IBX5A82D9E049639

Saturday 29 October 2016

STRATEGI PEMBELAJARAN KWL (KNOW WANT – LEARN) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

STRATEGI PEMBELAJARAN KWL (KNOW WANT – LEARN)
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Dede Kusyanto
Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Indraprasta PGRI

ABSTRAK: Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana peran dan cara menerapkan strategi pembelajaran Know-Want-Learn dalam pembelajaran matematika. Strategi pembelajaran Know-Want-Learn merupakan strategi pembelajaran mengukir lebih dalam suatu pengetahuan yang diketahui oleh siswa sehingga siswa dapat belajar yang akan menimbulkan rasa ingin tahunya. Strategi pembelajaran Know – Want – Learn ini sangat cocok dalam pembelajaran matematika, karena siswa dapat mecari tahu rasa ingin tahunya yang lebih mendalam lagi.

Kata kunci : Strategi Pembelajaran, Know – Want – Learn

Pendahuluan
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani “mathein” atau “manthenein” yang berarti mempelajari. Kata matematika diduga erat hubungannya dengan kata Sansekerta, mudna atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau inteligensia.
Subarinah (2006 : 1) memandang istilah matematika sebagai berikut : Matematika merupakan pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian logik, pengetahuan struktur yang terorganisasi memuat sifat-sifat, teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.
Matematika diartikan oleh Johnson dan Rising (Suherman Erman; 2003:19) sebagai pola berpikir, pola mengorganisasi, pembuktian yang logik, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan simbol dan padat. Matematika menurut Erman Suherman (2003:253) adalah disiplin ilmu tentang tata cara berfikir dan mengolah logika, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Menurut Johnson dan Myklebust yang dikutip olah Mulyono Abdurrahman (2002:252) matematika adalah bahasa simbiolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir.
Bentuk jamak sering dipakai di dalam bahasa Inggris, seperti juga di dalam bahasa Perancis les mathématiques (dan jarang digunakan sebagai turunan bentuk tunggal la mathématique), merujuk pada bentuk jamak bahasa Latin yang cenderung netral mathematica (Cicero), berdasarkan bentuk jamak bahasa Yunani τα μαθηματικά (ta mathēmatiká), yang dipakai Aristoteles, yang terjemahan kasarnya berarti "segala hal yang matematis". Tetapi, di dalam bahasa Inggris, kata benda mathematics mengambil bentuk tunggal bila dipakai sebagai kata kerja. Di dalam ragam percakapan, matematika kerap kali disingkat sebagai math di Amerika Utara dan maths di tempat lain.
Pembelajaran adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan oleh guru guna membelajarkan siswa (Syaiful Bahri Djamarah; 2002: 43). Erman Suherman (2003 : 8) mengartikan pembelajaran sebagai upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Menurut Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 (Benny Susetyo; 2005: 167) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Peserta didik yang dimaksud adalah siswa dan pendidik adalah guru. Menurut Sugihartono (2007: 81), pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisir, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang melibatkan pengembangan pola berfikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan belajar yang sengaja diciptakan oleh guru dengan berbagai metode agar program belajar matematika tumbuh dan berkembang secara optimal dan siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien.
Selain interaksi yang baik antara guru dan siswa tersebut, faktor lain yang menentukan keberhasilan pembelajaran matematika adalah bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut.
Namun pada dasarnya terdapat beberapa permasalahan pokok dalam pendidikan matematika disekolah yang kita hadapi saat ini, yaitu : 1) Peran matematika tidak dirasa penting oleh siswa. 2) Siswa enggan belajar matematika. 3) Guru bersusah payah memotivasi siswa untuk belajar matematika. 4) Belajar tambahan diluar jam sekolah untuk matematika menjadi wajib. 5) Orang tua cemas jika anaknya lemah dalam matematika. 6) Keprofesionalan guru matematika. 7) Hasil UN Matematika tidak sesuai dengan kenyataannya.
Permasalahan pendidikan matematika yang terjadi saat ini, pasti terjadi karena ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Saat ini seorang guru lebih tertarik pada SKKD dari pada tujuan awal belajar matematika. Berikut beberapa permasalahanya :
Dari aspek dokumen : Sebagian besar guru kurang memahami bahkan tidak memiliki dokumen Standar Isi, pemahaman guru terhadap Standar Isi sangat beragam, kepadatan materi dirasakan masih cukup tinggi sehingga tidak tertampung oleh alokasi waktu yang ada.
Dari aspek penyusunan program: Guru masih sulit menjabarkan SK dan KD menjadi indikator, guru belum mampu menyusun silabus pembelajaran, guru masih sulit menjabarkan SK/KD menjadi materi pokok dan bahan ajar.
Dari aspek pelaksanaan KBM: Pembelajaran di kelas hanya berdasarkan materi pada buku pegangan, pelaksanaan KBM masih konvensional dengan metode kurang bervariasi, penilaian dan pelaporan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik kurang cocok dengan mata pelajaran matematika.
Penilaian tidak sesuai KD atau indikator karena disusun tanpa kisi-kisi, dan mengambil soal-soal dari buku.
Sumber belajar masih terfokus pada buku pegangan belum melibatkan penggunaan ICT dan lingkungan.
Pelaksanaan KBM di kelas tidak sesuai dengan silabus.
Siswa kesulitan menggunakan alat peraga pembelajaran matematika, (jangka,kalkulator, busur, dll).
Strategi KWL dikembangkan oleh Ogle pada tahun 1986. Pada awalnya KWL digunakan untuk membaca teks ekspositori. KWL pada dasarnya berbentuk tiga kolom di mana pengetahuan tentang topik ditetapkan pada kolom pertama apa yang ingin dipelajari untuk mengeksplorasi pada kolom kedua, dan menjelaskan informasi baru yang mereka pelajari selama sesi pembelajaran di kolom ketiga.
Kemudian pada perkembangannya, efektivitas dan fleksibilitas bagan KWL ini dibuktikan dengan kemampuannya digunakan pada membaca pemahaman (Alshatti, dkk: 20-21).
Menurut Ogle (Riawanti; 2012 : 2) KWL strategy is an instructional reading strategy that is used to guide student through a text. Student begin by brainstorming everything the know about a topic. Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa strategi KWL adalah strategi membaca instruksional yang digunakan untuk memandu siswa melalui teks. Siswa mem-brainstorming segala yang dia tahu berkaitan dengan teks. Sedangkan Sani (2013: 274) mengartikan KWL sebagai salah satu metode pembelajaran membaca yang menekankan pada pentingnya latar belakang pengetahuan membaca siswa. Sedangkan Rahim (2011:41) menjelaskan bahwa KWL merupakan strategi yang dikembangkan oleh Ogle (1986) untuk membantu guru menghidupkan latar belakang pengetahuan dan minat siswa pada suatu topik. Berdasarkan penjelasan mengenai makna dari strategi KWL tersebut dapat disimpulkan bahwa KWL merupakan suatu strategi membaca yang diciptakan oleh Ogle pada tahun 1986 untuk memandu siswa dengan mementingkan latar belakang pengetahuan serta minat siswa pada suatu topik.
Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam strategi K-W-L ini meliputi: Memunculkan pengetahuan awal siswa tentang topik dari materi bacaan yang diberikan, menetapkan tujuan pembahasan, membantu siswa untuk memantau pembelajaran mereka, memberi kebebasan bagi para siswa untuk menilai pemahaman mereka tentang materi bacaan, memberikan kesempatan bagi para siswa untuk mengembangkan ide-ide di luar materi.

Pembahasan
Strategi Pembelajaran Know Want Learn (KWL)
Menurut Ogle (Riawanti; 2012: 2) KWL strategy is an instructional reading strategy that is used to guide student through a text. Student begin by brainstorming everything the know about a topic. Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa strategi KWL adalah strategi membaca instruksional yang digunakan untuk memandu siswa melalui teks. Siswa mem-brainstorming segala yang dia tahu berkaitan dengan teks.
Sedangkan Sani (2013:274) mengartikan KWL sebagai salah satu metode pembelajaran membaca yang menekankan pada pentingnya latar belakang pengetahuan membaca siswa.
 Sedangkan Rahim (2011:41) menjelaskan bahwa KWL merupakan strategi yang dikembangkan oleh Ogle (1986) untuk membantu guru menghidupkan latar belakang pengetahuan dan minat siswa pada suatu topik.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, strategi KWL adalah strategi yang menghantarkan siswa pada tujuan membaca yakni memahami bacaan, strategi KWL terdiri dari tiga langkah dasar yaitu Know (yang diketahui), What to Know (yang ingin di ketahui), dan Learned (yang di peroleh).

Langkah-langkah Teknik K-W-L
Secara standar, langkah-langkah yang dapat ditempuh melalui Teknik K-W-L, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Buatlah 3 kolom dalam satu lembar kertas. Kolom kiri (K = Know) adalah tempat bagi peserta didik untuk menuliskan tentang apa saja yang telah mereka ketahui tentang topik yang sedang mereka hadapi. Kolom tengah (W = Want) adalah tempat bagi peserta didik untuk menulis beberapa gagasan tentang apa yang mereka ingin ketahui/pelajari sehubungan dengan topik tadi. Guru boleh merangsang peserta didik dengan mengajukan pertanyaan ringan yang relevan dengan topik. Kolom kanan (L = Learn) adalah tempat bagi peserta didik untuk menulis rencana aktivitas belajar mereka sesuai dengan topik yang mereka pelajari. Pada akhir session maka peserta didik diminta untuk membuat refleksi tentang apa saja yang telah mereka peroleh dalam konteks knowledge dan skills”. (Harsono)
Sementara itu, Hill, et. al. (1998) telah memodifikasi tabel K-W-L dengan menyertakan kolom keempat di akhir, yaitu W untuk “Wanderings.” sehingga formatnya menjadi K-W-L-W. Kolom Wandering ini diisi siswa untuk mengajukan pertanyaan baru terkait dengan hasil penelitian yang telah mereka lakukan. Hill, et. al. menyarankan bahwa kolom pertama diisi terlebih dahulu secara individual dan kemudian pengetahuan dan pertanyaan dari seluruh kelas dikumpulkan untuk dimasukkan pada kolom kedua. Selama pelajaran berlangsung, siswa mengisi kolom berikutnya ketika mereka menemukan informasi baru. Spidol atau pensil warna yang berbeda dapat digunakan untuk visualisasi pembelajaran baru.
Di lain pihak, Margaret Mooney menyarankan menambahkan kolom kelima, H untuk “How” sehingga formatnya menjadi K-W-H-L-W. Kolom H diisi siswa tentang bagaimana cara dia untuk menemukan informasi yang dibutuhkan.

Strategi Pembelajaran Know Want Learn (KWL) dalam Materi Persamaan Linear
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1) Pilih sebuah materi. Strategi ini akan berjalan baik dengan memberikan penjelasan mengenai materi. 2) Buatlah tabel KWL, Guru sebaiknya membuat tabel di papan tulis, kertas transparan, atau kertas tabel. Juga disarankan bagi para siswa yang membaca dan menulis untuk memiliki catatan sendiri tentang tabel KWL untuk merekam informasi. 3) Minta para siswa untuk melontarkan kata-kata, istilah-istilah, atau ungkapan-ungkapan yang berhubungan dengan topic.
Saran untuk kolom K: 1) Apakah pertanyaan-pertanyaan telah siap untuk membantu para siswa mengungkapkan ide-ide mereka, karena para siswa membutuhkan bantuan untuk memulainya. 2) Doronglah para siswa untuk menjelaskan kesimpulan mereka. Dan tanyalah "Apa yang membuat kamu berpikir demikian?". 3) Ketika semua ide telah dicatat, ajaklah para siswa untuk berdiskusi tentang apa yang mereka tulis pada kolom K.
Saran untuk kolom W: 1) Tanyalah para siswa tentang apa yang ingin mereka pelajari tentang topik yang akan dibahas. Jika siswa merespon pernyataan ini, arahkan mereka pada pertanyaan-pertanyaan sebelum mencatat pertanyaan tersebut pada kolom W. 2)Jika siswa butuh bantuan untuk memulai, cobalah untuk mengajukan salah satu pertanyaan dari daftar berikut ini:" Apa yang kamu pikirkan akan kamu pelajari tentang topik dari materi yang akan dibahas?"; "Apakah kamu pikir cerita ini akan menjelaskan tentang apa yang tampak pada cover buku?". 3) Pertanyaan pada kolom W sebaiknya benar-benar membangkitkan minat siswa. Anda bisa menambahkan dengan pertanyaan anda sendiri, tapi jangan terlalu banyak
Saran untuk kolom L: 1) Sudahkah para siswa membaca materi (untuk siswa yang lebih muda, mintalah mereka untuk mendengarkan materi/ cerita yang dibaca oleh guru) dan mengisi kolom L di tabel mereka (untuk siswa yang lebih muda, guru akan mencatat respon para siswa). 2) Sebagai tambahan untuk menjawab pertanyaan di kolom W, ijinkan para siswa untuk menulis apa saja yang mereka anggap menarik. 3) Mintalah para siswa untuk berkonsultasi dengan sumber-sumber lain untuk menemukanjawaban-jawaban yang tidak dapat terjawab. 4) Sediakan waktu untuk berdiskusi tentang informasih di kolom L.

Prosedur K-W-L (KNOW, WANT, LEARN)
1)Gunakan lembar kegiatan K-W-L yang merupakan suatu materi dengan topic yang bisa membuat siswa tertarik. Mulailah dengan menanyakan pada mereka apa yang mereka ketahui tentang topik yang diberikan. Munculkan sebanyak mungkin ide pada topik berdasarkan pada pengetahuan awal siswa. Catat ide-ide pertama di kolom pertama. Cara ini melengkapi komponen K dari strategi (yaitu known/ yang diketahui). 2)Setelah kolom K dilengkapi dengan seluruh ide-ide yang muncul, mulailah untuk mengelompokkan informasi. Tahap ini membantu murid untuk mengorganisir informasih yang kemudian digunakan untuk menyusun isi pada tahap berikutnya, merumuskan pertanyaan-pertanyaan untuk ditehisuri yang memberikan lebih banyak pemahaman dan kejelasan pada topik yang diberikan. 3)Berdasarkan pada tahap ke 2, para siswa siap untuk memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang merupakan dasar bagi komponen strategi ke dua yaitu "W" want/ ingin (apa yang ingin dipelajari ). Saat pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan dan disetujui muncul, catat daftarnya pada kolom ke dua Tahap ini tergantung pada kebutuhan-kebutuhan dan tingkatan-tingkatan perkembangan para siswa. Dalam banyak kasus, tahap ini termasuk mengakses, membaca, meneliti atau mengumpulkan informasih dari sumber-sumber yang disediakan oleh guru atau dari sumber-sumber lain yang didapatkan oleh siswa yang digunakan untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan. Dalam tahap ini, para siswa boleh mengajukan lebih banyak pertanyaan berdasarkan dari informasih yang mereka temukan untuk mendukung topik yang didiskusikan (bisa dicantumkan dalam daftar di kolom yang menampilkan strategi "W" want/ ingin). 4)Secara simultan, setelah mereke menyelesaikan tahap ke 4, informasih baru dapat dicatat pada kolom 'L" leam (apa yang dipelajari oleh para siswa). 5)Setelah kolom "L" selesai dan para siswa memutuskan bahwa mereka telah mendapatkan informasih yang cukup tentang topik yang sedang didiskusikan, mengelompokkan informasi, dan merumuskan pernyataan tentang topik tersebut (pengetahuan baru).

PENUTUP
Simpulan
            Strategi Know Want Learn adalah strategi membaca instruksional yang digunakan untuk memandu siswa melalui teks. Siswa mem-brainstorming segala yang dia tahu berkaitan dengan teks. KWL strategy is an instructional reading strategy that is used to guide student through a text. Student begin by brainstorming everything the know about a topic. Dengan tujuan memunculkan pengetahuan awal siswa tentang topik dari materi bacaan yang diberikan, menetapkan tujuan pembahasan, membantu siswa untuk memantau pembelajaran mereka, memberi kebebasan bagi para siswa untuk menilai pemahaman mereka tentang materi bacaan, memberikan kesempatan bagi para siswa untuk mengembangkan ide-ide di luar materi.

Saran
Strategi Pembelajaran Know Want Learn mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap belajar matematika. Dalam hal ini guru harus mampu meningkatkan pengetahuan dalam pembelajaran matematika dengan menyajikan matematika sebagai pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Salah satunya dengan menerapkan pembelajaran yang konstruktif dimana siswa membangun pengetahuannya dari pengalaman belajar itu sendiri. Pembelajaran yang diberikan bersifat kontekstual dan menyarankan strategi belajar yang bervariasi serta memastikan bahwa siswa dapat menerapkan informasi yang luas. Dengan pembelajaran ini diharapkan pembelajaran matematika menjadi lebih menarik dan menyenangkan sehingga siswa mempunyai keingitahuan yang tinggi dalam pembelajaran matematika.















DAFTAR PUSTAKA
Erman Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontempore. Yogyakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.
Mulyono Abdurrahman.1997.Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Tenaga Guru, Depdikbud.
Ogle, D. M. 1986. K-W-L: A Teaching Model That Develops Active Reading of Expository Text. International Reading Association, (Online), 39(6): 564-570, (http://www.jstor.org/stable/20199156), retrieved on October 20, 2015.
Subarinah, Sri. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: DEPDIKNAS.
Sugihartono.2007.Peranan Motivasi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Susetyo, Benny. 2005. Politik Pendidikan Penguasa. Yogyakarta: LKIS.
Syaiful Bahri Djamarah., Aswan Zain.1997. Strategi BelajarMengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

No comments:

Post a Comment

you say