Pendekatan Penelitiaan
Penelitian studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif.
Menurut Poerwandari (1998) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan
mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara , catatan
lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain.
Dalam penelita kualitatif perlu menekankan pada pentingnya kedekatan
dengan orang-orang dan situasi penelitian, agar peneliti memperoleh pemahaman
jelas tentang realitas dan kondisi kehidupan nyata.( Patton dalam Poerwandari,
1998)
Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, karakteristik subjek adalah Sebagai berikut :
Subjek
penelitian ini adalah wanita yang berusia 46 tahun, pendidikan terakhir Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama, belum menikah, dan single mother.
Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 1 orang.
Tahap-tahap penelitian
Dalam penelitian
terdapat dua tahap penelitian, yaitu :
1.
Tahap Persiapan Penelitian
Pertama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan
demensi kebermaknaan hidup sesuai dengan permasalahan yang dihadapi subjek.
Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang nantinya akan
berkembang dalam wawancara. Pedoman wawancara yang telah disusun, ditunjukan
kepada yang lebih ahli dalam hal ini adalah pembibing penelitian untuk mendapat masukan mengenai isi pedoman
wawancarara. Setelah mendapat masukan dan koreksi dari pembimbing, peneliti
membuat perbaikan terhadap pedoman wawancara dan mempersiapkan diri untuk melakukan
wawancara. Tahap persiapan selanjutnya adalah peneliti membuat pedoman
observasi yang disusun berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku subjek
selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara,
serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan pencatatan langsung yang
dilakukan pada saat peneliti melakukan observasi. Namun apabila tidak
memungkinkan maka peneliti sesegera mungkinmencatatnya setelah wawancara
selesai.
Peneliti selanjutnya mencari subjek yang sesuai dengan karakteristik
subjek penelitian. Untuk itu sebelum wawancara dilaksanakan peneliti bertanya
kepada subjek tentang kesiapanya untuk diwawancarai. Setelah subjek bersedia
untuk diwawancarai, peneliti membuat kesepakatan dengan subjek tersebut
mengenai waktu dan temapat untuk melakukan wawancara.
2.
Tahap pelaksanaan penelitiaan
Peneliti membuat kesepakatan dengan subjek mengenai waktu dan tempat
untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Setelah wawancara
dilakukan, peneliti memindahakan hasil rekaman berdasrkan wawancara dalam
bentuk verbatim tertulis. Selanjutnya peneliti melakukan analisis data dan interprestasi data sesuai
dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian metode analisis data di
akhir bab ini. setelah itu, peneliti membuat dinamika psikologis dan kesimpulan
yang dilakukan, peneliti memberikan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitiaan ini, peneliti menggunakan 2 teknik pengumpulan data,
yaitu :
1.
Wawancara
Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengmbilan data dengan
cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan
bercakap-cakap secara tatap muka.
Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) dalam proses wawancara
dengan menggunakan pedoman umum wawancara ini, interview dilengkapi pedoman
wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tampa
menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang
eksplisit.
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer mengenai
aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan
tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian interviwer
harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit
dalam kalimat Tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual
saat wawancara berlangsung (Patton dalam poerwandari, 1998)
Kerlinger (dalam Hasan 2000)
menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan metode wawancara :
a.
Mampu mendeteksi kadar pengertian
subjek terhadap pertanyaan yang diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa
diantisipasi oleh interviewer dengan memberikan penjelasan.
b.
Fleksibel, pelaksanaanya dapat
disesuaikan dengan masing-masing individu.
c.
Menjadi stu-satunya hal yang dapat
dilakukan disaat tehnik lain sudah tidak dapat dilakukan.
Menurut Yin (2003) disamping kekuatan, metode wawancara juga memiliki
kelemahan, yaitu :
a.
Retan terhadap bias yang
ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang penyusunanya kurang baik.
b.
Retan terhadap terhadap bias yang
ditimbulkan oleh respon yang kurang sesuai.
c.
Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi
kurang akurat.
d.
Ada kemungkinan subjek hanya memberikan
jawaban yang ingin didengar oleh interviwer.
2. Observasi
Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi.
Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan
secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau
gejala-gejala dalam objek penelitian.
Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses
terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya.
Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek
selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap
relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah mendeskripsikan
setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang
terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perpektif mereka
yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.
Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) salah satu hal yang penting,
namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi.
Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting
karena :
a. Peneliti akan
mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti akan
atau terjadi.
b. Observasi
memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan dari
pada pembuktiaan dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara
induktif.
c.
Observasi memungkinkan peneliti melihat
hal-hal yang oleh subjek penelitian sendiri kurang disadari.
d.
Observasi memungkinkan peneliti
memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan
oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.
e.
Observasi memungkinkan peneliti
merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan.
Impresi dan perasan pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada
giliranya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.
Alat Bantu pengumpulan
Data
Menurut Poerwandari (1998) penulis sangat berperan dalam seluruh proses
penelitian, mulai dari memilih topik, mendeteksi topik tersebut, mengumpulkan
data, hingga analisis, menginterprestasikan dan menyimpulkan hasil penelitian.
Dalam mengumpulkan data-data penulis
membutuhkan alat Bantu (instrumen penelitian). Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan 3 alat bantu, yaitu :
1.
Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak
menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan
tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti.
2.
Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan
sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasrkan hasil
observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap
lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek
dan informasi yang muncul pada saat berlangsungnya wawancara.
3.
Alat Perekam
Alat perekam berguna Sebagai alat Bantu pada saat wawancara, agar
peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tampa harus berhenti
untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek. Dalam pengumpulan data, alat
perekam baru dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari subjek untuk
mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara berlangsung.
Keabsahan dan Keajegan
Penelitian
Studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitataif. Yin (2003)
mengajukan emmpat criteria keabsahan dan keajegan yang diperlukan dalam suatu
penelitian pendekatan kualitatif. Empat hal tersebut adalah Sebagai berikut :
1.
Keabsahan Konstruk (Construct validity)
Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastiaan bahwa yang
berukur benar- benar merupakan variabel yang ingin di ukur. Keabsahan ini juga
dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya
adalah dengan proses triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
Sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut Patton (dalam Sulistiany 1999)
ada 4 macam triangulasi Sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan,
yaitu :
a.
Triangulasi data
Mengguanakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil
wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek
yang dianggap memeiliki sudut pandang yang berbeda.
b.
Triangulasi Pengamat
Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan
data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus bertindak Sebagai
pengamat (expert judgement) yang
memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data.
c.
Triangulasi Teori
Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk memastikan bahwa data
yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori
telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data
tersebut.
d.
Triangulasi metode
Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode
wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode
wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancra dilakukan.
2.
Keabsahan Internal (Internal validity)
Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh
kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Keabsahan
ini dapat dicapai melalui proses analisis dan interpretasi yang tepat.
Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif akan selalu berubah dan
tentunya akan mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Walaupun telah
dilakukan uji keabsahan internal, tetap ada kemungkinan munculnya kesimpulan
lain yang berbeda.
3.
Keabsahan Eksternal (Eksternal validity)
Keabsahan ekternal mengacu
pada seberapa jauh hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun
dalam penelitian kualitatif memeiliki sifat tidak ada kesimpulan yang pasti,
penelitiaan kualitatif tetapi dapat dikatakan memiliki keabsahan ekternal
terhadap kasus-kasus lain selama kasus tersebut memiliki konteks yang sama.
4. Keajegan (Reabilitas)
Keajegan merupakan konsep yang
mengacu pada seberapa jauh penelitian berikutnya akan mencapai hasil yang sama
apabila mengulang penelitian yang sama, sekali lagi.
Dalam penelitian ini, keajegan mengacu pada kemungkinan peneliti
selanjutnya memeperoleh hasil yang sama apabila penelitian dilakukan sekali
lagi dengan subjek yang sama. Hal ini menujukan bahwa konsep keajegan
penelitian kualitatif selain menekankan pada desain penelitian, juga pada cara
pengumpulan data dan pengolahan data.
Teknik Analisis Data
Marshall dan Rossman
mengajukan teknik analisa data kualitatif untuk proses analisis data dalam
penelitian ini. Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu
dilakukan (Marshall dan Rossman dalam Kabalmay, 2002), diantaranya :
1. Mengorganisasikan
Data
Peneliti mendapatkan data
langsung dari subjek melalui wawancara mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape
recoeder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan mengubah
hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis secara verbatim.
Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar data
atau hasil yang telah di dapatkan.
2. Pengelompokan
berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban
Pada tahap ini dibutuhkan
pengertiaan yang mendalam terhadap data, perhatiaan yang penuh dan keterbukaan
terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan
kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal
analisis sebagai acuan dan pedoman dalam mekukan coding. Dengan pedoman ini,
peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang
relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat,
kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang
telah dibuat.
Pada penelitian ini, analisis
dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Peneliti menganalisis hasil
wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden.
Data yang telah dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami
secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga
peneliti dapat menangkap penagalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi
pada subjek.
3.
Menguji Asumsi atau Permasalahan
yang ada terhadap Data
Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data
tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini
kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kemabali berdasarkan
landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat dicocokan
apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai.
Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan
teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan
factor-faktor yang ada.
4.
Mencari Alternatif Penjelasan bagi
Data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud,
peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang
telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa perlu mencari suatau
alternative penjelasan lain tetnag kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam
penelitian kualitatif memang selalu ada alternative penjelasan yang lain. Dari
hasil analisis, ada kemungkinan terdpat hal-hal yang menyimpang dari asumsi
atau tidak terfikir sebelumnya. Pada
tahap ini akan dijelaskan dengan alternative lain melalui referensi atau
teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan,
kesimpulan dan saran.
5. Menulis Hasil
Penelitian
Penulisan data subjek yang
telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu penulis unntuk
memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam
penelitian ini, penulisan yang dipakaiadalah presentase data yang didapat
yaitu, penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan
observasi dengan subjek dan significant other. Proses dimulai dari data-data
yang diperoleh dari subjek dan significant other, dibaca berulang kali
sehinggga penulis mengerti benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga
didapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan
interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya mencangkup keseluruhan
kesimpulan dari hasil penelitian.
No comments:
Post a Comment
you say