPTEK, kalau dia tidak mengetahui
sampai dimana sebenarnya IPTEK frontier ?
Mereka harus belajar dari kegagalan atau keberhasilan dari peneliti lain
dalam usaha memberikan sumbangan pada IPTEK.
2.1.
Pengertian Ilmiah dan Metoda Ilmiah (Saintifik)
Sesuatu yang ilmiah harus memenuhi dua
syarat, yaitu: (1) fenomena itu dapat dijelaskan secara logis, dapat diterima
oleh akal berda sarkan teori yang telah ada, dan (2) dapat dibuktikan secara
empiris (data). Benda yang dilepaskan dari ketinggian tertentu diatas bumi akan
jatuh ke bumi. Ini merupakan fakta empiris. Fenomena ini masih belum cukup
disebut pengetahuan ilmiah bilamana belum dapat diterangkan alasan mengapa
benda itu jatuh ke bumi itu. Setelah
manusia mengetahui adanya gaya gravitasi bumi, maka pengetahuan jatuhnya
benda ke bumi itu disebut pengetahuan ilmiah.
Berkembangkan hukum benda jatuh. Berdasarkan pengetahuan ilmiah
tersebut, kemudian manusia mampu memprakirakan kecepatan benda jatuh pada
ketinggian, besarnya benda, dsb-nya.
Teknologi merupakan hasil dari
penelitian yang biasa disebut percobaan. Teknologi merupakan perpanjangan dari
ilmu pengetahuan. Yakni penerapan ilmu pengetahuan dalam bentuk alat produksi
dan konsumsi, barang konsumsi yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Pupuk, TV, bibit unggul, challenger dll- nya adalah teknologi yang merupakan
produk dari penelitian.
2.2.
Metoda Ilmiah
(Saintifik)
Pengetahuan ilmiah hanya dapat
diperoleh dengan melalui prosedur tertentu, yang disebut "Metoda ilmiah".
Metoda ilmiah adalah searah dengan alur berfikir ilmiah yang terdiri dari
urutan berfikir dari perumusan masalah, hipotesis, pengujian hipotesis dengan
cara analisis data, dan kemudian pengambilan kesimpulan. Penelitian adalah kegiatan manusia yang
sistematis untuk mencari kebenaran objektif, ditujukan untuk memberikan
sumbangan pada khasanah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, atau mencari jawaban
terhadap permasalahan praktis.
Dilihat dari segi metodologi,
perkembangan semua ilmu pengeta huan didasarkan pada:
1. Pengamatan
dan pengalaman manusia yang terus menerus.
2. Pengumpulan
data yang terus menerus dilakukan secara sistematis;
3. Analisis
data yang ditempuh dengan berbagai cara, antara lain: (a). analisa langsung
(direct analysis), (b). analisa perbandingan (com parative analysis); (c).
analisa matematis dengan menggunakan model-model matematis.
4. Penyusunan
model dan teori, serta penyusunan ramalan sehubungan dengan model itu,
5. Hasil
percobaan mungkin berhasil atau tidak berhasil sesuai dengan teori. Jika
terbukti tidak berhasil, terbuka kemungkinan untuk memperbaiki. Tetapi peneliti
akan mampu memperbaiki bilamana mengetahui apa yang salah. Dengan demikian dalam perkembangan ilmu
pengetahuan terjadi built-in self
corrective system, yang memungkinkan disingkirkannya kesalahan demi kesalahan
secara bertahap untuk menuju kearah kebenaran.
3.
Penggolongan Penelitian
Penelitian di perguruan tinggi
digolongkan menurut tujuannya yaitu:
a. Penelitian
latihan yang ditujukan untuk meningkatkan kemam puan meneliti,
b. Penelitian
pengembangan dan penerapan ilmu dan teknologi (PIT), penelitian ini ditujukan
untuk memberikan sumbangan pada ilmu pengetahuan dan menghasilkan teknologi,
c. Penelitian
kelembagaan yang ditujukan untuk pengembangan pendidikan tinggi sebagai suatu
lembaga,
d. Penelitian
untuk memberikan sumbangan pada pembangunan regional.
Penelitian latihan diperlukan untuk
menghasilkan tenaga peneliti yang bermutu.
Penelitian ini ditujukan dalam rangka upaya menguasai ilmu pengetahuan
atau mengusai metoda penelitian. Penelitian golongan ke dua itu adalah untuk
memenuhi fungsi perguruan tinggi/lembaga penelitian sebagai produsen IPTEK.
Penelitian yang kedua ini dapat berbentuk penelitian dasar (basic research)
yaitu penelitian yang ditujukan untuk memberikan sumbangan pada ilmu
pengetahuan tanpa memperhatikan applikasinya, dan penelitian terapan (applied
research) adalah penelitian yang
ditujukan untuk memenuhi tujuan applikasi tertentu. Batas antara penelitian terapan dan dasar
dapat bersifat tipis sekali, karena hasil penelitian dasar juga dapat secara
tidak langsung bermanfaat untuk memberikan pemecahan masalah yang sifatnya
terapan. Dalam situasi ini penelitian dasar memiliki aspek terapan.
Ada pelbagai macam penelitian dalam
kenyataan yang dapat dilakukan,
a. Penelitian
Diskriptif:
Penelitian
golongan ini derajatnya dipandang lebih rendah diban dingkan dengan golongan
penelitian lainnya. Misalnya penelitian mengenai prevalensi penyakit tertentu
di daerah A, pendapatan dari petani di daerah A. Banyak contoh yang lain, misalnya, judul
penelitian adalah: Jumlah bakteri awal di
dalam air susu sapi perah di kabupaten A. Tujuan penelitian untuk
mengetahui jumlah bakteri awal yang terdapat di dalam air susu sapi perah pada
perusahaan susu maupun peternakan sapi perah milik rakyat di wilayah kabupaten
A. Kesimpulan penelitian, (a) jumlah bakteri awal di dalam air susu perah di
kab. A lebih banyak dipengaruhi oleh faktor penanganan, dan (b) jumlah bakteri
awal air susu sapi perah di kab. A termasuk dalam kategori susu yang diperoleh
dengan banyak komtaminasi.
Contoh
lain ialah penelitian prevalensi penyakit tanaman tertentu di suatu daerah atau
monitoring populasi hama tanaman di suatu daerah. Penelitian semacam ini tidak
lain hanya bersifat inventarisasi.
Kualifikasi penelitian semacam ini mutunya kurang dibandingkan dengan
penelitian yang analitis. Data yang dihasilkan inventarisasi ini memang tidak
diragukan pentingnya bagi pengambil kebijakan, atau dalam penelitian
selanjutnya. Hal penting yang dipermasalahkan bukan pentingnya data yang
dikumpulkan, tetapi kualifikasi ditinjau dari proses penelitian kurang memadai.
Penelitian itu hanya mampu menjawab "what" belum sampai pada
"how" dan "why".
b. Penelitian
Analitis
Dapat
dibedakan dua macam yaitu diskriptif analitis dan analitis kuantitatif.
Perbedaan antara dua macam penelitian ini terletak pada analisa yang dipakai,
yang pertama menggunakan analisis tabuler, sedangkan yang kedua menggunakan
metoda kuantitatif - persamaan
/model-model matematis. Keunggulan penelitian analisis kuantitatif, dapat
digunakan untuk memprediksikan.
4.
Rumusan Masalah Penelitian
Dalam pengalaman melaksanakan kursus
penelitian, saya seringkali ditanya mengenai isi yang harus dicantumkan dalam
"heading" latar belakang dan masalah penelitian. Yang seharusnya
dicantumkan dalam latar belakang adalah memberikan alasan mengapa peneliti
memilih topik tertentu.
Setiap peneliti, mahasiswa ataupun
dosen yang sedang mencari obyek penelitian, seringkali mengalami kesulitan
untuk merumuskan masalah penelitian. Titik tolak munculnya idea penelitian
harus dimulai dengan masalah. Selanjutnya penelitian akan diarahkan untuk
mencari jawaban terhadap masalah yang dikemukakan. Para mahasiswa bilamana
ditanya, apa masalah penelitian mereka, pada umumnya mereka menyebutkan topik
(judul) penelitian. Topik memang berkaitan dengan masalah penelitian, tetapi
masalah penelitian harus dimunculkan terlebih dahulu, bukan judul penelitian
ditentukan terlebih dahulu kemudian merumuskan problematik penelitian. Menyatakan
masalah penelitian, dalam kenyataannya memang tidak selalu mudah. Para
mahasiswa seharusnya dilatih untuk menyatakan permasalahan penelitiannya
dengan singkat. Masalah penelitian harus dirumuskan dengan jelas, akurat.
Rumusan masalah penelitian berguna
untuk beberapa kepen tingan, yaitu (a) justifikasi atau alasan mengapa
penelitian dilakukan bisa dilihat dari pentingnya permasalahan. Problematik
penelitian hendaknya juga mencakup "What" "whom",
"where", and "when", (b) mampu mengarahkan penelitian.
4.1.
Peranan Teori dalam Perumusan Masalah
Rumusan masalah itu lebih rinci
diberikan dalam Kerangka Teori dan Konsepsi, pada bagian ini dicoba diungkapkan
masalah, simplifikasi, dirumuskan dalam variabel-variabel yang dapat
diamati. Jika penelitian berupa percobaan,
dikemukakan teori-teori yang akan mendukung metodologi pelaksanaan percobaan.
4.2.
Bagaimana mengungkapkan permasalahan ?
Kata "masalah" memang
mempunyai arti yang berbeda-beda, dapat berarti bidang cakup - atau mengenai.
Seorang dokter yang didatangi pasien, selalu dihadapkan pada masalah untuk
mengetahui mengapa orang itu sakit. Masalah penelitian dapat berupa pertanyaan
yang muncul karena ketidak tahuan atau kesenjangan. Rumusan pertanyaan yang
lebih spesifik akan lebih mudah dijawab daripada pertanyaan umum. Ada beberapa
cara untuk mengetahui apakah rumusan masalah telah dapat terungkap dengan baik.
Difinisi permasalahan yang dimaksud dalam penelitian mempunyai arti yang
spesifik.
4.3.
Sumber Memperoleh Masalah Penelitian.
Masalah penelitian dapat diperoleh dari
beberapa sumber. Yang pertama, berasal dari teori yang sudah ada. Jika teori akan diangkat oleh peneliti,
berarti ia akan menguji kebenaran teori itu dalam lingkungan yang sama atau
dalam lingkungan yang berbeda, di mana sesuatu teori telah diterima. Dalam keadaan seperti itu, teori dalam
penelitian tertentu berubah menjadi hipotesa, dan penelitian itu bertujuan
untuk menguji hipotesa. Sumber yang kedua: berasal pengamatan di lapangan.
Dalam situasi seperti itu, peneliti terpanggil untuk menjawab permasalahan
praktis.
Penelitian dapat ditujukan untuk
mengisi kekosongan penge tahuan mengapa terjadi perbedaan antara "what
is" (apa yang terjadi) dan "what should be" (apa yang seharusnya
terjadi).
Seorang peneliti dapat membuat
percobaan untuk mengha silkan teknologi baru, misalnya beberapa penelitian yang
dilakukan oleh Fakultas Teknik Unibraw, berupaya mengembangkan "konstruksi
ulir", menampung kebisingan yang terjadi di pabrik untuk menjadi enersi,
sehingga mampu menghemat enersi. Sebagai peneliti tentunya ingin berhasil
menghasilkan teknologi seperti yang ia inginkan. Percobaan dilakukan.
Penelitian itu tidak selalu berhasil mencapai
tujuan, sukses menghasilkan teknologi.
Penelitian untuk menghasilkan teknologi baru itu, bukan berhasil atau
tidaknya yang menjadi ukuran. Pada tahapan
tertentu, jika ia gagal, mampu menjelaskan kegagalannya, bila ia sukses ia juga
mempu menjelaskan kesuksesan yang diraih.
Seorang Peneliti berupaya melakukan
penelitian percobaan bawang putih di dataran rendah. Rumusan masalah yang
dikemukakan: "Produksi bawang putih di dalam negeri tidak cukup memenuhi
kebutuhan, sehingga harus impor. Lahan dataran tinggi yang dapat ditanami
bawang putih dengan produktif terbatas, untuk meningkatkan produksi dipandang
perlu untuk mencoba menanam bawang putih di lokasi yang lebih rendah.
Pertanyaan penelitian, apakah tanaman bawang putih dapat ditanam dengan
menguntungkan di dataran rendah ? "
Dalam diri peneliti paling tidak ada
pengetahuan mengenai teori agronomi yang menyebabkan ia tertarik mencoba atau
mencari peluang untuk menumbuhkan bawang putih di dataran rendah. Mungkin pada
penelitian pendahuluan, peneliti masih mencoba-coba
menanam di dataran rendah. Ada dua kemungkinan hasil yang akan diperoleh,
bawang putih di dataran rendah memberikan keuntungan atau tidak menguntungkan
bagi yang mengusahakan. Bilamana penelitian berhenti sampai disini, saya
menganggap kualifikasi penelitian kurang berbobot. Kualifikasi penelitian akan menjadi lebih
tinggi bilamana peneliti mampu menjelaskan mengapa bawang putih itu berhasil
atau tidak berhasil ditanam di dataran rendah dengan menggunakan teori pelbagai
ilmu agronomi, tanah, atau lainnya.
Jika peneliti tidak mampu menjelaskan
kegagalan atau kesuksesan penelitiannya, tidak ada bedanya dengan petani yang
hanya coba- coba menanam tanaman yang tidak biasa ditanam. Jika ia gagal maka selesailah percobaan yang
dilakukan, karena ia tidak mampu menggunakan teori untuk memperbaiki
percobaannya lebih lanjut. Demikian pula seseorang insinyur teknik yang gagal
atau sukses melakukan percobaan tertentu, tetapi ia tidak mampu menjelaskan
kesuskesannya atau kegagalannya, berarti penelitian semacam ini belum memenuhi
penelitian ilmiah (scientific research).
Seringkali masalah penelitian tidak
spesifik dirumuskan, hal ini menyebabkan penelitian tidak atau kurang terarah
dalam upaya menjawab masalah. Contoh rumusan masalah yang tidak spesifik ialah "Indonesia
pada saat ini kekurangan produksi kedele, produktifitas kedele per hektar masih
rendah, sebagian kedele masih diimpor".
Rumusan masalah yang tidak spesifik itu
akan memberikan arah penelitian yang berbeda-beda. Banyak sekali
kemungkinan-kemungkinan rumusan yang dapat diformulasikan. Rumusan lebih
lanjut yang lebih spesifik dapat diberikan untuk setiap bidang disiplin ilmu,
agronomi, sosial-ekonomi, proteksi tanaman, teknologi.
Teladan rumusan yang lebih spesifik
ialah: Hasil penelitian padi unggul telah disebarkan oleh Dinas Pertanian
Tanaman Pangan, walaupun petani telah menggunakan bibit unggul produktifitas
kedele masih jauh lebih rendah daripada produktifitas yang yang dicapai oleh
hasil Balai Percobaan" . Kedelai
sebagai salah satu macam komoditi yang diusahakan petani, pasti mempunyai
kaitan dengan tanaman lainnya. Oleh karena itu masalah rendahnya produksi
kedele, bukan hanya berada dalam sistem tanaman kedele itu sendiri, melainkan
pada sistem dari tanaman secara keseluruhan.
Seseorang peneliti yang berupaya
meningkatkan produksi jagung di Madura, tidak cukup berupaya memperkenalkan
cara bercocok tanam varietas jagung unggul. karena umur jagung yang dikehendaki
adalah umur pendek, walaupun ia tahu praktek kultur-teknis, hambatannya pada
pola tanam secara kseluruhan.
Rumusan yang terlalu spesifik, tanpa
dimulai menganalisis sistem komoditi kedele akan mengakibatkan hasil penelitian
dapat tidak ada gunanya untuk keperluan praktek. Misalnya,
a. Peneliti
dengan disiplin agronomi, tanpa memberikan justifikasi terlebih dahulu,
langsung sampai pada rumusan permasalahan penelitian yang spesifik, yang
dicerminkan dalam judul penelitian: Pengujian
jarak tanam untuk meningkatkan produksi
kedele. Tujuan penelitian semacam
ini adalah sangat jelas, yaitu untuk mengetahui jarak tanam optimal, yang
barangkali dikaitkan dengan kondisi lingkungan tertentu.
b. Peneliti
ekonomi pertanian ingin mengetahui penggunaan atau faktor produksi sumberdaya,
yang diprakirakan merupakan salah satu sebab dari rendahnya produksi. Tujuan
penelitian juga jelas, adalah untuk mengetahui alokasi penggunaan pupuk, tenaga
kerja yang optimal. Pada akhir penelitiannya, peneliti menyimpulkan bahwa
alokasi penggunaan faktor produksi belum optimal; disarankan supaya petani
dapat menambah penggunaan faktor produksi. Penelitian (b) itu belum mampu
menjawab permasalahan praktis dengan tuntas, karena banyak faktor yang
menyebabkan tidak optimalnya penggunaan sumberdaya.
4.4.
Masalah Praktis Perlu dirumuskan Lebih sederhana
Prosedur Menganalisis Masalah:
1. Menemukenali
penampilan masalah.
Temukenali
sosok masalah (performance problem), yaitu perbedaan antara "what should
be done" dan "what is actually being done".
2. Mendiskripsikan
Sosok Masalah.
a. Where:
Dimana masalah itu terjadi ? Apakah masalah itu terjadi di mana sesuatu
pekerjaan itu dilaksanakan atau hanya pada lokasi tertentu ?
b. WHO:
Apakah masalah itu terjadi pada semua individu atau hanya sebagian individu ?
c. WHOM:
Adanya masalah itu berakibat pada siapa ?
d. WHEN:
Kapan masalah itu terjadi dan seberapa sering terjadi ? Kapan masalah itu mulai
terjadi ?
Data pendahuluan memang diperlukan
dalam men-diskripsikan masalah. Masalah dapat dilihat dari magnitude dan distribusi
kejadian. Misalnya dalam dunia kedokteran
menghadapi masalah dalam pelaksanaan Keluarga Berencana, akibat
sterilisasi. Informasi yang diperlukan dalam merumuskan masalah adalah sbb:
a. Siapa
yang meninggal: apakah yang meninggal hanya terjadi pada wanita, atau laki-laki
juga banyak meninggal karena vasectomi ?
b. Dimana
kematian itu terjadi ? Apakah terjadi di semua kabupaten atau provinsi ?
c. Kapan
kematian itu terjadi, apakah bersifat musiman, atau jika dikaitkan dengan
pelaksanaan operasi pada saat apa kematian itu terjadi.
d. Bagaimana
pasien itu meninggal; apa yang menyebabkan kematian - apakah dapat dihindari.
Jika beberapa informasi itu tidak
tersedia, tidak berarti peneliti harus mulai penelitiannya dari awal.
Gunakanlah teori-teori yang sudah ada untuk digunakan dalam menentukan
variabel-variabel yang perlu diteliti.
Jika informasi point (b) tidak tersedia, bukan berarti peneliti harus
mulai dengan inventarisasi jumlah kematian yang terjadi.
Upayakan mengenali kemungkinan
sebab-sebab dari sosok masalah. Inventarisasi jawaban ini merupakan sumber
hipotesa. Untuk itu peneliti harus menggunakan teori-teori yang relevan yang
dapat membe rikan arah untuk menemukan variabel sebab-sebab terjadinya masalah.
Paling tidak ada tiga kemungkinan
terjadinya masalah ketidak lancaran tugas, yaitu (a) kesenjangan pengetahuan
dan keakhlian, (b) kesenjangan motivasi, (c) hambatan. Tugas dari seorang
peneliti adalah memperoleh bukti-bukti empiris sehingga dapat meng
identifikasi sebab- sebab terjadinya masalah.
Apakah pelaksana tahu cara melaksanakan tugas dengan baik ? Dengan kata
lain apakah ia tahu cara melaksanakan pekerjaan ? Jika ia mampu maka
sebab-sebab terjadinya masalah bukanlah disebabkan "skill and
knowledge", harus dicari sebab- sebab lainnya.
Jika masalah itu timbul karena adanya
kesenjangan "skill and knowledge", pertanyaan berikut revelan untuk
memperoleh informasi untuk memecahkan masalah:
Apakah tugas dapat disederhanakan ?
Apakah pelaksana pernah mahir
melaksanakan tugas dengan baik, ternyata ia sekarang tidak mampu
melaksanakannya ? Bilamana demikian apakah perlu praktek lebih sering karena
keakhlian dapat hilang jika jarang dipraktekkan. Pertanyaan berikutnya mengapa
terjadi penurunan kemampuan ?
Langkah-langkah penyelesaian merupakan
hipotesis, yang juga dapat diuji dengan melakukan ekperimen dalam upaya
menyelesaikan permasalahan. Dengan
menggunakan kerangka pemikiran ini, proble matik penelitian secermat mungkin
dengan menggunakan kerangka permikiran yang relevant.
5.
Tujuan dan Kegunaan.
5.1.
Tujuan Penelitian
Umumnya pernyataan tujuan penelitian
dimulai dengan kalimat sebagai berikut:
(1) untuk
menentukan . . . . . . . dst.nya,
(2) untuk
memperoleh . . . . . . dst.nya, Dalam tujuan penelitian itu, dimaksudkan
untuk menyatakan secara spesifik apa yang akan dilakukan dalam penelitian, dan
dengan demikian dari pernyataan itu akan jelas nampak apa yang akan dihasilkan
oleh penelitian. Jika tujuan itu telah dirumuskan dengan baik, akan sangat
mudah bagi pembaca - bukan saja untuk mengetahui apa yang akan dicapai oleh
peneliti, tetapi pembaca laporan penelitian akan segera dapat dengan mudah
mengetahui apakah peneliti dengan laporan penelitiannya itu telah mencapai
tujuan.
5.2.
Kegunaan atau Manfaat:
Menyatakan manfaat apa yang diperoleh
jika tujuan penelitin itu telah tercapai ? Apakah akan memberikan sumbangan
pada ilmu pengetahuan ataukah berguna untuk menjawab persoalan dalam dunia
praktek ? Jika peneliti mengatakan
penelitian yang dikerjakan itu akan memberikan sumbangan pada ilmu
pengetahuan, perlu dispesifikasi sumbangan itu dalam hal pengetahuan apa.
Adalah tidak logis jika ia akan menyumbangkan pada khasanah ilmu pengetahuan,
sedangkan ia sendiri tidak mengetahui penge tahuan frontier.
Perlu diingat kembali bahwa penelitian
yang dilaksanakan oleh seseorang peneliti biasanya merupakan salah satu bagian
dari permasalahan dunia nyata. Masalah itu merupakan bagian atau komponen dari
masalah-masalah lainnya. Fungsi merumuskan permasalahan adalah upaya
mengkaitkan dunia nyata yang sangat komplek itu dengan permasalahan yang
diteliti. Dunia nyata sangat komplek, kaitan antara masalah penelitian dengan
dunia nyata telah dirumuskan dalam permasalahan penelitian.
Jika masalah diangkat dari dunia
praktek untuk menjawab perma salahan di lapangan, terjadi proses
penyederhanaan dari permasalahan praktis menjadi permasalahan
penelitian(researchable question). Oleh karena itu, pada akhir penelitian
seringkali dicantumkan Implikasi
penelitian terhadap kebijaksanaan.
Pada bab inilah peneliti mencoba untuk mengem balikan kesimpulan hasil
penelitian dengan kebijaksanaan yang diper lukan. Antara kesimpulan hasil
penelitian dan implikasi bagi kebijakan, mungkin masih ada lompatan-lompatan,
dalam hal mana peranan peneliti berupaya menyambung antara keduanya.
Contoh: Petunjuk menulis tujuan penelitian dari penelitian untuk
memecahkan permasalahan praktis:
a. Seperti
diatas: rumuskan permasalahan penelitian.
b. Tuliskan
secara ringkas "what - sosoh
masalah dan diskripsikan alternatif tindakan atau kebijakan yang dapat
dilakukan untuk menye lesaikan masalah.
c. Tuliskan
pernyataan yang menerangkan "kondisi" yang ada atau diperlukan untuk
masing-masing alternatif yang dapat dilakukan. Tuliskan pula apakah tindak yang
dapat dilakukan itu dapat menyelesaikan permasalahan.
5.3.
Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka itu sengaja diletakkan
setelah "tujuan penelitian" bukan sesudah hipotesa, dengan alasan
peneliti atau pembaca dapat diarahkan bacaan yang diperlukan.
Dalam tinjauan pustaka, dikemukakan
hasil penelitian lain relevant yang pernah dilaksanakan oleh peneliti lain
dalam pendekatan permasalahan penelitian: teori, konsep-konsep, analisa, dan
kesimpulan, kelemahan dan keunggulan pendekatan yang dilakukan orang lain.
Peneliti harus belajar dari peneliti lain, untuk mengindari duplikasi dan
pengulangan penelitian, atau kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh para
peneliti sebelumnya. Hal ini hanya mungkin dilakukan bilamana cukup banyak
membaca hasil penelitian orang lain.
Tidak semua bahan sitasi yang diambil dari tulisan orang lain Pustaka
selalu pantas dimasukkan dalam tinjauan pustaka. Saya seringkali menjumpai,
dalam rancangan penelitian, keadaan daerah penelitian dicantumkan dalam
tinjauan pustaka, dengan alasan diperoleh dari pustaka. Ini tidak benar.
6.
Teori dan Kerangka Konsepsi.
Teori
Teori adalah unsur informasi ilmiah
atau pengetahuan ilmiah yang berlaku paling umum. Tetapi teori dapat diangkat
menjadi "hipotesa", yaitu bilamana kita akan mengetes berlakunya
suatu teori dalam lingkungan yang berbeda.
Jika teori diangkap menjadi hipotesa,
mungkin teori itu masih belum operasional dipetakan di daerah penelitian
terpilih. Biasanya teori itu harus dioperasionalkan supaya dapat diuji secara
empiris. Teori terdiri dari konsep-konsep dan variabel, yang harus didifiniskan
dengan baik, dicantumkan dalam metoda penelitian.
Model
merupakan bagian dari teori.
Model merupakan abstraksi dan
simplifikasi dari dunia nyata, dapat berbentuk model statistik berupa persamaan
atau bagan. Yang pertama, hubungan fungsionil dinyatakan dalam fungsi
matematis, misalnya: fungsi respon antara produksi dan masukan. Untuk menyusun
ini perlu pengetahuan statistik, dalam ekonomi - ekonometrika, dalam biologi -
biometrika, dalam sosiologi - sosiometri, teopri dirumuskan dalam pernyataan
matematis) + statistika (alat untuk inferensia - proses generalisasi) + matematik
(diperlukan dalam analisa kuantitatif).
Konsep
Konsep merupakan salah satu komponen
dasar dalam teori, contoh misalnya aliran air, pertumbuhan tanaman, manusia,
ternak; tingkat fertilitas, ketajaman
pendengaran seseorang, kebisingan dalam lingkungan industri, ketahanan varietas
terhadap kekeringan. Konsep yang disebut
itu adalah abstrak. Tugas seorang
peneliti pada tahapan pembuatan rancangan penelitian adalah menterjemahkan
konsep abstrak itu menjadi empirical
konsep yang dapat diamati di lapangan, baik dalam percobaan atau survey.
Komponen dari konsep yaitu simbol dan
makna. Setiap ilmu mempunyai simbol tersediri, yang mungkin hanya
dimengerti oleh para ilmuan di lingkungannya sendiri. tetapi tidak semua
fenomena dapat diukur secara kuantitatif - diperlukan instrument lain untuk
mewakilinya.
7.
Hipotesis
Apakah dalam penelitian selalu harus
ada hipotesa ? Jawaban: ya. Tetapi tidak selalu perlu dirumuskan dalam bentuk
kalimat dalam rancangan penelitian. Hipotesa adalah suatu perkiraan atau
dugaan me ngenai fakta-fakta yang diperoleh atau jawaban sementara mengenai
suatu gejala atau hubungan antara dua
gejala impiris.
Hipotesa harus didasari oleh teori -
untuk menghindari hubungan palsu.
Peneliti dapat sampai pada kesimpulan yang menyesatkan, karena kesimpulan yang
diperoleh itu didukung dengan data tetapi tidak mempunyai dasar teori. Dengan
demikian, peneliti tidak boleh memberikan hipotesa seenaknya, mencoba-coba
menghubungkan satu konsep (variabel) dan konsep (variabel) lainnya. Hipotesa
ilmiah adalah sesuatu hubungan antar konsep (variabel) yang dapat diterima
oleh logika - berdasarkan kerangka logika dengan menggunakan teori yang ada -
tetapi belum dapat dipastikan kebenaran secara empiris. Teori dapat diangkat
menjadi hipotesa - yang akan diuji secara empiris dalam suatu lingkungan
tertentu. Hasil uji hipotesa dapat mendukung teori atau dapat menolak teori.
Oleh karena itu, hasil penelitian tidak perlu sesuai dengan hipotesa baik
hipotesa yang diangkat dari teori ataupun hasil pengamatan lapang.
Setiap tahap pengembangan pemikiran
ilmiah dibuat dengan memperkirakan kejadian dengan mengembangkan hipotesa
(yang diusahakan untuk dibuktikan) yang seringkali dimulai dengan dasar yang
tidak kuat. Pemikiran ilmiah itu dapat diangkat jadi hipotesa, untuk dibuktikan
dengan data empiris. Jika peneliti menolak atau mendukung pemikiran ilmiah itu
berarti ia telah berhasil memperluas khasanah dunia ilmu pengetahuan.
7.1.
Prosedur perumusan hipotesis
Penelitian yang baik yaitu penelitian
yang menguji hipotesis hasil rumusan yang baik sangat diperlukan dalam proses
pembangunan dengan dua alasan umum.
Pertama, peranan kualitas sumberdaya manusia menjadi vital dalam program
pembangunan yang sedang berjalan dan yang akan datang. Kenyataan ini mengakibatkan perhatian banyak
diberikan pada kualitas sumberdaya manusia belakangan ini. Hal ini berkaitan
dengan tingkat kesulitan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program
pembangunan tersebut semakin tinggi.
Keadaan demikian memang tidak dapat dihindari karena merupakan sifat
dari proses pembangunan itu sendiri yang terus mengalami perubahan kemajuan
dengan waktu.
Pada program pembangunan sebelumnya,
perhatian banyak dicu rahkan pada pembangunan ekonomi khususnya sektor
pertanian. Tujuan pembangunan tersebut
yaitu peningkatan produksi untuk mencapai terutama swasembada pangan dapat
diwujudkan dengan peningkatan perluasan areal tanam, penggunaan pupuk, pemeliharaan
tanaman yang intensif dan pembangunan jaringan irrigasi. Penerapan tindakan ini dan penggunaan
varietas unggul yang umumnya dihasilkan dari tehnik pemuliaan konvensional
(seleksi dan hibridisasi) membawa kepada peningkatan produksi pada taraf
swasembada. Apabila semua faktor-faktor
produksi ini sudah diterapkan pada tingkat optimum, maka kendala upaya peningkatan
produksi pangan lebih lanjut tentu tidak lagi terletak pada faktor-faktor ini.
Keadaan sekarang membutuhkan pengetahuan yang lebih luas dan dalam. Sebagai kiasan, penciptaan varietas unggul tidak lagi dapat
hanya mengandalkan pemuliaan tanaman konvensional, karena tehnik ini membutuhkan
waktu yang lama khususnya untuk tanaman tahunan. Penciptaan suatu varietas unggul tanaman
tahunan dapat menghabiskan waktu puluhan tahun dengan tehnik hibridisasi. Tehnik hibridisasi juga sulit diterapkan
karena mengandung sifat untung-untungan (gambling) dalam proses rekonstitusi
operon genetik yang diinginkan.
Rekonstitusi operon genetik akan lebih mudah dilakukan, apabila
pengetahuan mengenai biologi molekuler dan rekayasa genetik dikuasai. Ini tentu membutuhkan manusia yang
berkualitas tinggi, karena pengetahuan ini tidak akan dapat dikuasai hanya
dengan pendidikan biasa. Kualitas sumberdaya manusia yang telah menyelesaikan
tingkat pendidikan tinggi sekalipun (setara S1) mungkin tidak banyak mengusai
hal tersebut. Kesadaran akan masalah
pemuliaan tanaman diatas mengakibatka ilmu-ilmu dasar seperti biologi molekuler
and rekayasa genetik (genetic
engineering) mendapat banyak perhatian.
Persoalan yang sama juga dijumpai pada bidang ilmu pengetahuan biologi
lain seperti kedokteran, peternakan dan perikanan.
Alasan kedua adalah kebutuhan akan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tinggi tidak dapat digantungkan pada sumber
manca negara, karena selain tidak selalu tersedia sehubungan dengan
persoalannya yang spesifik negara atau bahkan daerah, tetapi adanya pembatasan
akibat keterlibatan unsur kompetisi.
Sistem pendidikan struktural yang formal juga tidak dapat diharapkan
dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia secara terus-menerus karena
sifatnya yang terbatas. Seseorang yang
telah menyelesaikan pendidikan tinggi/tertinggi dapat meningkatkan kualitasnya
hanya dengan penelitian. Ironisnya, banyak ilmuwan tidak tertarik melakukan
penelitian sehingga kualitasnya tidak banyak berkembang, dan karenannya
kelompok ini tidak memberikan sumbangan kepada perkembangan ilmu pengetahuan
dan pembangunan. Di pihak lain, ilmuwan
yang ingin melakukan penelitian tidak begitu menguasai bagaimana membuat
penelitian yang baik. Beberapa diantaranya melakukan penelitian hanya sekedar
"partisipasi" atau untuk kenaikan pangkat, sehingga topik penelitian
tidak jarang mengada-ada. Ini tercermin
dari kenyataan bahwa banyak usulan penelitian yang ditolak dengan berbagai
alasan antara lain (i) subjek yang diteliti tidak relevan atau
"mengigit", (ii) metodenya tidak sesuai dan (iii) kepakarannya tidak
memadai.
Kalau berbicara terus-terang, tidak
sedikit orang membuat penelitian yang berulang dengan tujuan yang tidak
jelas. Penelitian demikian tentu tidak
dapat diharapkan memberikan sumbangan kepada perkembangan ilmu pengetahuan atau
pembangunan. Di lain pihak, banyak usulan penelitian yang sifatnya coba-coba
(trial and error) atau untung-untungan.
Penelitian ilmiah adalah sesuatu yang direncanakan secara cermat
mengikuti metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dipertimbangkan. Pada
hakekatnya, penelitian ditujukan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam
bentuk hipotesis. Prosedur perumusan
hipotesis untuk diuji dalam suatu penelitian akan dibicarakan berikut ini. Uraian tersebut ditujukan pada penelitian yang
menyangkut tanaman, tetapi pendekatan yang digunakan dapat diadaptasikan untuk
penelitian bidang lain khususnya yang menyangkut biologi.
7.2. Konsep Perumusan Hipotesis
7.2.1.
Prinsip Dasar
Seorang ilmuan sejati dicirikan oleh
sikap ilmiah (scientific attitute) yaitu suka bertanya (inquiring) and kritis
(critical). Modal dasar ini berlaku bagi
semua bidang ilmu pengatahuan dan harus dimiliki bila ingin mendapatkan rumusan
hipotesis yang baik dan penelitian yang baik. Banyak pertanyaan yang harus dijawab
dalam kehidupan ini, jika mutu kehidupan ingin ditingkatkan yaitu apa,
dimana,
kapan
dan bagaimana. Ilmuan tidak akan berhenti pada pertanyaan
ini tetapi menyakan lebih lanjut mengapa.
Ini harus disadari bahwa proses
perumusan hipotesis yang dimulai dengan pengajuan pertanyaan tidak selalu
berjalan mulus. Ada dua keingin yang
dapat bertentangan dalam perumusan hipoteisis yaitu perumusan yang berorientasi
ilmiah, yang berasal dari pihak peneliti atau ilmuwan, dan yang berorientasi
praktis, yang berasal dari pihak pemberi dana.
Keadaan ini dapat berakhir pada hipotesis atau topik penelitian yang
kelihatannya seperti dicari-cari dan mengada-ada. Karena kebuntuan mengakomodasi kedua
keinginan tersebut, jalan pintas diambil yaitu jalur yang umum ditempuh
peneliti terdahulu dengan sedikit perubahan disana-sini. Penelitian demikian dapat berulang- ulang
dilakukan hanya karena perbedaan waktu, tempat dll., dengan alasan penelitian
demikian belum pernah dilakukan.
Prinsip dasar lain yang harus dipegang
untuk mendapatkan topik penelitian adalah hukum
sebab dan akibat. Semua fenomena
yang terjadi di alam ini berasal dari hubungan sebab dan akibat yang sesuai
dengan pepatah tiada asap kalau tiada api. Dengan perkataan lain suatu
fenomena pasti ada sebanya, dan penyebanya ini dapat diketahui apabila
fakta-fakta mengenai hal itu dicari dan dikumpulkan dengan cermat. Generalisasi dari fakta-fakta yang
dikumpulkan kemudian dapat dirumuskan yang memberikan penjelasan kepada fakta
atau observasi. Inilah suatu ciri
penelitian ilmiah yaitu mencari hubungan sebab dan akibat. Generalisasi
tersebut dapat berguna untuk memberikan arahan pada penelitian
selanjutnya. Dalam banyak peristiwa,
informasi mengenai akibat lebih sering tersedia, sehingga penelitian akan
berfungsi untuk mencari penyebabnya.
Tanaman mangga yang umumnya tidak berbunga atau berbuah pada musim
penghujan tentu merupakan akibat dari proses dan faktor penyebabnya. Seseorang yang berfikiran ilmiah tidak akan
menerima keadaan itu sebagaimana adanya, tetapi mengajukan pertanyaan; apa
yang menyebakan demikian ?.
7.2.2.
Observasi
Berdasarkan uraian diatas, sumber
masalah dalam penelitian menjadi sangat penting dalam perumusan hipotesis. Banyak peneliti yang akan melakukan suatu
penelitian tidak dapat menjawab dengan tegas bila ditanyakan apa
masalahnya ?. Permasalahan diperoleh melalui observasi (pengamatan) yang dilakukan dengan metode ilmiah. Observasi ini
sekaligus akan menjadi batasan domain
(wawasan atau ruang lingkup) ilmiah.
Jadi pembatasan sebaiknya jangan dilakukan terlebih dahulu, seperti
dengan pendekatan komoditi, sebelum mendapatkan permasalahan karena tindakan
demikian akan mempersempit perolehan masalah.
Kemudian sesuatu yang tidak dapat diamati tidak dapat diteliti secara
ilmiah, dan pengamatan tidak harus bersifat langsung. Misalnya inti atom atau magnit tidak dapat dirasakan secara langsung melalui panca indera,
tetapi pengaruhnya dapat diamati dengan alat.
Ini sama halnya dengan jalan pikiran manusia yang tidak dapat diamati
langsung, tetapi pengaruhnya yang diwujudkan dalam tingkah laku dapat diamati.
Observasi merupakan suatu seni, dan
observasi yang jeli diharapkan dapat menghasilkan permasalahan yang menarik,
hipotesis yang berbobot dan akhirnya topik penelitian yang "mengigit".
Untuk itu. observasi harus dilakukan berdasarkan metode ilmiah yang dicirikan
oleh hasilnya yang dapat diulangi. Kalau
hasil observasi tidak dapat diulangi, maka itu hanyalah suatu kebetulan yang
sulit diketahui proses yang menghasilkannya dan akhirnya faktor-faktor
penyebabnya. Keadaan demikian akan membawa kesulitan atau bahkan
ketidak-mungkinan dipelajari melalui penelitian. Karena itu pengamatan yang dilakukan dengan
tepat menjadi sangat penting dan merupakan bagian yang paling sulit dalam
kerangkan penelitian ilmiah. Pengamatan
dapat dilakukan melalui semua panca indera; penglihatan, pendengaran, perasaan
dll, tetapi panca indera sering bekerja secara bias yang menjadi kendala
sebagian besar dalam mendapatkan permasalahan penelitian yang baik atau
sesungguhnya.
Pengamatan tidak selalu berarti
kompleks, pengamatan yang sederhana sering menghasikan permasalahan yang
berbobot. Newton yang duduk dengan santai dapat melakukan pengamatan yang
sangat berarti dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan. Pengamatan yang tidak disengaja tentang
kejatuhan sebuah appel membawa Newton mengembangkan hukum gravitasi yaitu setiap
benda dalam jagat raya tarik-menarik satu sama lain oleh kekuatan yang semakin
besar semakin besar massa benda. Hukum ini kemudian dapat menjelaskan
pergerakan bulan pada orbit mengitari bumi dan bumi serta planit lain pada
masing-masing orbitnya mengitari matahari.
Bagaimana Newton membuat penemuan ilmiah besar hanya dari hasil
pengamatan sederhana, banyak keadaan demikian sering dihubungkan dengan naluri
ilmiah. Naluri ilmiah tentu tidak datang
begitu saja, tetapi merupakan integrasi dari berbagai faktor termasuk tingkat
penguasaan ilmu pengetahuan. Sir Isaac
Newton adalah seorang ahli matematika dan menerbitkan suatu karya tulis
berjudul Principia Mathematica
yang dipertimbangkan kemungkinan sebagai karya tulis paling penting dalam ilmu
pengetahuan alam.
Suatu catatan yang dapat dibuat dari
uraian diatas adalah bahwa banyak penemuan besar dihasilkan dari pengamatan
yang tidak direncanakan. Ini sulit
diterapkan dan hanya orang yang jeli atau mempunyai naluri pengamat yang
beruntung dapat membuat penemuan besar dari pengamatan yang tidak disengaja,
karena kita tidak tau kapan peristiwa demikian terjadi dihadapan kita. Kendalan lain dalam pengamatan adalah bahwa manusia
pada umumnya cenderung melihat apa yang ingin dilihat atau apa yang dipikirkan
untuk dilihat. Memang apa yang
ada sesungguhnya sangat sulit diperoleh akibat pengetahuan yang terbatas.
7.2.3.
Perumusan Masalah
Setelah hasil pengamatan diperoleh,
langkah kedua dari metode ilmiah adalah perumusan masalah yang berfungsi untuk
membatasi dan menegaskan permasalahan.
Pemikiran yang kritis diperlukan dalam proses ini untuk menilai hasil
observasi, dan ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan mengenai hasil
pengamatan tersebut. Pertanyaan awal
yang perlu dijawab adalah apa masalahnya ? dan apakah
masalah itu cukup logis ?. Untuk
memperjelas jawaban pertanyaan kedua, terutama bila hasil pengamatan tersebut
diperoleh dari penelitian, pertanyaan berikut dapat diajukan yaitu (i) bagaimana
hal itu terjadi dan (ii) apa yang menyebabkannya. Pengajuan pertanyaan demikian membedakan
ilmuwan dengan orang awam; setiap orang dapat melakukan pengamatan, tetapi
tidak setiap orang mempunyai kuriositas.
Suatu kenyataan adalah bahwa tidak
semua orang melihat adanya kemungkinan hubungan dari suatu masalah dengan hasil
suatu observasi. Sebagaimana diketahui,
benda pada ketinggian tertentu yang tidak ditopang akan jatuh ke bumi diterima
begitu saja selama ribuan tahun. Ilmuwan
tidak menerima sesuatu begitu saja, tetapi menanyakan bahkan dengan risiko
menjengkelkan dan tidak disenangi orang lain.
Seorang yang sering mengajukan pertanyaan yang kritis dapat mendapat
kesulitan besar karena dapat dipandang sebagai orang yang tidak manusiawi. Tetapi seseorang harus terus mengajukan
pertanyaan jika ingin tetap menjadi ilmuwan, dan orang lain harus bersedia
menerima pertanyaan yang menjengkelkan jika ingin mempunyai ilmu pengetahuan.
Setiap orang dapat mengajukan
pertanyaan, tetapi pertanyaan yang baik, seperti melakukan observasi yang
baik, adalah suatu seni tersendiri. Agar
mempunyai nilai ilmiah, suatu pertanyaan harus relevan dan dapat diuji
(testable). Kesulitannya adalah bahwa
sering sangat sulit atau tidak mungkin mengatakan sebelumnya apakah suatu
pertanyaan relevan atau tidak relevan, dan dapat diuji atau tidak dapat
diuji. Jika seseorang jatuh pingsan
ditengah jalan, dan seseorang yang lewat dan ingin membantunya dan mengajukan
pertanyaan apakah dia sudah makan. Orang
yang tidak mempunyai pengalaman dalam hal ini tidak dapat memutuskan mengenai
relevansi pertanyaan ini dengan peristiwa yang terjadi, bahkan dapat mengatakan
orang yang mengajukan pertanyaan gila. Pada umumnya, pertanyaan ilmiah dimulai
dengan bagaimana (how) atau apa/apakah (what). Pertanyaan yang dimulai dengan mengapa (why) adalah yang paling sering
menyulitkan.
7.3. Rumusan
Hipotesis
Setelah pertanyaan diajukan, tahap
berikutnya - yang kelihatanya tidak bersifat ilmiah - adalah melakukan
penebakan (guessing). Ilmuwan harus
melakukan penebakan jawaban dari perta nyaan yang diajukan, jawaban ini dapat
berupa pertanyaan yang dapat dirubah kemudian ke dalam bentuk kalimat normal
yang kemudian menjadi bagian dari hipotesis.
Pengertian hipotesis dibatasi sebagai prinsip
umum yang dapat diterima secara ilmiah yang ditawarkan untuk menjelaskan
fenomena; atau hasil analisis sejumlah fakta dalam hubungan satu sama lain. Hipotesis dapat hanya berupa pernyataan umum
yang diterima begitu saja atau pernyataan yang dibuat untuk diuji yang dikenal
dengan hipotesis kerja (working hypothesis). Jadi hipotesis dapat timbul dari dua cara
yaitu suatu fenomena diamati diikuti dengan pemeriksaan melalui pengumpulan
fakta untuk menjelaskan fenomena tersebut yang melahirkan hipotesis. Cara lain adalah sejumlah fakta terkumpul dan
kemudian dianalisis dan disintesis menjadi suatu pernyataan umum yang
merangkum semua fakta tersebut dalam bentuk hipotesis. Cara pertama lebih
banyak diterapkan dalam dunia penelitian, karena lebih terarah untuk
mendapatkan permasalahan. Jarang orang
mengum pulkan fakta tanpa tahu tujuannya seperti pada cara kedua.
Banyak orang berhenti hanya pada
pengamatan atau pengajuan pertanyaan. Beberapa ingin mengetahui jawaban pertanyaan
tersebut, dan inilah yang dapat dikelompokkan sebagai ilmuwan. Kemungkinan jawaban dari suatu pertanyaan
dapat beberapa atau bahkan ribuan.
Pembatasan jawaban yang dianggap paling tepat perlu dilakukan karena
pengujian beberapa apalagi ribuan pertanyaan tidak mungkin. Jawaban yang didukung oleh fakta yang paling
banyak yang diperoleh dari acuan literatur menjadi kandidat hipotesis. Sampai tahap ini, seseorang tidak akan
mengetahui apakah jawaban ini benar atau tidak sampai pengujian melalui
penelitian (percobaan) diselesaikan.
Penebakan dan pengujian tebakan jitu (hipotesis) dapat berlangsung
bertahun-tahun tanpa pernah mendapatkan jawaban yang benar. Kepercayan diri,
naluri dan keberuntungan mempunyai peranan penting dalam penentuan tebakan
jitu.
Sebagai contoh, seorang petani yang
pertama kali menanam tanaman tembakau pada suatu lahannya menghadapi masalah
dalam pertumbuhan tanaman tersebut.
Petani ini yang sudah berhasil nenanam tanaman lain pada lahan tersebut
dan tembakau pada lahan lain mendatangi ahli pertanian dan menanyakan; apa
yang salah pada tanaman tembakau saya.
Ahli ini, setelah melakukan
pemeriksaan di lapangan dan menerapkan pengatahuannya tetang tanaman
serta membaca hasil-hasil penelitian serta bahan acuan lain yang berhubungan
dengan tembakau, dapat mempersempit permasalahan kepada pertanyaan; Apakah
kekurangan unsur hara dalam tanah menyebabkan penghambatan pertumbuhan batang
dan daun tanaman tembakau tersebut ?.
Sebelum sampai kepada pertanyaan itu, ahli tersebut telah
mempertimbangkan berbagai kemungkinan lain seperti penyakit, air, cahaya dan
bahkan metode budidaya tanaman tembakau.
Tetapi fakta yang tersedia membawa kepada pertanyaan tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Cochran,W.G. dan G.M. Cox. 1957.
Experimental Designs. John Wiley and Sons, New York.
DP4M. 1993. Pedoman Pengelolaan dan
Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat. DP4M DIKTI, Jakarta.
DRN. 1996. Petunjuk Penyusunan Proposal
Riset Unggulan Terpadu (RUT) VI. MENRISTEK-DRN, Jakarta.
DRN. 1997. Petuntuj Penyusunan Proposal
Riset unggulan Kemitraan. MENRISTEK-DRN, Jakarta
Federer, W.T., 1963. Experimental design. Theory and Application. The Mcmillan Co., New York.
Meyer, B.S., Anderson, D.B. and
Bohning, R.H., 1964. Introduction to
plant physiology. D. Van Nostrand, Princenton, New Jersey.
Mutsaers, H.J.W., N.M. Fisher,
W.O.Vogel, dan m.C.Palada. 1986. A Field Guide for on-Farm Research. Farming
Systems Program, IITA, Ibadan nigeria.
Semaoen, I. 1995. Rumusan Permasalahan,
Tujuan dan Kegunaan, Kerangka Teori dan Konsepsi. Bahan Penataran Kiat Merancang, Menyusun dan
Mengkomunikasikan Usul Penelitian yang handal dan mampu bersaing. Lembaga
Penelitian, Unibraw.
No comments:
Post a Comment
you say